Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda :
"Sesungguhnya diantara tanda-tandanya hari Kiamat adalah seseorang menimba ilmu dari para al-Ashaaghir (yaitu orang2 bodoh dan pelaku bid’ah)" (HR. Abdullah bin Mubaarak dalam Kitab Zuhudnya no. 61 dan ath-Thabraani dalam al-Mu'jamul Kabiir 22/361-362, lihat Shahiihul Jaami' ash-Shaghiir no. 2207)
Sufyan bin Uyainah رحمه الله berkata :
"Akan datang kepada manusia di suatu zaman dimana ketika itu yang duduk di masjid2 mereka itu adalah para syaitan dalam rangka mengajari mereka tentang urusan agama mereka" (lihatlah Al-Bida' wan Nahyu 'Anha hal 265)
Imam al-Munawi رحمه الله berkata :
"Jangan kamu mengambil ilmu agama dari sembarang orang, kecuali orang yg kamu yakini keahlian dan kepantasannya menjadi tempat untuk mengambil ilmu (agama)" (Kitab Faidhul Qadiir II/545)
Saudaraku, hendaknya penilaianmu itu bukan hanya karena ustadz itu memulai kajian dengan menyebutkan innal hamda lillah, berjenggot dan tidak isbal, ada gelar lc dll, mereka berbicara tentang sunnah dan bid'ah, atau mereka sendiri mungkin mengaku telah mengikuti manhaj Salaf, atau merasa pernah duduk di kajiannya 1 atau 2 kali, kemudian dengan mudahnya engkau berkata bahwa ustadz itu telah mengikuti Sunnah dan manhaj Salafus Shalih dan layak diambil ilmunya...!?
Jamaah itu umumnya awam, & sekedar berkata dia bagus cara penyampaiannya, atau lembut, atau lucu, atau ceramahnya pun banyak di YouTube, ataupun banyak yang hadir dalam kajiannya, atau ustadz itu juga menggunakan dalil dari al-Qur'an & al-Hadits, dan hafal di luar kepala dst...
Saudaraku, yang menjadi masalah bukan itu, tapi ketahuilah "Bagaimanakah cara ustadz itu dalam memahami agamanya ?"
Apabila dia tidak mengikuti pemahaman yang benar sebagaimana yang dipahami oleh Rasulullah ﷺ dan para sahabatnya, serta generasi2 berikutnya yg mengikuti mereka dengan baik, maka tidak boleh untuk berguru, dan duduk di majelisnya !
✍ Ustadz Najmi Umar Bakkar
Instagram : @najmiumar_official
Youtube : najmi umar official
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.
