Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Thursday, December 31, 2020

Makanan Yang Halal

Makanan Yang Halal
Bismillah...

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam senantiasa mengingatkan agar umat Islam mengkonsumsi makanan yang halal dan bergizi. Sebab makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi diterima atau tidaknya doa.

Wahai manusia, makanlah dari apa yang ada di bumi, baik dari hewan, tumbuh-tumbuhan maupun pohon-pohonan yang diperoleh dengan cara yang halal dan memiliki kandungan yang baik, tidak jorok. Dan janganlah kalian mengikuti jalan setan yang menggoda kalian secara bertahap. Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian. Dan orang yang berakal sehat tidak boleh mengikuti musuhnya yang selalu berusaha keras untuk mencelakakan dan menyesatkannya.

Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Wednesday, December 30, 2020

Keutamaan Istighfar

Keutamaan Istighfar
Bismillah... 

Ibnu Katsir rahimahullah berkata:⁣⁣

⁣⁣من اتصف بصفة الاستغفار، يسر الله عليه رزقه، وسهل عليه أمره، وحفظ عليه شأنه وقوته.⁣⁣

⁣⁣"Barangsiapa memiliki sifat suka istighfar, maka Allah akan menggampangkan rezekinya, memudahkan urusannya, dan menjaga keadaan dan kekuatannya."(Tafsir Surat Huud ayat ke-52)⁣⁣

⁣⁣وَمَا كَانَ اللَّـهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ⁣⁣

⁣⁣“Tidak mungkin Allah mengadzab mereka sementara mereka senantiasa istighfar kepada Rabbnya.” (QS. Al-Anfal[8]: 33)⁣⁣

⁣⁣فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّاراً . يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَاراً . وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَاراً⁣⁣

⁣⁣“Aku (Nabi Nuh) berkata (pada mereka), “Beristighfarlah kepada Rabb kalian, sungguh Dia Maha Pengampun. Niscaya Dia akan menurunkan kepada kalian hujan yang lebat dari langit. Dan Dia akan memperbanyak harta serta anak-anakmu, juga mengadakan kebun-kebun dan sungai-sungai untukmu” (QS. Nuh: 10-12)⁣⁣

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Tuesday, December 29, 2020

Tadabur Al-Qur'an, Surah Al-Hasyr (6-8)

Tadabur Al-Qur'an, Surah Al-Hasyr (6-8)
Surah Al-Hasyr, 6:

وَمَآ اَفَاۤءَ اللّٰهُ عَلٰى رَسُوْلِهٖ مِنْهُمْ فَمَآ اَوْجَفْتُمْ عَلَيْهِ مِنْ خَيْلٍ وَّلَا رِكَابٍ وَّلٰكِنَّ اللّٰهَ يُسَلِّطُ رُسُلَهٗ عَلٰى مَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Dan harta rampasan fai' dari mereka yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya, kamu tidak memerlukan kuda atau unta untuk mendapatkannya, tetapi Allah memberikan kekuasaan kepada rasul-rasul-Nya terhadap siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

Surah Al-Hasyr, 7:

مَآ اَفَاۤءَ اللّٰهُ عَلٰى رَسُوْلِهٖ مِنْ اَهْلِ الْقُرٰى فَلِلّٰهِ وَلِلرَّسُوْلِ وَلِذِى الْقُرْبٰى وَالْيَتٰمٰى وَالْمَسٰكِيْنِ وَابْنِ السَّبِيْلِۙ كَيْ لَا يَكُوْنَ دُوْلَةً ۢ بَيْنَ الْاَغْنِيَاۤءِ مِنْكُمْۗ وَمَآ اٰتٰىكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهٰىكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْاۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ شَدِيْدُ الْعِقَابِۘ

Harta rampasan (fai') dari mereka yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (yang berasal) dari penduduk beberapa negeri, adalah untuk Allah, Rasul, kerabat (Rasul), anak-anak yatim, orang-orang miskin dan untuk orang-orang yang dalam perjalanan, agar harta itu jangan hanya beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukuman-Nya.

Surah Al-Hasyr, 8:

لِلْفُقَرَاۤءِ الْمُهٰجِرِيْنَ الَّذِيْنَ اُخْرِجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ وَاَمْوَالِهِمْ يَبْتَغُوْنَ فَضْلًا مِّنَ اللّٰهِ وَرِضْوَانًا وَّيَنْصُرُوْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ ۗ اُولٰۤىِٕكَ هُمُ الصّٰدِقُوْنَۚ

(Harta rampasan itu juga) untuk orang-orang fakir yang berhijrah yang terusir dari kampung halamannya dan meninggalkan harta bendanya demi mencari karunia dari Allah dan keridaan(-Nya) dan (demi) menolong (agama) Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.

===============================

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Monday, December 28, 2020

Takut dengan Siksa Neraka⁣⁣⁣⁣

Takut dengan Siksa Neraka⁣⁣⁣⁣
Bismillah...

Seorang ‘ibadurrahman (hamba Allah yang sejati) harus memiliki rasa takut dan khawatir dengan siksa neraka. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,⁣⁣⁣⁣

وَٱلَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا ٱصۡرِفۡ عَنَّا عَذَابَ جَهَنَّمَۖ إِنَّ عَذَابَهَا كَانَ غَرَامًا إِنَّهَا سَآءَتۡ مُسۡتَقَرّٗا وَمُقَامٗا⁣⁣⁣⁣


Kematian Pasti Datang⁣⁣⁣

Allah Ta’ala berfirman,⁣⁣⁣

فَإِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ⁣⁣⁣

Maka apabila telah tiba waktunya (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya.“ (QS. An-Nahl [16]: 61)⁣⁣⁣

Betapa banyak orang yang keluar dari rumah dengan mengendarai mobil, lalu dia kembali dengan terbungkus kain kafan. Betapa banyak orang yang berkata kepada istri, “Siapkan makanan untukku”, lalu dia meninggal dan belum sempat memakannya. Betapa banyak orang yang memakai pakaian, mengancingkan baju, lalu yang melepas kancing bajunya adalah orang yang memandikan jenazahnya.⁣⁣⁣

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/44308-sepuluh-kaidah-dalam-menyucikan-jiwa-bag-8.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Saturday, December 26, 2020

Hati Yang Keras

Hati Yang Keras
Bismillah,

Sungguh celaka orang-orang yang berhati keras dari mengingat Allah, mereka itu berada dalam kesesatan yang amat nyata” 

(QS. az-Zumar:22)

Saudaraku dalam iman, marilah sesekali menguji hati. Ketika disebutkan nama Allah ‘Azza wajalla dan dilantunkan ayat-ayatNya, apa yang terasa pada hati kita?

Jika hati merasa sesak dan lisan terasa berat menyebut namaNya. Di saat itu mari menengadah ke langit, memohon kepada Allah ‘Azza wajalla agar menyembuhkan hati kita dari penyakit, dan mengembalikan ke jalan yang lurus.

Ingatlah, wahai sahabat! Ketika Nabi Zakariya alayhissalam beserta istrinya yang sudah tua renta, dan tidak dapat memiliki keturunan, keduanya meminta kepada Allah ta’ala, lalu Allah ta’ala pun mengabulkan doa keduanya.

Sesungguhnya Allah ta’ala Maha Mampu dan Berkehendak. Jika seorang hamba meminta kepada-Nya dengan menampakkan (1) kerinduan akan rahmat-Nya, (2) takut akan siksa-Nya, (3) mengagungkan-Nya, dan (4) bersegera beramal saleh, Allah ta’ala akan mengabulkan doanya dengan mudah.

(Disarikan dari Tafsir al-Muntakhab Q.S. [21]: 89-90)

Semoga Allah ta’ala menjawab doa kaum muslimin. Aamiin!

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Thursday, December 24, 2020

Dibangkitkan Dalam Keadaan Buta

Dibangkitkan Dalam Keadaan Buta
Bismillah,

Dan barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkan nya pada Hari Kiamat dalam keadaan Buta.” 

(QS. Thoha)

Ayat tersebut adalah peringatan Allah ‘Azza wajalla bagi siapapun yang berpaling dari peringatanNya, yang terdapat di dalam Al-Quran dan disampaikan oleh lisan NabiNya. Ia juga ancaman bagi orang yang menganggap peringatanNya sebagai perkataan dusta.

Saudaraku, berapa banyak insan yang merasa hidupnya sangat sempit dan urusannya selalu rumit. Padahal ia punya harta berlimpah dan pangkat yang tinggi. Sesungguhnya Allah ‘Azza wajalla telah menunjukkan jalan keselamatan baginya, namun ia berpaling dari peringatanNya, dan menuruti hawa nafsunya.

Semoga kita dikaruniakan hati yang tunduk terhadap ayat-ayatNya.

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Wednesday, December 23, 2020

Penjara Orang Beriman

Penjara Orang Beriman
Bismillah,

"Dunia adalah penjara bagi orang beriman dan surga bagi orang kafir.

(HR. Muslim). 

Kenapa? Karena di dunia itu dipenuhi aturan-aturan yang sama sekali tak boleh diterjang. Ada halal-haram, ada perintah-larangan, ada ini dan itu. Kerap kali untuk menjalankan suatu perintah, harus meninggalkan beberapa perkara yang nampak indah dan di saat tertentu harus menelan rasa pahit. Seluruh perintah ini hanya akan dilaksanakan oleh orang-orang mukmin karena meraka bersabar dan yakin bahwa kehidupan sebenarnya yang terdapat berbagai kenikmatan hanya akan ada di akhirat, di dunia bukanlah tempat berfoya-foya dan leyeh-leyeh.

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ [dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati)].” 

Dan Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma pernah mengatakan, “Jika engkau berada di sore hari, janganlah menunggu pagi hari. Dan jika engkau berada di pagi hari, janganlah menunggu sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum sakitmu dan hidupmu sebelum matimu.”

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Sunday, December 20, 2020

Dibalik Kesulitan Ada Kemudahan

Dibalik Kesulitan Ada Kemudahan
Bismillah,

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan."

(QS. Al-Insyirah: 5). 

Ibnu Rajab telah mengisyaratkan hal ini. Beliau berkata, “Jika kesempitan itu semakin terasa sulit dan semakin berat, maka seorang hamba akan menjadi putus asa dan demikianlah keadaan makhluk yang tidak bisa keluar dari kesulitan. Akhirnya, ia pun menggantungkan hatinya pada Allah semata. Inilah hakekat tawakkal pada-Nya. Tawakkal inilah yang menjadi sebab terbesar keluar dari kesempitan yang ada. Karena Allah sendiri telah berjanji akan mencukupi orang yang bertawakkal pada-Nya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman, “Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.”

(QS. Ath Tholaq: 3).

(Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 238, Darul Muayyad, cetakan pertama, tahun 1424 H.)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Friday, December 18, 2020

Beramal Tanpa Ilmu

Beramal Tanpa Ilmu
Bismillah,

"Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam agama kami ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak." (HR. Bukhari Muslim). Kaedah yang digariskan oleh para ulama adalah bahwa hukum asal suatu amalan ibadah adalah haram sampai adanya dalil. Berbeda dengan perkara duniawi (seperti HP, FB, internet), maka hukum asalnya itu boleh sampai ada dalil yang mengharamkan. Jadi, kedua kaedah ini tidak boleh dicampuradukkan.

Beribadahlah sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, karena beliau membawa syariat Islam untuk dicontohi. Dan memahami tuntunan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam itu sesuai dengan pemahaman salafus sholeh, karena mereka yang pertama masuk Islam, mereka yang belajar Islam saat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam masih hidup, mereka yang belajar Islam sampai sempurna ayat-ayat Al-Qur'an diturunkan dan disempurnakan agama Islam, sampai dengan wafatnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Islam yang hakiki bukan hanya berpegang pada Al Qur’an dan Hadits, namun juga mesti ditambah dengan mengikuti para sahabat dalam beragama. Karena para sahabatlah yang mengetahui bagaimana wahyu itu turun. Dan mereka yang lebih tahu maksud Nabi daripada umat sesudahnya. Oleh karenanya mereka dipuji dalam ayat, “Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari (kalangan) orang-orang muhajirin dan anshar serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada-Nya, dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” (QS. At Taubah: 100).

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Wednesday, December 16, 2020

Jangan Marah, Maka Bagimu Surga

Jangan Marah
Bismillah...

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata, seorang lelaki berkata kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

Berilah aku wasiat.” Beliau menjawab, “Janganlah engkau marah.” Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, (namun) Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam (selalu) menjawab, “Janganlah engkau marah.”

[HR. Bukhari, no. 6116]

Penjelasan Hadits :

Nama dari sahabat yang bertanya meminta nasihat tidak perlu disebutkan di sini dan tidak mencacati hadits. Di sini ia meminta nasihat, berarti meminta sesuatu yang penting.

Maksud “jangan marah” ada dua makna:

1. Menahan diri ketika ada sebab yang membuat kita marah, sampai kita tidak marah.

2. Jangan sampai melakukan kelanjutan dari marah. Jika ada yang mau marah (misalnya) hingga mau mentalak istrinya, maka kita katakan, “Bersabarlah, tahanlah diri terlebih dahulu.”

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Monday, December 14, 2020

Terhambat Rizkimu?

Terhambat Rizkimu?

Bismillah,

"Sesungguhnya seseorang dapat saja tercegah dari rizkinya akibat dari dosa yang ia kerjakan". (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Al-Hakim, dll). Berapa banyak orang yang merasa dirinya susah dalam mendapatkan rizki tetapi terus merasa dirinya tidak melakukan kesalahan? berapa banyak yang terus berdoa kepada ALLAH Ta'ala tetapi tidak berusaha muhasabah, tidak berusaha memperbaiki dirinya dahulu, tidak mau meninggalkan maksiat, riba dan hal-hal yang dibenci ALLAH. Semoga kita semua dapat meninggalkan hal-hal yang dibenci oleh ALLAH.

Sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu meriwayatkan bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

لاَ يَتَصَدَّقُ أَحَدُكُمْ بِتَمْرَةٍ مِنْ كَسْبٍ طَيِّبٍ إِلاَّ أَخَذَهَا اللَّهُ تعالى بِيَمِينِهِ، فَيُرَبِّيهَا كَمَا يُرَبِّي أَحَدُكُمْ فَلُوَّهُ، أَوْ قَلُوصَهُ، حَتَّى تَكُونَ مِثْلَ الْجَبَلِ أَوْ أَعْظَمَ

Tidaklah salah seorang diantara kalian bersedekah dengan satu biji kurma dari sumber penghasilan yang baik kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala akan mengambilnya dengan tangan kananNya kemudian Allah memeliharanya sebagaimana salah seorang diantara kalian memelihara anak kudanya atau anak untanya sampai seperti sebesar gunung atau lebih besar lagi.

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Saturday, December 12, 2020

Bisakah Satu Kalimat Mengubah Seseorang?

Bisakah Satu Kalimat Mengubah Seseorang?
Bismillah...

Rasulullah bersabda, "Sungguh 'Abdullah (bin 'Umar) adalah seorang yang beruntung (bahagia) bila dia mendirikan shalat malam". Setelah peristiwa ini 'Abdullah bin 'Umar tidak tidur malam kecuali sedikit". (Bukhari, No. 1054) ⁣
Betapa mulianya ucapan baik kepada orang lain, apalagi ucapan tersebut adalah nasihat. Bisa jadi nasihat itu akan mengubah seluruh kehidupan orang tersebut.⁣
Rasulullah bersabda: “Sungguh seandainya Allah memberi hidayah kepada seseorang lewat perantaraan kamu, hal itu lebih baik buatmu daripada unta merah (harta yang paling baik)". (Bukhari, No. 3425)⁣
Demikianlah Abdullah ibnu Umar radhiyallahu'anhuma mendapatkan nasihat dari Nabi shalallahu alaihi wasallam untuk shalat malam maka ia tidak pernah lagi meninggalkan shalat malam sampai ia meninggal.⁣
Ibnu Mas’ud mendapati Zadzan sedang menyanyi, maka beliau katakan kepadanya, "Seandainya yang terdengar darimu adalah lantunan Al-Qur’an maka sungguh engkau adalah orang yang demikian (hebat).” Maka jadilah Zadzan seorang ulama’ besar.⁣
Al-Imam al-Bukhari mengarang kitabnya Shahih Bukhari karena mendengar satu kalimat dari gurunya Ishak bin Rahuyah.⁣
Al-Imam Adz-Dzahabi mendengar ucapan gurunya, “Tulisanmu seperti tulisan para ahli hadits”, maka jadilah beliau ulama besar.⁣
Anak kecil menjadi ulama’ besar karena ia mendengar ucapan, “Dahulu ayahmu penuntut ilmu bersama dengan kami".⁣
Demikian kuatnya pengaruh satu ucapan atas kehidupan mereka, maka ringankan lisanmu untuk banyak berucap yang baik kepada orang lain.⁣

📝 Muhammad Romelan

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Tadabur Al-Qur'an, Surah Al-Mujadilah (1-5)

Tadabur Al-Qur'an, Surah Al-Mujadilah (1-5)
Surah Al-Mujadilah, 1:

قَدْ سَمِعَ اللّٰهُ قَوْلَ الَّتِيْ تُجَادِلُكَ فِيْ زَوْجِهَا وَتَشْتَكِيْٓ اِلَى اللّٰهِ ۖوَاللّٰهُ يَسْمَعُ تَحَاوُرَكُمَاۗ اِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌۢ بَصِيْرٌ

Sungguh, Allah telah mendengar ucapan perempuan yang mengajukan gugatan kepadamu (Muhammad) tentang suaminya, dan mengadukan (halnya) kepada Allah, dan Allah mendengar percakapan antara kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, Maha Melihat.

Surah Al-Mujadilah, 2:

اَلَّذِيْنَ يُظٰهِرُوْنَ مِنْكُمْ مِّنْ نِّسَاۤىِٕهِمْ مَّا هُنَّ اُمَّهٰتِهِمْۗ اِنْ اُمَّهٰتُهُمْ اِلَّا الّٰۤـِٔيْ وَلَدْنَهُمْۗ وَاِنَّهُمْ لَيَقُوْلُوْنَ مُنْكَرًا مِّنَ الْقَوْلِ وَزُوْرًاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَعَفُوٌّ غَفُوْرٌ

Orang-orang di antara kamu yang menzihar istrinya, (menganggap istrinya sebagai ibunya, padahal) istri mereka itu bukanlah ibunya. Ibu-ibu mereka hanyalah perempuan yang melahirkannya. Dan sesungguhnya mereka benar-benar telah mengucapkan suatu perkataan yang mungkar dan dusta. Dan sesungguhnya Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun.

Surah Al-Mujadilah, 3:

وَالَّذِيْنَ يُظٰهِرُوْنَ مِنْ نِّسَاۤىِٕهِمْ ثُمَّ يَعُوْدُوْنَ لِمَا قَالُوْا فَتَحْرِيْرُ رَقَبَةٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّتَمَاۤسَّاۗ ذٰلِكُمْ تُوْعَظُوْنَ بِهٖۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ

Dan mereka yang menzihar istrinya, kemudian menarik kembali apa yang telah mereka ucapkan, maka (mereka diwajibkan) memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepadamu, dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

Surah Al-Mujadilah, 4:

فَمَنْ لَّمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ مِنْ قَبْلِ اَنْ يَّتَمَاۤسَّاۗ فَمَنْ لَّمْ يَسْتَطِعْ فَاِطْعَامُ سِتِّيْنَ مِسْكِيْنًاۗ ذٰلِكَ لِتُؤْمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖۗ وَتِلْكَ حُدُوْدُ اللّٰهِ ۗوَلِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابٌ اَلِيْمٌ

Maka barangsiapa tidak dapat (memerdekakan hamba sahaya), maka (dia wajib) berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum keduanya bercampur. Tetapi barangsiapa tidak mampu, maka (wajib) memberi makan enam puluh orang miskin. Demikianlah agar kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Itulah hukum-hukum Allah, dan bagi orang-orang yang mengingkarinya akan mendapat azab yang sangat pedih.

Surah Al-Mujadilah, 5:

اِنَّ الَّذِيْنَ يُحَاۤدُّوْنَ اللّٰهَ وَرَسُوْلَهٗ كُبِتُوْا كَمَا كُبِتَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَقَدْ اَنْزَلْنَآ اٰيٰتٍۢ بَيِّنٰتٍۗ وَلِلْكٰفِرِيْنَ عَذَابٌ مُّهِيْنٌۚ

Sesungguhnya orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya pasti mendapat kehinaan sebagaimana kehinaan yang telah didapat oleh orang-orang sebelum mereka. Dan sungguh, Kami telah menurunkan bukti-bukti yang nyata. Dan bagi orang-orang yang mengingkarinya akan mendapat azab yang menghinakan.

===============================

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Thursday, December 10, 2020

Harta Untuk Surga

Harta Untuk Surga
Bismillah,

Kalian, wahai orang-orang yang beriman, tidak akan bisa menggapai kebaikan sempurna (termasuk surga yang paling tinggi) sebagaimana yang kalian minta dan diridhai oleh Allah ta’ala, kecuali sampai kalian menginfakkan harta-harta yang kalian senangi di jalan Allah ta’ala yang bermacam-macam.

Biarpun harta yang kalian infakkan itu sedikit atau banyak, berharga atau tidak, sesungguhnya Allah ta’ala mengetahui itu semua, karena Allah Maha Mengetahui. Tidak ada sesuatu di langit dan yang tersembunyi dari Allah ta’ala.

(Tafsir al-Muntakhab Q.S. Ali Imran [3]: 92)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Luasnya Kesempatan Untuk Bertaubat⁣⁣⁣

Luasnya Kesempatan Untuk Bertaubat⁣⁣⁣
Bismillah...

Sungguh Allah Ta’ala telah melapangkan dan melonggarkan serta memberi kesempatan yang seluas-luasnya kepada kita untuk bertaubat kepada-Nya. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:⁣⁣⁣

إِنَّ اللهَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ النَّهَارِ ، وَبِالنَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءُ اللَّيْلِ⁣⁣⁣

Sungguh, Allah meluaskan tangan-Nya pada malam hari untuk menerima taubat dari hamba yang bermaksiat di siang hari. Dan Allah meluaskan tangan-Nya pada siang hari untuk menerima taubat dari hamba yang bermaksiat di malam hari” (HR. Muslim no.7165)⁣⁣⁣

Simak selengkapnya disini. Klik https://muslim.or.id/53589-apakah-taubat-harus-diumumkan.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Tuesday, December 8, 2020

Bagaikan Musafir

orang yang selalu ingat akan kematian
Bismillah,

Muslim yang cerdas adalah orang yang selalu ingat akan kematian dan paling baik mempersiapkan diri untuk akhirat. Oleh karena itu, dia selalu mempersiapkan bekal dengan takwa kepada Allâh dan melakukan amal shalih sebaik-baiknya dengan ikhlas

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu anhuma, ia berkata, :

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua pundakku, lalu bersabda, ‘Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan sebagai orang asing atau seorang musafir’ dan persiapkan dirimu termasuk orang yang akan menjadi penghuni kubur (pasti akan mati).

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Sunday, December 6, 2020

Kematian Itu Pasti

Kematian Itu Pasti
Bismillah,

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan” (HR. An Nasai). Yang dimaksud adalah kematian. Kematian disebut haadzim (pemutus) karena ia menjadi pemutus kelezatan dunia.

Mengingat kematian adalah termasuk ibadah tersendiri, dengan mengingatnya saja seseorang telah mendapatkan ganjaran karena inilah yang diperintahkan oleh suri tauladan kita, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kematian tak bisa dihindari, tidak mungkin ada yang bisa lari darinya. Maka sudah kewajiban bagi seorang yang beriman untuk mempersiapkan bekal sampai datang saatnya kematian.

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Friday, December 4, 2020

Selalu Ada Hikmah Dibalik Musibah

Selalu Ada Hikmah Dibalik Musibah
Bismillah...

Allah memberi musibah kepada manusia agar manusia kembali merenunginya dan mampu menemui hikmah yang terkadang masih tersirat di balik musibah.

Maka mari meyakini ke-Maha Kuasaan Allah atas segala sesuatu, karena di balik musibah, selalu disertai dengan hikmah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu,

"Tiadalah seorang muslim yang ditimpa musibah dalam bentuk kelelahan, sakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, dan kecemasan, melainkan Allah menghapuskan darinya segala kesalahan dan dosa, hingga duri yang menusuknya juga menjadi penghapus dosa.”

(HR. Al-Bukhari no. 5318)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Wednesday, December 2, 2020

Berpikir Sebelum Berucap

Berpikir Sebelum Berucap
Bismillah,

"Sesungguhnya ada seorang hamba yang berbicara dengan suatu perkataan yang tidak dipikirkan bahayanya terlebih dahulu, sehingga membuatnya dilempar ke neraka dengan jarak yang lebih jauh dari pada jarak antara timur dan barat." (HR. Muslim). 

Setiap yang kita ucapkan, mencakup perkataan yang baik, yang buruk juga yang sia-sia akan selalu dicatat oleh malaikat yang setiap saat mengawasi kita. Seharusnya kita selalu merenungkan ayat berikut agar tidak serampangan mengeluarkan kata-kata dari lisan ini. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), ”Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.” (QS. Qaaf [50] : 18). Ucapan dalam ayat ini bersifat umum. Oleh karena itu, bukan perkataan yang baik dan buruk saja yang akan dicatat oleh malaikat, tetapi termasuk juga kata-kata yang tidak bermanfaat atau sia-sia. (Lihat Tafsir Syaikh Ibnu Utsaimin pada Surat Qaaf).

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Allah Melihatmu

Allah Melihatmu
Bismillah...

Umar bin Khaththab Radhiyallahu anhu berkata : Suatu ketika, kami (para sahabat) duduk di dekat Rasululah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Tiba-tiba muncul kepada kami seorang lelaki mengenakan pakaian yang sangat putih dan rambutnya amat hitam...

"...Dia bertanya lagi: “Beritahukan kepadaku tentang ihsan”. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,”Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya. Kalaupun engkau tidak melihatNya, sesungguhnya Dia melihatmu.”


TAKHRIJ HADITS

Hadits ini secara lengkap diriwayatkan oleh Imam Muslim no. 8, dan diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad (I/27,28,51,52), Abu Dawud (no. 4695), at Tirmidzi (no.2610), an Nasaa-i (VIII/97), Ibnu Majah (no. 63), Ibnu Mandah dalam al Iman (1,14), ath Thoyalisi (no. 21), Ibnu Hibban (168,173), al Aajurri dalam asy Syari’ah (II/no.205, 206, 207, 208), Abu Ya’la (242), al Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no.2), al Marwazi dalam Ta’zhim Qadris Shalat (no.363-367), ‘Abdullah bin Ahmad dalam as Sunnah (no.901,908), al Bukhari dalam Khalqu Af’aalil ‘Ibaad (190), Ibnu Khuzaimah (no.2504) dari sahabat Ibnu ‘Umar dari bapaknya ‘Umar bin Khaththab.

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Monday, November 30, 2020

Posisi Terdekat Hamba Dengan Rabb-Nya

Posisi Terdekat Hamba Dengan Rabb-Nya
Bismillah,

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Keadaan seorang hamba paling dekat dengan Rabbnya adalah ketika ia sedang bersujud, maka perbanyaklah berdoa saat itu.”

(HR. Muslim, no. 482)

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Adapun ketika rukuk, maka agungkanlah Allah. Sedangkan ketika sujud, maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa, maka doa tersebut pasti dikabulkan untuk kalian.”

(HR. Muslim, no. 479)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Meninggalkan Perkara Yang Syubhat

Bismillah,

"Halal itu jelas dan haram pun jelas."

(HR. Bukhari, no. 52 dan Muslim, no. 1599)⁣

Mutiara Faedah :⁣

1) Hukum-hukum syariat tidak keluar dari tiga pembagian ini: Jelas kehalalannya, jelas keharamannya dan perkara-perkara syubhat; jenis ketiga ini jumlahnya lebih sedikit.⁣

2) Keberadaan perkara syubhat bagian dari ujian guna mentarbiyah umat ini dengan sifat wara'.⁣

3) Adanya masalah-masalah syubhat (yang masih diragukan hukumnya) hanyalah menurut pandangan sebagian ulama dan tidak berlaku bagi seluruh ulama.⁣

4) Seorang yang berakal hendaknya meninggalkan tempat-tempat yang syubhat dan jangan bersandar kepada kepercayaan manusia terhadapnya.⁣

Tinggalkan Syubhat

Barangsiapa yang terjerumus dalam perkara syubhat, maka ia bisa terjatuh pada perkara haram. Sebagaimana ada pengembala yang menggembalakan ternaknya di sekitar tanah larangan yang hampir menjerumuskannya. Ketahuilah, setiap raja memiliki tanah larangan dan tanah larangan Allah di bumi ini adalah perkara-perkara yang diharamkan-Nya.”

(HR. Bukhari dan Muslim)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Sunday, November 29, 2020

Pilih-pilih 'Guru Ngaji'

Pilih-pilih 'Guru Ngaji'
Bismillah...

4 Orang TIDAK Diambil Ilmunya

Malik bin Anas mengatakan,

لا يؤخذ العلم عن أربعة ، سفيه معلن السفه وصاحب هوى يدعو الناس إليه ، ورجل معروف بالكذب في أحاديث الناس وإن كان لا يكذب على رسول الله صلى الله عليه وسلم ، ورجل له فضل وصلاح لا يع يعرف ما يحدث به

Ilmu agama TIDAK BOLEH diambil dari 4 jenis manusia.

Pertama, orang bodoh yang jelas kebodohannya.

Kedua, pengikut hawa nafsu (baca : ahli bid’ah) yang mendakwahkan kebid’ahannya.

Ketiga, seorang yang diketahui suka berdusta dalam pembicaraan keseharian dengan sesama manusia meski belum pernah terbukti membuat hadits palsu.

Keempat, orang yang shalih dan bagus agamanya, namun dia tidak mengetahui apa yang dia sampaikan". (Jami' Bayan al Ilmi, karya Ibnu Abdil Barr, 3/35, Maktabah Syamilah).

Terkait dengan ilmu ada dua prinsip penting yang harus diketahui dan dibedakan oleh seorang muslim.

1. Seorang muslim tidaklah menolak kebenaran darimana pun asalnya. Bahkan perkataan iblis sekalipun wajib kita terima, ketika kita tahu bahwa perkataannya itu benar. Kebencian kita kepadanya tidak boleh menghalangi kita untuk menerima pendapat dan perkataannya yang benar.

2. Seorang muslim tidak boleh mencari kebenaran dan menimba ilmu dari sembarang orang, karena tidak semua orang layak kita jadikan guru. Meski demikian, ketika orang yang tidak layak dijadikan guru itu memiliki perkataan dan pendapat yang benar, maka wajib kita akui sebagai sebuah kebenaran dan ilmu yang bermanfaat.

Dua prinsip diatas harus kita bedakan dengan baik. Ketika kita telah mengetahui prinsip pertama dengan baik, bukan berarti kita sembarangan memilih orang yang hendak kita jadikan sebagai tempat menimba ilmu.

Dalam kutipan di atas Imam Malik, seorang imam mazhab yang terkenal menasehati kita untuk TIDAK berguru kepada 4 jenis manusia sbb:

> Yang pertama, orang yang bodoh yaitu orang yang tidak berakal sempurna karena keterbatasan ilmu yang dia miliki. Aneh tapi nyata, banyak orang ketika menghadapi suatu masalah terkait dengan agama merasa cukup dengan bertanya kepada teman, tetangga dan saudaranya yang tidak lebih pintar dibandingkan dirinya dalam masalah agama. Dia paham dengan baik bahwa orang yang dia tanyai bukanlah seorang yang menekuni belajar agama. Tentu jawaban dari orang semisal ini sangat rentan untuk keliru.

> Yang kedua, orang yang memiliki pemahaman yang menyimpang dan dia mendakwahkan penyimpangannya. Belajar kepada orang semisal ini menyebabkan kita tidak merasa nyaman. Tidak menutup kemungkinan kebenaran yang dia sampaikan disisipi pemahaman menyimpang yang dia miliki. Karena kita sedang dalam proses belajar, tentu kita tidak bisa menyadari hal ini dengan baik, bahkan boleh jadi pemahaman menyimpang yang dia miliki kita anggap sebagai sebuah kebenaran yang tak terbantahkan.

> Yang ketiga, orang yang suka berdusta. Kualitas keilmiahan orang semisal ini sangat meragukan. Boleh jadi dia menyatakan ini adalah pendapat ulama A, padahal ulama yang bersangkutan tidak berpendapat demikian. Mungkin pula dia katakan hal ini ada di buku B, namun ternyata sedikitpun hal tersebut tidak ada disana. Ini semua dia lakukan untuk mendukung pendapat yang dia yakini kebenarannya, padahal pendapat tersebut sama sekali tidak memiliki dasar yang bisa dipertanggungjawabkan dengan baik. Hal ini mungkin terjadi karena dia dikenal sebagai seorang anyg suka berdusta, bahkan perbuatannya menunjukkan kalau dia menghalalkan dusta

> Yang keempat, orang shalih namun tidak berilmu. Banyak orang beranggapan bahwa jika seorang itu rajin ke masjid dan gemar dengan berbagai amal yang dianjurkan maka berarti dia adalah seorang yang berilmu. Padahal seorang ahli ibadah itu, belum tentu adalah seorang yang berilmu. Bahkan tidak sedikit orang yang nampak gemar dengan berbagai amal shalih adalah seorang yang jauh dari ilmu agama.


---------------

Sumber: http://ustadzaris.com/pilih-pilih-guru-ngaji

Ustadz Abu Ukkasyah Aris Munandar حفظه الله

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Thursday, August 6, 2020

Beberapa Adab dan Etika dalam Berdzikir

Beberapa Adab dan Etika dalam Berdzikir
Dalam Al-Qur`an Al-Karim, Allah Subhânahu wa Ta’âlâ berfirman,

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِينَ.

Dan berdzikirlah kepada Rabb-mu pada dirimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak menjaharkan suara, pada pagi dan petang, serta janganlah kamu termasuk sebagai orang-orang yang lalai.” [Al-A’râf: 205]

Dalam ayat yang mulia ini, terdapat sejumlah adab dan etika berkaitan dengan dzikir kepada Allah Ta’âlâ.

Berikut uraiannya.

Pertama: dalam ayat di atas, termaktub perintah untuk berdzikir kepada Allah. Telah berlalu, pada tulisan sebelumnya, berbagai perintah untuk berdzikir beserta keutamaan berdzikir kepada Allah dan besarnya anjuran dalam syariat untuk hal tersebut. Seluruh hal tersebut memberikan pengertian akan pentingnya arti berdzikir dalam kehidupan seorang hamba.

Kedua: firman-Nya, “Dan berdzikirlah kepada Rabb-mu pada dirimu,” mengukir sebuah etika yang patut dipelihara dalam berdzikir kepada llahi, yaitu dzikir hendaknya dalam diri dan tidak dijaharkan. Yang demikian itu lebih mendekati pintu ikhlas, lebih patut dikabulkan, dan lebih jauh dari kenistaan riya. Ibnul Qayyim rahimahullâh menyebut dua penafsiran frasa “pada dirimu”:

1. Bermakna dalam hatimu.
2. Bermakna dengan lisanmu sebatas memperdengarkan diri sendiri.

Namun, penafsiran kedualah yang lebih tepat berdasarkan dalil kelanjutan ayat “… dan dengan tidak menjaharkan suara,” sebagaimana yang akan diterangkan.

Ketiga: firman-Nya, “dengan merendahkan diri,” mengandung etika indah yang patut mewarnai seluruh ibadah, yaitu hendaknya dzikir dilakukan dengan merendahkan diri kepada Allah Yang Maha Tinggi lagi Maha Agung. Hal yang demikian lebih mendekati makna ibadah yang mengandung pengertian merendah dan menghinakan diri serta tunduk dan bersimpuh di hadapan-Nya. Dengan menjaga etika ini, seorang hamba akan lebih mewujudkan hakikat penghambaan dan lebih mendekati kesempurnaan rasa tunduk kepada Allah Jallat ‘Azhamatuhu. Kapan saja seorang hamba berpijak di atas kaidah ini dalam seluruh ibadahnya, niscaya ia akan semakin mengenal jati dirinya sebagai seorang hamba yang penuh dengan kelemahan dan kekurangan, sebagai seorang hamba yang harus bersikap tawadhu dan membuang segala kecongkakan.

Keempat: firman-Nya, “Dan berdzikirlah kepada Rabb-mu … dan rasa takut,” maksudnya adalah berdzikirlah kepada Rabb-mu dalam keadaan khawatir bila terdapat kekurangan pada amalanmu dan dalam keadaan takut bila amalanmu tertolak atau tidak diterima. Etika ini adalah ketentuan tetap yang mesti dipelihara oleh setiap muslim dan muslimah dalam melaksanakan setiap ibadah.

Sangatlah banyak keterangan dari Al-Qur`an dan hadits yang mengingatkan etika agung yang banyak dilalaikan oleh sejumlah manusia ini. Di antara keterangan tersebut adalah firman Allah Jalla Jalâluhu yang menjelaskan keadaan orang-orang beriman yang bersegera menuju kebaikan,

وَالَّذِينَ يُؤْتُونَ مَا آتَوْا وَقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَى رَبِّهِمْ رَاجِعُونَ. أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ.

Dan orang-orang yang memberikan apa-apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut (karena mereka tahu bahwa) sesungguhnya mereka akan kembali kepada Rabb mereka, mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya.” [Al-Mu`minûn: 60-61]

Aisyah radhiyallâhu ‘anhâ bertanya kepada Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam tentang firman-Nya “Dan orang-orang yang memberikan apa-apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut …,” “Apakah yang dimaksud adalah orang yang berzina, mencuri, dan meminum khamar?” Maka Nabi n menjawab,

لاَ يَا بِنْتَ الصِّدِّيْقِ وَلَكِنَّهُ الرَّجُلُ يَصُوْمُ وَيُصَلِّي وَيَتَصَدَّقُ وَهُوَ يَخَافُ أَنْ لاَ يُقْبَلُ مِنْهُ

Bukan, wahai putri Ash-Shiddiq, melainkan yang dimaksud adalah orang yang berpuasa, menunaikan shalat, dan bersedekah, tetapi ia khawatir bila (amalan)nya tidak diterima.” [1]

Kelima: firman-Nya, “dan dengan tidak menjaharkan suara,” juga merupakan etika yang patut diperhatikan karena berdzikir dengan tidak mengeraskan suara akan lebih mendekati khusyu’ serta lebih indah dalam benak dan pikiran. Dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa, dalam sebuah perjalanan, terdapat sekelompok shahabat yang menjaharkan suaranya kala berdoa maka Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam berpesan kepada mereka,

أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، إِنَّكُمْ لَيْسَ تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا، إِنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا، وَهُوَ مَعَكُمْ

Wahai sekalian manusia, kuasailah diri-diri kalian dan rendahkanlah suara kalian karena sesungguhnya kalian tidaklah berdoa kepada yang tuli tidak pula kepada yang tidak hadir. Sesungguhnya kalian berdoa kepada Yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat, dan Dia bersama dengan kalian.” [2]

Ath-Thabary rahimahullâh berkata, “Hadits (di atas) menunjukkan makruhnya menjaharkan suara ketika berdoa dan berdzikir. Ini adalah pendapat mayoritas ulama salaf dari kalangan shahabat dan tabi’in.”[3]

Dalam hadits Abu Sa’îd Al-Khudry radhiyallâhu ‘anhu, Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلَا إِنَّ كُلَّكُمْ مُنَاجٍ رَبَّهُ فَلَا يُؤْذِيَنَّ بَعْضُكُمْ بَعْضًا وَلَا يَرْفَعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ فِي الْقِرَاءَةِ أَوْ قَالَ فِي الصَّلَاةِ

Ketahuilah bahwa setiap orang di antara kalian bermunajat kepada Rabb-nya maka janganlah sekali-sekali sebagian di antara kalian mengganggu sebagian yang lain, jangan pula sebagian di antara kalian mengangkat suaranya terhadap sebagian yang lain dalam membaca,” -atau beliau berkata-, “… dalam shalat.” [4]

Keenam: hendaknya dzikir itu dilakukan dengan hati DAN lisan, bukan dengan hati saja. Etika ini dipetik dari firman-Nya “… dan dengan tidak menjaharkan suara.” Menjaharkan sesuatu berarti mengangkat dan mengumumkan suara. Oleh karena itu, ayat ini adalah nash bahwa dzikir itu dilakukan dengan lisan, tetapi tidak dijaharkan. Demikian simpulan keterangan sejumlah ahli tafsir mengenai ayat ini.

Ketujuh: firman-Nya “… pada pagi dan petang,” menunjukkan keutamaan berdzikir pada dua waktu ini: pagi dan petang. Keistimewaan berdzikir pada dua waktu ini dikarenakan banyaknya ketenangan dan kesempatan pada waktu tersebut, serta kebanyakan urusan kehidupan manusia berada di antara keduanya, sedang para malaikat naik mengangkat amalan hamba pada dua waktu ini. Oleh karena itu, di antara rahmat Allah dan kemurahan-Nya, kita dianjurkan untuk memperbanyak dzikir pada pagi dan petang serta dijanjikan berbagai keutamaan dengan mengamalkan berbagai dzikir yang dituntunkan pada dua waktu itu. Insya Allah, pada tulisan yang akan datang, akan dijelaskan berbagai dzikir yang dituntunkan untuk dibaca pada pagi dan petang.

Kedelapan: pada akhir ayat diterangkan, “… serta janganlah kamu termasuk sebagai orang-orang yang lalai,” yaitu janganlah engkau termasuk sebagai orang-orang yang dilupakan dan dipalingkan dari berdzikir kepada Allah sebab Allah Ta’âlâ telah mengingatkan,

وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ نَسُوا اللَّهَ فَأَنْسَاهُمْ أَنْفُسَهُمْ أُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ.

Dan janganlah kalian seperti orang-orang yang lupa terhadap Allah maka Allah menjadikan mereka lupa terhadap diri mereka sendiri. Mereka itulah orang-orang fasik.” [Al-Hasyr: 19]

Allah ‘Azza wa Jalla menjelaskan sifat orang yang beriman,

فِي بُيُوتٍ أَذِنَ اللَّهُ أَنْ تُرْفَعَ وَيُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ يُسَبِّحُ لَهُ فِيهَا بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ. رِجَالٌ لَا تُلْهِيهِمْ تِجَارَةٌ وَلَا بَيْعٌ عَنْ ذِكْرِ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ يَخَافُونَ يَوْمًا تَتَقَلَّبُ فِيهِ الْقُلُوبُ وَالْأَبْصَارُ.

Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid, yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada pagi dan petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan tidak pula oleh jual beli dari berdzikir kepada Allah, (dari) mendirikan shalat, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut terhadap suatu hari yang (pada hari itu) hati dan penglihatan menjadi guncang.” [An-Nûr: 36-37]

Allah Subhânahu mengabarkan bahaya terhadap orang-orang yang berpaling dari dzikir,

وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ.

Barangsiapa yang berpaling dari dzikir (Allah) Yang Maha Pemurah (Al-Qur`an), Kami mengadakan syaithan (yang menyesatkan) baginya maka syaithan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” [Az-Zukhruf: 36]

لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَمَنْ يُعْرِضْ عَنْ ذِكْرِ رَبِّهِ يَسْلُكْهُ عَذَابًا صَعَدًا.

Agar Kami memberi cobaan kepada mereka padanya. Dan barangsiapa yang berpaling dari dzikir kepada Rabb-nya, niscaya dia akan dimasukkan oleh-Nya ke dalam adzab yang amat berat.” [Al-Jinn: 17]

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى.

Dan barangsiapa yang berpaling dari dzikir kepada-Ku, sesungguhnya penghidupan yang sempit baginya dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.” [Thâhâ: 124]

Seluruh nash ayat di atas memberikan pesan dan pelajaran agar seorang hamba tidak pernah putus dari dzikir, walaupun dzikir yang dia lakukan hanya sedikit.

Kesembilan: dari keterangan-keterangan yang berkaitan dengan ayat yang tertera pada awal pembahasan, nampaklah kesalahan yang sering dilakukan oleh sejumlah kaum muslimin yang berdzikir secara berjamaah dan diiringi oleh suara keras. Sesungguhnya hal tersebut adalah sebuah kemungkaran dan bid’ah dalam agama yang tidak pernah dituntunkan oleh Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya. Etika yang tercatat dalam agama kita adalah apa-apa yang telah kami terangkan. Tiada nukilan sah yang menunjukkan adanya syariat berdzikir secara berjamaah, bahkan yang tercatat dalam perjalanan umat ini adalah bahwa bid’ah pertama yang muncul dalam bab ibadah adalah bid’ah dzikir berjama’ah yang dilakukan oleh sekelompok manusia di Kûfah pada masa Abdullah bin Mas’ûd radhiyallâhu ‘anhu, sedang Abdullah bin Mas’ûd telah mengingkari hal tersebut dan menganggapnya sebagai bid’ah dalam agama yang tidak pernah diamalkan oleh Nabi dan para shahabatnya. Demikianlah keterangan para ulama dalam buku-buku yang menjeiaskan tentang firqah-firqah (sekte-sekte) yang menyimpang dari ajaran Islam yang lurus.

Semoga Allah Ta’âlâ memberi hidayah kepada kita semua menuju jalan yang lurus serta menjaga kita dari fitnah dunia dan kesesatan. Wallâhu A’lam.

------------------------
[1] Dikeluarkan oleh Ahmad, At-Tirmidzy, Ibnu Jarîr, Al-Hâkim, dan Al-Baghawy sebagaimana dalam Silsilah Al-Ahâdits Ash-Shahîhah karya Al-Albâny.

[2] Dikeluarkan oleh Al-Bukhâry dan Muslim dari hadits Abu Musa Al-Asy’ary radhiyallâhu ‘anhu.

[3] Sebagaimana dinukil dalam Fath Al-Bâry 9/189.

[4] Dikeluarkan oleh Ahmad 3/94, Abu Dawud no. 1332, An-Nasâ`iy dalam Al-Kubrâ` 5/32, Ibnu Khuzaimah no. 1162, ‘Abd bin Humaid no. 883, Al-Hâkim 1/454, Al-Baihaqy 3/11 dan dalam Syu’ab Al-Imân 2/543, serta Ibnu Abdil Barr dalam At-Tamhîd 23/318. Dianggap shahih di atas syarat Asy-Syaikhain oleh Syaikh Muqbil sebagaimana dalam Ash-Shahîh Al-Musnad Mimmâ Laisa Fî Ash-Shahîhain.

-------------------------
Sumber: https://dzulqarnain.net/

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Tadabur Al-Qur'an, Surah Al-Waqi'ah (57-62)

Tadabur Al-Qur'an, Surah Al-Waqi'ah (57-62)
Surah Al-Waqi'ah, 57:

نَحْنُ خَلَقْنٰكُمْ فَلَوْلَا تُصَدِّقُوْنَ

Kami telah menciptakan kamu, mengapa kamu tidak membenarkan (hari berbangkit)?

Surah Al-Waqi'ah, 58:

اَفَرَءَيْتُمْ مَّا تُمْنُوْنَۗ

Maka adakah kamu perhatikan, tentang (benih manusia) yang kamu pancarkan.

Surah Al-Waqi'ah, 59:

ءَاَنْتُمْ تَخْلُقُوْنَهٗٓ اَمْ نَحْنُ الْخَالِقُوْنَ

Kamukah yang menciptakannya, ataukah Kami penciptanya?

Surah Al-Waqi'ah, 60:

نَحْنُ قَدَّرْنَا بَيْنَكُمُ الْمَوْتَ وَمَا نَحْنُ بِمَسْبُوْقِيْنَۙ

Kami telah menentukan kematian masing-masing kamu dan Kami tidak lemah,

Surah Al-Waqi'ah, 61:

عَلٰٓى اَنْ نُّبَدِّلَ اَمْثَالَكُمْ وَنُنْشِئَكُمْ فِيْ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

untuk menggantikan kamu dengan orang-orang yang seperti kamu (di dunia) dan membangkitkan kamu kelak (di akhirat) dalam keadaan yang tidak kamu ketahui.

Surah Al-Waqi'ah, 62:

وَلَقَدْ عَلِمْتُمُ النَّشْاَةَ الْاُوْلٰى فَلَوْلَا تَذَكَّرُوْنَ

Dan sungguh, kamu telah tahu penciptaan yang pertama, mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?

===============================

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Wednesday, August 5, 2020

Jika Terbangun Di Malam Hari

Jika Terbangun Di Malam Hari
Bismillah...

Dari ‘Ubadah bin Ash-Shamit radhiallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam; beliau bersabda, “Barang siapa yang terbangun dari tidurnya pada malam hari, kemudian dia mengucapkan, ‘La ilaha illallah wahdahu la syarika lahu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syay-in qadir, alhamdulillah wa subhanallah wa la ilaha illallah wallahu akbar, wa la hawla wa la quwwata illa billah‘ *) kemudian dia berkata ‘Ya Allah, ampunilah aku’ atau dia memanjatkan doa, hal tersebut (istigfar maupun doa itu) akan dikabulkan. Kemudian jika dia berwudhu lalu mendirikan shalat, shalatnya tersebut akan diterima (di sisi Allah).” (Hadits shahih; riwayat Al-Bukhari, Abu Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa’i, dan Ibnu Majah; lihat Shahih At-Targhib wa At-Tarhib, 1:149)

*) Artinya: Tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, hanya Dia, tiada sekutu bagi-Nya, milik-Nya segala kerajaan dan milik-Nya segala pujian, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu; segala puji hanya bagi Allah, Mahasuci Allah, tiada sesembahan yang berhak disembah selain Allah, Mahabesar Allah, tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah.

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Iringi Yang Wajib Dengan Yang Sunnah

Iringi Yang Wajib Dengan Yang Sunnah
Bismillah...

Mungkin sebagian orang menganggap cukup dengan amalan-amalan wajib. Amalan sunnah yah kadang saja dilakukan, jika ada waktu, atau lagi “mood“. Inilah anggapan sebagian orang awam. Namun sebenarnya jika kita meneliti apa yang diberitahukan oleh Allah dan Rasul-Nya, sungguh amalan sunnah memiliki keistimewaan yang luar biasa yang bisa mendukung sempurnanya amalan wajib yang kita lakukan.

Tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan amalan sunnah hingga Aku pun mencintainya. Jika Aku mencintainya, maka pendengaaran yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatan yang ia gunakan untuk melihat, tangan yang ia gunakan untuk menyentuh, dan kaki yang ia gunakan untuk berjalan akan Aku beri taufik

(HR. Al Bukhari no. 6502).

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Tuesday, August 4, 2020

Dunia Sekadarnya

Dunia Sekadarnya
Bismillah...

Tujuan hidup seorang Muslim adalah akhirat, bukan dunia. Akhirat (surga) merupakan puncak cita-cita seorang Muslim. Orang yang beriman dan berakal memandang dunia dan akhirat dengan sudut pandang yang benar. Cinta seseorang kepada akhirat tidak akan sempurna kecuali dengan bersikap zuhud terhadap dunia. Sementara, zuhud terhadap dunia tidak akan terealisasi melainkan setelah ia memandang kedua hal ini dengan sudut pandang yang benar.

Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau orang yang mampir di tengah perjalanannya’. Lalu Ibnu Umar mengatakan: ‘jika engkau ada di sore hari, maka jangan menunggu hingga pagi, jika engkau berada di pagi hari, maka jangan menunggu hingga sore. Manfaatkan waktu sehatmu sebelum waktu sakitmu, manfaatkan waktu hidupmu sebelum matimu’”   (HR. Al Bukhari)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Belajar Bersabar

Belajar Bersabar
Bismillah...

Semua orang juga akan tahu bahwa orang yang sabar adalah orang-orang yang dicintai Allah, sebagaimana firman-Nya.

وَاللَّهُ يُحِبُّ الصَّابِرِينَ .

Dan, Allah mencintai orang-orang yang sabar”. [Ali Imran : 146]

Engkau juga akan mendapatkan bahwa Allah memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan balasan yang lebih baik daripada amalnya dan melipat gandakannya tanpa terhitung.

Firman-Nya.

وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ .

Dan, sesungguhnya Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan”. [An-Nahl : 96]

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Monday, August 3, 2020

Bab Istiqomah, Kitab Riyadhus Ash-shalihin

Bab Istiqomah, Kitab Riyadhus Ash-shalihin
Bismillah...

Allah Ta'ala berfirman:

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

"Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.". (QS. Huud : 112)

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, katanya: Rasulullah shalallahu alaihi wasalam bersabda:
Biasakanlah kalian dalam mendekatkan diri kepada Allah dan berpegang teguhlah kepada keyakinan kalian. Ketahuilah! Bahwasanya tidak seorangpun yang dapat selamat karena amal perbuatannya.”

Para sahabat bertanya: “Sekalipun Tuan sendiri juga tidak (dapat diselamatkan oleh amalnya) ya Rasulullah?” Beliau shalallahu alaihi wasalam menjawab: “Sayapun tidak dapat, kecuali jikalau Allah menutupi diriku (memberikan karunia padaku) dengan kerahmatan dariNya serta dengan keutamaanNya.” (Riwayat Muslim)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Orang-orang Yang Celaka

Orang-orang Yang Celaka
Bismillah...

Sungguh celaka, celaka dan celaka! Jika saat ini atau kelak kita sudah berumah tangga, dan orang tua kita sudah lanjut usia, kemudian kita menelantarkannya. Bagaimana tidak celaka? Ayah-ibu yang dulu membesarkan kita pada akhirnyapun melemah, beruban, dan tak sanggup bekerja lagi dan kita tidak tergerak untuk lebih berbakti dengan merawat dan mengurusnya?

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu,” (QS. Luqman : 14).

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Sunday, August 2, 2020

Perbanyak Syukur, Bukan Kufur

Perbanyak Syukur, Bukan Kufur
Bismillah...

Nikmat yang Allah berikan kepada kita sangatlah banyak. Tidak ada seorangpun diantara kita yang mampu menghitungnya. Baik berupa harta, keluarga, kesehatan dan yang paling besar adalah nikmat hidayah iman dan islam. Sebagaimana yang Allah firmankan :

Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)
(QS. An Nahl: 53)

Namun seringkali kita kurang menyadari akan nikmat yang telah kita terima tersebut. Sehingga tentu saja membuat kita lalai dari mensyukurinya. Padahal seorang muslim wajib mensyukuri nikmat yang ia peroleh. Allah ta’ala berfirman :

Ingatlah kepada-Ku, Aku juga akan ingat kepada kalian. Dan bersyukurlah kepada-Ku, janganlah kalian kufur
(QS. Al Baqarah: 152)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Terhalang Dari Ilmu

Terhalang Dari Ilmu
Bismillah...

Seorang terhalang terhalang dari ilmu yang bermanfaat karena dosa dan maksiat
(Imam Ibnul Qayyim rahimahullah)

Kemaksiatan dan kelalaian, dua hal yang melahirkan berbagai jenis penderitaan di dalam diri manusia. Tidakkah anda ingat bagaimana penyesalan Nabi Adam ‘alahis salam tatkala menyadari kesalahannya setelah mendurhakai Rabb-nya? Tidakkah anda ingat bagaimana penyesalan orang-orang kafir di akhirat yang mengandaikan kalau saja ketika di dunia mereka hanya menjadi sebongkah tanah saja? Tidakkah anda ingat bagaimana penyesalan dan hukuman yang harus dirasakan oleh Ka’ab bin Malik bersama dua orang sahabatnya yang sama-sama tidak ikut perang Tabuk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat yang lainnya? Lihatlah pada diri mereka; betapa kemaksiatan dan kelalaian telah menjauhkan mereka dari ketenteraman dan kebahagiaan. Aduhai, adakah manusia yang sudi hidup dirundung rasa takut, tersiksa, dan larut dalam kesedihan demi kesedihan.

Saudaraku, semoga Allah memberikan taufik kepada aku dan kamu, ingatlah bahwa hakikat kehidupan kita di dunia ini adalah demi menjalankan sebuah misi yang sangat agung yaitu beribadah kepada Allah Ta’ala semata. Allah Ta’ala berfirman yang artinya,

وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah (hanya) kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56).

Dan sesungguhnya beribadah kepada Allah Ta’ala itu adalah dengan melakukan apa yang Allah Ta’ala cintai dan meninggalkan apa yang Allah Ta’ala benci.

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Saturday, August 1, 2020

Nasihat Emas Imam Syafii

Nasihat Emas Imam Syafii
Bismillah...

Bertakwalah kamu kepada Allah, gambarkanlah tentang akhirat dihatimu, Jadikanlah kematian selalu di depan matamu, jangan lupakan tempat berdirimu di hadapan Allah, Takutlah engkau kepada-Nya, jauhi olehmu semua larangan-Nya, tunaikan olehmu semua kewajiban (dari)Nya, jadikanlah kebenaran selalu bersamamu di manapun kamu berada, Jangan sampai engkau menganggap kecil nikmat Allah yang telah Ia anugerahkan kepadamu meskipun itu sedikit, terimalah ia dengan rasa syukur, jadikanlah diammu untuk berfikir, berbicaramu untuk berdzikir, pandanganmu untuk dijadikan sebagai pelajaran (ibroh), dan mintalah perlindungan kepada Allah dari (panasnya) api neraka dengan ketakwaan”. (Manaqib as-Syafi’i 2/294).

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Jangan Kamu Remehkan⁣ Saudara Muslimmu

Jangan Kamu Remehkan⁣ Saudara Muslimmu
Bismillah...

Abu Bakar Ash-Shiddiq mengatakan,⁣

لا يحقرن أحد أحدا من المسلمين فإن صغير المسلمين عند الله كبير⁣

Janganlah seorang muslim meremehkan muslim yang lain, karena seorang muslim yang ‘biasa’ itu memiliki kedudukan mulia di sisi Allah.” (Ihya Ulumuddin 4/137)⁣

Muslim yang paling rendah kadar keimanannya sekalipun adalah penghuni surga asalkan imannya tidak batal dengan berbagai pembatal keimanan.⁣

Muslim yang paling rendah kadar imannya, Allah siapkan kenikmatan surga semisal dunia plus sepuluh kali lipatnya.⁣

Kaum muslimin mendapatkan kemenangan karena doa dan kekhusyukan orang-orang miskin.⁣

⁣---------------
Sumber : https://nasehat.net/674-jangan-kamu-remehkan.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Friday, July 31, 2020

Orang Yang Paling Lemah

Orang Yang Paling Lemah
Bismillah...

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan hadits, ia berkata,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Manusia paling lemah adalah orang yang paling malas berdoa (kepada Allâh). Dan orang yang paling bakhil adalah orang yang bakhil memberi salam
(HR. Abu Ya’lâ, ath-Thabrâni, Ibnu Hibbân dan ‘Abdul Ghani al-Maqdisi. Syaikh al-Albaani rahimahullah menilainya berderajat shahih. Lihat ash-Shahihah no.601 dan Shahiihul Jaami no.1044).

Untuk itu, Syaikh Bakr Abu Zaid rahimahullah mengungkap rasa keprihatinannya,
Kasihan, kasihan, orang yang malas untuk berdoa. Sungguh orang itu sudah menutup banyak akses menuju kebaikan dan karunia (dari Allah) bagi dirinya
(Tash-hihu ad-Du’a hlm. 61).

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Hingga Datangnya Kematian

Hingga Datangnya Kematian
Bismillah...

Seharusnya amal seorang mukmin barulah berakhir ketika ajal datang menjemput.

Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, ”Sesungguhnya Allah Ta’ala tidaklah menjadikan ajal (waktu akhir) untuk amalan seorang mukmin selain kematiannya.” Lalu Al Hasan membaca firman Allah,

وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّى يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ

Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu al yaqin (yakni ajal).” (QS. Al Hijr: 99). [Lihat Lathoif Al Ma’arif, Ibnu Rajab Al Hambali, Al Maktab Al Islami, cetakan pertama, 1428 H, hal. 392.] Ibnu ’Abbas, Mujahid dan mayoritas ulama mengatakan bahwa maksud ”al yaqin” dalam ayat tersebut adalah kematian. Kematian disebut al yaqin karena kematian itu sesuatu yang diyakini pasti terjadi.

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Thursday, July 30, 2020

Perbanyak Sholawat Di Hari Jum'at

Perbanyak Sholawat Di Hari Jum'at
Keutamaan mengucapkan sholawat :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat baginya sepuluh kali, dan digugurkan sepuluh kesalahan (dosa)nya, serta ditinggikan baginya sepuluh derajat/tingkatan (di surga kelak)

[HR an-Nasa’i (no. 1297), Ahmad (3/102 dan 261), Ibnu Hibban (no. 904) dan al-Hakim (no. 2018)]

Keutamaan memperbanyak sholawat di hari Jum'at :

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti.”

[HR. Baihaqi dalam Sunan Al Kubro]

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Popular Posts

Blog Archive