Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Sunday, February 26, 2023

Faidah Seputar Bulan Sya'ban (2/10)

MENGHIDUPKAN BULAN SYA'BAN DENGAN BERPUASA
Bismillah...

MENGHIDUPKAN BULAN SYA'BAN DENGAN BERPUASA

Nabi ﷺ berpuasa sunnah di bulan Sya’ban ini tidak seperti berpuasa di bulan-bulan lainnya. Beliau lebih banyak berpuasa di bulan Sya’ban ini. 

Sebagaimana diceritakan Ummul  Mu’minin ‘Aisyah radhiallahu‘anha:

« مَا رأيْتُ رَسُولَ اللَّه صلى اللّه عليه وسلّم اسْتكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ، وَ مَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ »

Tidak pernah saya melihat Rasulullah ﷺ menyempurnakan puasa di suatu bulan seperti di bulan Ramadhan, dan belum pernah saya melihat beliau lebih banyak berpuasa di suatu bulan seperti berpuasa di bulan Sya’ban.

(HR. Bukhari no.1969 dan Muslim no.1156) 

Didalam riwayat lain: 

وَفِي رواية: « كَانَ يَصُومُ شـعْبَانَ كُلَّهُ، كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلَّا قَلِيلًا » 

Pernah Nabi berpuasa di bulan Sya’ban seluruhnya, dan pernah juga berpuasa Sya’ban hanya sedikit (hari) saja.”

(HR. Bukhari No.1970 dan Muslim No.1156) 

Nabi ﷺ belum pernah berpuasa  selama dua bulan berturut-turut kecuali di bulan Sya’ban dan Ramadhan. Beliau berpuasa lebih banyak di bulan Sya’ban dan menyambungnya dengan bulan Ramadhan. 

Sebagaimana diutarakan oleh Ummul Mu’minin 'Aisyah radhiallahu‘anha:

« قالت أًمُّ الْمُؤْمنين أمّ سَلَمَه رضي اللّه عنها : مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلّي اللّه عليه و سلّم يَصُومُ شَهْرَيْنَ مًتَتَابِعَيْنِ إِلَّا شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ »

Belum pernah saya melihat Nabi ﷺ berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali di bulan Sya’ban dan Ramadhan.”

(HR. Tirmidzi No.736 dan Nasa’i No.2352. Dishahihkan oleh  al-Albani) 

Banyak orang yang lalai berpuasa di  bulan Sya’ban lantaran bulan ini didahului oleh bulan al-Haram (bulan suci), yaitu Rajab dimana berpuasa di bulan-bulan suci (asyhur al-hurum).

[Saat Allah ﷻ menciptakan langit dan bumi, Allah ﷻ telah menentukan jumlah bulan yaitu dua belas bulan; empat di antaranya adalah bulan haram, tiga bulan berurutan yaitu: Dzulqa’dah , Dzulhijjah, lalu Muharram serta satu yang terpisah yaitu bulan Rajab. Ini merupakan bulan-bulan haram yang diagungkan, baik pada masa jahiliyyah atau pun pada masa Islam] 

Ini secara umum adalah dianjurkan, namun tanpa meyakini keutamaan khusus terhadap bulan Rajab dibandingkan bulan haram lainnya, lalu diikuti oleh bulan Ramadhan yang penuh berkah. Akhirnya banyak orang yang teralihkan dari bulan Sya’ban lantaran kedua bulan ini, padahal dianjurkan untuk menghidupkan bulan Sya’ban ini dengan berpuasa. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

( إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتٰبِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقٰتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةً ۚ وَاعْلَمُوٓا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ ) 

"Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa."

(QS. at-Taubah: 36) 

Adalah dianjurkan, namun tanpa meyakini keutamaan khusus terhadap bulan Rajab dibandingkan bulan haram lainnya-, lalu diikuti oleh bulan Ramadhan yang penuh berkah. Akhirnya banyak orang yang teralihkan dari bulan Sya’ban lantaran kedua bulan ini, padahal dianjurkan untuk menghidupkan bulan Sya’ban ini dengan berpuasa.


- Bersambung ke Bag. 3/10 -


📎 Sumber : 32 Fa'dah fii Syahri Sya'ban Karya Syaikh Shalih al-Munajjid, penerbit: Majmu'ah Zad di bawah lisensi Syaikh Shalih al-Munajjid

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive