Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Saturday, December 16, 2023

Rindu Allah

Rindu Allah
Bismillah...

Rindu adalah perasaan sangat ingin dan berharap benar terhadap sesuatu. Perasaan ini biasanya muncul saat lama tak berjumpa dengan seseorang yang amat disayangi. Hal ini manusiawi dan sah-sah saja. Selama tidak berlebihan atau melampaui batas.

Namun, pernahkah kita merindukan Dzat yang teramat sangat menyayangi kita? Bahkan tak mungkin kita hidup tanpa kasih sayang-Nya. Dialah Allah subhanahu wa ta’ala.

Kerinduan hamba kepada Rabbnya terobati saat bermunajat kepada-Nya. Terutama ketika menunaikan shalat. Sehingga ia benar-benar selalu menunggu-nunggu kedatangan waktu shalat dan sangat menikmati saat menjalaninya. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلاَّ عَلَى الْخَاشِعِينَ {45} الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلاَقُوا رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Rabb-nya, dan bahwa mereka akan kembali kepadaNya. [al Baqarah/2 : 45-46].

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan,

“وَجُعِلَتْ قُرَّةُ عَيْنِي فِي الصَّلَاةِ“

Hiburanku adalah shalat”. HR. Nasa’iy dan dinilai sahih oleh al-Hakim, adh-Dhiya’ al-Maqdisiy serta al-Albaniy.

Dari sahabat Hudzaifah Radhiyallahu anhu, ia berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا حَزَبَهُ أَمْرٌ صَلَّى

Bila kedatangan masalah, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam mengerjakan shalat

[Hadits hasan riwayat Ahmad dalam Musnad (5/388) dan Abu Dawud (2/35). Shahih Sunan Abi Dawud (1/245)]

Nabi Shallallahu alaihi wa sallam berkata berkata kepada Bilal :

يَا بِلَالُ, أَقِمِ الصَّلَاةَ ! أَرِحْنـــَا بِهَا

Wahai, Bilal. Kumandangkan iqamah shalat. Buatlah kami tenang dengannya“. [Hadits hasan, Shahihu al Jami’ : 7892]

Bagaimana tidak terhibur dan menikmati shalat, sedangkan didalamnya seorang hamba ‘bercakap-cakap’ dengan Allah ta’ala.

Dalam Shahîh Muslim (IV/324 no. 876) disebutkan bahwa setiap hamba membaca ayat per ayat surat al-Fatihah, Allah ta’ala akan membalas dengan firman-Nya.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,

قَالَ اللهُ تَعَالَى: قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} ، قَالَ اللهُ تَعَالَى: حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}، قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ: {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ}، قَالَ: مَجَّدَنِي عَبْدِي – وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي – فَإِذَا قَالَ: {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ} قَالَ: هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ: {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ} قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَل

Allah berfirman, “Saya membagi shalat antara diri-Ku dan hamba-Ku menjadi dua. Untuk hamba-Ku apa yang dia minta.

Apabila hamba-Ku membaca, “Alhamdulillahi rabbil ‘alamin.”

Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku memuji-Ku.”

Apabila hamba-Ku membaca, “Ar-rahmanir Rahiim.”

Allah Ta’ala berfirman, “Hamba-Ku mengulangi pujian untuk-Ku.”

Apabila hamba-Ku membaca, “Maaliki yaumid diin.”

Apabila hamba-Ku membaca, “Hamba-Ku mengagungkan-Ku.” Dalam riwayat lain, Allah berfirman, “Hamba-Ku telah menyerahkan urusannya kepada-Ku.”

Apabila hamba-Ku membaca, “Iyyaka na’budu wa iyyaaka nasta’in.”

Allah Ta’ala berfirman, “Ini antara diri-Ku dan hamba-Ku, dan untuk hamba-Ku sesuai apa yang dia minta.”

Apabila hamba-Ku membaca, “Ihdinas-Shirathal mustaqiim….dst. sampai akhir surat.”

Allah Ta’ala berfirman, “Ini milik hamba-Ku dan untuk hamba-Ku sesuai yang dia minta.”

(HR. Ahmad 7291, Muslim 395)

Imam Ibn Rajab (w. 795 H) menjelaskan bahwa “hadits di atas menunjukkan bahwasanya Allah mendengarkan bacaan orang yang shalat. Sebab dia sedang bermunajat (berbisik-bisik) dengan Rabbnya. Lalu Allah menjawab setiap bisikan hamba-Nya, kalimat per kalimat”.

Pertemuan akbar

Pertemuan rutin harian hamba dengan Allah adalah ketika shalat. Adapun pertemuan akbarnya, adalah ketika ia bertemu Allah di surga-Nya. Hanya orang-orang beriman yang merindukan pertemuan tersebutlah, yang akan menikmati karunia terbesar itu.

عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: “مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ“، قَالَتْ عَائِشَةُ أَوْ بَعْضُ أَزْوَاجِهِ: إِنَّا لَنَكْرَهُ المَوْتَ، قَالَ: “لَيْسَ ذَاكِ، وَلَكِنَّ المُؤْمِنَ إِذَا حَضَرَهُ المَوْتُ بُشِّرَ بِرِضْوَانِ اللَّهِ وَكَرَامَتِهِ، فَلَيْسَ شَيْءٌ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا أَمَامَهُ، فَأَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ وَأَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ. وَإِنَّ الكَافِرَ إِذَا حُضِرَ بُشِّرَ بِعَذَابِ اللَّهِ وَعُقُوبَتِهِ، فَلَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَهَ إِلَيْهِ مِمَّا أَمَامَهُ، كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ وَكَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ“.

Dari Ubadah bin ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda, “Barang siapa menyukai perjumpaan dengan Allah, maka Allah pun akan menyukai perjumpaan dengannya. Barang siapa membenci perjumpaan dengan Allah, maka Allah pun akan membenci perjumpaan dengannya”.

Aisyah atau sebagian istri Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Kita semua membenci kematian”.

Beliau menjawab, “Bukan itu yang dimaksud. Namun seorang mukmin saat menghadapi sakaratul maut, dia akan diberi kabar gembira berupa ridha Allah dan karunia-Nya. Tidak ada sesuatu yang lebih ia sukai dibandingkan apa yang akan ia peroleh kelak. Saat itulah ia menyukai perjumpaan dengan Allah. Sehingga Allah pun menyukai perjumpaan dengannya. Adapun orang kafir, ketika menghadapi sakaratul maut, ia akan diancam dengan azab dan hukuman Allah. Tidak ada sesuatu yang lebih ia benci dibanding apa yang akan menimpanya kelak. Sehingga ia membenci perjumpaan dengan Allah. Maka Allah pun membenci perjumpaan dengannya. HR. Bukhari dan Muslim.


@ Pesantren “Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, Jum’at, 25 Muharram 1440 H / 5 Oktober 2018


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02JAHQgDmZe64993MmhCK6qQ5B9ffyC1DSmWFqDrkhTrtWkuHzx32aS1kFDoGtrfDCl&id=100044306025525


https://tunasilmu.com/rindu-allah/


https://t.me/ustadzabdullahzaen

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive