Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Tuesday, August 6, 2024

Kedudukan As-Sunnah

Bismillah...

🌕 Sahl bin 'Abdillah rahimahullahu ta'ala berkata :

"Permisalan as-sunnah di dunia seperti permisalan surga di akhirat. Barangsiapa masuk ke dalam surga di akhirat maka ia telah selamat, begitu pula barangsiapa masuk ke dalam as-sunnah di dunia maka ia telah selamat."

📖 [Dzammul Kalam: 4/384]

🌕 Asy-Syaikh Ahmad An-Najmi rahimahullah berkata :

"Islam yang sesungguhnya adalah as-sunnah, barangsiapa istiqamah diatas as-sunnah dan menegakkannya maka ia telah menegakkan islam."

📖 [Irsyadus Sariy, hal: 24]

🌕 Ibnu Qudamah Al-Maqdisi rahimahullah berkata :

"Barangsiapa menempuh jalan selain jalan pendahulunya, jalan-jalan itu akan mengantarkannya kepada kebinasaannya, barangsiapa melenceng dari as-sunnah maka sungguh ia telah menyimpang dari jalan menuju surga. Bertakwalah kalian kepada Allah ta'ala dan cemaskanlah diri-diri kalian, sesungguhnya perkaranya adalah sulit, tidak ada setelah surga kecuali neraka, tidak ada setelah kebenaran kecuali kesesatan, dan tidak ada setelah as-sunnah kecuali bid'ah."

📖 [Tahrimun Nazhar fii Kutubil Kalam: 71]

🌕 Al-Hasan Al-Bashri rahimahullau ta'ala berkata :

"As-Sunnah --demi Dzat Yang tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain Dia-- itu antara sikap berlebihan dan sikap kaku, bersabarlah kalian atasnya semoga Allah Merahmati kalian.

Sesungguhnya ahlussunnah itu adalah manusia yang paling sedikit di zaman dahulu, dan manusia yang paling sedikit di zaman yang akan datang. Merekalah orang-orang yang tidak terbawa oleh para penggemar maksiat dengan kemaksiatan-kemaksiatan mereka, juga tidak terbawa oleh para pelaku bid'ah dengan kebid'ahan-kebid'ahan mereka. Mereka bersabar diatas sunnah yang mereka pegang sampai bertemu Rabb mereka.

Maka insya Allah jadilah kalian seperti itu."

📖 [Ighatsatul Lahafan: 1/70]

🌕 Al-'Allamah As-Sa'di rahimahullahu ta'ala berkata :

"Tidak ada keshalihan bagi manusia kecuali dengan mengikuti as-sunnah dalam segala aspek kehidupan mereka."

📖 [Syarah Al-'Umdah: 1/439]

🌕 Al-Imam Adz-Dzahabi rahimahullahu ta'ala berkata :

"Seyogyanya bagi seorang muslim untuk berlindung dari fitnah-fitnah dan tidak membuat kisruh dengan menyebutkan pendapat-pendapat yang asing baik dalam perkara pokok maupun perkara cabang. Tidaklah engkau melihat pergerakan dalam hal itu mendatangkan kebaikan, bahkan berdampak adanya kejelekan, permusuhan dan kebencian terhadap orang-orang shalih dan para ahli ibadah dari kedua belah pihak. Maka berpegang teguhlah dengan as-sunnah, perbanyaklah diam, janganlah engkau berlarut-larut membahas apa yang tidak bermanfaat bagimu, apa yang janggal bagimu kembalikanlah kepada Allah dan Rasul-Nya, lalu berhentilah memikirkannya dan katakanlah : "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui"

📖 [Siyar A'lamin Nubala`: 20/142]

🌕 Ibnu Batthah rahimahullahu ta'ala berkata :

"Alangkah baiknya suatu kaum yang detail kecerdasan mereka, tinggi cita-cita mereka dalam mencontoh Nabi mereka, teramat besar kecintaan mereka hingga mereka mencontoh sedemikian kuat. Suri tauladan dari semisal mereka ini wahai --saudara-saudaraku-- contohlah oleh kalian, jejak-jejak mereka ikutilah, niscaya kalian akan terbimbing, tertolong dan mendapat perbaikan."

📖 [Dalam kitab beliau: "Al-Ibanah: 1/245]

🌕 Al-Imam Asy-Syathibi rahimahullahu ta'ala berkata :

"Termasuk diantara tanda-tanda kebahagiaan seorang hamba adalah ia dimudahkan dalam melaksanakan ketaatan, dimudahkan dalam mencocoki sunnah pada tindakan perbuatannya, dalam berteman dengan orang yang shalih, dalam berakhlak baik kepada sanak saudara, dalam upayanya yang sungguh-sungguh untuk mengenal Sang Pencipta, dalam mementingkan kaum muslimin, serta memelihara waktunya dengan baik."

📖 [Al-I'tisham: 2/152]

.           *«(ـ( مَكَــانُةُ الــسُّــنَّةِ )ـ)»*

• قَـالَ سَهْل بنُ عَبدُ الله - رَحِمَهُ الله تعالى - :

*مثل السّـُنَّة في الدنيا مثل الجنة في الآخرة ، من دخـل الجـَنّة في الآخـرة سَلِم ، ومن دخـل السُّـنَّة في الدنياسَلِم .*

📚 ذم الكلام : (٣٨٤/٤)

┈┉┅━━━•📗📕📘•━━━┅┉┈

• قـَالَ الشيخ أَحْمَد النَّجْمِي -رَحِمَهُ الله - :

*الإسـلام الحقـيقي هـو السُّـنَّة ، فمن استقام على السُّـنَّة وأقامها ، فـقد أقــام الإســلام .*

📚 إرشاد الساري : صـ (٢٤)

   ┈┉┅━━━•📗📕📘•━━━┅┉┈

• قَـالَ ابنُ قُدَامَة المَقْدِسِي - رَحِمَهُ الله - :

*من سلك غير طريق سلفه أفـضت به إلى تلفه ، ومـن مـال عن السُّـنّة فقد انحرف عن طـريق الـجَنَّة ، فـاتّقوا الله تعالى وخافوا على أنفسكم ، فإنّ الأمر صعب ، ومـا بعد الجنّة إلا النـّار ، وما بعد الحقّ إلا الـضّلال ، ولا بعد السُّـنّة إلا البدعة .*

📚 تحريم النّظر في كتب الكلام : (٧١)

   ┈┉┅━━━•📗📕📘•━━━┅┉┈

• قَـالَ الحَسَنُ البَصْرِيّ - رَحِمَهُ اللّه تعالى - :

*السّنّة والّذي لا إله إلّا هو بين الغالي والجافي ، فاصبروا علـيها رحمكم اللّه ، فإنّ أهل الـسّنّة كانوا أقـلّ النّاس فيما مضى ، وهم أقلّ النّاس فيما بقى ، الّذين لم يذهبوا مع أهل الإتراف في إترافهم ، ولا مع أهل البدع في بدعهم ، وصبروا على سنّتهم حتّى لقوا ربّهم ، فكذلك إن شاء اللّه فكونوا .*

📚 إغاثة اللهفان : (٧٠/١)

   ┈┉┅━━━•📗📕📘•━━━┅┉┈

• قَـالَ العَلّامَة السَّعْدِي - رَحِمَهُ الله تعالى - :

*لا صلاح للناس إلا باتباع السُّنة ،* 

*في جميع أحوالهم .* 

📚 شرح العمدة : (٤٣٩/١)

   ┈┉┅━━━•📗📕📘•━━━┅┉┈

• قال الإمام الذهبي - رحمه الله تعالى - :

*ينبغي للمسلم أن يستعيذ من الفتن ، ولا يَشْغَبَ بذكر غريب المذاهب لا في الأصول ولا في الفروع ، فما رأيت الحركةَ في ذلك تُحصِّل خيراً ، بل تُثير شراً وعداوةً ومقتاً للصُّلحاء والعُبّاد من الفريقين ،فتمسَّكْ بالسنّة ، وألزم الصمت ، ولا تخُضْ فيما لا يعنيك ، وما أشكل عليك فرُده إلى الله ورسوله ، وقف ، وقل : الله ورسوله أعلم .*

📚 سير أعلام النبلاء : (20/ 142)

   ┈┉┅━━━•📗📕📘•━━━┅┉┈

• قال ابنُ بطة - رحمه الله تعالى - : 

*فللّهِ درّ أقوامٍ دقَّت فِطَنُهم ، وصَفَتْ أذهانُهُم ، وتعالت بهم الهممُ في اتِّباعِ نبيِّهِم ، وتناهت بهم المحبةُ حتى اتَّبَعُوهُ هذا الاتباع ، فبمثل هَديِ هؤلاءِ إخواني فاهتدوا ، وﻵثارهم فاقتفوا ، ترشدوا وتُنصَروا وتُجبَروا .*

📚 كتابه اﻹبانة : (245/1)

   ┈┉┅━━━•📗📕📘•━━━┅┉┈

• قال الإمام الشاطبي - رحمه الله تعالى - :

*من علامات السعادة على العبد ، تيسير الطاعة عليه ، وموافقة السنة في أفعاله ، وصحبته لأهل الصلاح ، وحسن أخلاقه مع الإخوان ، وبذل معروفه للخلق ، واهتمامه للمسلمين ، ومراعاته لأوقاته .*

📚 الاعتصام : (٢/ ١٥٢)

   ┈┉┅━━━•📗📕📘•━━━┅┉┈


https://t.me/MuliaDenganSunnah


🌏 Thalab Ilmu Syar'i

✒ Editor : Admin AsySyamil.com


📡 Raih amal shalih dengan menyebarkan kiriman ini , semoga bermanfaat.

Jazakumullahu khoiron.


•═══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═══════•

📮 CHANNEL MULIA DENGAN SUNNAH

🌐 https://t.me/MuliaDenganSunnah

🅾 bit.ly/AsySyamilYoutubeChannel

🗳 bit.ly/Asy-SyamilcomDonasi

👥 https://bit.ly/JoinGrupKami

💠️ FB : https://goo.gl/tJdKZY

🛰 App : bit.ly/AsySyamilApp

📱 Admin : 081381173870

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Monday, August 5, 2024

Menuntut Ilmu, Jalan Mudah Menuju Syurga

Bismillah...

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ

Siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga.” (HR. Muslim, no. 2699)

Makna Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga, ada empat makna sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Rajab Al-Hambali:

Pertama: Dengan menempuh jalan mencari ilmu, Allah akan memudahkannya masuk surga.

Kedua: Menuntut ilmu adalah sebab seseorang mendapatkan hidayah. Hidayah inilah yang mengantarkan seseorang pada surga.

Ketiga: Menuntut suatu ilmu akan mengantarkan pada ilmu lainnya yang dengan ilmu tersebut akan mengantarkan pada surga.

Sebagaimana kata sebagian ulama kala suatu ilmu diamalkan,

مَنْ عَمِلَ بِمَا عَلِمَ أَوْرَثَهُ اللهُ عِلْمَ مَا لَمْ يَعْلَمْ

Siapa yang mengamalkan suatu ilmu yang telah ia ilmui, maka Allah akan mewarisinya ilmu yang tidak ia ketahui.

Sebagaimana kata ulama lainnya,

ثَوَابُ الحَسَنَةِ الحَسَنَةُ بَعْدَهَا

Balasan dari kebaikan adalah kebaikan selanjutnya.”

Begitu juga dalam ayat disebutkan,

وَيَزِيدُ اللَّهُ الَّذِينَ اهْتَدَوْا هُدًى

Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk.” (QS. Maryam: 76)

Juga pada firman Allah,

وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآَتَاهُمْ تَقْوَاهُمْ

Dan orang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan balasan ketaqwaannya.” (QS. Muhammad: 17)

Keempat: Dengan ilmu, Allah akan memudahkan jalan yang nyata menuju surga yaitu saat melewati shirath (sesuatu yang terbentang d atas neraka menuju surga.

Sampai-sampai Ibnu Rajab simpulkan, menuntut ilmu adalah jalan paling ringkas menuju surga. (Jami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2: 297-298)

Semoga dengan ilmu agama, kita dimudahkan untuk masuk surga.


Sumber : referensi Rumaysho.

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Sunday, August 4, 2024

4 Langkah Setan

Bismillah...

4 Langkah Setan:

• Banyak Memandang, 

• Banyak Makan, 

• Banyak Bicara, 

• Dan Banyak Bergaul


Empat langkah inilah yang menjadi langkah setan dalam menyesatkan manusia menurut Ibnul Qayyim rahimahullah.

Dalam Badaa-i’ Al-Fawaid (2:816), Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,

إِمْسَاكُ فُضُوْلِ النَّظَرِ وَالكَلاَمِ وَالطَّعَامِ وَمُخَالَطَةِ النَّاسِ فَإِنَّ الشَّيْطَانَ إِنَّمَا يَتَسَلَّطُ عَلَى اِبْنِ آدَمَوَيَنَالُ مِنْهُ غَرَضَهُ مِنْ هَذِهِ الأَبْوَابِ الأَرْبَعَةِ فَإِنَّ فُضُوْلَ النَّظَرِ يَدْعُو إِلَى الإِسْتِحْسَانِ وَوُقُوْعِ صُوْرَةِالمَنْظُوْرِ إِلَيْهِ فِي القَلْبِ وَالإِشْتِغَالِ بِهِ وَالفِكْرَةِ فِي الظَفْرِ بِهِ

Hendaknya menahan diri dari pandangan yang tak bisa terjaga, banyak bicara, banyak makan, dan banyak bergaul. Hal-hal ini merupakan empat pintu setan dalam menguasai manusia dan jalan setan mencapai tujuannya. Enggan menundukkan pandangan akan mengantarkan pada menganggap baik (istihsan), yang dilihat akan menancap dalam hati, pikiran pun akan sibuk membayangkannya, hingga berpikiran agar tercapai tujuan.

Empat hal ini disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam poin kesepuluh setelah menyebutkan sembilan kaidah bermanfaat untuk melindungi hamba dari setan dan menyelamatkan dari gangguannya. Lihat Badaa-i’ Al-Fawaid, 2:809-816.


Pertama : Banyak memandang

Contohnya adalah memandang lawan jenis.

Dalam surah An-Nuur sendiri diperintahkan untuk menundukkan pandangan,

قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُم

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya'.” 

(QS. An-Nuur : 30)

Wanita juga diperintahkan untuk menundukkan pandangan,

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ

Katakanlah kepada wanita yang beriman, 'Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya'.” 

(QS. An-Nuur : 31)

Dalam hadits disebutkan,

فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ

Zina kedua mata adalah dengan melihat.” 

(HR. Muslim, no. 6925)

Dari Jarir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,

سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنْ نَظَرِ الْفُجَاءَةِ فَأَمَرَنِى أَنْ أَصْرِفَ بَصَرِى.

Aku pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai pandangan yang tidak di sengaja. Maka beliau memerintahkanku supaya memalingkan pandanganku.” 

(HR. Muslim, no. 2159)


Kedua : Banyak Bicara

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَاليَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْراً أَوْ لِيَصْمُتْ،

Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, berkatalah yang baik, ataukah diam.” 

(HR. Bukhari, no. 6018, 6019, 6136, 6475 dan Muslim, no. 47)

Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِى النَّارِ عَلَى وُجُوهِهِمْ أَوْ قاَلَ عَلَى مَنَاخِرِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ

Semoga ibumu kehilanganmu! (Kalimat ini maksudnya adalah untuk memperhatikan ucapan selanjutnya). Tidaklah manusia tersungkur di neraka di atas wajah atau di atas hidung mereka melainkan dengan sebab lisan mereka.’” 

(HR. Tirmidzi, no. 2616 dan Ibnu Majah, no. 3973. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan hadits ini hasan).


Ketiga : Banyak Makan

Dari Al-Miqdam bin Ma’dikarib radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ

Tidak ada tempat yang lebih jelek daripada memenuhi perut keturunan Adam. Cukup keturunan Adam mengonsumsi yang dapat menegakkan tulangnya. Kalau memang menjadi suatu keharusan untuk diisi, maka sepertiga untuk makannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk nafasnya.”

(HR. Ahmad, 4:132; Tirmidzi, no. 2380; Ibnu Majah, no. 3349. Syaikh Syuaib Al-Arnauth mengatakan bahwa perawi hadits ini tsiqqah, terpercaya).

Ibnu Rajab rahimahullah mengatakan, 

Manfaat dari sedikit makan bagi baiknya hati adalah hati akan semakin lembut, pemahaman semakin mantap, jiwa semakin tenang, hawa nafsu jelek tertahan, dan marah semakin terkendali. Hal ini berbeda dengan kondisi seseorang yang banyak makan.” 

(Jaami’ Al-‘Ulum wa Al-Hikam, 2:469)


Keempat : Banyak Bergaul

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi  wa sallam bersabda,

الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ

Seseorang akan mencocoki kebiasaan teman karibnya. Oleh karenanya, perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian.” 

(HR. Abu Daud, no. 4833; Tirmidzi, no. 2378; dan Ahmad, 2:344. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih)

Adapun bergaul ada beberapa bentuk menurut Ibnul Qayyim dalam Badaai’ Al-Fawaid:

  • Bergaul seperti orang yang membutuhkan makanan, terus dibutuhkan setiap waktu, contohnya adalah bergaul dengan para ulama.
  • Bergaul seperti orang yang membutuhkan obat, dibutuhkan ketika sakit saja, contohnya adalah bentuk muamalat, kerja sama, berdiskusi, atau berobat saat sakit.
  • Bergaul yang malah mendapatkan penyakit, misalnya ada penyakit yang tidak dapat diobati, ada yang kena penyakit bentuk lapar, ada yang kena penyakit panas sehingga tak bisa berbicara.
  • Bergaul yang malah mendapatkan racun, contohnya adalah bergaul dengan ahli bid’ah dan orang sesat, serta orang yang menyesatkan yang lain dari jalan Allah yang menjadikan sunnah itu bid’ah atau bid’ah itu menjadi sunnah, menjadikan perbuatan baik sebagai kemungkaran dan sebaliknya.

Ibnul Qayyim menjelaskan dalam Badaa-i’ Al-Fawaid (2:824-825), 

Siapa yang tersadarkan dengan menjaga diri dari empat hal yang merusak yaitu tidak menjaga pandangan, banyak bicara, banyak makan, dan banyak bergaul, padahal empat hal ini adalah yang merusak alam, lalu ia menempuh sembilan langkah untuk menjaga diri dari godaan setan tersebut, maka ia berarti telah mendapatkan taufik, mencegah dirinya dari pintu Jahannam, dan membuka pintu rahmat.

Semoga Allah menyelamatkan kita dari gangguan setan.


Referensi :

  • At-Tashiil li Ta’wil At-Tanziil Juz ‘Amma fii Sual wa Jawab. Syaikh Musthafa Al-‘Adawi. Penerbit Maktabah Makkah.
  • Badaa-i’ Al-Fawaid. Cetakan ketiga, Tahun 1433 H. Al-Imam Abu ‘Abdillah Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub Ibnu Qayyim Al-Jauziyah. Penerbit Dar ‘Alam Al-Fawaid.


Oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc

(Artikel Rumaysho)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Friday, March 8, 2024

Menyambut Kedatangan Bulan Ramadhan (Bag.4)

Menyambut Kedatangan Bulan Ramadhan (Bag.4)
Bismillah...

✒️ Prof. DR. Umar ibnu Abdillah Al-Muqbil حفظه الله تعالى 

Dan diantara perkara yang dilakukan untuk menyambut kedatangan bulan suci ini adalah :

"Banyak-banyak memanjatkan do'a agar diberikan keberkahan dalam waktu dan umurnya dan senantiasa diberikan limpahan barokah di bulan Sya'ban dan Ramadhan dan semoga di bulan Ramadhan ini ia tergolong menjadi orang orang yang bersegera dalam melakukan kebajikan..

Karena seorang hamba bagaimana pun kondisinya, ia butuh kepada do'a, karena sekiranya tanpa taufiq dan hidayah dari Allah ﷻ ia takkan mungkin berbuat sekecil apapun. Sehingga selain berusaha hendaknya dibarengi dengan iringan do'a, karena Allah ﷻ Maha Karim dan tidak akan menyia nyiakan orang yang telah berusaha mengetuk pintu kemurahan-Nya..

Sebagai penutup, marilah kita dengarkan untaian nasehat dari Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah, 

"Wahai orang-orang yang telah menyia-nyiakan waktu-waktunya yang mulia, meninggalkan puing-puing kenistaan  dan alangkah kejinya. Bulan Rajab telah lewat sedangkan engkau tidak berbuat kebajikan dan ini bulan Sya'ban yang penuh berkah.."

"Wahai orang-orang yang berbuat kebodohan dengan menelantarkan waktunya, hendaklah bangun dari tidurmu dan berhati-hatilah menyambut kerugianmu. Sesungguhnya engkau akan meninggalkan kelezatan dunia secara paksa, dan engkau akan diselimuti kematian dengan penuh kebencian menuju rumah abadimu. Oleh karenanya bersegeralah merubah hidup mu dengan berusaha menghapus segala kesalahan dengan taubat yang tulus.."

"Bercita-citalah menggapai keselamatan dari Neraka Jahim, karena sebaik-baik orang yang bersalah adalah berubah.."

اللهم بلغنا رمضان، ووفقنا للاستعداد له وتدارك ما انفرط من الأعمار، اللهم أصلح أحوال المسلمين، وبصّرهم بمواطن الضعف فيهم، اللهم بصّرهم بمكائد أعدائهم، اللهم واخذل أعداء الملة، واحم حوزة الدين، وانصر عبادك المجاهدين في كل مكان.

"Ya Allah, sampaikanlah kami hingga bulan Ramadhan, dan berilah kami taufiq untuk memperbaiki segala kesalahan yang terdahulu, Ya Allah, perbaikilah keadaan kaum muslimin dan kuatkanlah segala kelemahan mereka, dan menangkanlah atas musuh-musuh mereka, Ya Allah, lenyapkanlah musuh agama ini, dan lindungilah para pembela agama, dan tolonglah para mujahidin di setiap tempat Ya Robbal Alamin.."

الـلَّهمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّد، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إبراهيم وعلى آل إبْرَاهِيمَ إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. وبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّد، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إبراهيم وعلى آل إبْرَاهِيمَ إنَّكَ حميد مجيد.


*= S E L E S A I =*


Dalam Naungan Ilmu Kumpulan Catatan Ustadz Rochmad Supriyadi, Lc


•═════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═════•

🌐 https://bbg-alilmu.com

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Hal-Hal yang Disunnahkan di Bulan Ramadhan

Hal-Hal yang Disunnahkan di Bulan Ramadhan
Bismillah...

1. Memperbanyak Membaca Al-Qur’an.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bulan Ramadlan merupakan bulan Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah : 185). Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, para shahabat, dan para ulama setelahnya telah memberikan keteladanan bagi kita dalam hal ini. 

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam biasa membaca ulang Al-Qur’an/bertadarus di hadapan Jibril setiap malam bulan Ramadlan, sebagaimana yang dikhabarkan oleh Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma :

وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيدارسه القرآن

Jibril biasa menemui beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam setiap malam di bulan Ramadlan untuk bertadarus Al-Qur’an” (HR. Bukhari no. 6).

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :

خيركم من تعلم القرآن وعلمه

Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an” (HR. Al-Bukhari no. 5027, Abu Dawud no. 1452, At-Tirmidzi no. 2909, dan Ibnu Majah no. 211).

الماهر بالقرآن مع السفرة الكرام البررة والذي يقرأ القرآن ويتتعتع فيه وهو عليه شاق له أجران

Orang yang mahir membaca Al-Qur’an akan bersama para malaikat yang mulia dan baik, sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata (tidak lancar – tapi tetap berkemauan keras), maka baginya dua pahala” (HR. Al-Bukhari no. 4937, Muslim no. 798, Abu Dawud no. 1454, ‘Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf no. 4194; ini adalah lafadh Muslim).

مثل المؤمن الذي يقرأ القرآن كمثل الأترجة ريحها طيب وطعمها طيب ومثل المؤمن الذي لا يقرأ القرآن كمثل التمرة لا ريح لها وطعمها حلو ومثل المنافق الذي يقرأ القرآن مثل الريحانة ريحها طيب وطعمها مر ومثل المنافق الذي لا يقرأ القرآن كمثل الحنظلة ليس لها ريح وطعمها مر

Permisalan seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an bagaikan buah Utrujah, baunya wangi dan lezat rasanya. Sedangkan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an, maka ia seperti tamr (kurma), tidak berbau tetapi manis rasanya. Permisalan seorang munafiq yang membaca Al-Qur’an seperti raihan, baunya wangi akan tetapi rasanya pahit. Sedangkan permisalan seorang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an, maka ia seperti buah handhalah, tidak wangi lagi pahit rasanya” (HR. Al-Bukhari no. 5427 dan Muslim no. 797).

Selain membaca Al-Qur’an, kita juga dituntut untuk mentadaburi dan mengamalkannya.

2. Memperbanyak Shadaqah.

Bershadaqah adalah satu kesempatan bagi kita untuk mencari keridlaan Allah serta maghfirah-Nya di bulan Ramadlan. Shadaqah yang kita berikan haruslah berasal dari harta yang halal untuk diberikan kepada faqir miskin, sanak kerabat, tetangga, anak-anak yatim piatu, dan kaum muslimin pada umumnya. 

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :

إن الله طيب لا يقبل إلا طيبا

Sesungguhnya Allah itu Maha Bagus, Allah tidak akan menerima kecuali yang baik (halal)” (HR. Muslim no. 1015).

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيدارسه القرآن فلرسول الله صلى الله عليه وسلم أجود بالخير من الريح المرسلة

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Beliau lebih dermawan lagi ketika bulan Ramadlan pada saat Jibril menemui beliau. Jibril biasa menemui beliau di setiap malam di bulan Ramadlan untuk bertadarus Al-Qur’an. Maka pada saat itu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang berhembus” (HR. Al-Bukhari no. 6).

3. Memberi Makanan Berbuka kepada Orang yang Sedang Berpuasa.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :

من فطر صائما كان له مثل أجرهم من غير أن ينقص من أجورهم شيئا

Barangsiapa yang memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti pahala orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi dari pahala orang berpuasa itu sedikitpun” (HR. Ahmad 4/114, At-Tirmidzi no. 807, dan Ibnu Majah no. 1746. Shahih Sunan Ibni Majah 2/85 no. 1428).

4. Memperbanyak Do’a.

Ketahuilah wahai saudaraku muslimin, bahwa doa orang yang berpuasa sangat mustajab. Mari kita ambil kesempatan itu untuk banyak berdoa dengan hati yang ikhlash, mengikuti sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan berkeyakinan bahwa doa kita akan dikabulkan oleh Allah ta’ala.

Dari Abi Hurairah radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :

ثلاث دعوات مستجابات : دعوة الصائم ودعوة المظلوم ودعوة المسافر

Ada tiga doa yang dikabulkan : Doa orang yang berpuasa, doa orang yang dianiaya, dan doa orang yang bepergian (musafir)” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul-Iman no. 3324; Ash-Shahiihah no. 1797)

5. I’tikaf.

Yaitu berdiam diri di masjid untuk beribadah dalam rangka taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah ta’ala. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ber-i’tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadlan.

عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعتكف العشر الأواخر من رمضان

Dari ‘Abdillah bin ‘Umar radliyallaahu ‘anhuma ia berkata : “Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam melakukan i’tikaf apabila masuk malam-malam sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadlan” (HR. Al-Bukhari no. 2025 dan Muslim no. 1171).

6. Melakukan ‘Umrah.

Dalil yang menunjukkan keutamaan ber-‘umrah pada bulan Ramadlan adalah sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam kepada seorang wanita Anshar yang tidak sempat berhaji bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

فإذا جاء رمضان فاعتمري فإن عمرة فيه تعدل حجة

Apabila datang bulan Ramadlan, maka ber-umrah-lah kamu, sesungguhnya ‘umrah di bulan Ramadlan itu nilainya sama dengan ibadah haji” (HR. Muslim no. 1256).

7. Melatih Anak-Anak untuk Berpuasa.

Melatih anak-anak sedini mungkin untuk berpuasa (sesuai dengan kadar kesanggupannya) sangatlah penting untuk menanamkan rasa cinta terhadap syari’at Islam. Selain itu, fisik mereka akan terlatih di kemudian hari tahapan-demi tahapan sehingga pada satu waktu, si anak dapat mengerjakan ibadah puasa secara sempurna (mulai fajar shadiq sampai matahari terbenam). 

Ada teladan yang cukup baik dari para shahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam hal ini :

عن الربيع بنت معوذ قالت أرسل النبي صلى الله عليه وسلم غداة عاشوراء إلى قرى الأنصار من أصبح مفطرا فليتم بقية يومه ومن أصبح صائما فليصم قالت فكنا نصومه بعد ونصوم صبياننا ونجعل لهم اللعبة من العهن فإذا بكى أحدهم على الطعام أعطيناه ذاك حتى يكون عند الإفطار

Dari Rubayyi’ binti Mu’awwidz ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengirim utusan di suatu pagi hari ‘Asyuura (10 Muharram) di pedesaan kaum Anshar. Ia berkata : ‘Barangsiapa di waktu pagi tidak berpuasa, maka hendaklah ia berpuasa pada sisa harinya. Dan barangsiapa di waktu pagi berpuasa, maka teruskanlah puasanya itu’. Maka Rubayyi’ berkata : “Kami pun berpuasa dan menyuruh anak-anak kami berpuasa. Kami memberikan boneka-boneka dari wol apabila mereka menangis karena lapar dan haus. Hal itu terus berlangsung hingga waktu berbuka tiba” (HR. Al-Bukhari no. 1859).


•═════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═════•

https://abul-jauzaa.blogspot.com/2008/09/ringkasan-hukum-hukum-dalam-bulan.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Hal-Hal yang Harus Ditinggalkan oleh Orang yang Berpuasa

Hal-Hal yang Harus Ditinggalkan oleh Orang yang Berpuasa
Bismillah...

Untuk meraih kesempurnaan puasa, orang yang berpuasa selayaknya tidak hanya menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkan puasa saja. Namun ia juga harus menahan diri dari akhlaq-akhlaq yang tercela dan perbuatan dosa lainnya. Salah satu tujuan yang diinginkan oleh seorang yang berpuasa adalah mencapai derajat taqwa, sebagaimana firman Allah ta’ala :

يَأَيّهَا الّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلّكُمْ تَتّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (QS. Al-Baqarah : 183).

Beberapa hal yang harus ditinggalkan oleh orang yang berpuasa diantaranya adalah :

1. Perkataan Dusta.

Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :

من لم يدع قول الزور والعمل به فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه

Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengamalkannya, maka Allah tidak memerlukan (puasa orang itu yang) meninggalkan makan dan minumnya” (HR. Bukhari no. 1903).

2. Pembicaraan yang Tidak Bermanfaat dan Kata-Kata Kotor.

Dari Abi Hurairah radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

ليس الصيام من الأكل والشرب إنما الصيام من اللغو والرفث فإن سابك أحد أو جهل عليك فلتقل إني صائم إني صائم

Puasa itu bukan hanya dari makan dan minum saja, tetapi puasa itu (menahan diri) dari kata-kata tidak bermanfaat dan kata-kata kotor. Oleh karena itu jika ada orang yang mencacimu atau membodohimu, maka katakanlah kepadanya : 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa, sesungguhnya aku sedang berpuasa'” (HR. Ibnu Khuzaimah no. 1996 dan Al-Hakim no. 1571 dengan sanad shahih; ini adalah lafadh Ibnu Khuzaimah).

3. Ghibah (Menggunjing/Ngrumpi).

Ghibah adalah menceritakan keburukan seseorang dimana orang tersebut tidak suka jika hal itu diketahui oleh orang lain. 

Allah telah berfirman :

وَلاَ يَغْتَب بّعْضُكُم بَعْضاً أَيُحِبّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتاً فَكَرِهْتُمُوهُ

Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya “ (QS. Al-Hujuraat : 12).

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أتدرون ما الغيبة قالوا الله ورسوله أعلم قال ذكرك أخاك بما يكره قيل فرأيت إن كان في أخي ما أقول قال إن كان فيه ما تقول فقد اغتبته وإن لم يكن فيه فقد بهته

Apakah kalian tahu apa ghibah itu? Mereka menjawab : ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu’. Beliau bersabda : ‘Jika kamu menyebut saudaramu tentang apa yang ia benci, (maka kamu telah melakukan ghibah)’. Beliau ditanya : ‘Bagaimana jika sesuatu yang aku katakan ada pada saudaraku?’ Beliau menjawab : ‘Bila sesuatu yang kamu bicarakan ada padanya maka kamu telah melakukan ghibah, dan apabila yang kamu bicarakan tidak ada maka kamu telah membuat kebohongan atasnya “ (HR. Muslim no. 2589, At-Tirmidzi no. 1934, Malik no. 1998, dan Ahmad 2/384; ini adalah lafadh Muslim).

4. Namimah (Mengadu Domba).

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :

لا يدخل الجنة نمام

Tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba” (HR. Al-Bukhari no. 6056 dan Muslim no. 105; ini adalah lafadh Muslim).

Sebagian ulama menjelaskan bahwa namimah itu lebih buruk daripada ghibah, karena ia merupakan satu oengkhianatan dan kehinaan yang kemudian akan berakhir dengan percekcokan dan pemutusan silaturahim.

5. Mengumbar Syahwat.

Fenomena yang hampir terjadi di setiap tempat di sekitar kita adalah banyaknya kaum muslimin yang menghabiskan waktu sehabis sahur dan menjelang berbuka untuk “nongkrong”, “mejeng”, berdua-duaan dengan lain mahram, dan yang semisalnya dengan alasan jalan sehat, cuci mata, atau ngabuburit. Alangkah meruginya mereka dengan perbuatan sia-sia dan maksiat itu. 

Allah telah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk menundukkan pandangan dan memelihara kemaluannya :

قُلْ لّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضّواْ مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُواْ فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَىَ لَهُمْ إِنّ اللّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ* وَقُل لّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنّ

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya…." (QS. An-Nuur : 30-31).

عن جرير بن عبد الله قال سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن نظر الفجاءة فأمرني أن أصرف بصري

Dari Jabir bin Abdillah radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Aku bertanya kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dari pandangan tidak sengaja (terhadap sesuatu yang diharamkan), maka beliau memerintahkan kepadaku untuk memalingkan pandanganku” (HR. Muslim no. 2159).

كُتِبَ عَلَى ابْنِ أدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكٌُ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الْإِسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ، وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ

Telah dituliskan atas Bani Adam bagian dari zina yang pasti ia melakukannya, tidak bisa tidak. Maka, zina kedua mata adalah melihat (yang diharamkan), zina kedua telinga adalah mendengar (yang diharamkan), zina lisan adalah berkata-kata (yang diharamkan), zina tangan adalah memegang (yang diharamkan), zina kaki adalah melangkah (ke tempat yang diharamkan), hati berkeinginan dan berangan-angan, dan kemaluan membenarkan itu semua atau mendustakannya” (HR. Bukhari no. 6243 dan Muslim no. 2657, ini adalah lafadh Muslim)

Oleh karena itu, muncul ancaman keras dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bagi orang-orang yang melakukan keburukan-keburukan tersebut di atas. Beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

رب صائم ليس له من صيامه إلا الجوع ورب قائم ليس له من قيامه إلا السهر

Berapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan rasa haus dan lapar dari puasanya” (HR. Ibnu Majah no. 1690, Al-Hakim no. 1572, Ahmad 2/373, dan Al-Baihaqi dalam Al-Kubraa no. 8097; ini adalah lafadh Ibnu Majah. Shahih Sunan Ibni Majah 2/81 no. 1380).

Hal ini dikarenakan orang yang berpuasa tersebut tidak memahami hakikat puasa yang sebenarnya sebagaimana yang Allah ta’ala telah perintahkan kepada kita sehingga Allah membalasnya dengan mengharamkan pahala dan ganjaran puasanya.


•═════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═════•

https://abul-jauzaa.blogspot.com/2008/09/ringkasan-hukum-hukum-dalam-bulan.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Yang Boleh Dilakukan Oleh Orang yang Berpuasa

Yang Boleh Dilakukan Oleh Orang yang Berpuasa
Bismillah...

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لولا أن أشق على أمتي أو على الناس لأمرتهم بالسواك مع كل صلاة

Jika aku tidak takut menyulitkan umatku – atau menyulitkan manusia – , niscaya akan kuperintahkan mereka bersiwak setiap hendak shalat” (HR. Al-Bukhari no. 887 dan Muslim no. 252; ini adalah lafadh Al-Bukhari).

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam tidak mengkhususkan hal itu hanya pada orang yang tidak berpuasa saja. Namun secara umum berlaku untuk orang yang berpuasa maupun yang tidak berpuasa. Dan bahkan, bersiwak ini sangat dianjurkan……

2. Masuk Waktu Fajar dalam Keadaan Junub (Belum Mandi).

Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bangun pagi ketika fajar, sedangkan beliau dalam keadaan junub setelah bercampur dengan istrinya, lalu beliau mandi setelah terbit fajar dan kemudian berpuasa. Hal ini berdasarkan hadits :

عن عائشة وأم سلمة - رضي الله عنهما- : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يدركه الفجر وهو جنب من أهله ثم يغتسل ويصوم

Dari Aisyah dan Ummu Salamah radliyallaahu ‘anhuma : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah mendapati fajar telah terbit dan ketika itu beliau dalam keadaan junub setelah bercampur dengan istrinya. Kemudian beliau mandi dan berpuasa (HR. Al-Bukhari no. 1926 dan Muslim no. 1109; ini lafadh Al-Bukhari).

3. Berkumur dan Memasukkan Air ke dalam Hidung (Ketika Wudlu’).

Hal ini karena Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa berkumur dan memasukkan air ke hidung saat beliau berpuasa. Hanya saja beliau melarang orang yang berpuasa untuk berlebih-lebihan dalam melakukan kedua hal tersebut. 

Laqith bin Shabirah meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

... وبالغ في الاستنشاق إلا أن تكون صائماً

Dan bersungguh-sungguhlah kalian dalam ber-istinsyaaq (memasukkan air ke dalam hidung saat berwudlu’) kecuali bila kalian berpuasa” (HR. At-Tirmidzi no. 788, Abu Dawud no. 142, Ibnu Abi Syaibah no. 84, Ibnu Majah no. 407, dan Nasa’i dalam Al-Mujtabaa no. 87; Irwaa’ul-Ghalil no. 935).

4. Bercumbu dan Berciuman Bagi Suami Istri yang Sedang Berpuasa (bagi yg mampu menahan syahwat).

Hal ini ditegaskan oleh hadits berikut :

عن عائشة رضى الله تعالى عنها قالت كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يقبل وهو صائم ويباشر وهو صائم ولكنه أملككم لإربه

Dari ‘Aisyah radliyallaahu ta’ala ‘anhaa bahwasannya ia berkata : ”Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah mencium dan bercumbu pada saat beliau sedang berpuasa. Namun beliau adalah orang yang paling kuat menahan nafsunya diantara kalian” (HR. Al-Bukhari no. 1927 dan Muslim no. 1106; ini adalah lafadh Muslim).

Hal itu dimakruhkan bagi orang yang masih muda dan tidak bagi yang sudah tua. 

Telah diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radliyallaahu ‘anhuma ia berkata :

كنا عند النبي صلى الله عليه وسلم فجاء شاب فقال يا رسول الله أقبل وأنا صائم قال لا فجاء شيخ فقال أقبل وأنا صائم قال نعم قال فنظر بعضنا إلى بعض فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم قد علمت لم نظر بعضكم إلى بعض ان الشيخ يملك نفسه

Kami pernah bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba seorang pemuda mendekati beliau seraya berkata, "Wahai Rasulullah, bolehkah aku mencium istriku sedangkan aku dalam kondisi berpuasa?”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, "Tidak boleh”. Kemudian datang seorang yang telah tua seraya berkata, "Apakah aku boleh mencium (istriku) sedangkan aku dalam kondisi berpuasa?”. Beliau menjawab, "Boleh”. Abdullah berkata, "Lalu kami saling berpandangan, kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya orang yang sudah tua tersebut mampu untuk menahan nafsunya (HR. Ahmad 2/185 dan 2/220. Silsilah Ash-Shahiihah no. 1606).

5. Tranfusi Darah dan Suntikan yang Tidak Dimaksudkan Sebagai Makanan.

Syaikh Ibnu ’Utsaimin pernah ditanya tentang hukum suntikan untuk pengobatan yang dilakukan di siang hari bulan Ramadlan bagi orang yang berpuasa, maka beliau menjawab : ”Suntikan pengobatan ada dua : Pertama, suntikan infus dimana dengan suntikan ini bisa mencukupi kebutuhan makan dan minum. Maka dalam hal ini orang yang melakukannya termasuk dalam orang yang telah berbuka (batal puasanya). Nash-nash syar’i bertemu dengan satu makna yang mencakup satu bentuk dari keumuman bentuk-bentuk hukum dalam nash, maka hal itu dihukumi dengan nash tersebut. Adapun jenis yang kedua adalah suntikan yang tidak mengandung makanan dan minuman. Maka orang yang melakukannya ini bukan termasuk orang yang berbuka (tidak batal puasanya). Hal itu disebabkan karena suntikan tersebut tidak tercakup dalam konteks nash secara lafadh maupun makna. Ia bukanlah termasuk cakupan makan dan minum. Bukan pula sesuatu yang mempunyai makna makan dan minum. Hukum asal (seseorang yang melakukan puasa) adalah sah puasanya hingga tetap adanya sesuatu yang menyebabkan rusaknya berdasarkan dalil syar’i” (Fataawaa Ash-Shiyaam oleh Ibnu ’Utsaimin, hal. 58; dikumpulkan oleh Muhammad Al-Musnad). [17]

6. Berbekam.

Pada awalnya berbekam (canduk) termasuk perkara yang membatalkan puasa sebagaimana hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :

أفطر الحاجم والمحجوم

Telah berbuka (batal puasa) orang yang berbekam dan yang dibekam” (HR. At-Tirmidzi no. 774; Abu Dawud no. 2367, 2370,2371; Ibnu Majah no. 1679. Shahih Sunan Abi Dawud 2/68).

Jumhur ulama mengatakan bahwa hukum ini di-mansukh (dihapuskan) sehingga berbekam tidaklah membatalkan puasa. [18] 

Hal ini terlihat dari perbuatan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau berbekam pada saat berpuasa, sebagaimana hadits berikut :

عن بن عباس رضى الله تعالى عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم احتجم وهو محرم واحتجم وهو صائم

Dari Ibnu ‘Abbas radliyallaahu anhuma bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam berbekam saat beliau dalam keadaan ihram (haji) dan pernah berbekam dalam keadaan berpuasa (HR. Bukhari no. 1938, 1939).

عن أبي سعيد الخدري قال : رخص للصائم في الحجامة والقبلة

Dari Abu Sa’id Al-Khudri ia berkata : ”Telah diberikan keringanan bagi orang yang berpuasa untuk berbekam dan mencium istrinya (tidak menyebabkan batal)” (HR. Ibnu Khuzaimah no. 1969 dan Ad-Daruquthni no. 2262; ini adalah lafadh Ibnu Khuzaimah. Syaikh Al-Albani mengatakan dalam ta’liqnya atas Shahih Ibni Khuzaimah bahwa sanad hadits ini shahih).

7. Mencicipi Makanan.

Mencicipi makanan dibolehkan bagi orang yang berpuasa dengan catatan tidak sampai masuk ke tenggorokan (tertelan). 

Hal tersebut didasarkan atsar dari Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma :

لا باس أن يذوق الخل ، أو الشيء ما لم يدخل حلقه وهو صائم

Tidak ada masalah untuk mencicipi cuka atau yang lainnya selama tidak dimasukkan ke dalam kerongkongannya, sedangkan dia dalam keadaan berpuasa” (HR. Ibnu Abi Syaibah no. 9369 dengan sanad hasan).

8. Celak, Obat Tetes Mata, dan Semisalnya yang Dimasukkan ke dalam Mata.

Memakai celak dan obat tetes mata tidak termasuk perkara yang membatalkan puasa, baik pengaruh rasanya sampai tenggorokan maupun tidak. Pendapat ini dikuatkan (ditarjih) oleh Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah di dalam risalahnya Haqiiqatush-Shiyaam, dan juga oleh muridnya Ibnul-Qayyim dalam Zaadul-Ma’aad.

Imam Bukhari berkata dalam Shahih-nya :

ولم ير أنس والحسن وإبراهيم بالكحل للصائم بأسا

Anas, Al-Hasan, dan Ibrahim tidak mempermasalahkan celak mata bagi orang yang berpuasa” (HR. Al-Bukhari 2/39 secara mu’allaq). [19]

9. Membasahi Kepala dengan Air Dingin dan Mandi.

Al-Bukhari dalam Shahih-nya bab Ightisal Ash-Shaaim, "Ibnu Umar membasahi baju (dengan air) lalu memakainya, sedang dia berpuasa. [20] 

Asy-Sya’bi masuk ke kamar mandi, sedang dia berpuasa. [21] 

Al-Hasan berkata, "Tidak ada masalah dengan berkumur-kumur dan mendinginkan (badan) bagi orang yang berpuasa”. [22] 

Dalam suatu hadits disebutkan :

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصب الماء على رأسه من الحر وهو صائم

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah menyiramkan air di atas kepalanya, sedang dia berpuasa karena kepanasan. (HR. Abu Dawud no. 2365 dan Ahmad 4/63, 5/376. Shahih Sunan Abi Dawud 2/61)


Footnote:

[17] Dinukil melalui perantaraan kitab Al-Fataawaa Asy-Syar’iyyah fil-Masaailil-’Ashriyyah min Fataawaa ’Ulamaa Al-Baladil-Haraam oleh Dr. Khalid Al-Juraisy, hal. 295-296.

[18] Ada ulama lain yang berusaha menjama’ (menggabungkan) beberapa hadits yang seakan-akan bertentangan dengan penjelasan bahwasannya berbekam saat puasa itu makruh bagi orang yang fisiknya lemah yang dengan ia berbekam bisa menjadi sebab batal puasanya. Namun sebaliknya, hal itu bukan menjadi satu kemakruhan bagi orang yang mempunyai fisik kuat dimana jika ia berbekam tidak menyebabkan badannya lemah yang dengan itu bisa membatalkan puasa. (Lihat penjelasan Asy-Syaukani dalam Nailul-Authaar 4/228)

Pembolehan berbekam saat berpuasa (dan tidak menyebabkan batal) ini merupakan pendapat yang dipegang oleh Abu Sa’id Al-Khudri, Ibnu Mas’ud, Ummu Salamah, Al-Hasan bin ’Ali, ’Urwah bin Az-Zubair, Sa’id bin Jubair, dan imam yang tiga (kecuali Ahmad). Adapun Imam Ahmad berpendapat batalnya orang yang berpuasa karena berbekam atau membekam karena beliau men-ta’lil tambahan lafadh (واحتجم وهو صائم) ”dan berbekam dalam keadaan berpuasa”. Yang benar, tambahan lafadh tersebut adalah shahih. Silakan lihat Taudlihul-Ahkaam min-Buluughil-Maraam (2/489-493 – dalam kitab ini berbeda kesimpulan dengan apa yang kami sebutkan di sini).

[19] Atsar Anas diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan ia mendla’ifkannya dari jalan marfu’. Atsar Al-Hasan disambungkan sanadnya oleh ’Abdurrazzaq dan Ibnu Abi Syaibah (3/47) dengan sanad shahih darinya. Adapun atsar Ibrahim, disambungkan sanadnya oleh Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah, dan Abu Dawud dengan beberapa jalan darinya, dan riwayat tersebut berkualitas shahih. (Mukhtashar Shahih Al-Bukhari 1/560 no. 368-370).

[20] HR. Bukhari 2/603 secara mu’allaq. Disambungkan sanadnya oleh Al-Bukhari dalam At-Taarikh dan Ibnu Abi Syaibah dari jalan ’Abdullah bin Abi ’Utsman bahwasannya ia melihat Ibnu ’Umar melakukan hal tersebut. (Mukhtashar Shahh Al-Bukhari 1/560 no. 359).

[21] Idem. Disambungkan sanadnya oleh Ibnu Abi Syaibah dengan sanad shahih darinya. (Mukhtashar Shahh Al-Bukhari 1/560 no. 360).

[22] Idem. Disambungkan sanadnya oleh ’Abdurrazzaq dengan lafadh yang semakna dengannya. Dikeluarkan juga oleh Malik dan Abu Dawud yang semisal dengannya secara marfu’. (Mukhtashar Shahh Al-Bukhari 1/560 no. 362).


•═════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═════•

https://abul-jauzaa.blogspot.com/2008/09/ringkasan-hukum-hukum-dalam-bulan.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive