Dari shahabat Abu Huroiroh -rodhiyallahu ‘anhu-, Bahwasanya beliau pernah mengingat-ingat malam ‘lailatul qodar’ bersama dengan Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam-, Beliau mengatakan:
«أَيُّكُمْ يَذْكُرُ حِينَ طَلَعَ الْقَمَرُ، وَهُوَ مِثْلُ شِقِّ جَفْنَةٍ؟»
“Siapakah diantara kalian yang ingat, tatkala bulan muncul dalam keadaan seperti paruhan mangkuk.?” [ HR. Muslim no.1170-(222) ]
Catatan: Paruhan adalah setengah bagian. [ KBBI ]
2. SUASANA TENANG, UDARA DAN CUACA PADA MALAM ITU SEDANG (TIDAK PANAS DAN TIDAK DINGIN)
Dari shahabat Ibnu Abbas -rodhiyallahu ‘anhu-, bahwasanya Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam- pernah bersabda tentang lailatul qodar;
«لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلْقَةٌ لَا حَارَّةٌ وَلَا بَارِدَةٌ يُصْبِحُ شَمْسُها صَبِيحَتَهَا ضَعِيفَةً حَمْرَاءَ »
“Sebuah malam yang tenang penuh kelembutan; tidak panas dan tidak dingin. Matahari –pada pagi harinya- terbit dengan cahaya yang lemah berwarna merah.” [ HR. Al-Baihaqi dalam “Syu’abil Iman” no. 3419 dan Ath-Thoyalisi dalam “Musnadnya” no. 2802 ] , Dishohihkan Asy-Syaikh Al-Albani –rohimahullah- dalam “Shohih Al-Jami’” no. 5475. Disebutkan pula dalam “Adh-Dhoifah” dibawah pembahasan hadits no. 4404; walaupun didalamnya ada 2 orang rowi yang lemah, namun masih bisa menjadi syawahid (penguat, pent.). Wallahu a’lam.
3. MATAHARI -PADA PAGI HARINYA- TERBIT TANPA CAHAYA, SEPERTI BASKOM DARI TEMBAGA, BERWARNA MERAH
Dari Shahabat Ubay bin Ka’ab -rodhiyallahu ‘anhu- beliau mengatakan:
«أَخْبَرَنَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهَا تَطْلُعُ يَوْمَئِذٍ، لَا شُعَاعَ لَهَا»
“Rasulullah -shollallahu ‘alaihi wasallam- pernah mengabarkan kepada kami bahwa (pagi hari setelah malam lailatul qodar, pent.) matahari terbit tanpa cahaya (yang menyilaukan, pent.).” [ HR. Muslim no.762-(220) ] , Derajatnya: Shohih.
🔻 Dalam Riwayat Ahmad no. 21197 & 21209 dan Abu Dawud no. 1378, terdapat tambahan;
«صَبِيحَةَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ تَطْلُعُ الشَّمْسُ لَا شُعَاعَ لَهَا، كَأَنَّهَا طَسْتٌ حَتَّى تَرْتَفِعَ »
”Pagi hari (setelah) malam lailatul qodar matahari terbit tanpa cahaya (yang menyilaukan, pent.), seolah-olah seperti baskom dari tembaga, sampai menjulang tinggi.” [ Lafadz tersebut diambil dari “Musnad Ahmad” , Dan dishohihkan Asy-Syaikh Al-Albani –rohimahullah- dalam Shohih Al-Jami’ no. 3754 ]
🔻 Adapun warna merah matahari telah disebutkan dalam riwayat Al-Baihaqi dan Ath-Thoyalisi dari shahabat Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhu di atas. Silahkan melihat pembahasan ciri yang kedua.
----------
Catatan:
Ada beberapa tanda yang disebutkan dalam beberapa hadits seperti; tidak ada awan, tidak ada hujan, tidak ada angin, tidak ada meteor,… ; namun riwayat-riwayat tersebut lemah. [ Lihat ”Adh-Dhoifah” 4404. ]
✅ Yang jelas, sebagian dari tanda-tanda tersebut muncul setelah berlalunya malam lailatul qodar.
👉 Kita hanya bisa berusaha untuk memaksimalkan pencarian tersebut pada sepuluh hari terakhir bulan Romadhon seluruhnya. Agar tidak terluput sedikitpun satu malam yang kita lewati.
✅ Tak lupa, kita memohon kepada Allah -Ta’ala- agar bisa mendapatkan malam ‘lailatul qodar’ tersebut beserta ampunan yang dijanjikan-Nya, Aamiin.
Wallahu a’lamu bisshowab. (AH)
Arsip Fawaid Ilmiyah
===============================
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.