Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Thursday, September 1, 2022

Syarah Rukun Iman - Iman Kepada Allah (13/13)

Syarah Rukun Iman - Iman Kepada Allah
Bismillah...

Lanjutan dari Bagian-12...

Syubhat-Syubhat Ahli Bidah

Syubhat keempat: berkaitan dengan sifat ‘uluw (sifat tinggi Allah ﷻ). Mereka mengatakan jika Allah ﷻ di atas maka Allah ﷻ butuh kepada yang di bawah. Mereka juga mengatakan jika Allah ﷻ di atas maka yang ada di bawah lebih lebar dari Allah ﷻ. Karena sebab semua ini mereka menafikan sifat Allah ﷻ di atas.

Jawaban:

Ini adalah logika yang salah, tidak semua yang di atas membutuhkan yang di bawah dan tidak semua yang di bawah lebih lebar dari yang di atas. Contohnya adalah langit, langit berada di atas dan bumi berada di bawah namun langit lebih luas dari bumi dan tidak membutuhkan bumi. Begitu juga Allah ﷻ, Allah ﷻ di atas tidak melazimkan Allah ﷻ lebih kecil dari alam semesta atau arasy. Allah ﷻ lebih besar dari arasy dan Allah ﷻ tidak membutuhkan arasy.

Abu Zur’ah Ahmad bin Husain Ar-Razi mengatakan, “apabila Allah ﷻ di atas arasy maka jika arasy jatuh maka Allah ﷻ akan ikut terjatuh.” 

Kita jawab bahwa perkaranya tidak seperti itu, justru langit dan alam semesta ini Allah ﷻ yang jaga. 

Allah ﷻ berfirman,

إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَنْ تَزُولَا وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

Sesungguhnya Allah ﷻ menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorang pun yang dapat menahan keduanya selain Allah ﷻ. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Fathir: 41)

Diantara rahmat Allah ﷻ meskipun mereka tenggelam dengan logika mereka namun fitrah mereka tetap lurus. Oleh karenanya ketika mereka berbicara tentang Allah ﷻ mereka selalu menunjuk ke atas.

Ada juga di antara mereka ketika ditanya mengapa dalam berdoa tangan di angkat ke atas? 

Mereka menjawab: karena kiblat doa adalah di atas. 

Maka jawabannya dari beberapa sisi:

● Jika kita kembali kepada perkataan salaf maka tidak ada yang mengatakan bahwa kiblat doa adalah di langit. Para salaf mengatakan bahwa kiblat dalam berdoa sama dengan kiblat ketika salat yaitu ke Kakbah.

● Kiblat dalam bahasa Arab artinya sesuatu yang dihadapkan. Sehingga kita menghadapkan wajah dan tubuh kita ke arah kiblat. Seandainya kita menjadikan langit sebagai kiblat maka seharusnya ketika berdoa kita tidurkan badan kita agar bisa menghadap ke langit.

● Kiblat bisa berubah arahnya, bukankah dahulu Rasulullah ﷺ ketika salat menghadap Baitul maqdis kemudian diubah ke arah Kakbah? Sementara ketika kita berdoa tangan kita selalu ke arah atas dan tidak pernah berubah.

● Ketika seseorang berdoa menghadap kiblat, dia tidak sedang mencari Allah ﷻ di Kakbah, hatinya tetap menuju ke atas. Tidak ada seorang muslim pun yang mengatakan Allah ﷻ di Kakbah. Seseorang ketika berdoa maka hatinya mencari Allah ﷻ. Begitu juga ketika sujud tidak ada seorang muslim yang meyakini Allah ﷻ di tanah. Bukankah para penyembah matahari ketika sujud tidak meyakini bahwa matahari di dalam tanah? Mereka tetap meyakini matahari di langit, adapun sujud mereka sebagai bentuk pengagungan terhadap matahari. Sama seperti ketika kita sujud maka kita akan mengucapkan سُبْحَانَ رَبِّيَ الْأَعْلَى “maha suci Allah ﷻ yang maha tinggi”. Kepala kita di tanah namun hati kita meyakini Allah ﷻ di atas.

Intinya, lebih selamat bagi kita untuk mengikuti dalil dan manhaj salaf. 

Alhamdulillah akidah yang kita perjuangkan adalah akidah as-salaf ash-saleh. Mereka ahli bidah tidak berani mengatakan bahwa akidah mereka adalah akidah salaf, berbeda dengan kita. Kita memiliki pertanggungjawaban bahwa kitab-kitab akidah yang kita baca adalah kitab-kitab salaf.

--------------------

Selesai Syarah Rukun Iman pertama - Iman kepada Allah


Artikel ini penggalan dari Buku Syarah Rukun Iman Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.

https://bekalislam.firanda.com/syarah-rukun-iman

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive