Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Wednesday, October 31, 2018

Tadabur Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (87-91)

Tadabur Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (87-91)
Surah Al-Baqarah, 87:

وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَقَفَّيْنَا مِن بَعْدِهِ بِالرُّسُلِ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ أَفَكُلَّمَا جَاءَكُمْ رَسُولٌ بِمَا لَا تَهْوَىٰ أَنفُسُكُمُ اسْتَكْبَرْتُمْ فَفَرِيقًا كَذَّبْتُمْ وَفَرِيقًا تَقْتُلُونَ

Dan sesungguhnya Kami telah mendatangkan Al Kitab (Taurat) kepada Musa, dan Kami telah menyusulinya (berturut-turut) sesudah itu dengan rasul-rasul, dan telah Kami berikan bukti-bukti kebenaran (mukjizat) kepada Isa putera Maryam dan Kami memperkuatnya dengan Ruhul Qudus. Apakah setiap datang kepadamu seorang rasul membawa sesuatu (pelajaran) yang tidak sesuai dengan keinginanmu lalu kamu menyombong; maka beberapa orang (diantara mereka) kamu dustakan dan beberapa orang (yang lain) kamu bunuh?

Surah Al-Baqarah, 88:

وَقَالُوا قُلُوبُنَا غُلْفٌ بَل لَّعَنَهُمُ اللَّهُ بِكُفْرِهِمْ فَقَلِيلًا مَّا يُؤْمِنُونَ

Dan mereka berkata: "Hati kami tertutup". Tetapi sebenarnya Allah telah mengutuk mereka karena keingkaran mereka; maka sedikit sekali mereka yang beriman.

Surah Al-Baqarah, 89:

وَلَمَّا جَاءَهُمْ كِتَابٌ مِّنْ عِندِ اللَّهِ مُصَدِّقٌ لِّمَا مَعَهُمْ وَكَانُوا مِن قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُم مَّا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ

Dan setelah datang kepada mereka Al Quran dari Allah yang membenarkan apa yang ada pada mereka, padahal sebelumnya mereka biasa memohon (kedatangan Nabi) untuk mendapat kemenangan atas orang-orang kafir, maka setelah datang kepada mereka apa yang telah mereka ketahui, mereka lalu ingkar kepadanya. Maka laknat Allah-lah atas orang-orang yang ingkar itu.

Surah Al-Baqarah, 90:

بِئْسَمَا اشْتَرَوْا بِهِ أَنفُسَهُمْ أَن يَكْفُرُوا بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ بَغْيًا أَن يُنَزِّلَ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ عَلَىٰ مَن يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ فَبَاءُوا بِغَضَبٍ عَلَىٰ غَضَبٍ وَلِلْكَافِرِينَ عَذَابٌ مُّهِينٌ

Alangkah buruknya (hasil perbuatan) mereka yang menjual dirinya sendiri dengan kekafiran kepada apa yang telah diturunkan Allah, karena dengki bahwa Allah menurunkan karunia-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya. Karena itu mereka mendapat murka sesudah (mendapat) kemurkaan. Dan untuk orang-orang kafir siksaan yang menghinakan.

Surah Al-Baqarah, 91:

وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا بِمَا أَنزَلَ اللَّهُ قَالُوا نُؤْمِنُ بِمَا أُنزِلَ عَلَيْنَا وَيَكْفُرُونَ بِمَا وَرَاءَهُ وَهُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِّمَا مَعَهُمْ قُلْ فَلِمَ تَقْتُلُونَ أَنبِيَاءَ اللَّهِ مِن قَبْلُ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ

Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kepada Al Quran yang diturunkan Allah," mereka berkata: "Kami hanya beriman kepada apa yang diturunkan kepada kami". Dan mereka kafir kepada Al Quran yang diturunkan sesudahnya, sedang Al Quran itu adalah (Kitab) yang hak; yang membenarkan apa yang ada pada mereka. Katakanlah: "Mengapa kamu dahulu membunuh nabi-nabi Allah jika benar kamu orang-orang yang beriman?"

===============================

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Apakah Azab Kubur Bisa Meringankan Siksa Akhirat?

Apakah Azab Kubur Bisa Meringankan Siksa Akhirat?
Apakah orang muslim yg menjaga tauhid, ketika mendapat adzab kubur bisa mengurangi hukumannya di akhirat?

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Kebenaran yang tidak boleh kita ragukan, bahwa Allah itu Maha Bijaksana dan Maha Adil, tidak mendzalimi manusia sedikitpun. Allah menegaskan,

مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا

Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalas melainkan sebanding dengan kejahatan itu. (QS. Ghafir: 40)

Allah juga menegaskan,

مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ

Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya.  (QS. al-An’am: 160)

Kita juga mengimani, siapa yang mati tidak membawa dosa syirik, dia akan masuk surga, meskipun bisa jadi sebelumnya mendapat hukuman, baik di alam kubur maupun di akhirat.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ

Siapa yang mati, sementara dia membawa dosa perbuatan syirik, akan masuk neraka.

Kata Ibnu Mas’ud,

وَقُلْتُ أَنَا مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ

Aku sampaikan, ‘Siapa yang mati dengan tidak membawa dosa syirik sedikitpun, akan masuk surga.’ (HR. Bukhari 1238 & Muslim 278).

Sebaliknya, orang yang mati dengan membawa dosa kekufuran, dia tidak berhak mendapat surga. Allah berfirman,

إِنَّهُ مَنْ يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنْصَارٍ

Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. (QS. al-Maidah: 72).

Orang yang tidak membawa dosa kekufuran sampai mati, merekalah ahli tauhid.

Adzab Kubur bagi Ahli Tauhid

Adzab kubur bagi ahli tauhid, apakah bisa meringankan hukuman kelak di akhirat?

Sebagian ulama menyebutkan, ada beberapa kondisi yang bisa menjadi kaffarah (penebus) bagi dosa seseorang. Kita simak keterangan mereka.

Syaikhul Islam mengatakan,

قد دلَّت نصوص الكتاب والسنَّة على أن عقوبة الذنوب تزول عن العبد بنحو عشرة أسباب

Terdapat beberapa dalil dari al-Quran dan sunah bahwa hukuman terhadap perubatan dosa, bisa dihapuskan dari seorang hamba dengan 10 sebab,

Kemudian beliau menyebutkan sebab yang pertama adalah taubat. Lalu beliau sebutkan yang kedelapan,

السبب الثامن: ما يحصل في القبر من الفتنة والضغطة والرَّوعة، فإن هذا مما يكفر به الخطايا

Sebab kedelapan, suasana mencekam yang terjadi di alam kubur, seperti pertanyaan kubur, himpitan kubur, dan suasana menakutkan di alam kubur, semua ini termasuk yang bisa menjadi kaffarah dosa. (Majmu’ al-Fatawa, 7/501)

Ibnul Qoyim ketika membantah aqidah khawarij, juga menjelaskan,

وإن ارتكبوا بعض الذنوب التي تقع مكفرة بالتوبة النصوح والاستغفار والحسنات الماحية, والمصائب المكفرة, ودعاء المسلمين لهم في حياتهم وبعد موتهم, وبالامتحان في البرزخ وفي موقف القيامة

Ketika mereka melakukan sebagian dosa yang bisa ditutupi dengan taubat nasuhah, istighfar, amal soleh yang menghapus dosa, musibah yang menghapus dosa, doa kaum muslimin untuk mereka ketika masih hidup maupun sudah meninggal, ujian di alam kubur dan di padang mashsyar… (I’lam al-Muwaqqi’in, 2/304)

Demikian, Allahu a’lam.

👤 Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)

===============================

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Siksa Kubur bagi Orang yang Lalai dalam Shalat

Siksa Kubur bagi Orang yang Lalai dalam Shalat
Apakah orang yang lalai shalat (akan) berat hukuman siksanya di kubur kelak?

Agung (Agungsp@.co.id)

Jawaban:

Alhamdulillah, washshalatu wassalamu ‘ala Rasulillah. Wa ba’du.

Bersikap lalai dalam shalat telah dinyatakan sebagai dosa besar, berdasarkan firman Allah ta’ala dalam surat Al-Ma’un,

‎فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ. الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاتِهِمْ سَاهُونَ

Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya.” (QS. Al-Ma’un: 4–5).

Para ulama menerangkan bahwa yang dimaksud “lalai” dalam ayat di atas mencakup tiga bentuk perbuatan, yaitu:
  1. Menunda-nunda shalat hingga baru dikerjakan ketika waktu shalat hampir berakhir.
  2. Mengerjakan shalat tanpa memperhatikan syarat dan rukunnya sebagaimana yang diperintahkan.
  3. Mengerjakan shalat tanpa disertai kekhusyukan dan tanpa merenungi makna bacaan shalat.
Adapun siksa kubur, yang akan dialami oleh orang yang lalai dalam shalatnya, disebutkan dalam hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari sahabat Samurah bin Jundab. Dalam hadis tersebut diceritakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat siksa bagi orang yang lalai dalam shalatnya, yaitu kepalanya akan dipecahkan dengan sebuah batu besar dan hal itu dilakukan berulang kali. (HR. Bukhari)

Oleh karena itu, seyogianya kita memperhatikan hal ini dengan saksama, dan kita memohon kepada Allah untuk memperbaiki amalan kita.

Wallahu ta’ala a’lam.

👤 Dijawab oleh Ustadz Muhammad Nur Ikhwan Muslim (Dewan Pembina Konsultasi Syariah).

===============================

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Benarkah Menancapkan Pohon di Atas Kuburan Adalah Syariat Islam?

Benarkah Menancapkan Pohon di Atas Kuburan Adalah Syariat Islam?
Setelah menguburkan mayat, biasanya ada beberapa orang yang membaca surat Yasin dari mushaf al-Quran di kuburan. Kemudian mereka menancapkan sebatang pohon di atas kuburan tersebut, misalnya pohon kaktus, dan juga menanam biji gandum di atas permukaan kuburan, dengan argumen bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga pernah meletakkan yang seperti itu (yakni pelepah pohon kurma, penerj.) di atas dua kuburan dari sahabatnya. Maka bagaimanakah hukum perbuatan tersebut?

Jawaban:

Setelah memakamkan orang yang telah mati dan pada saat sedang memakamkannya, tidak disyariatkan membaca surat Yasin dan surat-surat dalam al-Quran lainnya di kuburan. Adapun (alasan) tidak disyariatkannya membaca al-Quran di kuburan-kuburan ini, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Khulafaur Rasyidin belum pernah mengerjakan hal itu. Demikian pula, tidak disyariatkan mengumandangkan adzan dan iqamat di kuburan. Bahkan semua itu adalah perbuatan bid’ah!

Diriwayatkan dengan shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau pernah bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Barangsiapa yang mengamalkan suatu amalan, padahal amalan itu tidak pernah kami perintahkan, maka amalannya itu tertolak.” (HR. Imam Muslim, dalam kitab Shahih-nya)

Demikian juga, tidak disyariatkan menanam pohon apa pun di atas kuburan-kuburan. Apakah itu pohon kaktus maupun pohon-pohon lainnya. Tidak disyariatkan pula menaburinya dengan biji gandum atau pun biji-biji yang lain, sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para Khulafaur Rasyidin belum pernah melakukan perbuatan tersebut pada kuburan-kuburan (zaman dahulu).

Adapun yang beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam lakukan terhadap kedua kuburan, yang Allah perlihatkan kepada beliau siksaan yang dialami oleh penghuninya, berupa menancapkan pelepah daun kurma, maka hal ini hanya khusus beliau lakukan terhadap kedua kuburan itu saja, sebab beliau tidak pernah melakukan perbuatan yang sama terhadap selain kedua kuburan tersebut. Padahal, (prinsipnya) kaum muslimin itu tidak boleh mengada-adakan sesuatu yang baru untuk bertaqarrub (mendekatkan diri kepada Allah) yang tidak pernah disyariatkan oleh Allah, berdasarkan hadits di atas dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala berikut ini,

أَمْ لَهُمْ شُرَكَاء شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَن بِهِ اللَّهُ

Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (QS. asy-Syura: 21).

Wa billahit taufiq (petunjuk hanya berasal dari Allah).

📚 Sumber: Fatwa-Fatwa Seputar Kubur, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin ‘Abdullah bin Baaz, Al-Qowam.

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Mayit Disiksa Dengan Tangisan Keluarganya

Mayit Disiksa Dengan Tangisan Keluarganya
Benarkah mayit disiksa karena tangisan keluarganya? Apa ada dalilnya? Trim’s

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Terdapat beberapa hadis yang menunjukkan hal itu, berikut diantaranya,

Hadis dari Umar bin Khatab radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

المَيِّتُ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ الحَيِّ عَلَيْهِ

Mayit disiksa karena tangisan orang yang hidup untuknya. (HR. Bukhari 1292 & Muslim 930).

Kemudian, hadis dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati wanita yahudi yang meninggal dan ditangisi keluarganya. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّهُمْ لَيَبْكُونَ عَلَيْهَا وَإِنَّهَا لَتُعَذَّبُ فِي قَبْرِهَا

Mereka menangisi wanita itu, sementara si wanita itu disiksa di kuburnya. (HR. Bukhari 1289)

Tangisan seperti apakah yang menyebabkan mayit disiksa?

Ada hadis lain yang menggunakan lafadz berbeda,

Dari Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ نِيحَ عَلَيْهِ يُعَذَّبُ بِمَا نِيحَ عَلَيْهِ

Siapa yang diratapi maka dia disiksa karena ratapan yang ditujukan kepadanya. (HR. Bukhari 1291 & Muslim 927).

Kemudian, disebutkan dalam hadis Ibnu Umar

Bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beberapa sahabatnya pernah menjenguk Sa’d bin Ubadah yang ketika itu sedang dirundung kesedihan seluruh keluarganya. Melihat suasana sedih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa dia sudah meninggal?

Belum, ya Rasulullah.’ jawab keluarganya.

Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menangis. Para sahabatpun ikut menangis. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَلاَ تَسْمَعُونَ إِنَّ اللَّهَ لاَ يُعَذِّبُ بِدَمْعِ العَيْنِ، وَلاَ بِحُزْنِ القَلْبِ، وَلَكِنْ يُعَذِّبُ بِهَذَا – وَأَشَارَ إِلَى لِسَانِهِ – أَوْ يَرْحَمُ، وَإِنَّ المَيِّتَ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ عَلَيْهِ

Tidakkah kalian mendengar, bahwa Allah tidak menyiksa disebabkan tetesan air mata atau kesedihan hati. Namun Allah menyiksa atau merahmati disebabkan ini, – beliau berisyarat ke lisannya -. Sesungguhnya mayit disiksa disebabkan tangisan keluarganya kepadanya. (HR. Bukhari 1304 & Muslim 924).

Dari dua hadis di atas, kita bisa memahami bahwa tangisan yang menyebabkan mayit disiksa adalah tangisan ratapan. Tangisan sebagai ungkapan tidak terima dan tidak ridha terhadap takdir dan keputusan Allah. Bukan tangisan karena kesedihan semata. Karena menahan tangisan kesedihan, di luar kemampuan manusia. Sampaipun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau tidak bisa menahan bentuk tangisan itu.

Makna semacam ini, sesuai dengan hadis yang diriwayatkan dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ مَيِّتٍ يَمُوتُ فَيَقُومُ بَاكِيهِ، فَيَقُولُ: وَاجَبَلَاهْ وَاسَيِّدَاهْ أَوْ نَحْوَ ذَلِكَ، إِلَّا وُكِّلَ بِهِ مَلَكَانِ يَلْهَزَانِهِ: أَهَكَذَا كُنْتَ؟

Ketika ada orang yang mati, kemudian keluarga yang menangisinya itu meratapinya dengan mengatakan, ’Duhai sandaran hidupku, duhai pahlawanku…’ atau semacamnya, maka Allah menyuruh Malaikat untuk mendorong-dorong dadanya sambil ditanya, ”Apa benar kamu dulu seperti itu.” (HR. Turmudzi 1003 dan dihasankan al-Albani).

Kalimat semacam ini, ’Wahai pujaanku kenapa kau tinggalkan aku, pahlawanku, sandaran hidupku, ’ dst. merupakan ungkapan yang menunjukkan bahwa keluarganya tidak menerima takdir Allah dengan kematiannya. Sehingga hukuman yang diberikan Allah adalah dia dipukuli Malaikat, sambil dihina dengan pertanyaan, ”Apa benar kamu seperti yang diucapkan orang itu?.”

Mengapa Mayit Ikut Disiksa?

Permasalahan berikutnya, mengapa mayit turut disiksa karena tangisan mereka yang hidup? Padahal dia tidak melakukan kesalahan apapun. Tangisan itu adalah kesalahan keluarganya yang ditinggal mati.

Kita simak keterangan an-Nawawi,

واختلف العلماء في هذه الأحاديث فتأولها الجمهور على من وصى بأن يبكى عله ويناح بعد موته فنفذت وصيته فهذا يعذب ببكاء أهله عليه ونوحهم لأنه بسبه ومنسوب إليه

Ulama berbeda pendapat tentang maksud hadis bahwa mayit disiksa karena ratapan keluarganya. Mayoritas ulama memahami bahwa hukuman itu berlaku untuk mayit yang berwasiat agar dia ditangisi  dan diratapi setelah dia meninggal. Kemudian wasiatnya dilaksanakan. Maka dia disiksa dengan tangisan dan ratapan keluarganya karena kematiannya. Karena dia menjadi penyebab adanya tangisan itu.

قالوا فأما من بكى عليه أهله وناحوا من غير وصية منه فلا يعذب لقول الله تعالى ولا تزر وازرة وزر أخرى قالوا وكان من عادة العرب الوصية بذلك

Mereka juga mengatakan, mayit yang ditangisi keluarganya dan diratapi tanpa ada wasiat sebelumnya, maka dia tidak disiksa, berdasarkan firman Allah, (yang artinya), ”Seseorang tidak menanggung dosa yang dilakukan orang lain.”

Mereka mengatakan, bahwa bagian dari kebiasaan orang arab, mereka berwasiat agar diratapi. (Syarh Shahih Muslim, 6/228)

Allahu a’lam.

👤 Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)

===============================

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Apakah Adzab Kubur Itu Menimpa Jasad atau Ruh?

Apakah Adzab Kubur Itu Menimpa Jasad atau Ruh?
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya:

Apakah adzab kubur itu menimpa jasad ataukah menimpa ruh?

Jawab:

Pada dasarnya adzab kubur itu akan menimpa ruh, karena hukuman setelah mati adalah bagi ruh. Sedangkan badannya adalah sekedar bangkai yang rapuh. Oleh karena itu badan tidak memerlukan lagi bahan makanan untuk keberlangsungannya; tidak butuh makan dan minum, bahkan justru dimakan oleh tanah.

Akan tetapi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pernah berkata bahwa ruh kadang masih bersambung dengan jasad sehingga diadzab atau diberi nikmat bersama-sama. Adapula pendapat lain di kalangan Ahlus Sunnah bahwa adzab atau nikmat di alam kubur itu akan menimpa jasad, bukan ruh.

Pendapat ini beralasan dengan bukti empiris. Pernah dibongkar sebagian kuburan dan terlihat ternyata bekas siksa yang menimpa jasad. Dan pernah juga dibongkar kuburan yang lain ternyata terlihat bekas nikmat yang diterima oleh jasad itu.

Ada sebagian orang yang bercerita kepadaku bahwa di daerah Unaizah ini ada penggalian untuk membuat benteng batas wilayah negeri. Sebagian dari daerah yang di gali itu ada yang bertepatan dengan kuburan. Akhirnya terbukalah suatu liang lahat dan di dalamnya masih terdapat mayat yang kafannya telah dimakan tanah, sedangkan jasadnya masih utuh dan kering belum dimakan apa-apa. Bahkan mereka mengatakan melihat jenggotnya, dan dari mayat itu terhambur bau harum seperti minyak misk.

Para pekerja galian itu kemudian menghentikan pekerjaannya sejenak dan kemudian pergi kepada seorang Syaikh untuk mengutarakan persoalan yang terjadi. Syaikh tersebut berkata, “Biarkan dalam posisi sebagaimana adanya. Hindarilah ia dan galilah dari sebelah kanan atau sebelah kiri!”

Beralasan dari kejadian-kejadian seperti ini, ulama menyatakan bahwa ruh terkadang bersambung dengan jasad, sehingga siksa itu menimpa ruh dan jasad. Barangkali ini pula yang diisyaratkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Sesungguhnya kubur itu akan menghimpit orang kafir sehingga remuk tulang-tulang rusuknya”.

Ini menunjukkan bahwa siksa itu menimpa jasad, karena tulang rusuk itu terdapat pada jasad.

Wallahu A’lam

📚 Disalin dari kitab Fatawa Anil Iman wa Arkaniha, yang di susun oleh Abu Muhammad Asyraf bin Abdul Maqshud, edisi Indonesia Soal-Jawab Masalah Iman dan Tauhid, Pustaka At-Tibyan

🌐 Sumber: almanhaj.or.id

===============================

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Yuk, Introspeksi Diri

Introspeksi Diri
Al-Imam Al-Hasan Al-Bashri rahimahullah berkata :

“Sesungguhnya seorang mukmin adalah penanggung jawab atas dirinya, (karenanya hendaknya ia senantiasa) mengintrospeksi diri kerena Allah subhanahu wa ta’ala semata.”

“Adalah hisab (perhitungan amal) di Yaumul Qiyamah nanti akan terasa lebih ringan bagi suatu kaum yang (terbiasa) mengintrospeksi diri mereka selama masih di dunia, dan sungguh hisab tersebut akan menjadi perkara yang sangat memberatkan bagi kaum yang menjadikan masalah ini sebagai sesuatu yang tidak diperhitungkan.”

“Sesungguhnya seorang mukmin (apabila) dikejutkan oleh sesuatu yang dikaguminya maka dia pun berbisik: ‘Demi Allah, sungguh aku benar-benar sangat menginginkanmu, dan sungguh kamulah yang sangat aku butuhkan. Akan tetapi demi Allah, tiada (alasan syar’i) yang dapat menyampaikanku kepadamu, maka menjauhlah dariku sejauh-jauhnya. Ada yang menghalangi antara aku denganmu’.”

“Dan (jika) tanpa sengaja dia melakukan sesuatu yang melampaui batas, segera dia kembalikan pada dirinya sendiri sembari berucap: ‘Apa yang aku maukan dengan ini semua, ada apa denganku dan dengan ini? Demi Allah, tidak ada udzur (alasan) bagiku untuk melakukannya, dan demi Allah aku tidak akan mengulangi lagi selama-lamanya, insya Allah’.”

“Sesungguhnya seorang mukmin adalah suatu kaum yang berpegang erat kepada Al Quran dan memaksa amalan-amalannya agar sesuai dengan Al Quran serta berpaling dari (hal-hal) yang dapat membinasakan diri mereka.”

“Sesungguhnya seorang mukmin di dunia ini bagaikan tawanan yang (selalu) berusaha untuk terlepas dari perbudakan. Dia tidak pernah merasa aman dari sesuatupun hingga dia menghadap Allah, karena dia mengetahui bahwa dirinya akan dimintai pertanggungjawaban atas semua itu.”

“Seorang hamba akan senantiasa dalam kebaikan selama dia memiliki penasehat dari dalam dirinya sendiri. Dan mengintrospeksi diri merupakan perkara yang paling diutamakan.”

📔 (Mawa’izh Lil Imam Al-Hasan Al-Bashri, hal. 39, 40, 41)

🌏 Sumber : http://asysyariah.com/introspeksi-diri/

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Kenapa Mesti Ujub

Kenapa Mesti Ujub
Betapa banyak diantara kita yang berusaha untuk berlari kencang menjauhi riyaa' karena takut amalan kita hancur lebur terkena penyakit riya. Akan tetapi pada waktu yang bersamaan jiwa kita terulurkan dalam dekapan ujub…, bangga dengan amalan yang telah kita lakukan.., bangga dengan ilmu yang telah kita miliki…, bangga dengan keberhasilan dakwah kita.., bangga dengan kalimat-kalimat indah yang kita rangkai…, dst…??!!

Bukankah ujub juga menggugurkan amalan sebagaimana riyaa'..??

Bukankah ujub juga menyebabkan pelakunya terjerumus dalam neraka jahannam sebagaimana riyaa'…?

Bukankah ujub juga merupakan salah satu bentuk syirik kecil sebagaimana riya'…??

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata :

وَكَثِيرًا مَا يَقْرِنُ النَّاسُ بَيْنَ الرِّيَاءِ وَالْعُجْبِ فَالرِّيَاءُ مِنْ بَابِ الْإِشْرَاكِ بِالْخَلْقِ وَالْعُجْبُ مِنْ بَابِ الْإِشْرَاكِ بِالنَّفْسِ وَهَذَا حَالُ الْمُسْتَكْبِرِ فَالْمُرَائِي لَا يُحَقِّقُ قَوْلَهُ : { إيَّاكَ نَعْبُدُ } وَالْمُعْجَبُ لَا يُحَقِّقُ قَوْلَهُ : { وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } فَمَنْ حَقَّقَ قَوْلَهُ : { إيَّاكَ نَعْبُدُ } خَرَجَ عَنْ الرِّيَاءِ وَمَنْ حَقَّقَ قَوْلَهُ { وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } خَرَجَ عَنْ الْإِعْجَابِ وَفِي الْحَدِيثِ الْمَعْرُوفِ : { ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ }

"Dan sering orang-orang menggandengkan antara riyaa' dan ujub. Riyaa termasuk bentuk kesyirikan dengan orang lain (yaitu mempertujukan ibadah kepada orang lain-pen) adapun ujub termasuk bentuk syirik kepada diri sendiri (yaitu merasa dirinyalah atau kehebatannyalah yang membuat ia bisa berkarya-pen). Ini merupkan kondisi orang yang sombong. Orang yang riyaa' tidak merealisasikan firman Allah إيَّاكَ نَعْبُدُ "Hanya kepadaMulah kami beribadah", dan orang yang ujub tidaklah merealisasikan firman Allah وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ "Dan hanya kepadaMulah kami memohon pertolongan". Barangsiapa yang merealisasikan firman Allah إيَّاكَ نَعْبُدُ maka ia akan keluar lepas dari riyaa', dan barangsiapa yang merealisasikan firman Allah  وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ maka ia akan keluar terlepas dari ujub"(Majmuu' Al-Fataawaa 10/277).

Rasulullah bersabda :

ثَلاَثُ مُهْلِكَاتٍ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

"Tiga perkara yang membinasakan, rasa pelit yang ditaati, hawa nafsu yang diikui dan ujubnya seseorang terhadap dirinya sendiri" (HR at-Thobroni dalam Al-Awshoth no 5452 dan dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam as-shahihah no 1802)

Ibnul Qoyyim rahimahullah menukilkan perkataan seorang salaf, "Sesungguhnya seorang hamba benar-benar melakukan sebuah dosa, dan dengan dosa tersebut menyebabkan ia masuk surga. Dan seorang hamba benar-benar melakukan sebuah kebaikan yang menyebabkannya masuk neraka. Ia melakukan dosa dan dia senantiasa meletakkan dosa yang ia lakukan tersebut di hadapan kedua matanya, senantiasa merasa takut, khawatir, senantiasa menangis dan menyesal, senantiasa malu kepada Robb-Nya, menunudukan kepalanya dihadapan Robbnya dengan hati yang luluh. Maka jadilah dosa tersebut sebab yang mendatangkan kebahagiaan dan keberuntungannya. Hingga dosa tersebut lebih bermanfaat baginya daripada banyak ketaatan…

Dan seorang hamba benar-benar melakukan kebaikan yang menjadikannya senantiasa merasa telah berbuat baik kepada Robbnya dan menjadi takabbur dengan kebaikan tersebut, memandang tinggi dirinya dan ujub terhadap dirinya serta membanggakannya dan berkata : Aku telah beramal ini, aku telah berbuat itu. Maka hal itu mewariskan sifat ujub dan kibr(takabur) pada dirinya serta sifat bangga dan sombong yang merupakan sebab kebinasaannya…" (Al-Wabil As-Shoyyib 9-10)

Seorang penyair berkata :

والعُجْبَ فَاحْذَرْهُ إِنَّ الْعُجْبَ مُجْتَرِفٌ    أَعْمَالَ صَاحبِهِ فِي سَيْلِهِ الْعَرِمِ

Jauhilah penyakit ujub, sesungguhnya penyakit ujub akan menggeret amalan pelakunya ke dalam aliran deras arusnya

Lantas kenapa kita begitu waspada terhadap riyaa namun melalaikan penyakit ujub?

Sesungguhnya racun ujub akan mengantarkan pelakunya kepada penyakit-penyakit kronis lainnya, diantaranya :
  • Lupa untuk bersyukur kepada Allah, bahkan malah mensyukuri diri sendiri, seakan-akan amalan yang telah dia lakukan adalah karena kehebatannya
  • Lenyap darinya sifat tunduk dan merendah dihadapan Allah yang telah menganugrahkan segala kelebihan dan kenikmatan kepadanya
  • Terlebih jelas lagi lenyap sikap tawadhu' dihadapan manusia
  • Bersikap sombong (merasa tinggi) dan merendahkan orang lain, tidak mau mengakui kelebihan yang dimiliki oleh orang lain. Jiwanya senantiasa mengajaknya untuk menyatakan bahwasanya dialah yang terbaik, dan apa yang telah diamalkan oleh orang lain merupakan perkara yang biasa yang tidak patut untuk dipuji. Berbeda dengan amalan dan karya yang telah ia lakukan maka patut untuk diacungkan jempol.
Kalimat indah yang pernah diucapkan oleh seorang ulama :

"Orang yang ujub merasa bahwa dirinya paling tinggi dihadapan manusia yang lain… bahkan merasa dirinya lebih tinggi di sisi Allah.., namun pada hakikatnya dialah orang yang paling rendah dan hina di sisi Allah".

Kenapa Mesti Ujub?

Sebelum kita terlena dengan ujub yang menggerogoti hati kita maka hendaknya kita renungkan tentang diri kita. Kenapa kita ujub..??, bukankah kita ujub karena amalan kita serta hasil karya yang banyak dan hebat…??. Jika perkaranya demikian maka hendaknya renungkanlah perkara-perkara berikut ini :

Pertama : Sudah yakinkah amalan-amalan kita tersebut dibangun di atas keikhlasan kepada Allah??

Ikhlas merupakan perkara yang sangat mulia, yang menjadikan pelakunya menjadi sangat tinggi dan mulia di sisi Allah. Orang yang ikhlas hatinya hanya sibuk mengaharapkan keridhoan Allah dan tidak peduli dengan komentar dan penilaian manusia yang tidak memberi kemanfaatan dan tidak memudhorotkan. Yang paling penting baginya adalah penilaian Allah terhadap amalannya.

Orang yang ikhlas adalah orang yang amalannya tatkala bersendirian lebih banyak daripda amalannya tatkala dilihat oleh orang lain.

Kedua : Bukankah banyak hal yang bisa menggugurkan amalan-amalan kita tersebut??

Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata "Penggugur dan perusak amalan sangatlah banyak.

وَلَيْسَ الشَّأْنُ فِي الْعَمَلِ إِنَّمَا الشَّأْنُ فِي حِفْظِ الْعَمَلِ مِمَّا يُفْسدُهُ وَيُحْبِطُهُ

Dan yang penting adalah bagaimana menjaga amal agar tidak rusak dan gugur bukan yang penting adalah beramalnya.

Riyaa' –meskipun sekecil apapun- merupakan penggugur amal, dan bentuk-bentuknya sangatlah banyak.  Demikian juga amalan yang tidak dibangun diatas ittibaa' sunnah juga merupakan penggugur amalan. Sikap al-mann dalam hati terhadap Allah (yaitu merasa telah berbuat baik kepada Allah dengan mengungkit-ngungkit dan menyebut-nyebut kebaikan tersebut -pen) juga menghancurkan amalan. Demikian juga sikap al-mann (yaitu mengungkit-ngungkitnya) dalam sedekah, berbuat kebaikan, dan bersilaturahmi juga membatalkan amalan, sebagaimana firman Allah

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima) (QS Al-Baqoroh : 264)

Dan mayoritas manusia tidak mengetahui tentang hal-hal buruk yang bisa menggugurkan amalan-amalan kebajikan. Allah telah berfirman

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لا تَشْعُرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu sedangkan kamu tidak menyadari (QS Al-Hujuroot : 2)

Maka (dalam ayat ini-pen) Allah telah mengingatkan kaum mukminin agar amalan mereka tidak gugur karena mereka mengeraskan suara mereka kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana mereka mengeraskan suara diantara mereka. Hal ini bukanlah kemurtadan akan tetapi merupakan kemaksiatan yang menggugurkan amalan dan pelakunya tidak sadar. Maka bagaimana lagi dengan orang yang mendahulukan perkataan seseroang di atas perkataan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, petunjuknya, dan jalannya??, bukankah amalannya telah gugur dan dia dalam keadaan tidak sadar??!!

Diantara hal yang menggugurkan amalan adalah sebagaimana sabda Nabi

مَنْ تَرَكَ صَلاَةَ الْعَصْر فَقَدْ حَبِطَ عَمَلُهُ

"Barangsiapa yang meninggalkan sholat ashar maka telah gugur amalannya" (HR Al-Bukhari no 553)

Dan termasuk dalam hal ini perkataan Aisyah –semoga Allah meridhoinya dan meridhoi ayahnya- kepada Zaid bin Arqom rahdiallahu 'anhu tatkala melakukan transaksi dengan sistem 'iinah (riba)

إِنَّهُ قَدْ أَبْطَلَ جِهَادَهُ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْه وَسَلَّمَ إِلاَّ أَنْ يَتُوْبَ

"Sesungguhnya ia (Zaid) telah menggugurkan (pahala) jihadnya bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kecuali jika ia bertaubat"

Transaksi dengan system 'iinah bukanlah kemurtadan, paling banter ia merupakan kemaksiatan.

Oleh karenanya mengetahui perkara-perkara yang bisa membatalkan amal tatkala amalan sedang dikerjakan dan demikian juga hal-hal yang bisa membatalkan amal setelah dikerjakannya amal merupakan perkara yang sangat penting untuk diketahui oleh seorang hamba dan diwaspadai serta untuk mengecek dirinya" (Al-Wabil As-Shoyyib 21-22)

Ketiga : Bukankah penilaian Allah yang paling utama adalah tentang hati dan keimanan seseorang?, bukan hanya sekedar amalan yang dzohir??

Betapa banyak orang yang dzohirnya kurang amalannya dan seakan-akan mata kita merendahkannya, namun ternyata ia sangat tinggi di sisi Allah. Sebagai contoh nyata adalah Uwais Al-Qoroni rahimahullah (lihat http://www.firanda.com/index.php/artikel/7-adab-a-akhlaq/17-tabiin-terbaik-uwais-al-qoroni)

Keempat : Betapa banyak dosa yang kita lakukan tanpa kita sadari, dan betapa banyak dosa yang kita lakukan dan kita sadari namun kita melupakannya??

Betapa sering kita melupakan dosa-dosa yang kita lakukan.., bukankah terlalu banyak dosa yang dilakukan oleh kedua mata kita..??, dosa yang dilakukan oleh kedua telinga kita..??, dosa-dosa yang dilakukan oleh lisan kita..??, dosa-dosa yang dilakukan oleh hati kita…??

Sebagai contoh, coba sekarang kita berusaha untuk mengingat kembali dosa-dosa yang pernah dilakukan oleh lisan kita..??, apakah kita masih ingat siapa saja yang pernah kita ghibahi..??, siapa saja yang pernah kita sakiti hatinya dengan perkataan kita…??. Tentu kebanyakannya telah kita lupakan.

Belum lagi dosa-dosa yang pernah kita lakukan dengan hati kita..??

Bukankah takabbur, hasad, berburuk sangka juga merupakan dosa…??

Jika perkaranya demikian…bahwasanya tidak satu amalanpun yang kita yakini kita lakukan ikhlas karena Allah…dan tidak satu amalanpun yang ikhlas kita lakukan lantas kita yakin pasti diterima oleh Allah karena selamat dari hal-hal yang merusaknya…, maka apakah yang bisa kita banggakan untuk bisa ujub di hadapan Allah dan merasa lebih baik dari orang lain…???.

Kota Nabi, 21 Muharram 1432 / 27 Desember 2010

Firanda Andirja

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Adzab Kubur, Apakah Orang Kafir Saja?

Adzab Kubur, Apakah Orang Kafir Saja?
Apakah adzab kubur menimpa orang mukmin yang bermaksiat ataukah hanya menimpa orang kafir?

Jawab:

Adzab kubur yang terus menerus akan menimpa orang munafik dan orang kafir. Sedangkan orang mukmin yang bermaksiat bisa juga disiksa di kubur. Dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim disebutkan hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu, bahwa pernah suatu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, melewati dua kuburan seraya bersabda:

Kedua penghuni kuburan itu diadzab dan keduanya bukannya diadzab lantaran dosa besar. Salah satunya diadzab karena tidak bertabir dari kencing, sedangkan yang satunya suka kesana-kemari mengumbar fitnah (mengumpat).”

Kedua penghuni kubur itu jelas orang muslim.

👤 Dijawab: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin.

📚 Disalin dari kitab Fatawa Anil Iman wa Arkaniha, yang di susun oleh Abu Muhammad Asyraf bin Abdul Maqshud, edisi Indonesia Soal-Jawab Masalah Iman dan Tauhid, Pustaka At-Tibyan]

🌐 Sumber: almanhaj.or.id

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Gambaran Adzab Kubur

Gambaran Adzab Kubur
Apakah adzab kubur itu terus menerus ataukah tidak?

Jawab:

Jika seseorang itu kafir —na’udzu billah— maka tidak ada jalan baginya untuk meraih kenikmatan selama-lamanya, sehingga siksa kubur yang ia terima itu sifatnya terus menerus.

Namun orang mukmin yang bermaksiat, maka di kuburnya ia akan diadzab sesuai dengan dosa-dosa yang dahulu pernah ia perbuat. Boleh jadi adzab yang menimpa lantaran dosanya itu hanya sedikit sehingga tidak memerlukan waktu penyiksaan sepanjang ia berada di alam barzah antara kematiannya sehingga bangkitnya kiamat. Dengan demikian, jelas bahwa adzab yang menimpanya itu terputus, dan bukan selamanya.

Pertanyaan:

Apakah adzab kubur itu bisa diringankan atas orang mukmin yang bermaksiat?

Jawab:

Memang benar bahwa adzab kubur itu bisa diringankan. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melalui dua kuburan lantas berkata:

Kedua penghuni kubur itu diadzab, dan dia diadzab bukan karena dosa besar, tapi hakekatnya juga besar. Salah satunya tidak membersihkan diri atau tidak bertabir dari kencing, sedangkan yang satunya lagi biasa kian kemari menghambur fitnah”. Kemudian beliau mengambil dua pelepah kurma yang masih basah kemudian membelahnya menjadi dua, lalu menancapkannya pada masing-masing kuburan itu seraya bersabda: ”Semoga bisa meringankan adzab yang menimpa kedua orang itu selama pelepah itu belum kering”.

Ini merupakan satu dalil bahwa adzab kubur itu bisa diringankan, yang menjadi pertanyaan, apa kaifiatnya antara dua pelepah kurma itu dengan diringankannya adzab atas kedua penghuni kubur itu?

Ada yang memberikan alasan bahwa karena kedua pelepah kurma itu selalu bertasbih selama belum kering, dan tasbih itu bisa meringankan siksaan yang menimpa mayit. Berpijak dari sini ada yang mengambil alasan akan sunnahnya berziarah kubur dan bertasbih di situ untuk meringankan adzab yang menimpa si mayit.

Sedangkan ulama lain menyatakan bahwa alasan seperti ini lemah, karena kedua pelepah kurma itu senantiasa bertasbih, apakah dalam kondisi basah maupun sudah kering. Allah Ta’ala berfirman:

Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka.” [Al-Isra’: 44]

Pernah juga terdengar tasbihnya kerikil oleh Rasulullah, sedangkan kerikil itu kering. Lalu, apa yang menjadi alasan sekarang? Alasannya, bahwa; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengharap kepada Allah ‘Azza wa Jalla agar berkenan meringankan adzab yang menimpa kedua orang di atas selama kedua pelepah kurma itu masih basah.

Artinya: Waktu permohonan beliau itu tidak lama, hanya sebatas basahnya pelepah kurma. Ini dimaksudkan sebagai ancaman terhadap siapa saja yang melakukan perbuatan seperti kedua mayit yang diadzab itu. Karena sebenarnya dosa yang diperbuat itu termasuk besar. Salah satunya tidak menjaga diri dari kencing. Jika demikian, ia melakukan shalat tanpa adanya kesucian dari najis. Sedangkan yang satunya lagi kian kemari mengumbar fitnah, merusak hubungan baik sesama hamba Allah —na’udzu billah–, serta menghembuskan permusuhan dan kebencian di antara mereka. Dengan demikian perbuatan yang dilakukan itu berdampak besar.

Inilah alasan yang lebih mendekati. Jadi, itu merupakan syafaat sementara dari beliau dan sebagai peringatan atau ancaman kepada umatnya, dan bukan merupakan kebakhilan beliau untuk memberikan syafaat yang kekal.

👤 Dijawab oleh: Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin

📚 Disalin dari kitab Fatawa Anil Iman wa Arkaniha, yang di susun oleh Abu Muhammad Asyraf bin Abdul Maqshud, edisi Indonesia Soal-Jawab Masalah Iman dan Tauhid, Pustaka At-Tibyan

🌐 Sumber: almanhaj.or.id

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Shahihkah Hadis Tentang Adzab Kubur?

Shahihkah Hadis Tentang Adzab Kubur?
Apakah adzab kubur itu dijelaskan oleh dalil-dalil yang kuat?

Jawaban:

Masalah adzab kubur ini kuat posisinya karena dijelaskan dalam hadis yang shahih, ayat-ayat Alquran, dan kesepakatan kaum muslimin.

Dalam hadis yang sharih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Mohonlah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur, mohonlah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur dan mohonlah perlindungan kepada Allah dari adzab kubur.” (HR. Muslim)

Menurut kesepakatan kaum muslimin, setiap orang Islam di dalam shalatnya membaca doa, “A’udzu billahi min ‘adzaabi jahannam wa min adzaabi al-qabr…” (Aku berlindung kepada Allah dari adzab Neraka Jahannam dan dari adzab kubur), hingga orang awam yang bukan ahli ijma dan bukan dari kalangan ulama pun juga membacanya.

Sedangkan ayat-ayat Alquran yang menjelaskan masalah ini sangat banyak, misalnya firman Allah kepada keluarga Fir’aun,

Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya Kiamat.” (Dikatakan kepada malaikat), ‘Masukkanlah Firaun dan kaumnya ke dalam adzab yang sangat keras’.” (QS. Ghaafir: 46)

Tidak diragukan lagi bahwa api neraka ditunjukkan kepada mereka tidak sekedar supaya mereka menontonnya, tetapi untuk menunjukkan bahwa mereka akan mendapatkan adzabnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zhalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), ‘Keluarkan nyawamu’. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An’aam: 93)

Huruf alif dan lam pada kata al-yaum, ini berfungsi untuk menunjukkan masa yang akan datang, yaitu hari kematian mereka.

Kemudian Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

Kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya.” (QS. Al-An’aam: 93)

Jadi adanya adzab kubur ini ditegaskan oleh hadis yang sharih (eksplisit), Alquran, dan ijma kaum Muslimin. Ayat-ayat Alquran yang menjelaskan masalah ini hampir seperti ayat yang sharih, karena kedua ayat yang kami sebutkan itu hampir menjelaskan secara sharih masalah ini.

📚 Tuntunan Tanya Jawab Akidah, Shalat, Zakat, Puasa dan Haji (Fatawa Arkanul islam), Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Darul Falah, 2007

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Tata Cara Sholat Orang Yang Sakit

Tata Cara Sholat Orang Yang Sakit
Berkata Fadhilatus Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullah,

Bagaimana shalatnya orang yang sakit?

Pertama: Wajib bagi orang yang sakit mengerjakan shalat fardhu dengan berdiri walaupun membungkuk, bersandar kepada dinding, atau menggunakan tongkat.

Kedua: Jika tidak mampu berdiri maka shalat dengan cara duduk, dan yang afdhal adalah duduk bersila pada tempat berdiri dan ruku'.

Ketiga: Jika tidak mampu shalat dengan duduk maka shalat dengan cara berbaring menghadap kiblat, (berbaring) di atas bagian tubuhnya yang kanan.
▪️ Jika tidak memungkinkan menghadap kiblat maka boleh shalat ke arah mana dia menghadap, dan shalatnya sah tidak perlu mengulangi.

Keempat: Jika tidak mampu shalat miring di atas bagian tubuhnya yang kanan maka dia shalat berbaring dengan kedua kakinya menghadap kiblat, dan yang afdhal menaikkan kepalanya sedikit agar menghadap kiblat.
▪️ Jika tidak mampu menghadapkan kedua kakinya ke arah kiblat maka shalat ke arah mana saja dan tidak perlu mengulangi.

Kelima: Wajib atas orang yang sakit untuk ruku' dan sujud dalam shalatnya.
▪️ Jika tidak mampu, hendaknya dengan menundukkan kepala ketika ruku' dan sujud, dan jadikan (posisi kepala) lebih rendah ketika sujud.
▪️ Jika dia mampu ruku' tapi tidak mampu sujud, hendaknya dia ruku' dan menundukkan kepalanya ketika sujud. Dan Jika dia mampu sujud tapi tidak mampu ruku', hendaknya dia sujud dan menundukkan kepalanya ketika ruku'.

Keenam: Jika tidak mampu menundukkan kepala ketika ruku' dan sujud, hendaknya ia berisyarat dengan matanya ketika sujud, yaitu Ia memejamkan sedikit ketika ruku' dan memejamkan keseluruhan ketika sujud.

Adapun berisyarat dengan jari sebagaimana dilakukan oleh sebagian orang yang sakit tidaklah benar. Dan aku tidak mengetahui ada dasarnya pada perbuatan tersebut dari al-Quran, as-Sunnah, dan ucapan-ucapan ahlul ilmi.

Ketujuh: Jika tidak mampu menundukkan kepala atau berisyarat dengan mata maka shalat dengan hatinya. Bertakbir dan membaca, meniatkan ruku', sujud, berdiri, dan duduk dengan hatinya "Setiap orang akan mendapatkan apa yang dia niatkan."  (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Kedelapan: Wajib bagi orang yang sakit melaksanakan shalat pada waktunya, dan (wajib) melakukan apa yang dia mampui dari perkara-perkara yang wajib pada sholat tersebut.
▪️ Jika dia kesulitan melaksanakan masing-masing shalat pada waktunya maka boleh menjama' antara zhuhur dan ashar, dan antara maghrib dan isya', baik jama' taqdim yaitu mengerjakan shalat ashar pada waktu zhuhur dan shalat isya' pada waktu maghrib, atau jama' ta'khir yaitu mengerjakan shalat zhuhur pada waktu ashar dan shalat maghrib pada waktu isya', disesukaian yang mudah baginya.
▪️ Adapun shalat fajar maka jangan kamu menjama'nya dengan shalat sebelumnya atau shalat setelahnya.

Kesembilan: Apabila orang yang sakit itu sedang safar karena berobat di luar daerahnya, maka ia mengqashar shalat-shalat yang empat raka'at, yaitu shalat zhuhur, ashar, dan isya' masing-masingnya dua raka'at hingga dia kembali ke daerahnya. Sama saja safarnya panjang atau sebentar.

Ditulis oleh al-faqir ilallah: Muhammad ash-Shalih al-'Utsaimin

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Tuesday, October 30, 2018

Tadabur Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (60-61)

Tadabur Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (60-61)
Surah Al-Baqarah, 60:

وَإِذِ اسْتَسْقَىٰ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِب بِّعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَّشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِن رِّزْقِ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ

Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.

Surah Al-Baqarah, 61:

وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَىٰ لَن نَّصْبِرَ عَلَىٰ طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنبِتُ الْأَرْضُ مِن بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَىٰ بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُوا مِصْرًا فَإِنَّ لَكُم مَّا سَأَلْتُمْ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوا وَّكَانُوا يَعْتَدُونَ

Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya, dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.

===============================

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Tadabur Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (45-46)

Tadabur Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (45-46)
Surah Al-Baqarah, 45:

وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلَاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلَّا عَلَى الْخَاشِعِينَ

Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu',

Surah Al-Baqarah, 46:

الَّذِينَ يَظُنُّونَ أَنَّهُم مُّلَاقُو رَبِّهِمْ وَأَنَّهُمْ إِلَيْهِ رَاجِعُونَ

(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.

===============================

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Tadabur Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (26-27)

Tadabur Al-Qur'an, Surah Al-Baqarah (26-27)
Surah Al-Baqarah, 26:

إِنَّ اللَّهَ لَا يَسْتَحْيِي أَن يَضْرِبَ مَثَلًا مَّا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِن رَّبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَٰذَا مَثَلًا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلَّا الْفَاسِقِينَ

Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?". Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,

Surah Al-Baqarah, 27:

الَّذِينَ يَنقُضُونَ عَهْدَ اللَّهِ مِن بَعْدِ مِيثَاقِهِ وَيَقْطَعُونَ مَا أَمَرَ اللَّهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيُفْسِدُونَ فِي الْأَرْضِ أُولَٰئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi.

===============================

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Hati-hati, Menyiram Air Panas Bisa Mengenai Jin

Hati-hati, Menyiram Air Panas Bisa Mengenai Jin
Apa benar, menyiram air panas bisa melukai jin? Dan jin bisa membalasnnya dengan mengganggu org yg menyiram?

Lalu bagaimana caranya agar trhindar dari gangguan mereka?

Jawaban:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Banyak ulama menegaskan bahwa membuang air panas bisa mengganggu jin. Sekalipun tidak ada dalil tegas yang menunjukkan hal itu, namun ini semua terbukti secara realita.

Syaikhul Islam menuliskan,

وصرع الجن للإنس هو لأسباب ثلاثة : تارة يكون الجني يحب المصروع فيصرعه ليتمتع به وهذا الصرع يكون أرفق من غيره وأسهل وتارة يكون الإنسي آذاهم إذا بال عليهم أو صب عليهم ماء حارا أو يكون قتل بعضهم أو غير ذلك من أنواع الأذى وهذا أشد الصرع وكثيرا ما يقتلون المصروع وتارة يكون بطريق العبث به كما يعبث سفهاء الإنس بأبناء السبيل

Jin yang merasuk ke tubuh manusia, bisa terjadi karena tiga sebab:
  1. Karena jin ini menyukai orang yang dia rasuki. Jin merasukinya, agar dia bisa merasa tenang dengannya. Kerasukan semacam ini paling ringan dan palling mudah dari pada yang lain.
  2. Karena manusia mengganggu jin, misalnya dengan mengencingi jin atau menyiram air panas ke jin. Atau membunuh salah satu jin, atau bentuk gangguan lainnya. Ini jenis kerasukan paling berat, dan bahkan seringkali bisa menyebabkan terbunuhnya orang yang kerasukan.
  3. Kerasukan karena sebab jin main-main. Layaknya anak-anak nakal yang suka ganggu orang lewat.
(Majmu’ Fatawa, 13/82)

Beliau juga mengatakan,

وقد يكون وهو كثير أو الأكثر عن بغض ومجازاة مثل أن يؤذيهم بعض الإنس أو يظنوا أنهم يتعمدوا أذاهم إما ببول على بعضهم وإما بصب ماء حار وإما بقتل بعضهم وإن كان الإنسي لا يعرف ذلك – وفي الجن جهل وظلم – فيعاقبونه بأكثر مما يستحقه

Dan terkadang – dan ini sering terjadi – pada sebagian orang – bahwa ada orang yang mengganggu jin atau jin merasa manusia ini sengaja mengganggu mereka, dengan mengencingi jin atau menyiram air panas, atau membunuh mereka. Meskipun manusia sama sekali tidak mengetahuinya. Sementara jin juga ada yang dzalim dan bodoh masalah aturan.. sehingga mereka membalas kesalahan yang dilakukan orang itu lebih kejam lagi. (Majmu’ Fatawa, 19/40).

Untuk itulah, hendaknya setiap muslim berhati-hati ketika membuang air panas.

Beberapa Adab yang Perlu Diperhatikan

1. Aktifkan dzikir pagi petang. Karena dzikir pagi petang ibarat baju besi bagi manusia, yang menjadi sebab Allah melindungi orang yang rutin membacanya dari gangguan makhluk yang kelihatan dan yang tidak kelihatan.

2. Hindari membuang air di tempat yang umumnya dihuni jin.

Sebagian ulama menyarankan agar tidak dibuang di kamar mandi. Karena kamar mandi termasuk tempat favorit jin dalam rumah. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Dari Zaid bin Arqam Radhiyallahu ‘anhu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ هَذِهِ الْحُشُوشَ مُحْتَضَرَةٌ فَإِذَا أَتَى أَحَدُكُمُ الْخَلاَءَ فَلْيَقُلْ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ

Sesungguhnya tempat buang air itu dikerubuti (oleh setan). Karena itu, apabila kalian masuk toilet, bacalah:

أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الْخُبُثِ وَالْخَبَائِثِ

Aku berlindung kepada Allah dari setan lelaki dan setan wanita’ (HR. Ahmad 19807, Abu Daud 6, Ibn Majah 312 dan yang lainnya).

Karena itu, dalam fatwa islam diingatkan,

فليحترز المسلم من صب الماء الحار في الحمامات أو غيرها ؛ لئلا يصيب الجن وهو لا يعلم ، فيصيبونه بأذى ، ومثل هذا يعرف بالتجربة ، ولا نعلم فيه شيئاً عن النبي صلى الله عليه وسلم ، أو عن أحد من أصحابه رضي الله عنهم .

Hendaknya setiap muslim hati-hati ketika membuang air panas di kamar mandi atau tempat lain, agar tidak mengenai jin, sementara dia tidak tahu. Semacam ini berdasarkan realita di lapangan, meskipun kami tidak mengetahui ada riwayat dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam maupun para sahabat Radhiyallahu ‘anhum. (Fatwa Islam no. 226625).

Termasuk yang perlu dihindari adalah membuang air panas di lubang-lubang tanah.

Dari Qatadah, dari Abullah bin Sirjis, beliau mengatakan,

أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يُبَالَ فِي الْجُحْرِ

Bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang kencing di lubang.

Qatadah ditanya, ‘Mengapa kencing di lubang dilarang?

Jawab beliau:

إِنَّهَا مَسَاكِنُ الْجِنِّ

Lubang itu tempat persembunyian jin.” (HR. Ahmad 19847, Nasai 34, Abu Daud 29, dan dihasankan Syuaib al-Arnauth).

3. Jika diperlukan, baca basmalah sebelum membuang air panas

Misalnya, ketika kondisi kita berada di tempat asing, atau kita merasa sangat khawatir dengan satu tempat tertentu, kita bisa membaca basamalah sebelum membuang air panas.

Syaikh Abdurrahman al-Barrak pernah ditanya,

Apakah ada anjuran untuk membaca basmalah ketika seeorang membuang air panas?

Jawab beliau,

لا أذكر أنه ورد الندب في التسمية في خصوص ما ذُكر، لكن ذكرك لله من الأسباب التي دلت النصوص أنه يطرد الشياطين ويمنع من شرهم ، كما شُرعت التسمية عند الاضطجاع ، وعند دخول المنـزل

Saya tidak mengetahui adanya dalil yang menganjurkan memmbaca basamalah secara khusus untuk kasus yang disebutkan. Akan tetapi menyebut nama Allah termasuk salah sebab yang ditunjukkan oleh dalil bahwa itu bisa mengusir setan dan menghalangi kejahatan mereka. Sebagaimana kita dianjurkan untuk membaca basamalah ketika tidur atau ketika masuk rumah.

Kemudian belia melanjutkan,

فأرجو أن ما يفعله الناس في مثل هذه الأحوال التي أُشير إليها في السؤال أرجو أنه حسن؛ لأن صب الماء الحار ولا سيما في بعض المواضع التي يمكن أن تكون مسكناً للجن يُخشى أن يكون له أثر انتقامي، فإذا ذكر الإنسان اسم الله فقال: باسم الله، كان ذلك سبباً في طرد ما يخشى من شر الشياطين

Saya berharap apa yang dilakukan masyarakat dengan membaca basmalah ketika membuang air panas sebagaimana yang ditanyakan, saya berharap ini termasuk perbuatan baik. Karena membuang air panas, terlebih di tempat-tempat yang mungkin itu dihuni jin, dikhawatirkan akan menyebabkan balas dendam. Jika seseorang membaca basmalah, ini bisa menjadi sebab menjauhkan dari kekhawatiran akan dampak kejahatan setan. (al-Arak Majmu’ Fatawa al-Barrak).

Kisah Meruqyah Jin

Syaikh Abdul Aziz as-Sidhan menceritakan,

Saya pernah menghadiri acara ruqyah orang yang kesurupan. Terjadi dialog antar jin dan peruqyah,

Peruqyah: ‘Mengapa kamu masuk ke badan orang ini?

Jin: ‘Orang ini membuang air mendidih dan mengenai anakku, sampai mati.’

Peruqyah: ‘Itu karena dia tidak tahu ada anakmu di tempat itu.’

Jin: ‘Mengapa dia tidak membaca basmalah sehingga anakku bisa menghindar sebelum dia buang air panas.’

(Syarh kitab ad-Dakwah ilallah wa Akhlak ad-Duat, dinukil dari Fatwa Islam no. 226625).

Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)

Read more https://konsultasisyariah.com/24316-hati-hati-menyiram-air-panas-bisa-mengenai-jin.html

===============================

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Jangan Pernah Remehkan Shalat

Jangan Pernah Remehkan Shalat
Shalat adalah pelipur lara, saat istirahat hamba dari letih kehidupan dunia

Bukankah begitu Nabi kita bersabda kepada Bilal sahabatnya?

"Wahai Bilal, istirahatkan kami dengan shalat"

Dengan shalat-lah hati kita bisa beristirahat.

Shalat, Ia melonggarkan permasalahan yang melilit sempit,

Shalat, Ia menyegarkan hati yang tertunduk lesu karena layu....

Lalu apa kabar jiwa orang yang lalai dari shalat?

Apa kabar jiwa yang penat, tapi tak pula diajak beristirahat?

Apa kabar jiwa yang berada pada puncak kelelahan, tapi tak kunjung mendapat kesegaran?

Urusannya pun berantakan, dipenuhi khawatir dan kegusaran.

Tak akan bahagia. Tak akan bahagia orang yang meninggalkan shalat. Tak akan bahagia hati yang tak pernah beristirahat

Oleh ust abu Salman hafidzahullah.

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Apakah Bahagia Berarti Banyaknya Harta?

Apakah Bahagia Berarti Banyaknya Harta?
Banyak orang setuju bahwa bahagia itu sederhana. Namun masih saja ada yang menganggap bahagia adalah dengan banyaknya harta.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta, akan tetapi kekayaan itu adalah kaya hati. ( HR Bukhari )

Renungkanlah firman-Nya:

وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا

Carilah negeri AKHERAT pada nikmat yang diberikan Allah kepadamu, tapi jangan kamu lupakan bagianmu dari dunia“. (QS. Al-Qosos: 77).

Dalam ayat ini, Allah memerintahkan kita agar memanfaatkan nikmat dunia yang Allah berikan, untuk meraih kemuliaan akherat. Arti simpelnya: korbankanlah duniamu, untuk meraih akheratmu!

Lalu Allah katakan, jangan kamu lupakan BAGIANMU dari dunia. Ya, “bagianmu”, yakni bagian kecil dari duniamu, bukan setengahnya, apalagi semuanya. Jelas sekali dari ayat ini, bahwa kita harusnya mementingkan akherat, bukan seimbang dengan dunia, apalagi mendahulukan dunia.

Jujurlah, mungkinkah Anda menyeimbangkan antara dunia dan akherat?! Sungguh, seakan itu hal yang mustahil. Yang ada: mendahulukan dunia, atau mendahukan akherat. Dan yang terakhir inilah yang Allah perintahkan.

Makanya, Allah berfirman dalam ayat lain:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

Aku tidaklah ciptakan jin dan manusia, melainkan agar mereka beribadah hanya kepada-Ku“. (QS. Adz-Dzariyat: 56).

Ayat ini menunjukkan bahwa ibadah adalah tujuan UTAMA kita diciptakan. Jika demikian, pantaskan kita menyeimbangkan antara tujuan utama dengan yang lainnya?!

Bahkan dalam doa “sapu jagat” yang sangat masyhur di kalangan awam, ada isyarat untuk mendahukan kehidupan akherat:

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

(Ustadz Dr Musyaffa Ad Dariny, MA)

Agar terus istiqomah:
  • berdo'a kepada Allah
  • ingat akhirat
  • ngaji terus
  • waspada terhadap kesombongan&zhalim
Faidah dari ustadz Abdullah Zaen, MA

Allahul musta’an...

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Sunnah Hari Jum'at Yang Terlupakan

Sunnah Hari Jum'at Yang Terlupakan
Memotong kuku, Mencabut Bulu Ketiak dan Mencukur Bulu Kemaluan adalah sunnah hari Jum'at yang terlupakan oleh kita.

Sesungguhnya agama Islam adalah agama yang sempurna dan telah mengatur berbagai macam perkara yang akan mendatangkan kebaikan bagi tiap hambanya. Di antaranya, agama ini telah mengajarkan kepada umatnya mengenai sunnah-sunnah fitrah.

Sunnah Fitrah adalah suatu tradisi yang apabila dilakukan akan menjadikan pelakunya sesuai dengan tabi’at yang telah Allah tetapkan bagi para hambanya, yang telah dihimpun bagi mereka, Allah menimbulkan rasa cinta (mahabbah) terhadap hal-hal tadi di antara mereka,  dan jika hal-hal tersebut dipenuhi akan menjadikan mereka memiliki sifat yang sempurna dan penampilan yang bagus.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْفِطْرَةُ خَمْسٌ الْخِتَانُ وَالِاسْتِحْدَادُ وَقَصُّ الشَّارِبِ وَتَقْلِيمُ الْأَظْفَارِ وَنَتْفُ الْآبَاطِ

Ada lima macam fitrah , yaitu : khitan, mencukur bulu kemaluan, memotong kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.” [HR. Bukhari no. 5891 dan Muslim no. 258]

Sebagaimana sunnah pada hari jum'at lainnya, mencabut bulu ketiak dan mencukur bulu kemaluan juga merupakan anjuran, sebagaimana Imam An-Nawawi mengatakan, “Imam Asy-Syafi’i dan para ulama Mazhab Syafi’iyah rahimahumullah menegaskan dianjurkannya memotong kuku dan mencukur rambut-rambut di badan (kumis dan bulu kemaluan, pen.) pada hari Jumat.” [Al-Majmu’ Syarh Muhadzab, 1:287]

Mencabut bulu ketiak sebagaimana dijelaskan oleh ulama yaitu dengan cara menghilangkan bulu-bulu yang tumbuh di lipatan ketiak. Baik dilakukan dengan cara dicabut, digunting, dan lain-lain. Dengan melakukan hal ini tubuh akan menjadi bersih dan akan menghilangkan bau yang tidak enak yang disebabkan oleh keberadaan kotoran-kotoran yang melekat pada ketiak. [Lihat Al Mulakhos Al Fiqh, 38]

Sedangkan mencukur bulu kemaluan disini yaitu bulu kemaluan di sini adalah bulu yang tumbuh di sekitar kemaluan. Dan boleh mencukurnya dengan alat apa saja, baik berupa alat cukur atau sejenisnya. [Al Mulakhos Al Fiqh, I/37]. Bisa pula dilakukan dengan memotong / menggunting, mencukur habis, atau dengan mencabutnya. [Lihat Al Wajiz fii Fiiqhis Sunnah wal Kitaabil ‘Aziz, 29 dan Fiqh Sunnah, 1/37]

Sunnah ini berlaku baik untuk laki - laki maupun perempuan. Semoga kita dimudahkan untuk mengerjakan sunnah - sunnah di hari Jum'at ini.

Wallahua'lam

Semoga bermanfaat.

===============================

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Dahsyatnya Surah Al-Kahfi

Dahsyatnya Surat Al-Kahfi
Hidup Anda Sedang Ruwet ?

Hidup Anda Terasa Gelap ?

Banyak Masalah Yang Belum Ketemu Solusinya ?

Sudah Lama Belum Ketemu Jodohnya ?

Punya Banyak Hutang Belum Ketemu Cara Nglunasinya ?

Pengin punya usaha ga tau caranya, ga punya modalnya ?

Sakit ga sembuh sembuh, belum ketemu obatnya ?

Rejeki terasa mampet ?

Sudah lama nikah belum juga punya anak ?

Baca Perlahan Tulisan Dibawah Ini

Malam Jumat Identik Dengan Apa Coba ?
Apa Sunnah Rasul Di Malam Jumat ?

Salah satu sunnah rasul di hari jumat adalah membaca surah al kahfi, seperti sabda rasulullah saw :
"Barangsiapa membaca surah Al-Kahfi pada hari Jum’at, maka akan dipancarkan cahaya untuknya di antara dua Jum'at." ( HR. Al-Hakim: 2/368 dan Al-Baihaqi: 3/249 )

Jika kita membaca surah al kahfi maka kita akan mendapat cahaya...Nah, apa sih manfaatnya bagi kita cahaya tersebut ?

Berikut ini penjelasan dari ust Yusuf Mansur :

Sering orang bilang, “Hidup gue lagi gelap nih.”

Sebagiannya bilang: “Masa depan gue, suram.”

Sebagiannya lagi ada yang merasa, ga ketemu jalan keluar.

Di mana jalan keluar bukannya ga ada. Ada. Namun ga kelihatan, sebab gelap atau digelapkan.

Ga kelihatan, atau sebenernya ga bisa ngelihat. Maka perlu cahaya.

Salah satu pendatang cahaya itu adalah surah Al Kahfi....

Bila dia pedagang, Insya Allah dagangannya bercahaya.

Bila dia pekerja, Insya Allah karirnya bercahaya. Terang.

Jika dia pelajar, mahasiswa, Insya Allah jalannya sebagai pelajar, mahasiswa, terang, penuh prestasi.
Dan harapan beasiswa serta masa depan terang.

Jika dia punya hutang, Insya Allah ia bisa melihat banyak  jalan keluar.

Jika ia belom berjodoh, Insya Allah bisa “terlihat”, kelihatan, dan datanglah jodoh untuknya.

Rumah tangga, yang membaca dan dibacakan Al Kahfi, saban Jum’at, maka teranglah rumah tangganya. Bercahaya. Ga gelap. Ga buram. Ga suram.

Jadi bukan ga ada solusi, bukan ga ada jalan, ada, tapi karena gelap jadi ga kelihatan.

Nah.....Sekarang sudah paham kan ?

Setelah baca Al Kahfi lanjut doa, minta ampun terus minta di terangin hidupnya, minta solusi dari masalah yang sedang di hadapi.

Kalo sudah, dilanjutkan baca shalawat sebanyak banyaknya.

Setelah paham dan tau manfaatnya yuk kita baca surah Al Kahfi setiap hari jumat (malam maupun siang) , semoga hidup kita dipenuhi cahaya sehigga selalu "Terang Benderang".
Aamiin....

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Selalu Teringat Akan Kau Ya Rasulullah

Selalu Teringat Akan Kau Ya Rasulullah
Assalamu'alaikum saudaraku yang dimuliakan Allah dan dicintai Rasulullah...

1] Bila Aku Tak Suka Makananku, Aku Teringat Pada Rasulullah Yang Mengikat Batu Pada Perutnya Untuk Menahan Lapar.

2] Bila Aku Rasa Pakaianku Kurang, Aku Teringat Pada Baginda Rasulullah Yang Hanya Ada Tiga Helai Baju Seumur Hidupnya. 

3] Bila Aku Rasa Tak nyaman Dgn Tempat Tidurku, Aku Teringat Pada Rasulullah Yang Pernah Tidur Hanya Beralas Pelepah Kurma & Kain Kasar.

4] Bila Aku Kikir Untuk Memberi, Aku Teringat Pada Rasulullah Yang Pernah Memberi Segala Yang Ia Miliki Hingga Tak Tinggal Sikit Pun Untuk Dirinya

5] Bila Aku Fikir Betapa Miskinnya Hidupku, Aku Teringat Pada Rasulullah Yang Sangat Cinta Pada Orang Miskin & Ingin Bersama Si Miskin Di Surga. 

6] Bila Aku Kecewa Pada Mereka Yang Banyak Menyakitiku, Aku Teringat Pada Rasulullah Yang Senantiasa Memaafkan Semua Orang Yang Telah Menyakitinya. 

7] Bila Aku Tahu Ada Orang Yang Membenciku, Aku Teringat Pada Rasulullah Yang Sentiasa Berdo'a Untuk Orang-orang Yang Telah Menghina Dan Membencinya.

8] Bila Orang Lain Tak Berterima Kasih Pada Kebaikan Yang Aku Lakukan Pada Mereka, Aku Teringat Pada Rasulullah Yang Dihalau Dengan Hina Di Thaif. 

9] Bila Aku Rasakan Bahwa Tiada Orang Yang Menyayangiku, Aku Teringat Pada Rasulullah Yang Mencintai Dan Menyayangiku Sebagai Umatnya. 

10] Bila Aku Berfikir Betapa Sengsaranya Hidupku. Aku Teringat Pada Rasulullah Yang Menempuh Segala Penderitaan Hidup, Demi dakwah Islam. 

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Sholat Dhuha Yuukkk...

Sholat Dhuha Yuukkk...
Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ يَا ابْنَ آدَمَ لاَ تَعْجِزْ عَنْ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ

Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir siang.” (HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no. 1451 . Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Penulis ‘Aunul Ma’bud –Al ‘Azhim Abadi- menyebutkan, “Hadits ini bisa mengandung pengertian bahwa shalat Dhuha akan menyelematkan pelakunya dari berbagai hal yang membahayakan. Bisa juga dimaksudkan bahwa shalat Dhuha dapat menjaga dirinya dari terjerumus dalam dosa atau ia pun akan dimaafkan jika terjerumus di dalamnya. Atau maknanya bisa lebih luas dari itu.” (‘Aunul Ma’bud, 4: 118)

At Thibiy berkata, “Yaitu  engkau akan diberi kecukupan dalam kesibukan dan urusanmu, serta akan dihilangkan dari hal-hal yang tidak disukai setelah engkau shalat hingga akhir siang. Yang dimaksud, selesaikanlah urusanmu dengan beribadah pada Allah di awal siang (di waktu Dhuha), maka Allah akan mudahkan urusanmu di akhir siang.” (Tuhfatul Ahwadzi, 2: 478).

Sumber : https://rumaysho.com/2845-keutamaan-shalat-dhuha.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Mayit Menjawab Salam Para Peziarah?

Mayit Menjawab Salam Para Peziarah?
Jika seandainya org yg sdh mati tdk mampu mendengar dan mlihat, knp Rasulullah menyuruh kita mengucapkan salam ketika memasuki area perkuburan? Mohon pencerahan..

Luki

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,

Alam kubur termasuk alam ghaib. Sehingga tidak ada cara untuk mengetahuinya kecuali melalui dalil al-Quran dan hadis.

Ketika kita diperintahkan untuk ziarah kubur, agar lebih mudah mengingat kematian, memberi salam dan mendo'akan si mayit. Sebagaimana disebutkan dalam hadis dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‘Ya Rasulullah, apa yang harus aku ucapkan ketika aku ziarah kubur?’

قُولِى السَّلاَمُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَيَرْحَمُ اللَّهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ لَلاَحِقُونَ

Ucapkanlah, “Assalamu 'alaikum wahai penghuni kubur, dari kalangan mukmini dan muslimin. Semoga Allah merahmati orang yang telah meninggal dan yang masih hidup. Dan insyaaAllah kami akan menyusul kalian.” (HR. Muslim 2301).

Dalam hadis ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk memberi salam kepada penghuni kubur. Dan beliau tidak menyebutkan, apakah mereka mendengar salam itu ataukah tidak.

Kemudian, ada satu riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا مِنْ أَحَدٍ يَمُرُّ بِقَبْرِ أَخِيهِ الْمُؤْمِنِ كَانَ يَعْرِفُهُ فِي الدُّنْيَا فَيُسَلِّمُ عَلَيْهِ إلَّا عَرَفَهُ وَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلَامَ

Apabila ada seseorang yang melewati kuburan saudaranya sesama mukmin  yang dia kenal di dunia, lalu dia memberi salam, maka saudaranya akan akan menjawab salamnya.

Status Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abdil Bar dalam al-Istidzkar (1/185) dari jalur Ubaid bin Muhammad, dari Fatimah bintu Rayyan, dari Rabi’ bin Sulaiman – muridnya imam as-Syafi’I, dari Bisyr bin Bukair, dari al-Auza’I, dari Atha’, dari Ubaid bin Umair, dari Ibnu Abbas.

Hadis ini juga dibawakan Syaikhul Islam, dan beliau mengatakan,

قال ابن المبارك : ثبت ذلك عن النبي صلى الله عليه وسلم وصححه عبد الحق صاحب الأحكام

Ibnul Mubarok mengatakan, “Hadis ini shahih dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan dishahihkan Abdul Haq, penulis kitab al-Ahkam.” (Majmu’ Fatawa, 24/331).

Hadis ini juga dishahihkan al-Hafidz Abdul Haq al-Isybili, al-Qurthubi dalam al-Mufhim (1/500), al-Iraqi dalam Takhrij Ihya Ulumiddin (4/491), demikian pula as-Syaukani dalam Nailul Authar (3/304).

Disamping itu, para ulama juga menegaskan bahwa mayit bisa mengetahui orang yang dia kenal ketika menziarahinya.

1. Keterangan Ibnul Qoyim mengatakan,

والسلف مجمعون على هذا ، وقد تواترت الآثار عنهم بأن الميت يعرف زيارة الحي له ويستبشر به

Para salaf dan ulama sepakat tentang ini, dan terdapat banyak riwayat dari mereka bahwa mayit mengetahui orang hidup yang menziarahinya dan merasa senang dengannya. (ar-Ruh, hlm. 5)

2. Keterangan Ibnu Katsir,

وقد شرع النبي صلى الله عليه وسلم لأمته إذا سلموا على أهل القبور أن يسلموا عليهم سلام من يخاطبونه فيقول المسلم: السلام عليكم دار قوم مؤمنين، وهذا خطاب لمن يسمع ويعقل، ولولا هذا الخطاب لكانوا بمنزلة خطاب المعدوم والجماد، والسلف مجمعون على هذا، وقد تواترت الآثار عنهم بأن الميت يعرف بزيارة الحي له ويستبشر

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mensyariatkan kepada umatnya ketika mereka memberi salam kepada penghuni kubur, agar disampaikan seperti menyampaikan kepada orang yang ada di depannya. ‘Assalamu alaikum, wahai penghuni kampung kaum mukminin” sementara panggilan semacam ini hanya bisa diarahkan kepada orang yang bisa mendengar dan berakal. Andai bukan seperti ini panggilannya, tentu statusnya seperti memanggil sosok yang tidak ada atau benda mati. Dan para ulama salaf sepakat hal ini. Terdapat banyak riwayat dari mereka bahwa mayit mengetahui orang hidup yang menziarahinya dan merasa senang dengannya. (Tafsir Ibnu Katsir, 6/325)

Jangan Meminta Ahli Kubur

Orang yang telah mati, mereka tidak lagi bisa beramal. Sehingga mereka sama sekali tidak bisa membantu orang lain. Jutru mereka butuh amal, butuh ampunan Allah, dan butuh bantuan do'a dari mereka yang hidup. Bukan sebaliknya.

Allah mencela orang-orang musyrik yang berdo'a, memohon kepada ruh orang soleh. Allah berfirman,

وَالَّذِينَ يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَخْلُقُونَ شَيْئًا وَهُمْ يُخْلَقُونَ . أَمْوَاتٌ غَيْرُ أَحْيَاءٍ وَمَا يَشْعُرُونَ أَيَّانَ يُبْعَثُونَ

Tuhan-tuhan yang mereka seru selain Allah, tidak dapat membuat sesuatu apapun, sedang berhala-berhala itu (sendiri) dibuat orang. Itu semua benda mati tidak hidup, dan berhala-berhala tidak mengetahui bilakah penyembah-penyembahnya akan dibangkitkan.” (QS. an-Nahl: 20-21)

Orang yang telah dikubur, mereka membutuhkan do'a, membutuhkan tambahan amal. Sehingga sangat mengherankan jika dia dimintai do'a, apalagi datang ke kuburan untuk curhat masalah dunianya.

Allahu a’lam.

👤 Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)

===============================

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Popular Posts

Blog Archive