Meski jahiliah eranya sudah berakhir pasca diutusnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam namun yang namanya kejahilan tetap ada wujudnya sampai sekarang bahkan sampai akhir zaman.
Para ulama mengingatkan ada dua model kejahilan pada diri manusia yaitu "jahl basith" dan "jahl murakkab", dan yang kedua lebih berat dari yang pertama.
JAHL BASITH artinya kebodohan yang disadari pelakunya. Orang yang jahil dalam batas ini sadar bahwa dirinya tidak berilmu sehingga dia ingin belajar dan mau dibujuk kepada ilmu guna mengangkat kejahilan pada dirinya.
Adapun JAHL MURAKKAB artinya kebodohan yang berlapis. Orang yang jahil murakkab tidak menyadari dirinya jahil bahkan dia merasa banyak tahu atau lebih berilmu sehingga bila diingatkan kontan dia tampik dengan kejahilannya yang disangkanya sebagai ilmu, sedangkan ilmu yang sampai kepadanya dia anggap sebagai kebodohan.
Kejahilan merupakan musuh paling utama umat Islam yang harus diperangi sebelum menghadapi musuh yang nyata dari luar.
Satu-satunya cara melawan musuh dari dalam ini hanyalah dengan thalabul ilmi (menuntut ilmu) sebagaimana yang telah diingatkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam,
"ILMU ITU HANYALAH DICAPAI DENGAN BELAJAR."
Pelaku kejahilan khususnya jahl murakkab bisa mencelakakan dirinya dan orang lain, menjerumuskan dirinya dan orang lain dalam kesyirikan dan kekufuran, membuat orang lari dari kebenaran dan mengada-ada dalam beramal.
Inilah yang dimaksud oleh Umar bin Abdil Aziz dalam nasihat beliau yang masyhur,
من عمل بغير علم كان ما يفسد أكثر مما يصلح
"Barangsiapa yang beramal tanpa dasar ilmu maka kerusakan yang diperbuatnya lebih banyak dari apa yang ingin dia perbaiki." (Az-Zuhd Imam Ahmad 1/301)
Mungkin niatnya baik tetapi karena tidak didukung oleh ilmu yang cukup maka mudharatnya jauh lebih besar dan lebih banyak berkali-kali lipat.
https://t.me/manhajulhaq
===============================
Wallahu a'lam bishawab.
Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].
Jazaakumullahu khairan.