Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Sunday, February 25, 2024

Nasibmu Ada Pada Sholatmu

Nasibmu Ada Pada Sholatmu
Bismillah...

👉 Shalat adalah amalan yang pertama kali akan dihisab.👈 Amalan seseorang bisa dinilai baik buruknya dinilai dari shalatnya.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

” إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ العَبْدُ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلَحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسَرَ فَإِنِ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيْضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : انَظَرُوْا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ ؟ فَيُكْمَلُ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنَ الفَرِيْضَةِ ثُمَّ يَكُوْنُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ ” . وَفِي رِوَايَةٍ : ” ثُمَّ الزَّكَاةُ مِثْلُ ذَلِكَ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ حَسَبَ ذَلِكَ ” .

Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan, ’Lihatlah apakah pada hamba tersebut memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan lainnya seperti itu.”

Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab seperti itu pula.” (HR. Abu Daud no. 864, Ahmad 2: 425, Hakim 1: 262, Baihaqi, 2: 386. Al Hakim mengatakan bahwa sanad hadits ini shahih dan tidak dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim, penilaian shahih ini disepakati oleh Adz Dzahabi)


https://rumaysho.com/4953-13-kedudukan-shalat-dalam-islam.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Saturday, February 24, 2024

Kebenaran dan Yang Mendakwahkannya, Mesti Banyak Musuhnya

Kebenaran dan Yang Mendakwahkannya, Mesti Banyak Musuhnya
Bismillah...

Sudah sunnatullah, kebenaran dan yang mendakwahkannya, mesti banyak yang membenci dan memusuhi. Sekelas Nabi shallallahu alaihi wa sallam saja, tidak luput dari orang-orang yang membenci dan memusuhinya. Bahkan dari karib kerabatnya sendiri. Padahal beliau adalah orang yang paling baik akhlaknya, paling hikmah dalam berdakwah, paling lembut dan santun dalam mengajak orang, paling berilmu dan paling sempurna metode dan thariqat dakwahnya. 

Allah Ta'ala berfirman, 

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّاً شَيَاطِينَ الأِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوراً (سورة الأنعام: 112)

"Dan demikianlah Kami jadikan untuk setiap nabi musuh yang terdiri dari setan-setan manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan." (QS Al An’am: 112) 

Kebenaran dan yang membawa kebenaran itu pasti akan ditolong. Maka tidak usah berputus asa karena banyaknya musuh dan kekuatan orang yang menentang kebenaran. 

Berkata Syekh Muhammad Shalih Al-Utsaimin rahimahullah :

علينا أن لا نيأس لكثرة الأعداء وقوة من يقاوم الحق فإن الحق منصور ممتحن. [شرح كشف الشبهات ص 64-65]

Wajib bagi kita untuk tidak putus asa, karena banyaknya musuh dan kekuatan orang yang menentang kebenaran, karena sesungguhnya kebenaran itu akan ditolong dan akan menang. (Syarh Kasyfusy Syubuhat, halaman 64-65).

Dan berkata Syekh Muhammad Shalih Al-Utsaimin rahimahullah :

الحق منصور و إن قل أتباعه والباطل مخذول و لو كثر أتباعه

Kebenaran itu akan ditolong walaupun sedikit pengikutnya. Dan kebatilan itu akan dihinakan walaupun banyak pengikutnya. (Syarah al-Kafiyah asy- Syafiyah 1/178).

Berkata Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullah:

الحق منصور وممتحنٌ فلا تعجب فهذي سنة الرحمن وبذاك يظهر حزبه من حزبه ولأجل ذاك الناس طائفتان

Kebenaran (al-haq) itu akan senantiasa mendapatkan pertolongan, namun juga penuh dengan rintangan

Maka engkau tidak perlu heran, karena semua itu sudah menjadi ketetapan Allah yang Maha pengasih

Dengan itulah, akan nampak jelas mana tentera Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan mana musuhnya

Dan dengan itu pula, manusia terpisah menjadi dua kelompok (antara yang selamat dan yang tersesat). Syair An Nuniyah (1/17)

Mungkin orang akan bertanya, kok kelihatannya kebenaran itu selalu kalah, tabligh akbar ustadz salafi dibubarkan, pembangunan masjid dihentikan, bahkan dibakar dan lain sebagainya. Ketahuilah, bahwa selama hati ini kokoh di atas al haq, maka al haq itu pasti menang.

Imam Ahmad rahimahullah ditanya pada zaman fitnah:

ألم تر كيف انتصر الباطل على الحق؟؟ فقال أحمد: "كلا، مادامت القلوب ثابتةً فالحق هو المنتصر".

(المدخل ٣٠٠/١)

Apakah engkau tidak melihat bagaimana kebathilan itu telah memperoleh kemenangan atas alhaq ? Berkatalah al-Imam Ahmad : sekali-kali tidak, selama hati itu kokoh diatas alhaq, maka alhaq itulah yang akan menang. [Al-Mudkhil 1/300].

Bersabar dan tingkatkan kesabaran dalam menegakkan kebenaran, pertolongan Allah pasti dan sungguh pasti akan datang. Dan musuh-musuh dakwah dari kalangan hizbiyyun harokiyyun mubtadiyyun akan meleleh dan lenyap.

Berkata Asy-Syaikh Muqbil bin Hady rahimahullah :

وأنا متأكد لو قام أهل السنة بالدعوة إلى الله، لذابت كل هذه الحزبيات، لأنها مبنية على التلبيس وعلى الخداع.

"Saya yakin seandainya Ahlus Sunnah bangkit mendakwahkan agama Allah, niscaya semua hizbiyyah (fanatisme kelompok atau golongan) akan meleleh lenyap, karena hizbiyyah dibangun di atas talbis (tindakan mencampur adukkan kebenaran dan kebathilan) serta penipuan." (Qam’ul Mu’anid, hlm. 392).


AFM


🌴🌴🌴

https://www.facebook.com/share/p/vbfcPaegJRUqBpu8/

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Bocoran Dari Nabi ﷺ Tentang Wanita Penghuni Surga

Bocoran Dari Nabi ﷺ Tentang Wanita Penghuni Surga
Bismillah...

Bahwasanya para wanita calon penghuni surga sudah dikabarkan ciri-cirinya Sebagaimana dalam hadits,

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang sifat wanita penghuni Surga:

وَنِسَاؤُكُمْ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ: اَلْوَدُوْدُ الْوَلُوْدُ الْعَؤُوْدُ عَلَى زَوْجِهَا؛ اَلَّتِي إِذَا غَضِبَ جَائَتْ حَتَّى تَضَعَ يَدَهَا فِيْ يَدِ زَوْجِهَا وَتَقُوْلُ: لاَ أَذُوْقُ غَمْضًا حَتَّى تَرْضَى

Wanita-wanita kalian yang menjadi penghuni Surga adalah yang penuh kasih sayang, banyak anak, dan banyak kembali (setia) kepada suaminya yang apabila suaminya marah, ia mendatanginya dan meletakkan tangannya di atas tangan suaminya dan berkata, ‘Aku tidak dapat tidur nyenyak hingga engkau ridha kepadaku'"

Hadits hasan: Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam Mu’jamul Kabir (XIX/140, no. 307) dan Mu’jamul Ausath (VI/301, no. 5644), juga an-Nasa-i dalam Isyratun Nisaa’ (no. 257). Hadits ini dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah ash-Shahiihah (no. 287).


DSB (Team design salafy bugis)


📱 gabung bersama kami:

t.me/assunnahsulawesi

http://Instagram.com/design.salafy.bugis

http://Instagram.com/assunnahsulawesi

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Friday, February 23, 2024

Ibadah Inabah

Ibadah Inabah
Bismillah...

Inabah artinya kembali. Ini semakna dengan makna taubat. Jadi taubat dan inabah memiliki makna yang sama. 

Ada sebagian ulama yang membedakan antara inabah dan taubat. Menurut mereka inabah memiliki makna lebih khusus dari taubat. Pada inabah ada penekanan makna, karena inabah mengandung makna taubat yang disertai dengan menyambut seruan Allah dan tidak merasa berat terhadap ajakan tersebut. Karena kadang ada orang yang bertaubat, lalu meninggalkan kesalahannya dan tidak kembali melakukannya, namun rasa sambutannya kepada Allah sangat lemah. Merasa berat meninggalkan maksiatnya, walau ia bisa meninggalkannya. Oleh karena itu Allah berfirman :

قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53) وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ (54)

Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan *kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya* sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 53-54)

Maksudnya kembalilah kalian dan sambutlah seruan Allah, sebelum datang adzab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).

Allah ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS. At Tahrim: 8)

Taubat dan inabah itu dibatasi oleh waktu. Taubat dan inabah akan Allah terima sebelum adzab datang dan nyawa sampai di tenggorokan, dan sebelum matahari terbit dari timur. Ayat diatas menunjukkan bahwa inabah termasuk ibadah yang tidak boleh dipalingkan kepada selain Allah.

Allah ta’ala berfirman,

وَلَيْسَتِ التَّوْبَةُ لِلَّذِينَ يَعْمَلُونَ السَّيِّئَاتِ حَتَّى إِذَا حَضَرَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ إِنِّي تُبْتُ الْآنَ

Dan tidaklah taubat itu diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan, ‘Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” (Qs. An-Nisa : 18)

Dari Abu Musa ‘Abdullah bin Qais Al Asy’ari Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إِنَّ اللهَ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيئُ النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيئُ اللَّيْلِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا.

Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu membuka tanganNya di waktu malam untuk menerima taubat orang yang melakukan kesalahan di siang hari, dan Allah membuka tanganNya pada siang hari untuk menerima taubat orang yang melakukan kesalahan di malam hari. Begitulah, hingga matahari terbit dari barat." [HR Muslim (no. 2759)]

Dari Abu ‘Abdirrahman ‘Abdullah bin ‘Umar bin Al Khaththab Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللهَ يَقْبَلُ تَوْبَةَ الْعَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ.

Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba, selama (ruh) belum sampai di tenggorokan." [At Tirmidzi (no. 3537), Al Hakim (IV/257), Ibnu Majah (no. 4253)]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

مَنْ تَابَ قَبْلَ أَنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا تَابَ اللهُ عَلَيْهِ.

Barangsiapa taubat sebelum matahari terbit dari barat, maka Allah akan menerima taubatnya“. [Muslim (no. 2703), dari sahabat Abu Hurairah]

[Diringkas oleh Ustadz Abu Ubaidillah al Atsariy dari kitab Syarah al ushul Ats Tsalatsah karya DR. Shalih Fauzan]


======🌴🌴🌴🌴🌴======

https://abuubaidillah.com/ibadah-inabah

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Kemuliaan Bagi Seorang Hamba

Kemuliaan Bagi Seorang Hamba
Bismillah...

🌴🌴🌴

Dari Ali bin Abi Thalib, Rosulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إن الله ليعجب إلى العبد إذا قال:

‏لا إله إلا أنت إني قد ظلمت نفسي، فاغفر لي ذنوبي إنه لا يغفر الذنوب إلا أنت .

‏قال: عبدي عرف أن له ربا يغفر ويعاقب .

Sesungguhnya Allah kagum kepada hamba-Nya yang berkata:

Laa ilaaha illaa Anta

Innii qod zholamtu nafsii

Faghfirlii dzunuubii

Innahu laa yaghfirudz-dzunuuba illaa Anta.

(yang artinya)

Tidak ada ilah yang berhak diibadahi kecuali Engkau

Sesungguhnya aku telah menzholimi diriku.

Maka ampunilah dosa dosaku.

Sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.

🌴🌴🌴

Allah berfirman, “Hambaku yakin bahwa Robbnya mengampuni dosa dan memberi siksa..

(HR. Al-Hakim No. 2482, Silsilah Shohiihah 1653)

Memohon ampunan kepada Allah adalah kemuliaan bagi hamba..

Karena semua kita membutuhkan ampunan Allah dan karunia-Nya..


Penulis, Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى


======🌴🌴🌴🌴🌴======

🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/66472

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Manhaj Salaf : Sebuah Renungan Dalam Pertemanan

Manhaj Salaf : Sebuah Renungan Dalam Pertemanan
Bismillah...

💧Jika didalam sirkel pertemananmu di sosial media tidak ada yang mengingatkanmu tentang kebaikan akhirat, untuk jaga shalat, belajar ilmu agama, menutup aurat, taubat, meninggalkan dosa, inget mati, halal dan haram. Maka kamu harus segera rubah sirkel pertemanmu, 

💧Sebab baik atau buruknya apa yang kita lihat dan lewat di beranda kita sejatinya adalah merupakan cermin dari bagaimana keadaan orang yg menjadi teman atau orang yg kita ikuti dalam akun kita,

💧Karena itu pentingnya kita berteman dengan orang2 yang shalih, yang dapat membawa manfaat kebaikan dunia dan akhirat.

💧Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah berkata,

"Bergaul dengan orang-orang shaleh dapat merubahmu dari 6 perkara menuju 6 perkara lainnya:

1. Dari ragu menjadi yakin

2. Dari riya menjadi ikhlas

3. Dari lalai menjadi ingat kepada Allah

4. Dari cinta dunia menjadi cinta akhirat 

5. Dari sombong menjadi tawadhu'

6. Dari niat yang buruk menjadi niat yang baik." (Ighotsatul Lahfan 1/136)

💌Keberadaan teman bagi seseorang memang sangat mempengaruhi, Banyak orang yang terjerumus ke dalam lubang kemakisatan dan kesesatan karena pengaruh teman bergaul yang jelek. Namun juga tidak sedikit orang yang mendapatkan hidayah dan banyak kebaikan disebabkan bergaul dengan teman-teman yang shaleh.

💌Oleh karena itu hendaknya kita selektif dalam memilih teman dan memperhatiakan bagaimana akhlak dan agama siapa yang menjadi teman dekat kita, sebab keberadaan teman itu sangat mempengaruhi.

📚Sebagaimana dalam sebuah hadits Rasululah ﷺ menjelaskan tentang peran dan dampak seorang teman, beliau sabda :

Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk ibarat seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi mungkin akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, dan kalaupun tidak, engkau tetap mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, dan kalaupun tidak engkau tetap mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.” (HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)

🤲🏼Semoga Allah ﷻ berikan hidayah kepada kita semua dan anugerahkan teman-teman yang shaleh yang dapat memberikan safaat dan manfaat kebaikan di dunia dan akhirat. Aamiin


Habibie Quotes, 13/05/22

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Thursday, February 22, 2024

Ibadah Istighotsah

Ibadah Istighotsah
Bismillah...

Istighotsah ( الإستغاثة ) adalah salah satu jenis dari ibadah yaitu meminta pertolongan dikala kondisi yang sulit.

Jika seseorang tertimpa suatu kesulitan, maka dia meminta pertolongan ke hanya kepada Allah serta meminta jalan keluar dari kesulitan tersebut.

Beda Istighotsah dan Isti’anah

Perbedaannya terletak pada momennya.

Istighotsah itu terjadi khusus ketika kondisi yang sulit, sedangkan Isti’anah maknanya lebih umum yaitu meminta pertolongan dalam kondisi sulit ataupun tidak.

Allah memerintahkan kita untuk melakukan ibadah Istighotsah ini hanya kepada-Nya. Jika seseorang beristighotsah kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala, maka orang tersebut telah menduakankan Allah dalam ibadah Istighotsah. Ini adalah perkara yang haram yang dilarang di dalam Islam.

Allah berfirman

وَلَا تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ (106) وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (107)

Dan janganlah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim.

Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yunus: 106-107)

Istighotsah Yang Salah

Kita banyak melihat di tengah masyarakat masih ada orang-orang yang beristighotsah kepada selain Allah, misalnya kepada laut, kepada sungai, kepada pohon, kepada batu, dan yang lain. Jika mereka tertimpa sebuah musibah, maka mereka mendatangi laut untuk melemparkan hasil bumi yang mereka sebut dengan sedekah bumi atau mungkin mereka mendatangi sungai untuk melakukan ritual-ritual meminta keselamatan kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala.

Allah Ta’ala telah berfirman :

أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ ۗ أَإِلَٰهٌ مَعَ اللَّهِ ۚ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ

Atau siapakah yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada sesembahan haq (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingat (keagungan-Nya)”. (QS. An-Naml : 62) 

Istighotsah Yang Benar

Allah berfirman

إِذْ تَسْتَغِيثُونَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ

(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Rabb-mu, lalu diperkenankan-Nya permintaan itu bagimu” [QS. Al Anfal: 9]

Ayat ini berkaitan dengan peristiwa perang Badar yang terjadi antara kaum muslimin dengan orang-orang musyrik. Dimana jumlah kaum muslimin yang sedikit dan jumlah orang kafir yang banyak menyebabkan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala untuk meminta pertolongan. Inilah yang disebut dengan Istighotsah karena Nabi meminta pertolongan di kondisi sulit. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Umar Bin Khattab radhiyallahu anhu,

لَمَّا كَانَ يَوْمُ بَدْرٍ نَظَرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْمُشْرِكِينَ وَهُمْ أَلْفٌ وَأَصْحَابُهُ ثَلَاثُ مِائَةٍ وَتِسْعَةَ عَشَرَ رَجُلًا فَاسْتَقْبَلَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقِبْلَةَ ثُمَّ مَدَّ يَدَيْهِ فَجَعَلَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ اللَّهُمَّ أَنْجِزْ لِي مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ آتِ مَا وَعَدْتَنِي اللَّهُمَّ إِنْ تُهْلِكْ هَذِهِ الْعِصَابَةَ مِنْ أَهْلِ الْإِسْلَامِ لَا تُعْبَدْ فِي الْأَرْضِ فَمَا زَالَ يَهْتِفُ بِرَبِّهِ مَادًّا يَدَيْهِ مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ حَتَّى سَقَطَ رِدَاؤُهُ عَنْ مَنْكِبَيْهِ فَأَتَاهُ أَبُو بَكْرٍ فَأَخَذَ رِدَاءَهُ فَأَلْقَاهُ عَلَى مَنْكِبَيْهِ ثُمَّ الْتَزَمَهُ مِنْ وَرَائِهِ وَقَالَ يَا نَبِيَّ اللَّهِ كَفَاكَ مُنَاشَدَتُكَ رَبَّكَ فَإِنَّهُ سَيُنْجِزُ لَكَ مَا وَعَدَكَ

Saat terjadi perang Badr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat pasukan orang-orang Musyrik berjumlah seribu pasukan, sedangkan para sahabat beliau hanya berjumlah tiga ratus Sembilan belas orang. Kemudian Nabi Allah shallallahu ‘alaihi wasallam menghadapkan wajahnya ke arah kiblat sambil menengadahkan tangannya, beliau berdo’a: Ya Allah, tepatilah janji-Mu kepadaku. Ya Allah, berilah apa yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, jika pasukan Islam yang berjumlah sedikit ini musnah, niscaya tidak ada lagi orang yang akan menyembah-Mu di muka bumi ini’.

Demikianlah, beliau senantiasa berdo’a kepada Rabbnya dengan mengangkat tangannya sambil menghadap ke kiblat, sehingga selendang beliau terlepas dari bahunya. Abu Bakar lalu mendatangi beliau seraya mengambil selendang dan menaruhnya di bahu beliau, dan dia selalu menyertai di belakang beliau.” 

Abu Bakar kemudian berkata, “Ya Nabi Allah, cukuplah kiranya engkau bermunajat kepada Allah, karena Dia pasti akan menepati janji-Nya kepada anda.” [HR. Muslim 3309]

Maka Allahpun menurunkan ayat ini dan mengabulkan istighosah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan mengirimkan bala bantuan 1000 malaikat. 

Allah berfirman,

فَاسْتَجَابَ لَكُمْ أَنِّي مُمِدُّكُمْ بِأَلْفٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ مُرْدِفِينَ

Lalu Allah memperkenankan doamu: “Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut“. [QS. Al Anfal: 9]

Pembagian Istighotsah

Istighotsah ada dua jenis:

■ Istighotsah kepada makhluk pada perkara yang tidak ada yang bisa melalukannya kecuali Allah saja. Maka ini adalah kesyirikan karena telah memalingkan hak Allah kepada selain-Nya. Jadi jika ada seseorang beristighotsah kepada jin, manusia yang tidak hadir di dihadapannya, batu, laut, orang mati, maka orang itu telah berbuat kesyirikan. Ini perbuatan haram yang harus dijauhi.

■ Istighotsah kepada makhluk dalam perkara yang ia bisa lakukan. Maka ini boleh-boleh saja dan bukan termasuk perbuatan Syirik. Allah subhanahu wata’ala berfirman berkaitan kisah Musa yang dimintai tolong oleh sukunya untuk melindungi mereka dari kedzaliman orang-orang dari suku Fir’aun. 

Dalam al Qur’an disebutkan,

فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِنْ شِيعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ

Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya (beristighotsah), untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya” [QS. Al Qashosh: 15]

Jadi mereka meminta pertolongan dalam kondisi sulit atau disebut dengan Istighotsah kepada Nabi Musa alaihissalam. Dan ini menunjukkan bahwa hal tersebut diperbolehkan. Wallahu a’lam bishawab.

Demikianlah sekelumit penjelasan yang berkaitan dengan ibadah Istighosah. Semoga betmanfaat.


Rujukan:

  • Al Qur’an Al Karim
  • Shahih Muslim
  • Syarh al Ushul ats Tsalatsah, Syeikh Dr. Shalih Al Fauzan
  • Al Jami’ Li ahkamil Qur’an, Al Qurthubiy


🌴🌴🌴

http://abuubaidillah.com/ibadah-istighotsah


written by Bambang Abu Ubaidillah

31-10-2016

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Larangan Membenarkan Kedustaan Pemimpin Yang Zalim

Larangan Membenarkan Kedustaan Pemimpin Yang Zalim
Bismillah...

حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ سُفْيَانَ حَدَّثَنِي أَبُو حَصِينٍ عَنِ الشَّعْبِيِّ عَنْ عَاصِمٍ الْعَدَوِىِّ عَنْ كَعْبِ بْنِ عُجْرَةَ قَالَ خَرَجَ عَلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ دَخَلَ وَنَحْنُ تِسْعَةٌ وَبَيْنَنَا وِسَادَةٌ مِنْ أَدَمٍ فَقَالَ إِنَّهَا سَتَكُونُ بَعْدِي أُمَرَاءُ يَكْذِبُونَ وَيَظْلِمُونَ فَمَنْ دَخَلَ عَلَيْهِمْ فَصَدَّقَهُمْ بِكِذْبِهِمْ وَأَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ وَلَيْسَ بِوَارِدٍ عَلَيَّ الْحَوْضَ وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَيُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَهُوَ وَارِدٌ عَلَيَّ الْحَوْضَ

Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Sufyan, telah menceritakan kepadaku Abu Hashin dari Asy Sya'bi dari Ashim Al Adawi dari Ka’ab bin Ujrah ia berkata, “Rasulullah ﷺ pernah keluar atau masuk menemui kami, ketika itu kami berjumlah sembilan orang. Dan di antara kami ada bantal dari kulit. Nabi ﷺ lalu bersabda,  “Sesungguhnya akan ada setelahku para pemimpin yang berdusta dan zalim. Barangsiapa mendatangi mereka kemudian membenarkan kebohongan mereka, atau membantu mereka dalam kezalimannya, maka ia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya. Serta ia tidak akan minum dari telagaku. Dan barangsiapa tidak membenarkan kebohongan mereka dan tidak membantu mereka dalam berbuat kezaliman, maka ia adalah dari golonganku dan aku adalah dari golongannya. Dan kelak ia akan minum dari telagaku.

(HR. Imam Ahmad no. 17424 Isnad shahih menurut Syu'aib al Arna'uth)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Ibadah Isti’anah

Ibadah Isti’anah
Bismillah...

Isti’anah artinya meminta pertolongan atau bantuan. Yaitu meminta pertolongan kepada Allah subhanahu wata’ala dalam perkara dunia dan akhirat. Isti’anah adalah salah satu bentuk ibadah kepada Allah ‘azza wa jalla yang tidak boleh diminta kepada selain-Nya. 

Allah subhanahu wata’ala berfirman,

إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ

Hanya kepadaMu kami beribadah dan hanya kepadaMu kami meminta pertolongan” [QS. Alfatihah: 5]

Ayat ini menerangkan bahwa kita hanya meminta pertolongan kepada Allah.

Makna kalimat “Hanya kepadaMu kami beribadah” yaitu kami tidak akan beribadah kecuali hanya kepada-Mu. Maka dalam ayat ini seseorang membatasi ibadahnya hanya kepada Allah subhanahu wata’ala. 

Adapun makna kalimat “hanya kepadaMu kami meminta pertolongan” adalah membatasi pertolongan hanya kepada Allah saja. Dan ini dalam perkara-perkara yang tak mampu dilakukan selain Allah. Dalam kalimat ini ada keterangan berlepas dirinya seseorang dari semua daya dan kekuatan. Manusia tak punya kekuatan dan tak mampu melakukan sesuatu kecuali dengan bantuan Allah subhanahu wata’ala. Inilah tujuan puncak peribadatan. Yaitu ketika seseorang berlepas diri dari kesyirikan dan kekuatan dan daya upaya selain dari Allah subhanahu wata’ala.

Mengapa Demikian ?

Karena Isti’anah adalah ibadah yang paling agung yang di dalamnya terkandung dua pokok, yaitu percaya kepada Allah dan menyandarkan diri kepada-Nya. Maka jika seoarang muslim beristi’anah kepada selain Allah, maka ia telah menduakan Allah dalam ibadah isti’anah. Ini dalam perkara yang seseorang tidak bisa melakukannya selain Allah ta’ala. Atau seseorang meminta pertolong kepada sesuatu yang tidak bisa apa-apa. Seperti meminta pertolongna kepada orang yang telah meninggal, atau benda-benda mati seperti batu, jimat, dan lain-lain. Maka ini semua adalah bentuk kesyirikan. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ

“Jika engkau meminta pertolongan, maka mintalah hanya kepada Allah” [HR. Tirmidzi (2516), Ahmad (1/307, 1/303, 1/293]

Baca juga

https://muslim.or.id/27754-5-macam-istianah-meminta-pertolongan.html


Bolehkan Meminta Tolong Kepada Manusia Dalam Hal Yang Ia bisa Lakukan ?

Iya ini perkara yang dibolehkan. Seperti meminta bantuan mengangkatkan barang, atau meinjam uang, atau yang lain yang bisa dilakukan oleh seseorang. Karena Isti’anah meminta bantuan bisa kita rinci menjadi 5 bagian:

1. Meminta pertolongan kepada Allah, yaitu isti’anah yang terkandung padanya rasa merendahkan diri seorang hamba kepada Rabbnya, menyerahkan penuh urusannya kepada Allah, dan meyakini hal itu sudah mencukupinya. Maka isti’anah dengan model ini tidak boleh diberikan kepada selain Allah.

2. Meminta pertolongan kepada seseorang yang mampu ia lakukan. Maka ini tergantung jenis permintaan yang ia minta. Jika permintaannya dalam hal kebaikan, maka hal itu boleh-boleh saja, bahkan disyariatkan. Namun jika permintaannya dalam hal kejelekan dan dosa, maka hal tersebut tidak diperbolehkan.

3. Meminta pertolongan kepada orang yang masih hidup, ada dihadapan kita, namun tak mapu melakukan permintaan kita. Maka ini adalah kesia-siaan. Seperti meminta kepada seorang yang buta untuk membaca.

4. Meminta kepada orang yang telah meninggal atau yang masih hidup dalam perkara-perkara ghaib yang tak mampu ia sentuh dengan panca indranya. Seperti minta dilancarkan rezekinya, atau dihindarkan dari bahaya, dan lain-lain. Maka ini adalah kesyirikan. Karena haik tersebut tidak akan dilakukan oleh seseorang kecuali jika ia menyakini bahwa yang mereka mintai pertolongan mampu mengendalikan keadaan atau mengatu alam.

5. Meminta pertongan dengan perantaraan amalan, dan sesuatu yang Allah cintai, maka ini adalah perkara yang disyariatkan sesuai perintah Allah ‘azza wa jalla. 

Allah berfirman:

اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ

Minta pertolonganlah kalian dengan sabar dan shalat” [QS. Al Baqarah: 153]


Rujukan

  • Hasyiyah Tsalatsatil Ushul karya Abdurrahman bin Muhammad al Qahthaniy.
  • Syarh Tsalatsatil Ushul karya Syeikh Shalih al Fauzan
  • Al Jami’ al Kabir karya Muhammad bin Isa at Tirmidzi
  • Syarh Tsalatsatil Ushul karya Syeikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin


🌴🌴🌴

http://abuubaidillah.com/ibadah-istianah


Ditulis oleh: Bambang Abu Ubaidillah

17-10-2016

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Wednesday, February 21, 2024

Kejujuran dan Kedustaan

Kejujuran dan Kedustaan
Bismillah...

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِي إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِي إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

حَدَّثَنَا مِنْجَابُ بْنُ الْحَارِثِ التَّمِيمِيُّ أَخْبَرَنَا ابْنُ مُسْهِرٍ ح و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ الْحَنْظَلِيُّ أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ كِلَاهُمَا عَنْ الْأَعْمَشِ بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَلَمْ يَذْكُرْ فِي حَدِيثِ عِيسَى وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ وَفِي حَدِيثِ ابْنِ مُسْهِرٍ حَتَّى يَكْتُبَهُ اللَّهُ

Dari 'Abdullah dia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda, 

"Kalian harus berlaku jujur, karena kejujuran itu akan membimbing kepada kebaikan. Dan kebaikan itu akan membimbing ke surga. Seseorang yang senantiasa berlaku jujur dan memelihara kejujuran, maka ia akan dicatat sebagai orang yang jujur di sisi Allah. Dan hindarilah dusta, karena kedustaan itu akan menggiring kepada kejahatan dan kejahatan itu akan menjerumuskan ke neraka. Seseorang yang senantiasa berdusta dan memelihara kedustaan, maka ia akan dicatat sebagai pendusta di sisi Allah".

(HR. Shahih Muslim no. 4721  Kitab : Bir Wasshilah Wal adab)

عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ 

صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِي وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِي أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

Dari Abu Umamah, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: 

"Aku akan menjamin rumah di tepi surga bagi seseorang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar. Aku juga menjamin rumah di tengah surga bagi seseorang yang meninggalkan kedustaan meskipun ia hanya bergurau, Dan aku juga menjamin rumah di surga yang paling tinggi bagi seseorang yang berakhlak mulia".

(HR. Imam Avu Daud no. 4801 hadits hasan menurut Muhammad Nashiruddin Albani)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Sunday, February 18, 2024

Mutiara Salaf : Jauhilah 2 Perbuatan Ini

Mutiara Salaf : Jauhilah 2 Perbuatan Ini
Bismillah...

🌴🌴🌴

Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

‎من ضحك من الناس ضُحك منه، ومن عيَّر أخاه بعمل ابتلي به ولا بد.

Siapa yang mentertawakan orang lain maka ia akan ditertawakan lagi .. dan siapa yang menjelekkan saudaranya karena sebuah perbuatan maka biasanya ia akan jatuh kepada perbuatan tersebut..” (Al Furusiyah halaman 446)

🌴🌴🌴

Beliau juga berkata,

‎مامن عبد يعيبُ على أخيه ذنباً ، إلا و يُبتلى به ، فإذا بلغك عن فلان سيئةً فقل : غفر الله لنا وله

Tidak ada seorang hambapun yang memburuk-burukkan orang lain karena sebuah dosa, maka biasanya ia akan jatuh kepada dosa tersebut. Apabila sampai kepadamu tentang kesalahan seseorang maka ucapkanlah, “Semoga Allah mengampuni kita dan dia..”


Diterjemahkan oleh, Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى


======🌴🌴🌴🌴🌴======

Allah Ta’ala memberikan kita petunjuk dalam berakhlak yang baik,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَنْ لَمْ يَتُبْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olok) itu lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok). Dan jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita yang lain (karena) boleh jadi wanita-wanita (yang diperolok-olok) itu lebih baik dari wanita (yang mengolok-olok) dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri (maksudnya, janganlah kamu mencela orang lain). Dan janganlah kamu saling memanggil dengan gelar (yang buruk). Seburuk-buruk panggilan ialah (panggilan) yang buruk (fasik) sesudah iman. Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang dzalim” (QS. Al-Hujuraat [49]: 11).


======🌴🌴🌴🌴🌴======

🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/66446

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Friday, February 16, 2024

Makmur Luar Dalam

Bahagia Memakmurkan Masjid
Bismillah...

Alhamdulillâh, wash shalâtu was salâmu ‘alâ rasûlillah…

Keimanan itu aslinya berpusat di hati. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan,

“التَّقْوَى هَاهُنَا” وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ.

Takwa itu disini”. Sambil beliau menunjuk ke dadanya tiga kali. HR. Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu.

Sesuatu yang berada di dalam hati aslinya tidak terlihat. Sebab tersembunyi didalamnya.

Namun keimanan yang berada di dalam hati, bisa diketahui keberadaannya dengan tanda-tanda lahiriah yang terlihat mata.

Diantara tanda keimanan tersebut adalah memakmurkan masjid. 

Allah ta’ala berfirman,

“إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلا اللَّهَ فَعَسَى أُولَئِكَ أَنْ يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ”

Yang memakmurkan masjid-masjid Allah itu hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir. Serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kecuali kepada Allah. Mereka itulah golongan yang selalu mendapat petunjuk”. QS. At-Taubah (9): 18.

Berbagai keterangan para ulama tafsir mengenai makna memakmurkan masjid, bisa disimpulkan menjadi dua:

1. Memakmurkan fisik bangunannya.

2. Memakmurkan kegiatan di dalamnya. [Zâd al-Masîr karya Ibn al-Jauziy (halaman 572) dan Jâmi’ al-Bayân karya al-Ijiy (halaman 373).]

Atau dengan kata lain menjaga masjid agar senantiasa makmur luar dan dalam.

Memakmurkan fisik bangunan masjid, dimulai dari mendirikan masjid baru. Kemudian juga merawat bangunan masjid yang sudah ada. Baik fasilitas penerangannya, pengairannya, sirkulasi udaranya, karpetnya, hingga kebersihan dalam dan luar masjid.

Adapun memakmurkan kegiatan di masjid, terutama adalah dengan menggunakannya untuk shalat fardhu berjamaah tepat waktu. Kemudian juga mengisinya dengan majlis taklim secara rutin. Untuk mengkaji al-Qur’an dan hadits Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam. Baik yang diperuntukkan buat kaum dewasa, maupun untuk anak-anak.

Bahagia Memakmurkan Masjid

Siapapun orang yang memiliki keimanan di hatinya, ia akan merasa bahagia untuk memakmurkan masjid. Atau minimal merasa bahagia melihat masjid-masjid dimakmurkan.

Maka, orang yang terjangkiti kegalauan dan kegelisahan saat melihat suatu masjid makmur, ini pertanda keimanannya bermasalah. Yang lebih parah dari itu, ada orang yang merasa lebih senang melihat masjid sepi dibanding makmur. Bahkan berusaha membuat sepi masjid yang telah makmur. Cuma hanya karena beda ormas atau pilihan politik.

Semoga Allah ta’ala memberikan hidayah kepada orang-orang yang terjangkiti hasad, iri, dengki dan berbagai penyakit hati lainnya. Amien…


Oleh: Abdullah Zaen, Lc., MA

Pesantren ”Tunas Ilmu” Kedungwuluh Purbalingga, 6 R. Tsani 1440 / 14 Desember 2018


🌴🌴🌴

https://www.facebook.com/share/p/57dd4Tsru2n98h2e/

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Friday, February 9, 2024

Kekuasaan Itu Ujian (Hidup)

Kekuasaan Itu Ujian (Hidup)
Bismillah...

Orang yang bisa menahan diri, menjaga etika dan bertakwa pada Allah ketika berkuasa, akan jadi sosok pribadi yang besar & hebat. Bahkan penguasa yang adil itu jadi urutan pertama yang disebut oleh Rasulullah ﷺ tentang siapa yang dapat naungan dari Allah di hari kiamat.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللهُ فِيْ ظِلِّهِ يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلُّهُ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari di mana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya:

اَلْإِمَامُ الْعَادِلُ

(1) imam (pemimpin, penguasa) yang adil"

(HR. Bukhari, no. 1423 dan Muslim, no. 1031)

Iblis juga tahu persis kelemahan Adam dalam urusan ini, karenanya kekuasaan yang langgeng jadi kampanye iblis buat ngegoda Adam.

{ فَوَسۡوَسَ إِلَیۡهِ ٱلشَّیۡطَـٰنُ قَالَ یَـٰۤـَٔادَمُ هَلۡ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ ٱلۡخُلۡدِ وَمُلۡكࣲ لَّا یَبۡلَىٰ }

"Kemudian setan membisikkan (pikiran jahat) kepadanya, dengan berkata, “Wahai Adam! Maukah aku tunjukkan kepadamu pohon keabadian (khuldi) dan kerajaan yang tidak akan binasa?” [QS Ṭā-Hā: 120]

Nabi ﷺ juga mengancam dengan ancaman berat banget: pemimpin yang menipu rakyatnya, haram masuk surga.

عَنْ مَعْقِلِ بْنِ يَسَارٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَ اَللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: مَا مِنْ عَبْدِ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً, يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ, وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ, إِلَّا حَرَّمَ اَللَّهُ عَلَيْهِ اَلْجَنَّةَ – مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Ma’qil Bin Yasâr Radhiyallahu anhu berkata, aku mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang hamba pun yang diberi amanah oleh Allâh untuk memimpin yang pada hari kematiannya ia masih berbuat curang atau menipu rakyatnya, melainkan Allâh mengharamkan surga atasnya". [Muttafaq alaih]

[al-Bukhâri dalam al-Ahkâm bab manistur’iya ra’iyyatan falam yanshah, no. 7150, Imam Muslim, no. 142]

Memang, gak ada yang bisa sempurna memimpin seperti Rasulullah ﷺ. Tapi kalo ada kesempatan punya pemimpin yang cerdas dan baik, jangan disia-siakan.


🌴🌴🌴

https://www.facebook.com/share/nknbQVnaYpppgpD7/

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Monday, February 5, 2024

Pengaruh Istri Terhadap Pekerjaan Suami

Pengaruh Istri Terhadap Pekerjaan Suami
Bismillah...

🔸Dari Kholid bin Yazid, ia berkata : Hasan al-Bashri رحمه الله berkata:

"Aku datang kepada seorang pedagang kain di Makkah untuk membeli baju, lalu si pedagang mulai memuji-muji dagangannya dan bersumpah, lalu akupun meninggalkannya dan aku katakan,

"Tidaklah layak beli dari orang semacam itu", lalu aku pun beli baju dari pedagang yang lain.

🔹Dua tahun setelah itu aku (pergi untuk menunaikan ibadah) haji, dan aku bertemu lagi dengan orang itu, tapi aku tidak lagi mendengarnya memuji-muji dagangannya dan bersumpah. lalu aku bertanya kepadanya : "Bukankah engkau orang yang dulu pernah berjumpa denganku beberapa tahun lalu?"

Ia menjawab : "Ya benar!"

Aku bertanya lagi : "Apa yang membuatmu berubah seperti sekarang?! Aku tidak lagi melihatmu memuji-muji dagangan mu dan (mengumbar) sumpah!"

🔸Lantas ia pun bercerita : "Dahulu aku mempunyai istri yang jika aku datang kepadanya dengan sedikit rejeki, maka ia meremehkannya, dan jika aku datang kepadanya dengan rejeki yang banyak maka ia (akan) menganggapnya sedikit. Lalu Allah mewafatkan istriku tersebut, dan akupun menikah lagi dengan seorang wanita. Yang jika aku hendak pergi ke pasar, ia memegang bajuku lalu berkata :

'Wahai suamiku, bertakwalah kepada Allah, jangan engkau beri makan aku melainkan dengan yang thoyyib (halal), dan jika engkau datang kepadaku dengan sedikit rejeki, aku akan menganggapnya banyak. Dan jika engkau tidak dapat apa-apa, (maka) aku akan membantumu memintal (kain).'"

[Al-Mujaalasah wa Jawaahirul ‘Ilm (V/252) karya Abu Bakr Ahmad bin Marwan bin Muhammad ad-Dainuri al-Qodhi al-Maliki]

🔹Sungguh begitu berpengaruhnya tabiat seorang istri dalam rumah tangga terhadap pekerjaan sang suami, lihat tak jarang kita saksikan ada seorang suami yg rela melakukan korupsi, menipu, mencuri, terlilit hutang riba, semua itu terkadang karena desakan kebutuhan yg berlebihan dari sang istri atau demi menyenangkan gaya hidup sang istri.

🔸Dan sebaliknya ada pula seorang suami yg tetap sabar mencari penghasilan yg halal, walau pun gajinya kecil, karena berkat dukungan dan pesan dari sang istri agar ia senantiasa membawa harta yg halal untuk dirinya dan anak-anaknya.

🔹Maka dari sinilah betapa pentingnya sifat qonaah dan ketaqwaan seorang istri, sebab hal itu juga dapat memberi pengaruh terhadap bagaimana pekerjaan sang suami. 

🔸Dan hendaknya seorang istri tidak menuntut suami melebihi kemampuannya, sebab dalam islam seorang suami memang di wajibkan oleh Allah Ta'ala agar memberikan nafkah sesuai kemampuannnya bukan berdasarkan banyaknya kebutuhan istri.

🔹Semoga dari kisah ini kita dapat mengambil pelajaran dan menjadikan bekal dalam mengarungi kehidupan berumahtangga.


🔸🔸💠🔹🔹

✍ Habibi Quotes, 07 September 2014.

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Apabila Urusan Diserahkan Bukan Kepada Ahlinya

Apabila Urusan Diserahkan Bukan Kepada Ahlinya
Bismillah...

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِذَا أُسْنِدَ الْأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ

Dari Abu Hurairah رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ mengatakan; Rasulullah ﷺ bersabda,

"Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi."

Ada seorang sahabat bertanya, *"Bagaimana maksud amanat disia-siakan?"

Nabi ﷺ menjawab,

"Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu."

(HR. Shahih Bukhari no. 6015 Kitab Ar riqaq)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ

بَيْنَمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَالِسٌ يُحَدِّثُ الْقَوْمَ فِي مَجْلِسِهِ حَدِيثًا جَاءَ أَعْرَابِيٌّ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَتَى السَّاعَةُ قَالَ فَمَضَى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُحَدِّثُ فَقَالَ بَعْضُ الْقَوْمِ سَمِعَ فَكَرِهَ مَا قَالَ وَقَالَ بَعْضُهُمْ بَلْ لَمْ يَسْمَعْ حَتَّى إِذَا قَضَى حَدِيثَهُ قَالَ أَيْنَ السَّائِلُ عَنْ السَّاعَةِ قَالَ هَا أَنَا ذَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِذَا ضُيِّعَتْ الْأَمَانَةُ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ أَوْ قَالَ مَا إِضَاعَتُهَا قَالَ إِذَا تَوَسَّدَ الْأَمْرَ غَيْرُ أَهْلِهِ فَانْتَظِرْ السَّاعَةَ

Dari Abu Hurairah رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ, ia berkata; Ketika Rasulullah ﷺ duduk berbicara dengan orang-orang di majlisnya tiba-tiba datang seorang Arab Badui dan berkata, "Wahai Rasulullah kapan terjadi hari kiamat?"

Abu Hurairah berkata, "Maka Rasulullah ﷺ tetap saja berbicara.." (menyampaikan hadits kepada para sahabat)"

Dan sebagian orang ada yang berkata, "Beliau ﷺ mendengar hanya beliau tidak senang.."

Dan sebagian yang lain berkata, "Beliau tidak mendengar.."

Hingga ketika Beliau ﷺ selesai berbicara, Beliau ﷺ bersabda, 

"Dimana orang yang telah bertanya tentang hari kiamat tadi?"

Maka Arab Badui tersebut berkata, "Aku disini wahai Rasulullah.."

Lalu beliau ﷺ bersabda, 

"(Yaitu) jika amanat telah disia-siakan ma tunggulah hari kiamat.."

Arab Badui tersebut berkata, "Bagaimana?" atau ia berkata, "Apa yang dimaksud menyia-nyiakan amanat?"

Rasulullah ﷺ bersabda, 

"Apabila segala urusan diserahkan bukan pada ahlinya maka tunggulah kiamat."

(HR. Imam Ahmad no. 8374 Kitab Baqi Musnad Al mukatsirin)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Sunday, February 4, 2024

Nasehat dan Renungan Untuk Diriku Sendiri...

Nasehat dan Renungan Untuk Diriku Sendiri...
Bismillah...

🚦Ku dapati orang-orang yang banyak menginfakkan hartanya di jalan Allah.

Lalu ku perhatikan diriku, ternyata aku masih jauh ketinggalan dari mereka.

🚦Ku dapati orang-orang yang senantiasa bangun mengerjakan shalat malam.

Lalu ku perhatikan diriku, ternyata aku masih jauh ketinggalan dari mereka.

🚦Ku dapati orang-orang yang rajin menjalankan puasa sunnah.

Lalu ku perhatikan diriku, ternyata aku masih jauh ketinggalan dari mereka.

🚦Ku dapati orang-orang yang menuntut ilmu, berbakti kepada orang tua, membaca Al Qur'an, senantiasa bertaubat.

Lalu ku perhatikan diriku, ternyata aku masih jauh ketinggalan dari mereka.

🚦Ku dapati orang-orang yang sabar, ikhlas, qonaah, menjaga lisan, berakhlak baik.

Lalu ku perhatikan diriku, ternyata aku pun juga masih jauh ketinggalan dari mereka.

🚦Sungguh aku menyadari, ternyata aku masih banyak kekurangan dalam amal shalih daripada mereka.

Dan aku semakin merasa bersalah...

🚦Ketika teringat hampir seluruh waktuku tersita untuk mengerjakan tugas-tugas dunia. Sedangkan untuk Allah hanya kuberi waktu sisa.

🚦Lantas entah apa yang akan kukatakan pada-Nya,

Jika sedetik kemudian Dia memanggilku ?!


~~~~~~~🍁🌻⭕~~

✍ Habibie Quotes, 17/01/23

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Saturday, February 3, 2024

Manhaj Salaf : Belum Tentu...

Belum tentu yang rajin ibadah masuk surga
Bismillah...

🍁 Belum tentu yang rajin ibadah masuk surga...

Karena semua amalan itu bisa hilang dengan adanya rasa ujub dan riya' juga sum'ah meskipun amalannya sebanyak air di bumi...

Pahalanya batal dan tertolak sebab adanya sifat² tercela, merasa telah mampu membooking surga dengan segelintir ibadahnya...

🍁 Belum tentu juga yang sering maksiat masuk neraka...

Karena dosa² dan maksiat dapat dihapuskan dengan taubatan nasuha...

Sang pelaku maksiat bisa saja benar² insaf dan bertaubat sehingga Allâh yang maha pengampun mengampuni dosa²nya meskipun sebanyak pasir di pantai...

🍁 Surga adalah kenikmatan yang Allâh berikan kepada siapa yang Dia kehendaki...

Sehingga tidaklah kita dijamin masuk surga dengan amalan yang tidak seberapa ini kecuali para Sahabat yang telah disebutkan dalam dalil yang shohih...

🍁 Jadi belum tentu seseorang yang melakukan ibadah masuk Surga dan seorang yang melakukan maksiat masuk Neraka, semua itu keikhlasan dan penutupan akhir hidupnya...

Tiada amalan yang mampu memasukkan seorang hamba ke Surga tanpa rahmat Allâh Ta'alaa...

🍁 Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ، وَلَا يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ، وَلَا أَنَا إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ

🍁 “Tidak ada amalan seorangpun yang bisa memasukkannya kedalam surga, dan menyelematkannya dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah” (HR. Muslim no. 2817).


Penulis Penuntut Ilmu

Dikoreksi oleh: Ustadz Wukir Saputro Lc,M.Pd.

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Friday, February 2, 2024

Keberanian Tidak Selalu Berbanding Lurus Dengan Kekuatan

Keberanian Tidak Selalu Berbanding Lurus Dengan Kekuatan
Bismillah...

Ibnul Qayyim rahimahullah di dalam al-Furusiyyah juga bilang, "Banyak orang mengira bahwa keberanian itu berbanding lurus dengan kekuatan, padahal bukan." Keberanian itu, kata beliau, "adalah keteguhan hati dalam goncangan badai masalah, meski pemilik hati itu tidak begitu kekar secara fisik.

Dengan demikian, Abu Bakar memiliki keberanian lebih besar dibandingkan Umar dan sahabat lainnya, meski beliau tidak lebih kuat dari mereka secara fisik. Tengoklah beberapa peristiwa dalam Sirah Nabawiyah yang menegaskan fakta ini, seperti saat di Gua Tsur, saat perang Tabuk, saat perang Riddah dan yang paling gamblang adalah saat wafatnya sang Nabi shallallahu alaihi wasallam. Disana sosok Abu Bakar menjadi gunung cadas yang kokoh.

Jadi, kepemimpinan tidak harus dipikulkan kepada mantan Jenderal, terlebih jika memang secara usia dia sudah lanjut usia. Kepemimpinan harus diamanatkan kepada para pemberani dan memiliki pemikiran cemerlang, yang berani diuji dan didesak keotentikan ide dan gagasannya. Sebab negeri ini adalah karunia Ilahi yang amat berharga, bukan warisan bapak kepada anaknya.


🌴🌴🌴

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid028he1sqHBQVHWm6N2cYFLo9MnTzWCFs8YiTryxnEHqdCVqcEXbMcEVJT5FS2KpE2ql&id=1043963826

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Manhaj Salaf : Sebuah Renungan

Manhaj Salaf : Sebuah Renungan
Bismillah...

🔺Mustahil kita hidup bisa menyenangkan semua orang, Sebab di antara sunatullah kehidupan adalah sunnah tadaffu’ (sunah pertarungan).

🔻Maka meski sebaik apa pun diri kita, baik dalam perilaku, tutur kata, berpendapat, atau tulisan, bahkan ketika diam pun tetap saja akan selalu ada orang yang tidak menyukai kita.

🔺Dan bagaimana mungkin kita berharap hidup semua orang menyukai kita, sedangkan Allah ﷻ saja ada yang tidak menyukai bahkan dimusuhi, Padahal mereka adalah hambaNya, dan Dia adalah pencipta dan pemberi rezki bagi mereka.

🔺Allah ﷻ berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ

Wahai orang-orang beriman, jangan kau jadikan musuhKu dan musuhmu sebagai auliya’ (pemimpin, penolong, pelindung, kawan dekat). (QS. Al Mumtahanah: 1)

Dan seluruh Nabi ‘Alaihimussalam pun memiliki musuh, padahal mereka hidup putih bersih dari alif sampai ya’ kehidupannya.

🔺Allah ﷻ berfirman:

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ

Dan demikianlah Kami jadikan untuk setiap nabi, musuh dari goloangan syetannya manusia dan jin. (Qs. Al An’am: 112)

🔻Oleh karena itu, Benar apa yang dikatakan Imam Nashirus Sunnah, Asy Syafi'iy Rahimahullah:

رضا النّاس غاية لا تدرك فعليك بما فيه صلاح نفسك فالزمه

(Mencari) ridhanya manusia adalah tujuan yang tidak pernah tercapai, maka hendaknya kamu mencari sesuatu bermanfaat bagimu dan peganglah baik-baik itu. (Nadhratun Na'im, 3/630)

🔺lmam Sufyan Ats Tsauri  Rahimahullah juga mengatakan:

رضا الناس غاية لا تدرك ، فأحمق الناس من طلب من لا يدرك

Ridha manusia adalah tujuan yang tidak bisa tercapai, dan majusia paling bodoh adalah orang yang mencari-cari sesuatu yang tidak pernah tercapai. (Qutul Qulub, 2/389)

🤲🏼Maka, berjalanlah di atas sunah kehidupan, dan memohonlah kepada Allah ﷻ  pertolongan dan perlindungan dari kezaliman orang-orang yang tidak menyukai kita.

Wallahu A'lam wa Lillahil 'Izzah


✍ Habibie Quotes, 04/05/18

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Keutamaan Pemimpin Yang Adil

Keutamaan Pemimpin Yang Adil
Bismillah...

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَزُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَابْنُ نُمَيْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ عَمْرٍو يَعْنِي ابْنَ دِينَارٍ عَنْ عَمْرِو بْنِ أَوْسٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ ابْنُ نُمَيْرٍ وَأَبُو بَكْرٍ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَفِي حَدِيثِ زُهَيْرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْمُقْسِطِينَ عِنْدَ اللَّهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ عَزَّ وَجَلَّ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ يَعْدِلُونَ فِي حُكْمِهِمْ وَأَهْلِيهِمْ وَمَا وَلُوا

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah dan Zuhair bin Harb dan Ibnu Numair mereka berkata, telah menceritakan kepada kami Sufyan bin 'Uyainah dari 'Amru (yaitu Ibnu Dinar) dari 'Amru bin Aus dari Abdullah bin 'Amru, dan Ibnu Numair dan Abu Bakar mengatakan sesuatu yang sampai kepada Nabi ﷺ, dan dalam haditsnya Zuhair dia berkata bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, 

"Orang-orang yang berlaku adil berada di sisi Allah di atas mimbar yang terbuat dari cahaya, di sebelah kanan Ar Rahman 'Azza wa Jalla, sedangkan kedua tangan Allah adalah kanan semua yaitu orang-orang yang berlaku adil dalam hukum, adil dalam keluarga dan adil dalam melaksanakan tugas yang di bebankan kepada mereka".

(Imam Muslim no. 1828 Kitab Kepemimpinan dalam Syarh Shahih Muslim)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive