Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Friday, November 11, 2022

Isbal Itulah Kesombongan

Isbal Itulah Kesombongan
Bismillah...

Sebagian orang menisbatkan pendapat bolehnya isbal tanpa rasa sombong kepada Al-Hafidz Ibnu Hajar

Beliau justru menguatkan pendapat yg menyatakan bahwa larangan itu umum, baik untuk yg sombong maupun tidak. Anda bisa merujuknya ke Fathul Bari, karya Ibnu Hajar, syarah hadits no: 5788-5791

Beliau membahas masalah ini, dengan panjang lebar

Diantara perkataan beliau yang menguatkan pendapat haramnya isbal secara umum adalah:

▪︎ Pertama:

Beliau mengatakan bahwa dzahir-nya banyak hadits mengharamkan isbal meski tanpa rasa sombong

وَفِي هَذِهِ الْأَحَادِيث أَنَّ إِسْبَال الْإِزَار لِلْخُيَلَاءِ كَبِيرَة , وَأَمَّا الْإِسْبَال لِغَيْرِ الْخُيَلَاء فَظَاهِر الْأَحَادِيث تَحْرِيمه أَيْضًا

Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa isbal (menyeret) sarung karena sombong termasuk dosa besar. Adapun isbal yang bukan karena sombong, maka dhohir-nya banyak hadits juga mengharamkannya

(Fathul bari: jilid 13, hal: 266, cetakan Daaru Thaibah)

Petikan di atas jelas menunjukkan bahwa beliau menguatkan pendapat yg mengatakan isbal dgn sombong itu dosa besar, sedang isbal yg tanpa sombong meski bukan dosa besar, tapi tetap diharamkan oleh banyak hadits

▪︎ Kedua:

Beliau menyebutkan bantahan kepada orang yg menafsiri bahwa larangan isbal hanya bagi mereka yg sombong, tanpa menjawabnya. Dan ini menunjukkan bahwa beliau sepakat dengannya

وَيُسْتَفَاد مِنْ هَذَا الْفَهْم التَّعَقُّب عَلَى مَنْ قَالَ: إِنَّ الْأَحَادِيث الْمُطْلَقَة فِي الزَّجْر عَنْ الْإِسْبَال مُقَيَّدَة بِالْأَحَادِيثِ الْأُخْرَى الْمُصَرِّحَة بِمَنْ فَعَلَهُ خُيَلَاء… وَوَجْه التَّعَقُّب أَنَّهُ لَوْ كَانَ كَذَلِكَ لَمَا كَانَ فِي اِسْتِفْسَار أُمّ سَلَمَة عَنْ حُكْم النِّسَاء فِي جَرّ ذُيُولهنَّ مَعْنًى. بَلْ فَهِمَتْ الزَّجْر عَنْ الْإِسْبَال مُطْلَقًا سَوَاء كَانَ عَنْ مَخِيلَة أَمْ لَا , فَسَأَلَتْ عَنْ حُكْم النِّسَاء فِي ذَلِكَ لِاحْتِيَاجِهِنَّ إِلَى الْإِسْبَال مِنْ أَجْل سَتْر الْعَوْرَة , لِأَنَّ جَمِيع قَدَمهَا عَوْرَة , فَبَيَّنَ لَهَا أَنَّ حُكْمهنَّ فِي ذَلِكَ خَارِج عَنْ حُكْم الرِّجَال فِي هَذَا الْمَعْنَى فَقَطْ

Fahamnya (Ummu salamah radhiallahu anha) ini, mengandung bantahan bagi mereka yg mengatakan bahwa: Hadits² larangan isbal yg mutlak itu, harus di-taqyid dgn hadits² lain yg menyebutkan bahwa ia melakukannya dgn rasa sombong… Bantahan itu bisa dijabarkan: Jika seandainya larangan isbal itu khusus bagi mereka yg sombong, tentu pertanyaan Ummu Salamah radhiallahu anha (kepada Rasul shallallahu alaihi wasallam) ttg hukum wanita meng-isbal-kan pakaiannya itu tidak ada gunanya sama sekali

Justru Ummu Salamah menanyakan hal itu, karena ia paham bahwa larangan isbal tsb itu umum, baik disertai rasa sombong atau tidak. Ia menanyakan hukum wanita meng-isbal-kan pakaiannya karena perlunya mereka isbal untuk menutup aurat, karena seluruh kaki wanita adalah aurat, lalu Rasul shallallahu alaihi wasallam menerangkan bahwa hukum isbal-nya wanita berbeda dgn hukum isbal-nya pria dalam hal ini saja

(Fathul Bari 13/259-260)

Setelah menyebutkan uraian ini, Al-Hafidz Ibnu Hajar tidak membantahnya. Ini menunjukkan bahwa beliau menguatkan pendapat tsb

▪︎ Ketiga:

Beliau membantah orang yg menafsiri perkataan Imam Syafi’i untuk membolehkan isbal tanpa rasa sombong

وَالنَّصّ الَّذِي أَشَارَ إِلَيْهِ ذَكَرَهُ الْبُوَيْطِيّ فِي مُخْتَصَره عَنْ الشَّافِعِيّ قَالَ : لَا يَجُوز السَّدْل فِي الصَّلَاة وَلَا فِي غَيْرهَا لِلْخُيَلَاءِ , وَلِغَيْرِهَا خَفِيف لِقَوْلِ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَبِي بَكْر ا ه, وَقَوْله : ” خَفِيف ” لَيْسَ صَرِيحًا فِي نَفْي التَّحْرِيم

Perkataan Imam Syafi’i yg dimaksud oleh Imam Nawawi itu, disebutkan oleh Al-Buwaithi di Kitab Mukhtashor-nya. Imam Syafi’i mengatakan: “Tidak boleh isbal, baik di dalam sholat atau di luarnya bagi mereka yg sombong. Sedang bagi yg tidak sombong lebih ringan hukumnya, karena sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam kepada Abu Bakar.” (Ibnu Hajar mengatakan:) Perkataan Imam Syafi’i “lebih ringan hukumnya”, tidak sharih (tegas) dalam menafikan haramnya (isbal tanpa rasa sombong)

(Fathul Bari 13/266)

Lihatlah bagaimana beliau dgn penuh kesopanan membantah perkataan ulama yg kurang tepat dalam menafsiri perkataan Imam Syafi’i tsb

▪︎ Keempat:

Beliau menjelaskan hikmah diharamkannya isbal, yg berlaku umum baik bagi yg isbal dgn rasa sombong atau tidak

فَأَمَّا لِغَيْرِ الْخُيَلَاء فَيَخْتَلِف الْحَال. فَإِنْ كَانَ الثَّوْب عَلَى قَدْر لَابِسه لَكِنَّهُ يَسْدُلهُ فَهَذَا لَا يَظْهَر فِيهِ تَحْرِيم, وَلَا سِيَّمَا إِنْ كَانَ عَنْ غَيْر قَصْد كَاَلَّذِي وَقَعَ لِأَبِي بَكْر, وَإِنْ كَانَ الثَّوْب زَائِدًا عَلَى قَدْر لَابِسه فَهَذَا قَدْ يُتَّجَه الْمَنْع فِيهِ مِنْ جِهَة الْإِسْرَاف فَيَنْتَهِي إِلَى التَّحْرِيم…. وَقَدْ يُتَّجَه الْمَنْع فِيهِ مِنْ جِهَة التَّشَبُّه بِالنِّسَاءِ وَهُوَ أَمْكَن فِيهِ مِنْ الْأَوَّل, وَقَدْ صَحَّحَ الْحَاكِم مِنْ حَدِيث أَبِي هُرَيْرَة “أَنَّ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَعَنَ الرَّجُل يَلْبَس لِبْسَة الْمَرْأَة” …  وَقَدْ يُتَّجَه الْمَنْع فِيهِ مِنْ جِهَة أَنَّ لَابِسه لَا يَأْمَن مِنْ تَعَلُّق النَّجَاسَة بِهِ, وَإِلَى ذَلِكَ يُشِير الْحَدِيث…. عَنْ عُبَيْد بْن خَالِد قَالَ: “كُنْت أَمْشِي وَعَلَيَّ بُرْد أَجُرّهُ, فَقَالَ لِي رَجُل: اِرْفَعْ ثَوْبك فَإِنَّهُ أَنْقَى وَأَبْقَى , فَنَظَرْت فَإِذَا هُوَ النَّبِيّ صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, فَقُلْت: إِنَّمَا هِيَ بُرْدَة مَلْحَاء, فَقَالَ: أَمَا لَك فِيَّ أُسْوَة؟ قَالَ: فَنَظَرْت فَإِذَا إِزَاره إِلَى أَنْصَاف سَاقَيْهِ”. وَسَنَده قَبْلهَا (رُهْم بنت الأسود) جَيِّد. (قال الألباني: ضعيف لكن له شاهد قاصر مخرج في الصحيحة رقم 1441)…  وَيُتَّجَه الْمَنْع أَيْضًا فِي الْإِسْبَال مِنْ جِهَة أُخْرَى وَهِيَ كَوْنه مَظِنَّة الْخُيَلَاء, قَالَ اِبْن الْعَرَبِيّ : لَا يَجُوز لِلرَّجُلِ أَنْ يُجَاوِز بِثَوْبِهِ كَعْبه , وَيَقُول لَا أَجُرّهُ خُيَلَاء , لِأَنَّ النَّهْي قَدْ تَنَاوَلَهُ لَفْظًا , وَلَا يَجُوز لِمَنْ تَنَاوَلَهُ اللَّفْظ حُكْمًا أَنْ يَقُول لَا أَمْتَثِلهُ لِأَنَّ تِلْكَ الْعِلَّة لَيْسَتْ فِيَّ , فَإِنَّهَا دَعْوَى غَيْر مُسَلَّمَة , بَلْ إِطَالَته ذَيْله دَالَّة عَلَى تَكَبُّره انتهى مُلَخَّصًا .

Adapun isbalnya orang yg tanpa rasa sombong, maka keadaannya berbeda. (misalnya) Jika bajunya itu sesuai ukuran pemakainya, tapi ia menyeretnya, maka tidak jelas (bagiku) hukum haramnya, apalagi jika itu tanpa disengaja, sebagaimana terjadi pada Abu Bakar. Namun jika bajunya itu melebihi ukuran pemakainya, maka keharaman itu berlaku padanya, karena masuk dalam israf yg diharamkan

Larangan isbal ini jg bisa karena isbal itu menyerupai (pakaian) wanita, Alasan ini lebih kuat dari alasan pertama, karena Imam Hakim telah men-shohih-kan hadits yg diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa “Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melaknat pria yalg mengenakan model pakaian wanita”

Larangan isbal jg bisa karena baju pemakainya tidak aman dari terkena najis, hikmah ini ditunjukkan oleh hadits. Dari Ubaid bin Khalid, ia berkata: “(Suatu hari) aku berjalan dgn menyeret baju burdahku, lalu ada orang yg menegurku: ‘Angkatlah bajumu!, sungguh itu lebih menjaga bersih & awetnya”. Aku pun menoleh ke arah suara itu, ternyata dia adalah Nabi shallallahu alaihi wasallam, lalu aku beralasan: ‘Ini hanya baju burdah malha‘, maka beliau menimpali: ‘Tidakkah kau meniruku?! Ubaid mengatakan: “Lalu ku lihat beliau, ternyata sarungnya (tinggi) sampai di tengah betisnya.” Larangan isbal jg bisa karena hal itu termasuk tanda kesombongan, Ibnul Arabi mengatakan: Laki-laki tidak boleh menjulurkan pakaiannya melewati mata kakinya, lalu berkilah: “Aku tidak menjulurkannya karena sombong!” Karena lafal hadits yg melarang hal itu telah mencakup dirinya, dan orang yg masuk dalam larangan, tidak boleh membela diri dgn mengatakan: “Aku tidak mau mengindahkan larangan itu, karena sebab larangannya tidak ada padaku.” Hal seperti ini adalah klaim yg tidak bisa diterima, sebab tatkala ia menjulurkan pakaiannya, sejatinya ia menunjukkan karakter kesombongannya

(Fathul Bari 13/266-267)

Perhatikan uraian Ibnu hajar di atas, beliau menyebutkan empat hikmah diharamkannya isbal:

(a) Israf harta (yakni menghambur-hamburkannya)

(b) Tasyabbuh (yakni menyerupai) pakaian wanita

(c) Tidak aman dari najis

(d) Termasuk tanda kesombongan

Dan semua hikmah ini berlaku umum bagi siapa saja yg isbal ria, baik dgn rasa sombong atau tidak

Kelima: Beliau menutup pembahasan masalah isbal dgn mengatakan:

وَحَاصِله أَنَّ الْإِسْبَال يَسْتَلْزِم جَرّ الثَّوْب وَجَرّ الثَّوْب يَسْتَلْزِم الْخُيَلَاء وَلَوْ لَمْ يَقْصِد اللَّابِس الْخُيَلَاء , وَيُؤَيِّدهُ مَا أَخْرَجَهُ أَحْمَد بْن مَنِيع مِنْ وَجْه آخَر عَنْ اِبْن عُمَر فِي أَثْنَاء حَدِيث رَفَعَهُ:  وَإِيَّاكَ وَجَرّ الْإِزَار فَإِنَّ جَرّ الْإِزَار مِنْ الْمَخِيلَة

Kesimpulannya, Isbal melazimkan menyeret pakaian, dan menyeret pakaian melazimkan kesombongan, meski pelakunya tidak bermaksud sombong. Kesimpulan ini juga dikuatkan oleh hadits: ‘Janganlah meng-isbal-kan sarungmu! Karena meng-isbal-kan sarung termasuk perbuatan sombong

(Fathul Bari jilid:13, hal: 267)

Inilah pernyataan beliau ttg isbal, jelas sekali dari uraian di atas, beliau tidak membolehkan isbal, meski tidak dibarengi dgn rasa sombong

Pertanyaannya: Lalu mengapa ada yg menisbatkan pendapat bolehnya isbal bila tanpa rasa sombong kepada Al-Hafidz Ibnu Hajar?

Jawabannya: Karena mereka salah dalam memahami ungkapan beliau berikut ini:

وَفِي هَذِهِ الْأَحَادِيث أَنَّ إِسْبَال الْإِزَار لِلْخُيَلَاءِ كَبِيرَة, وَأَمَّا الْإِسْبَال لِغَيْرِ الْخُيَلَاء فَظَاهِر الْأَحَادِيث تَحْرِيمه أَيْضًا. لَكِنْ اُسْتُدِلَّ بِالتَّقْيِيدِ فِي هَذِهِ الْأَحَادِيث بِالْخُيَلَاءِ عَلَى أَنَّ الْإِطْلَاق فِي الزَّجْر الْوَارِد فِي ذَمّ الْإِسْبَال مَحْمُول عَلَى الْمُقَيَّد هُنَا, فَلَا يَحْرُم الْجَرّ وَالْإِسْبَال إِذَا سَلِمَ مِنْ الْخُيَلَاء. قَالَ اِبْن عَبْد الْبَرّ: مَفْهُومه أَنَّ الْجَرّ لِغَيْرِ الْخُيَلَاء لَا يَلْحَقهُ الْوَعِيد, إِلَّا أَنَّ جَرّ الْقَمِيص وَغَيْره مِنْ الثِّيَاب مَذْمُوم عَلَى كُلّ حَال.

Hadits-hadits ini menunjukkan bahwa isbal (menyeret) sarung karena sombong termasuk dosa besar. Adapun isbal yg bukan karena sombong, maka dhohir-nya banyak hadits jg mengharamkannya

Namun taqyid sombong yg ada dalam hadits2 ini, dipakai untuk dalil, bahwa hadits2 lain ttg larangan isbal yg mutlak (tanpa menyebutkan kata sombong) harus dipahami dgn taqyid sombong ini, sehingga isbal & menyeret pakaian tidak diharamkan bila selamat dari rasa sombong

Ibnu Abdil barr mengatakan: “Mafhum-nya hadits ini menunjukkan, bahwa menyeret pakaian tanpa rasa sombong tidak masuk dalam ancaman, tapi (mafhum itu tidak berlaku dalam kasus ini), sungguh -bagaimanapun keadaannya- menyeret baju atau pakaian lainnya itu tercela, (yakni masuk dalam ancaman yang ada dalam hadits-hadits)“. (Fathul bari: jilid 13, hal: 266, cetakan Daaru Thaibah)

Sungguh jika orang itu lebih teliti dalam memahami metode yg dipakai Ibnu Hajar dalam keterangan di atas, ia akan tahu bahwa beliau sebenarnya melemahkan pendapat yg membolehkan isbal jika tanpa sombong

Cobalah anda tinjau ulang redaksi beliau ketika menyebutkan pendapat bolehnya isbal jika tanpa sombong, beliau menggunakan redaksi “ustudilla“ (lihat tulisan arab yg kami cetak merah & bergaris bawah), itu adalah bentuk shighotut tamridh, yakni redaksi yg biasa digunakan oleh para ulama untuk menyebutkan pendapat yg menurutnya lemah

Kata “ustudilla“ sendiri berarti: “dipakai untuk dalil”, dari kata ini pembaca akan paham bahwa yg memakainya sebagai dalil adalah orang lain, bukan Ibnu Hajar. Itulah sebabnya mengapa setelah menyebutkan pendapat yang dilemahkan itu, beliau langsung menyebutkan perkataan Ibnu Abdil Barr yg menentang pendapat lemah itu. Jelasnya Ibnu Hajar ingin memupus argumen pendapat yg dilemahkannya dgn perkataan Ibnu Abdil Barr itu

Perlu pembaca ketahui, bahwa tujuan Ibnu Hajar menyebutkan pendapat yg dilemahkan beliau, adalah untuk menjawab dalil2 pendapat itu. Oleh karena itu jika pembaca merujuk sendiri ke kitab Fathul Bari tsb, anda akan dapati beliau selalu menjawab setiap dalil yg mendukung bolehnya isbal jika tanpa rasa sombong.

Semoga tulisan ini menjadi koreksi bagi yg salah, & menjadi suntikan pengetahuan bagi yg baru menela’ah… Kurang lebihnya mohon maaf

Wassalam


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0t4iWFyPpyUEnTmHo1BViLBTSEfZxs2mCBWFiz69RqJbvahcj6u2kzcYXKx7noSHWl&id=100077090290340

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive