Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Sunday, August 28, 2022

Syarah Rukun Iman - Iman Kepada Allah (6/13)

Syarah Rukun Iman - Iman Kepada Allah
Bismillah...

Lanjutan dari Bagian-5...

Awal Mula Muncul Bid’ah dalam Al-Asma’ wa ash-Shifat

Asya’irah

Selanjutnya muncullah Imam Abul Hasan Al-Asy’ari (wafat 324H) yang awalnya membawa pemahaman Muktazilah, karena berguru dari bapak tirinya Abu ‘Ali Al-Jubba’i. Lalu Abul Hasan Al-Asy’ari bertemu dengan sebagian penganut mazhab Kullabiyah ([21]), dia berguru kepadanya sehingga dia melepaskan jubah Muktazilahnya (setelah menganutnya selama 40 tahun) dan menjadi penganut mazhab Kullabiyah. Sebelum akhirnya beliau rujuk kepada pemahaman Imam Ahmad bin Hanbal yaitu mazhab salaf dan berlepas diri dari pemahaman-pemahamannya yang terdahulu. Dalam pertobatannya tersebut beliau menulis empat kitab yang memuat bagaimana Akidah Ahlusunah, di antaranya Al-Ibanah ‘an Ushulid Diyanah, Al-Maqalat Al-Islamiyyin, Risalah ila Ahlits Tsagr, Al-Luma’, walaupun masih dijumpai debu-debu pemikiran sisa bid’ah akibat masa lalu beliau.

Lalu muncullah kaum Asya’irah belakangan yang menyelisihi akidah Pendiri mereka Abul Hasan al-Asyári. Jika Abul Hasan dan murid-muridnya berakidah seperti Kullabiyah -yaitu menetapkan seluruh sifat dzatiyah-, adapun kaum Asya’irah belakangan (Ar-Razi dan Al-Amidi) maka mereka menolak mayoritas sifat-sifat dzatiyah dan hanya menetapkan 7 sifat saja dari sifat-sifat dzatiyah, adapun sifat-sifat yang lainnya ditakwilkan dan dibawa maknanya kepada salah satu dari 7 sifat tersebut.

Maturidiyah

Lalu para ulama dari mazhab Hanafi mengembangkan pemahaman Asya’irah ini, hingga datanglah Abu Manshur Al-Maturidi (wafat tahun 333H) yang berusaha mengembangkan pemahaman Asya’irah. Meskipun dijumpai adanya sedikit perbedaan dengan Asya’irah, sehingga orang-orang mengenal mazhab/sekte Maturidiyah. ([22])

Maturidiyah sendiri tidaklah berkembang pesat semasa hidup Abu Mansur. Kelompok ini malah berhasil eksis dalam jangka waktu yang panjang di puncak keemasannya sepeninggalnya, dengan peran penting para ulama mazhab Hanafi. Dan ini salah satu penyebab biografinya (Abu Mansur) tidaklah disebutkan dalam kitab-kitab sejarah.

Ibnul Atsir dalam Al-Kamil, Ibn Katsir dalam Al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibnul Imad dalam Syuzurat adz-Dzahab, Ibn Khalikan dalam Wafayat al-A’yan, Ibnun Nadim dalam Al-Fahrasat, As-Shafadi dalam Al-Wafi bi al-Wafayat, As-Sam’ani dalam Al-Ansab, Adz-Dzahabi dalam As-Siyar, Ibn Hajar dalam Al-Lisan, dan As-Suyuthi dalam Tabaqat al-Mufassirin, mereka semua tidak menyebutkan biografinya, padahal pada kitab yang sama mereka menyebutkan biografi orang-orang yang sezaman dengannya.

Demikian pula kitab-kitab ensiklopedi agama dan kelompok Islam, tidak menyertakan biografi Abu Mansur, padahal Maturidiyah merupakan salah satu kelompok Sifatiyyah.

Dan karena itu pula, tidak ditemukan komentar rinci Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah -yang telah menyingkap kesesatan dan penyimpangan seluruh kelompok sesat- seputar Maturidiyyah ini dalam berbagai karyanya. [Al-Maturidiyyah Dirasah wa Taqwima : (79-109)]

Bersambung ke Bagian-7...


Artikel ini penggalan dari Buku Syarah Rukun Iman Karya Ustadz DR. Firanda Andirja, Lc. MA.

https://bekalislam.firanda.com/syarah-rukun-iman

---------------

Footnote:

([21]) Mauqif Ibn Taimiyah min al-Asya’irah, karya DR. Abdurrahman bin Shalih Al-Mahmud : (1/331 – 2/696).

([22]) Sebuah kelompok yang menisbahkan diri mereka kepada Abu Mansur Al-Maturidi Al-Hanafi.

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive