Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Friday, March 8, 2024

Menyambut Kedatangan Bulan Ramadhan (Bag.4)

Menyambut Kedatangan Bulan Ramadhan (Bag.4)
Bismillah...

✒️ Prof. DR. Umar ibnu Abdillah Al-Muqbil حفظه الله تعالى 

Dan diantara perkara yang dilakukan untuk menyambut kedatangan bulan suci ini adalah :

"Banyak-banyak memanjatkan do'a agar diberikan keberkahan dalam waktu dan umurnya dan senantiasa diberikan limpahan barokah di bulan Sya'ban dan Ramadhan dan semoga di bulan Ramadhan ini ia tergolong menjadi orang orang yang bersegera dalam melakukan kebajikan..

Karena seorang hamba bagaimana pun kondisinya, ia butuh kepada do'a, karena sekiranya tanpa taufiq dan hidayah dari Allah ﷻ ia takkan mungkin berbuat sekecil apapun. Sehingga selain berusaha hendaknya dibarengi dengan iringan do'a, karena Allah ﷻ Maha Karim dan tidak akan menyia nyiakan orang yang telah berusaha mengetuk pintu kemurahan-Nya..

Sebagai penutup, marilah kita dengarkan untaian nasehat dari Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah, 

"Wahai orang-orang yang telah menyia-nyiakan waktu-waktunya yang mulia, meninggalkan puing-puing kenistaan  dan alangkah kejinya. Bulan Rajab telah lewat sedangkan engkau tidak berbuat kebajikan dan ini bulan Sya'ban yang penuh berkah.."

"Wahai orang-orang yang berbuat kebodohan dengan menelantarkan waktunya, hendaklah bangun dari tidurmu dan berhati-hatilah menyambut kerugianmu. Sesungguhnya engkau akan meninggalkan kelezatan dunia secara paksa, dan engkau akan diselimuti kematian dengan penuh kebencian menuju rumah abadimu. Oleh karenanya bersegeralah merubah hidup mu dengan berusaha menghapus segala kesalahan dengan taubat yang tulus.."

"Bercita-citalah menggapai keselamatan dari Neraka Jahim, karena sebaik-baik orang yang bersalah adalah berubah.."

اللهم بلغنا رمضان، ووفقنا للاستعداد له وتدارك ما انفرط من الأعمار، اللهم أصلح أحوال المسلمين، وبصّرهم بمواطن الضعف فيهم، اللهم بصّرهم بمكائد أعدائهم، اللهم واخذل أعداء الملة، واحم حوزة الدين، وانصر عبادك المجاهدين في كل مكان.

"Ya Allah, sampaikanlah kami hingga bulan Ramadhan, dan berilah kami taufiq untuk memperbaiki segala kesalahan yang terdahulu, Ya Allah, perbaikilah keadaan kaum muslimin dan kuatkanlah segala kelemahan mereka, dan menangkanlah atas musuh-musuh mereka, Ya Allah, lenyapkanlah musuh agama ini, dan lindungilah para pembela agama, dan tolonglah para mujahidin di setiap tempat Ya Robbal Alamin.."

الـلَّهمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّد، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إبراهيم وعلى آل إبْرَاهِيمَ إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ. وبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّد، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إبراهيم وعلى آل إبْرَاهِيمَ إنَّكَ حميد مجيد.


*= S E L E S A I =*


Dalam Naungan Ilmu Kumpulan Catatan Ustadz Rochmad Supriyadi, Lc


•═════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═════•

🌐 https://bbg-alilmu.com

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Hal-Hal yang Disunnahkan di Bulan Ramadhan

Hal-Hal yang Disunnahkan di Bulan Ramadhan
Bismillah...

1. Memperbanyak Membaca Al-Qur’an.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bulan Ramadlan merupakan bulan Al-Qur’an (QS. Al-Baqarah : 185). Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, para shahabat, dan para ulama setelahnya telah memberikan keteladanan bagi kita dalam hal ini. 

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam biasa membaca ulang Al-Qur’an/bertadarus di hadapan Jibril setiap malam bulan Ramadlan, sebagaimana yang dikhabarkan oleh Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma :

وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيدارسه القرآن

Jibril biasa menemui beliau shallallaahu ‘alaihi wa sallam setiap malam di bulan Ramadlan untuk bertadarus Al-Qur’an” (HR. Bukhari no. 6).

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :

خيركم من تعلم القرآن وعلمه

Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an” (HR. Al-Bukhari no. 5027, Abu Dawud no. 1452, At-Tirmidzi no. 2909, dan Ibnu Majah no. 211).

الماهر بالقرآن مع السفرة الكرام البررة والذي يقرأ القرآن ويتتعتع فيه وهو عليه شاق له أجران

Orang yang mahir membaca Al-Qur’an akan bersama para malaikat yang mulia dan baik, sedangkan orang yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata (tidak lancar – tapi tetap berkemauan keras), maka baginya dua pahala” (HR. Al-Bukhari no. 4937, Muslim no. 798, Abu Dawud no. 1454, ‘Abdurrazzaq dalam Al-Mushannaf no. 4194; ini adalah lafadh Muslim).

مثل المؤمن الذي يقرأ القرآن كمثل الأترجة ريحها طيب وطعمها طيب ومثل المؤمن الذي لا يقرأ القرآن كمثل التمرة لا ريح لها وطعمها حلو ومثل المنافق الذي يقرأ القرآن مثل الريحانة ريحها طيب وطعمها مر ومثل المنافق الذي لا يقرأ القرآن كمثل الحنظلة ليس لها ريح وطعمها مر

Permisalan seorang mukmin yang membaca Al-Qur’an bagaikan buah Utrujah, baunya wangi dan lezat rasanya. Sedangkan seorang mukmin yang tidak membaca Al-Qur’an, maka ia seperti tamr (kurma), tidak berbau tetapi manis rasanya. Permisalan seorang munafiq yang membaca Al-Qur’an seperti raihan, baunya wangi akan tetapi rasanya pahit. Sedangkan permisalan seorang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an, maka ia seperti buah handhalah, tidak wangi lagi pahit rasanya” (HR. Al-Bukhari no. 5427 dan Muslim no. 797).

Selain membaca Al-Qur’an, kita juga dituntut untuk mentadaburi dan mengamalkannya.

2. Memperbanyak Shadaqah.

Bershadaqah adalah satu kesempatan bagi kita untuk mencari keridlaan Allah serta maghfirah-Nya di bulan Ramadlan. Shadaqah yang kita berikan haruslah berasal dari harta yang halal untuk diberikan kepada faqir miskin, sanak kerabat, tetangga, anak-anak yatim piatu, dan kaum muslimin pada umumnya. 

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :

إن الله طيب لا يقبل إلا طيبا

Sesungguhnya Allah itu Maha Bagus, Allah tidak akan menerima kecuali yang baik (halal)” (HR. Muslim no. 1015).

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم أجود الناس وكان أجود ما يكون في رمضان حين يلقاه جبريل وكان يلقاه في كل ليلة من رمضان فيدارسه القرآن فلرسول الله صلى الله عليه وسلم أجود بالخير من الريح المرسلة

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling dermawan. Beliau lebih dermawan lagi ketika bulan Ramadlan pada saat Jibril menemui beliau. Jibril biasa menemui beliau di setiap malam di bulan Ramadlan untuk bertadarus Al-Qur’an. Maka pada saat itu, Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam lebih dermawan dalam kebaikan daripada angin yang berhembus” (HR. Al-Bukhari no. 6).

3. Memberi Makanan Berbuka kepada Orang yang Sedang Berpuasa.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :

من فطر صائما كان له مثل أجرهم من غير أن ينقص من أجورهم شيئا

Barangsiapa yang memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti pahala orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi dari pahala orang berpuasa itu sedikitpun” (HR. Ahmad 4/114, At-Tirmidzi no. 807, dan Ibnu Majah no. 1746. Shahih Sunan Ibni Majah 2/85 no. 1428).

4. Memperbanyak Do’a.

Ketahuilah wahai saudaraku muslimin, bahwa doa orang yang berpuasa sangat mustajab. Mari kita ambil kesempatan itu untuk banyak berdoa dengan hati yang ikhlash, mengikuti sunnah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam, dan berkeyakinan bahwa doa kita akan dikabulkan oleh Allah ta’ala.

Dari Abi Hurairah radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda :

ثلاث دعوات مستجابات : دعوة الصائم ودعوة المظلوم ودعوة المسافر

Ada tiga doa yang dikabulkan : Doa orang yang berpuasa, doa orang yang dianiaya, dan doa orang yang bepergian (musafir)” (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’abul-Iman no. 3324; Ash-Shahiihah no. 1797)

5. I’tikaf.

Yaitu berdiam diri di masjid untuk beribadah dalam rangka taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah ta’ala. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam ber-i’tikaf pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadlan.

عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما قال : كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يعتكف العشر الأواخر من رمضان

Dari ‘Abdillah bin ‘Umar radliyallaahu ‘anhuma ia berkata : “Adalah Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam melakukan i’tikaf apabila masuk malam-malam sepuluh hari yang terakhir dari bulan Ramadlan” (HR. Al-Bukhari no. 2025 dan Muslim no. 1171).

6. Melakukan ‘Umrah.

Dalil yang menunjukkan keutamaan ber-‘umrah pada bulan Ramadlan adalah sabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam kepada seorang wanita Anshar yang tidak sempat berhaji bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

فإذا جاء رمضان فاعتمري فإن عمرة فيه تعدل حجة

Apabila datang bulan Ramadlan, maka ber-umrah-lah kamu, sesungguhnya ‘umrah di bulan Ramadlan itu nilainya sama dengan ibadah haji” (HR. Muslim no. 1256).

7. Melatih Anak-Anak untuk Berpuasa.

Melatih anak-anak sedini mungkin untuk berpuasa (sesuai dengan kadar kesanggupannya) sangatlah penting untuk menanamkan rasa cinta terhadap syari’at Islam. Selain itu, fisik mereka akan terlatih di kemudian hari tahapan-demi tahapan sehingga pada satu waktu, si anak dapat mengerjakan ibadah puasa secara sempurna (mulai fajar shadiq sampai matahari terbenam). 

Ada teladan yang cukup baik dari para shahabat Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dalam hal ini :

عن الربيع بنت معوذ قالت أرسل النبي صلى الله عليه وسلم غداة عاشوراء إلى قرى الأنصار من أصبح مفطرا فليتم بقية يومه ومن أصبح صائما فليصم قالت فكنا نصومه بعد ونصوم صبياننا ونجعل لهم اللعبة من العهن فإذا بكى أحدهم على الطعام أعطيناه ذاك حتى يكون عند الإفطار

Dari Rubayyi’ binti Mu’awwidz ia berkata : Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengirim utusan di suatu pagi hari ‘Asyuura (10 Muharram) di pedesaan kaum Anshar. Ia berkata : ‘Barangsiapa di waktu pagi tidak berpuasa, maka hendaklah ia berpuasa pada sisa harinya. Dan barangsiapa di waktu pagi berpuasa, maka teruskanlah puasanya itu’. Maka Rubayyi’ berkata : “Kami pun berpuasa dan menyuruh anak-anak kami berpuasa. Kami memberikan boneka-boneka dari wol apabila mereka menangis karena lapar dan haus. Hal itu terus berlangsung hingga waktu berbuka tiba” (HR. Al-Bukhari no. 1859).


•═════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═════•

https://abul-jauzaa.blogspot.com/2008/09/ringkasan-hukum-hukum-dalam-bulan.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Hal-Hal yang Harus Ditinggalkan oleh Orang yang Berpuasa

Hal-Hal yang Harus Ditinggalkan oleh Orang yang Berpuasa
Bismillah...

Untuk meraih kesempurnaan puasa, orang yang berpuasa selayaknya tidak hanya menahan diri dari perkara-perkara yang membatalkan puasa saja. Namun ia juga harus menahan diri dari akhlaq-akhlaq yang tercela dan perbuatan dosa lainnya. Salah satu tujuan yang diinginkan oleh seorang yang berpuasa adalah mencapai derajat taqwa, sebagaimana firman Allah ta’ala :

يَأَيّهَا الّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلّكُمْ تَتّقُونَ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa” (QS. Al-Baqarah : 183).

Beberapa hal yang harus ditinggalkan oleh orang yang berpuasa diantaranya adalah :

1. Perkataan Dusta.

Dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :

من لم يدع قول الزور والعمل به فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه

Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengamalkannya, maka Allah tidak memerlukan (puasa orang itu yang) meninggalkan makan dan minumnya” (HR. Bukhari no. 1903).

2. Pembicaraan yang Tidak Bermanfaat dan Kata-Kata Kotor.

Dari Abi Hurairah radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam :

ليس الصيام من الأكل والشرب إنما الصيام من اللغو والرفث فإن سابك أحد أو جهل عليك فلتقل إني صائم إني صائم

Puasa itu bukan hanya dari makan dan minum saja, tetapi puasa itu (menahan diri) dari kata-kata tidak bermanfaat dan kata-kata kotor. Oleh karena itu jika ada orang yang mencacimu atau membodohimu, maka katakanlah kepadanya : 'Sesungguhnya aku sedang berpuasa, sesungguhnya aku sedang berpuasa'” (HR. Ibnu Khuzaimah no. 1996 dan Al-Hakim no. 1571 dengan sanad shahih; ini adalah lafadh Ibnu Khuzaimah).

3. Ghibah (Menggunjing/Ngrumpi).

Ghibah adalah menceritakan keburukan seseorang dimana orang tersebut tidak suka jika hal itu diketahui oleh orang lain. 

Allah telah berfirman :

وَلاَ يَغْتَب بّعْضُكُم بَعْضاً أَيُحِبّ أَحَدُكُمْ أَن يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتاً فَكَرِهْتُمُوهُ

Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang telah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya “ (QS. Al-Hujuraat : 12).

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

أتدرون ما الغيبة قالوا الله ورسوله أعلم قال ذكرك أخاك بما يكره قيل فرأيت إن كان في أخي ما أقول قال إن كان فيه ما تقول فقد اغتبته وإن لم يكن فيه فقد بهته

Apakah kalian tahu apa ghibah itu? Mereka menjawab : ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu’. Beliau bersabda : ‘Jika kamu menyebut saudaramu tentang apa yang ia benci, (maka kamu telah melakukan ghibah)’. Beliau ditanya : ‘Bagaimana jika sesuatu yang aku katakan ada pada saudaraku?’ Beliau menjawab : ‘Bila sesuatu yang kamu bicarakan ada padanya maka kamu telah melakukan ghibah, dan apabila yang kamu bicarakan tidak ada maka kamu telah membuat kebohongan atasnya “ (HR. Muslim no. 2589, At-Tirmidzi no. 1934, Malik no. 1998, dan Ahmad 2/384; ini adalah lafadh Muslim).

4. Namimah (Mengadu Domba).

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :

لا يدخل الجنة نمام

Tidak akan masuk surga orang yang mengadu domba” (HR. Al-Bukhari no. 6056 dan Muslim no. 105; ini adalah lafadh Muslim).

Sebagian ulama menjelaskan bahwa namimah itu lebih buruk daripada ghibah, karena ia merupakan satu oengkhianatan dan kehinaan yang kemudian akan berakhir dengan percekcokan dan pemutusan silaturahim.

5. Mengumbar Syahwat.

Fenomena yang hampir terjadi di setiap tempat di sekitar kita adalah banyaknya kaum muslimin yang menghabiskan waktu sehabis sahur dan menjelang berbuka untuk “nongkrong”, “mejeng”, berdua-duaan dengan lain mahram, dan yang semisalnya dengan alasan jalan sehat, cuci mata, atau ngabuburit. Alangkah meruginya mereka dengan perbuatan sia-sia dan maksiat itu. 

Allah telah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman untuk menundukkan pandangan dan memelihara kemaluannya :

قُلْ لّلْمُؤْمِنِينَ يَغُضّواْ مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُواْ فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَىَ لَهُمْ إِنّ اللّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ* وَقُل لّلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنّ

Katakanlah kepada laki-laki yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Katakanlah kepada wanita yang beriman : Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya…." (QS. An-Nuur : 30-31).

عن جرير بن عبد الله قال سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم عن نظر الفجاءة فأمرني أن أصرف بصري

Dari Jabir bin Abdillah radliyallaahu ‘anhu ia berkata : Aku bertanya kepada Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam dari pandangan tidak sengaja (terhadap sesuatu yang diharamkan), maka beliau memerintahkan kepadaku untuk memalingkan pandanganku” (HR. Muslim no. 2159).

كُتِبَ عَلَى ابْنِ أدَمَ نَصِيْبُهُ مِنَ الزِّنَا، مُدْرِكٌُ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ، فَالْعَيْنَانِ زِنَاهُمَا النَّظَرُ، وَالْأُذُنَانِ زِنَاهُمَا الْإِسْتِمَاعُ، وَاللِّسَانُ زِنَاهُ الْكَلَامُ، وَالْيَدُ زِنَاهَا الْبَطْشُ، وَالرِّجْلُ زِنَاهَا الْخُطَا، وَالْقَلْبُ يَهْوَى وَيَتَمَنَّى، وَيُصَدِّقُ ذَلِكَ الْفَرْجُ وَيُكَذِّبُهُ

Telah dituliskan atas Bani Adam bagian dari zina yang pasti ia melakukannya, tidak bisa tidak. Maka, zina kedua mata adalah melihat (yang diharamkan), zina kedua telinga adalah mendengar (yang diharamkan), zina lisan adalah berkata-kata (yang diharamkan), zina tangan adalah memegang (yang diharamkan), zina kaki adalah melangkah (ke tempat yang diharamkan), hati berkeinginan dan berangan-angan, dan kemaluan membenarkan itu semua atau mendustakannya” (HR. Bukhari no. 6243 dan Muslim no. 2657, ini adalah lafadh Muslim)

Oleh karena itu, muncul ancaman keras dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bagi orang-orang yang melakukan keburukan-keburukan tersebut di atas. Beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :

رب صائم ليس له من صيامه إلا الجوع ورب قائم ليس له من قيامه إلا السهر

Berapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan rasa haus dan lapar dari puasanya” (HR. Ibnu Majah no. 1690, Al-Hakim no. 1572, Ahmad 2/373, dan Al-Baihaqi dalam Al-Kubraa no. 8097; ini adalah lafadh Ibnu Majah. Shahih Sunan Ibni Majah 2/81 no. 1380).

Hal ini dikarenakan orang yang berpuasa tersebut tidak memahami hakikat puasa yang sebenarnya sebagaimana yang Allah ta’ala telah perintahkan kepada kita sehingga Allah membalasnya dengan mengharamkan pahala dan ganjaran puasanya.


•═════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═════•

https://abul-jauzaa.blogspot.com/2008/09/ringkasan-hukum-hukum-dalam-bulan.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Yang Boleh Dilakukan Oleh Orang yang Berpuasa

Yang Boleh Dilakukan Oleh Orang yang Berpuasa
Bismillah...

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

لولا أن أشق على أمتي أو على الناس لأمرتهم بالسواك مع كل صلاة

Jika aku tidak takut menyulitkan umatku – atau menyulitkan manusia – , niscaya akan kuperintahkan mereka bersiwak setiap hendak shalat” (HR. Al-Bukhari no. 887 dan Muslim no. 252; ini adalah lafadh Al-Bukhari).

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam tidak mengkhususkan hal itu hanya pada orang yang tidak berpuasa saja. Namun secara umum berlaku untuk orang yang berpuasa maupun yang tidak berpuasa. Dan bahkan, bersiwak ini sangat dianjurkan……

2. Masuk Waktu Fajar dalam Keadaan Junub (Belum Mandi).

Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam pernah bangun pagi ketika fajar, sedangkan beliau dalam keadaan junub setelah bercampur dengan istrinya, lalu beliau mandi setelah terbit fajar dan kemudian berpuasa. Hal ini berdasarkan hadits :

عن عائشة وأم سلمة - رضي الله عنهما- : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يدركه الفجر وهو جنب من أهله ثم يغتسل ويصوم

Dari Aisyah dan Ummu Salamah radliyallaahu ‘anhuma : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah mendapati fajar telah terbit dan ketika itu beliau dalam keadaan junub setelah bercampur dengan istrinya. Kemudian beliau mandi dan berpuasa (HR. Al-Bukhari no. 1926 dan Muslim no. 1109; ini lafadh Al-Bukhari).

3. Berkumur dan Memasukkan Air ke dalam Hidung (Ketika Wudlu’).

Hal ini karena Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam biasa berkumur dan memasukkan air ke hidung saat beliau berpuasa. Hanya saja beliau melarang orang yang berpuasa untuk berlebih-lebihan dalam melakukan kedua hal tersebut. 

Laqith bin Shabirah meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

... وبالغ في الاستنشاق إلا أن تكون صائماً

Dan bersungguh-sungguhlah kalian dalam ber-istinsyaaq (memasukkan air ke dalam hidung saat berwudlu’) kecuali bila kalian berpuasa” (HR. At-Tirmidzi no. 788, Abu Dawud no. 142, Ibnu Abi Syaibah no. 84, Ibnu Majah no. 407, dan Nasa’i dalam Al-Mujtabaa no. 87; Irwaa’ul-Ghalil no. 935).

4. Bercumbu dan Berciuman Bagi Suami Istri yang Sedang Berpuasa (bagi yg mampu menahan syahwat).

Hal ini ditegaskan oleh hadits berikut :

عن عائشة رضى الله تعالى عنها قالت كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يقبل وهو صائم ويباشر وهو صائم ولكنه أملككم لإربه

Dari ‘Aisyah radliyallaahu ta’ala ‘anhaa bahwasannya ia berkata : ”Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah mencium dan bercumbu pada saat beliau sedang berpuasa. Namun beliau adalah orang yang paling kuat menahan nafsunya diantara kalian” (HR. Al-Bukhari no. 1927 dan Muslim no. 1106; ini adalah lafadh Muslim).

Hal itu dimakruhkan bagi orang yang masih muda dan tidak bagi yang sudah tua. 

Telah diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr bin Al-‘Ash radliyallaahu ‘anhuma ia berkata :

كنا عند النبي صلى الله عليه وسلم فجاء شاب فقال يا رسول الله أقبل وأنا صائم قال لا فجاء شيخ فقال أقبل وأنا صائم قال نعم قال فنظر بعضنا إلى بعض فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم قد علمت لم نظر بعضكم إلى بعض ان الشيخ يملك نفسه

Kami pernah bersama Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba seorang pemuda mendekati beliau seraya berkata, "Wahai Rasulullah, bolehkah aku mencium istriku sedangkan aku dalam kondisi berpuasa?”. Beliau shallallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, "Tidak boleh”. Kemudian datang seorang yang telah tua seraya berkata, "Apakah aku boleh mencium (istriku) sedangkan aku dalam kondisi berpuasa?”. Beliau menjawab, "Boleh”. Abdullah berkata, "Lalu kami saling berpandangan, kemudian Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sesungguhnya orang yang sudah tua tersebut mampu untuk menahan nafsunya (HR. Ahmad 2/185 dan 2/220. Silsilah Ash-Shahiihah no. 1606).

5. Tranfusi Darah dan Suntikan yang Tidak Dimaksudkan Sebagai Makanan.

Syaikh Ibnu ’Utsaimin pernah ditanya tentang hukum suntikan untuk pengobatan yang dilakukan di siang hari bulan Ramadlan bagi orang yang berpuasa, maka beliau menjawab : ”Suntikan pengobatan ada dua : Pertama, suntikan infus dimana dengan suntikan ini bisa mencukupi kebutuhan makan dan minum. Maka dalam hal ini orang yang melakukannya termasuk dalam orang yang telah berbuka (batal puasanya). Nash-nash syar’i bertemu dengan satu makna yang mencakup satu bentuk dari keumuman bentuk-bentuk hukum dalam nash, maka hal itu dihukumi dengan nash tersebut. Adapun jenis yang kedua adalah suntikan yang tidak mengandung makanan dan minuman. Maka orang yang melakukannya ini bukan termasuk orang yang berbuka (tidak batal puasanya). Hal itu disebabkan karena suntikan tersebut tidak tercakup dalam konteks nash secara lafadh maupun makna. Ia bukanlah termasuk cakupan makan dan minum. Bukan pula sesuatu yang mempunyai makna makan dan minum. Hukum asal (seseorang yang melakukan puasa) adalah sah puasanya hingga tetap adanya sesuatu yang menyebabkan rusaknya berdasarkan dalil syar’i” (Fataawaa Ash-Shiyaam oleh Ibnu ’Utsaimin, hal. 58; dikumpulkan oleh Muhammad Al-Musnad). [17]

6. Berbekam.

Pada awalnya berbekam (canduk) termasuk perkara yang membatalkan puasa sebagaimana hadits Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :

أفطر الحاجم والمحجوم

Telah berbuka (batal puasa) orang yang berbekam dan yang dibekam” (HR. At-Tirmidzi no. 774; Abu Dawud no. 2367, 2370,2371; Ibnu Majah no. 1679. Shahih Sunan Abi Dawud 2/68).

Jumhur ulama mengatakan bahwa hukum ini di-mansukh (dihapuskan) sehingga berbekam tidaklah membatalkan puasa. [18] 

Hal ini terlihat dari perbuatan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau berbekam pada saat berpuasa, sebagaimana hadits berikut :

عن بن عباس رضى الله تعالى عنهما أن النبي صلى الله عليه وسلم احتجم وهو محرم واحتجم وهو صائم

Dari Ibnu ‘Abbas radliyallaahu anhuma bahwasannya Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam berbekam saat beliau dalam keadaan ihram (haji) dan pernah berbekam dalam keadaan berpuasa (HR. Bukhari no. 1938, 1939).

عن أبي سعيد الخدري قال : رخص للصائم في الحجامة والقبلة

Dari Abu Sa’id Al-Khudri ia berkata : ”Telah diberikan keringanan bagi orang yang berpuasa untuk berbekam dan mencium istrinya (tidak menyebabkan batal)” (HR. Ibnu Khuzaimah no. 1969 dan Ad-Daruquthni no. 2262; ini adalah lafadh Ibnu Khuzaimah. Syaikh Al-Albani mengatakan dalam ta’liqnya atas Shahih Ibni Khuzaimah bahwa sanad hadits ini shahih).

7. Mencicipi Makanan.

Mencicipi makanan dibolehkan bagi orang yang berpuasa dengan catatan tidak sampai masuk ke tenggorokan (tertelan). 

Hal tersebut didasarkan atsar dari Ibnu ‘Abbas radliyallaahu ‘anhuma :

لا باس أن يذوق الخل ، أو الشيء ما لم يدخل حلقه وهو صائم

Tidak ada masalah untuk mencicipi cuka atau yang lainnya selama tidak dimasukkan ke dalam kerongkongannya, sedangkan dia dalam keadaan berpuasa” (HR. Ibnu Abi Syaibah no. 9369 dengan sanad hasan).

8. Celak, Obat Tetes Mata, dan Semisalnya yang Dimasukkan ke dalam Mata.

Memakai celak dan obat tetes mata tidak termasuk perkara yang membatalkan puasa, baik pengaruh rasanya sampai tenggorokan maupun tidak. Pendapat ini dikuatkan (ditarjih) oleh Syaikhul-Islam Ibnu Taimiyyah di dalam risalahnya Haqiiqatush-Shiyaam, dan juga oleh muridnya Ibnul-Qayyim dalam Zaadul-Ma’aad.

Imam Bukhari berkata dalam Shahih-nya :

ولم ير أنس والحسن وإبراهيم بالكحل للصائم بأسا

Anas, Al-Hasan, dan Ibrahim tidak mempermasalahkan celak mata bagi orang yang berpuasa” (HR. Al-Bukhari 2/39 secara mu’allaq). [19]

9. Membasahi Kepala dengan Air Dingin dan Mandi.

Al-Bukhari dalam Shahih-nya bab Ightisal Ash-Shaaim, "Ibnu Umar membasahi baju (dengan air) lalu memakainya, sedang dia berpuasa. [20] 

Asy-Sya’bi masuk ke kamar mandi, sedang dia berpuasa. [21] 

Al-Hasan berkata, "Tidak ada masalah dengan berkumur-kumur dan mendinginkan (badan) bagi orang yang berpuasa”. [22] 

Dalam suatu hadits disebutkan :

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يصب الماء على رأسه من الحر وهو صائم

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah menyiramkan air di atas kepalanya, sedang dia berpuasa karena kepanasan. (HR. Abu Dawud no. 2365 dan Ahmad 4/63, 5/376. Shahih Sunan Abi Dawud 2/61)


Footnote:

[17] Dinukil melalui perantaraan kitab Al-Fataawaa Asy-Syar’iyyah fil-Masaailil-’Ashriyyah min Fataawaa ’Ulamaa Al-Baladil-Haraam oleh Dr. Khalid Al-Juraisy, hal. 295-296.

[18] Ada ulama lain yang berusaha menjama’ (menggabungkan) beberapa hadits yang seakan-akan bertentangan dengan penjelasan bahwasannya berbekam saat puasa itu makruh bagi orang yang fisiknya lemah yang dengan ia berbekam bisa menjadi sebab batal puasanya. Namun sebaliknya, hal itu bukan menjadi satu kemakruhan bagi orang yang mempunyai fisik kuat dimana jika ia berbekam tidak menyebabkan badannya lemah yang dengan itu bisa membatalkan puasa. (Lihat penjelasan Asy-Syaukani dalam Nailul-Authaar 4/228)

Pembolehan berbekam saat berpuasa (dan tidak menyebabkan batal) ini merupakan pendapat yang dipegang oleh Abu Sa’id Al-Khudri, Ibnu Mas’ud, Ummu Salamah, Al-Hasan bin ’Ali, ’Urwah bin Az-Zubair, Sa’id bin Jubair, dan imam yang tiga (kecuali Ahmad). Adapun Imam Ahmad berpendapat batalnya orang yang berpuasa karena berbekam atau membekam karena beliau men-ta’lil tambahan lafadh (واحتجم وهو صائم) ”dan berbekam dalam keadaan berpuasa”. Yang benar, tambahan lafadh tersebut adalah shahih. Silakan lihat Taudlihul-Ahkaam min-Buluughil-Maraam (2/489-493 – dalam kitab ini berbeda kesimpulan dengan apa yang kami sebutkan di sini).

[19] Atsar Anas diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan ia mendla’ifkannya dari jalan marfu’. Atsar Al-Hasan disambungkan sanadnya oleh ’Abdurrazzaq dan Ibnu Abi Syaibah (3/47) dengan sanad shahih darinya. Adapun atsar Ibrahim, disambungkan sanadnya oleh Sa’id bin Manshur, Ibnu Abi Syaibah, dan Abu Dawud dengan beberapa jalan darinya, dan riwayat tersebut berkualitas shahih. (Mukhtashar Shahih Al-Bukhari 1/560 no. 368-370).

[20] HR. Bukhari 2/603 secara mu’allaq. Disambungkan sanadnya oleh Al-Bukhari dalam At-Taarikh dan Ibnu Abi Syaibah dari jalan ’Abdullah bin Abi ’Utsman bahwasannya ia melihat Ibnu ’Umar melakukan hal tersebut. (Mukhtashar Shahh Al-Bukhari 1/560 no. 359).

[21] Idem. Disambungkan sanadnya oleh Ibnu Abi Syaibah dengan sanad shahih darinya. (Mukhtashar Shahh Al-Bukhari 1/560 no. 360).

[22] Idem. Disambungkan sanadnya oleh ’Abdurrazzaq dengan lafadh yang semakna dengannya. Dikeluarkan juga oleh Malik dan Abu Dawud yang semisal dengannya secara marfu’. (Mukhtashar Shahh Al-Bukhari 1/560 no. 362).


•═════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═════•

https://abul-jauzaa.blogspot.com/2008/09/ringkasan-hukum-hukum-dalam-bulan.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Thursday, March 7, 2024

Menyambut Kedatangan Bulan Ramadhan (Bag.3)

Menyambut Kedatangan Bulan Ramadhan (Bag.3)
Bismillah...

✒️Prof. DR. Umar ibnu Abdillah Al-Muqbil حفظه الله تعالى 

Diantara perkara yang dapat membantu memaksimalkan ketika bulan Ramadhan adalah :

"Melatih beramal mulai dari sekarang, seperti berpuasa pada bulan Sya'ban, mengerjakan sholat malam, memperbanyak tilawah Al-Qur'an dan sebagainya..

Dan membiasakan berpuasa merupakan sarana unruk memudahkan perkara diatas, ketika seseorang bangun sebelum subuh, mengerjakan sholat witir, yang akan membawa perubahan pada hati dan melembutkannya serta dapat menjauhkan dari segala perbuatan sia-sia, demikian pula memudahkan untuk tilawah Al-Qur'an dan seterusnya, bahwa tiga ibadah ini senantiasa membawa dampak kebaikan yang lain, dan jika ia belum mampu berpuasa, maka janganlah meninggalka yang lainnya.."

Dan diantara perkara yang membantu untuk mempersiapkan Ramadhan adalah : "Mengingatkan keluarga tentang dekatnya kedatangan tamu yang agung ini, dan melatih keluarga untuk melakukan tiga ibadah diatas atau sebahagian nya..

Allah ﷻ berfirman,

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى 

"Dan perintahkan keluargamu untuk senantiasa mendirikan shalat, dan ajaklah untuk bersabar diatas nya, sesungguhnya Kami  (Allah) tidak meminta kepada mereka rizki, bahkan Kami lah yang menurunkan rizki bagi mereka, dan sesungguhnya akibat yang baik hanyalah bagi orang-orang yang bertakwa." ```(Qs Thoha : 132)```

Jika engkau telah melakukan tahapan amalan diatas pada bulan Sya'ban ini, maka berusahalah untuk melakukan evaluasi dalam setiap harinya, hingga mengetahui kekurangan yang masih tersisa, dari mana kekurangan ini datang..

Dan jika bulan Ramadhan datang maka niscaya engkau telah mengkondisikan diri secara maksimal dan telah memperoleh jawaban dari mana kekurangan datang, hingga dapat memanfaatkan bulan mulia ini dengan baik.." 

Diantara amalan yang hendaknya dipersiapkan menjelang kedatangan bulan suci ini, adalah :

"Hendaknya kita memiliki waktu-waktu khusus untuk berkholwah berdzikir kepada Allah ﷻ, guna melembutkan hati dan mengingat perjumpaan dengan-Nya, apa yang telah kita persiapkan dari amalan yang terdahulu, dan apakah perbuatan kita yang sekarang mampu mendatangkan ridho Allah ﷻ..

Dengan sarana berdzikir dan ingat akan hal ini merupakan sarana untuk melembutkan hati dan membersihkan jiwa dan mampu membuahkan tetesan air mata, hingga ketika memasuki bulan suci ini hati kita telah Allah ﷻ berikan kesiapan dan menggolongkan sebagai hamba yang diberikan naungan di hari yang tiada naungan kecuali mereka-mereka yang Allah Ta'ala berikan naungan.."

Dan diantara persiapan untuk menyambut kedatangan bulan suci ini adalah :

"Tidak banyak berinteraksi dengan manusia kecuali secukupnya sesuai kebutuhan dan tidak banyak mengobrol, seperti ketika dalam pekerjaan atau menyelesaikan tugas tertentu, hendaknya meminimalkan interaktif kecuali yang mendatangkan maslahat, dikarenakan bisa jadi waktu akan terbuang sia sia, sebagaimana kenyataan hanya menimbulkan kerasnya hati, maka hendaknya jangan dilakukan hal tersebut diwaktu bulan kemuliaan telah datang.."

Diantara cara terbaik sebagaimana dilakukan oleh sebagian kita, meminta ijin untuk keluar dari semua bentuk koneksi seperti kumpulan WA atau FB atau Twitter akan bergabung kembali setelah usai Lebaran yang penuh berkah..


♻️ BERSAMBUNG  اإن شآء الله


•═════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═════•

🌐 https://bbg-alilmu.com

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Banyak Yang Tidak Lulus Dengan Ujian Kekayaan

Banyak Yang Tidak Lulus Dengan Ujian Kekayaan
Bismillah...

Sebagaimana kita ketahui bahwa ujian itu bisa berupa kebaikan dan keburukan, bisa berupa kekayaan dan kemiskinan. Sebagaimana firman Allah,

Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai ujian/ftinah.” (Al-Anbiyaa: 35)

Ternyata banyak yang tidak lulus dengan ujian yang diberikan berupa kekayaan. Buktinya adalah MAYORITAS PENDUDUK SURGA ADALAH ORANG MISKIN. Berarti banyak orang kaya yang tidak lulus ujian kekayaan dan orang miskin banyak yang lulus. Orang kaya juga banyak yang tertahan (lama hisabnya) untuk masuk surga

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

Saya pernah berdiri di pintu surga, ternyata umumnya orang yang memasukinya adalah orang miskin. Sementara orang kaya tertahan dulu (masuk surga). Hanya saja, penduduk neraka sudah dimasukkan ke dalam neraka.”

Mengapa demikian? Karena orang kaya merasa cukup dengan hartanya sehingga kurang merasa butuh Allah apalagi ditambah dengan kesombongan akan hartanya.

Syaikh Al-‘Utsaimin menjelaskan hadits ini,

Orang kaya merasa dirinya sudah cukup dengan hartanya sehinga mereka sedikit beribadah dibandingkan orang miskin.”

Inilah maksud Ayat bahwa manusia akan melampui batas ketika merasa berkecukupan dengan hartanya.

Ketahuilah! Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup". (Al ‘Alaq: 6-8).

Apakah tidak boleh Kaya? Tentu boleh, bahkan jika memang ia bisa menjadi kaya, maka jadilah orang kaya dan tidak lupa gunakan kekayaan itu untuk membantu agama Allah dan menolong sesama manusia. Yang perlu diingat:

Semakin kaya semakin dermawan, bukan semakin meningkatkan gaya hidup


Selengkapnya: https://muslimafiyah.com/banyak-yang-tidak-lulus-dengan-ujian-kekayaan.html


Penyusun: Raehanul Bahraen

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Menyambut Kedatangan Bulan Ramadhan (Bag.2)

Menyambut Kedatangan Bulan Ramadhan (Bag.2)
Bismillah...

✒️Prof. DR. Umar ibnu Abdillah Al-Muqbil حفظه الله تعالى 

Wahai kaum muslimin..

Dikarenakan inilah dahulu para Generasi Salaf terdahulu menjadikan bulan Sya'ban menjadi sarana untuk melatih diri sebelum masuk dalam medan perlombaan, pintu gerbang telah terbuka lebar untuk memasuki babak perjuangan, sebagaimana kuda-kuda yang tidak terlatih, tidak akan pernah menyelesaikan perlombaan yang baik sebagaimana yang diharapkan, bahkan bisa jadi ia akan berhenti di tengah perjalanan..

Dan yang demikian banyak dipraktikkan oleh kebanyakan manusia, mereka semangat di permulaan bulan Ramadhan, namun terjadi kemunduran pada pertengahan bulan bahkan hingga akhir bulan Ramadhan.!!

Demikian juga sebahagian manusia berhati-hati pada permulaan bulan Ramadhan hingga tidak terasa telah melewati seperempat, bahkan sepertiga bulan, namun mereka masih dalam kondisi melatih membiasakan diri, hingga mereka kehilangan kebaikan yang sangat banyak..

Oleh karena itu, tatkala syariat sholat merupakan ibadah yang agung, maka Allah ﷻ menjadikan amalan-amalan tertentu sebagai pendamping dan pendahulu, seperti disyari’atkan Adzan, disyari’atkan berjamaah dimasjid, disyari’atkan sholat sunnah Rowatib, baik sebelum atau sesudahnya, hingga seorang hamba benar-benar terkondisikan untuk mengerjakan ibadah agung ini, yang merupakan kewajiban fardhu yang paling wajib, hingga meminimalkan dari segala dampak kekurangan yang sekiranya terjadi..

Adapun orang-orang yang cerdik, ia dapat mengetahui nilai keagungan waktu dan nilai kemuliaan hidup nya, serta mengagungkan musim kebajikan untuk akhirat nya, dan mempersiapkan diri untuknya dari sekarang dan mengkondisikan hati untuk menyambut kemuliaan dari Allah ﷻ dengan hati yang bersih, meninggalkan bersibuk dari kelezatan dunia untuk melakukan ketaatan-ketaatan..

Diantara perkara yang dapat membantu seseorang untuk merealisasikan anjuran diatas adalah : Senantiasa menyelesaikan urusan dan hajat yang sekiranya menyibukkan ketika bulan Ramadhan dari sekarang, diantaranya yang paling menonjol dari kaum lelaki dan perempuan adalah sibuk menyiapkan hari lebaran dan segala kebutuhannya, hingga di pertengahan bulan Ramadhan ia menyibukkan diri dari perkara ini, seolah olah hari lebaran datang sekonyong konyong..


♻️ BERSAMBUNG  اإن شآء الله


Dalam Naungan Ilmu Kumpulan Catatan Ustadz Rochmad Supriyadi, Lc


•═════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═════•

🌐 https://bbg-alilmu.com

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Wednesday, March 6, 2024

Buka Lembaran Baru

Saat Ramadhan telah datang
Bismillah...

Saudaraku rahimakumullaah..

Saat Ramadhan telah datang, biarkan pergi kabut dosa masa lalu, bersama dengan turunnya hujan taubatmu..

Biarkan Ramadhan bersemi indah dalam kalbumu, agar mewarnai gerak langkahmu..

Sambut sejuknya musim ampunan dan rahmat Rabbmu, biarkan membasahi kemarau jiwamu..

Buka lembaran baru, agar terbit mentari amal shalih dalam hidupmu..

Wahai pencari kebaikan sambutlah, wahai pencari kejelekan berhentilah..

إِذَا كَانَ أَوَّلُ لَيْلَةٍ مِنْ شَهْرِ رَمَضَانَ صُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ وَمَرَدَةُ الْجِنِّ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ فَلَمْ يُفْتَحْ مِنْهَا بَابٌ وَفُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ فَلَمْ يُغْلَقْ مِنْهَا بَابٌ وَيُنَادِى مُنَادٍ يَا بَاغِىَ الْخَيْرِ أَقْبِلْ وَيَا بَاغِىَ الشَّرِّ أَقْصِرْ وَلِلَّهِ عُتَقَاءُ مِنَ النَّارِ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ

Apabila masuk hari pertama di bulan Ramadhan, setan-setan dan para jin yang paling durhaka itu dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup, tidak satu pun yang dibuka, pintu-pintu surga dibuka, tidak satu pun yang ditutup, dan berserulah seorang penyeru: 'Wahai Pencari kebaikan sambutlah, wahai Pencari kejelekan berhentilah', dan Allah memiliki hamba-hamba yang dibebaskan dari neraka, dan itu di setiap malam Ramadhan.”

```(HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, Shahihul Jaami’: 759)```

• Al-‘Allamah As-Sindi رحمه  الله تعالى berkata,

قَوْلُهُ (يَا بَاغِيَ الْخَيْرِ) مَعْنَاهُ يَا طَالِبَ الْخَيْرِ (أَقْبِلْ) عَلَى فِعْلِ الْخَيْرِ فَهَذَا شَأْنُكَ تُعْطَى جَزِيلًا بِعَمَلٍ قَلِيلٍ (وَيَا طَالِبَ الشَّرِّ) أَمْسِكْ وَتُبْ فَإِنَّهُ أَوَانُ قَبُولِ التَّوْبَةِ

Sabda Nabi ﷺ, "Wahai Pencari kebaikan sambutlah".

Maknanya adalah, "Wahai Pencari kebaikan bersegeralah melakukan kebaikan, inilah urusanmu, engkau akan diberikan pahala besar walau dengan amalan kecil".

Dan sabda beliau ﷺ, "Wahai Pencari kejelekan berhentilah".

Maknanya adalah, "Berhentilah berbuat dosa dan bertaubatlah, karena sungguh bulan Ramadhan adalah waktu diterimanya taubat".

```(Haasyiyatus Sindi, 1/503)```


✒️Ustadz Sofyan Chalid bin Idham Ruray, Lc حفظه الله تعالى


•════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═══•

🌐 https://www.instagram.com/p/CNlWT6ahkqu/

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Tuesday, March 5, 2024

Menyambut Kedatangan Bulan Ramadhan (Bag.1)

Menyambut Kedatangan Bulan Ramadhan (Bag.1)
Bismillah...

✒️Prof. DR. Umar ibnu Abdillah Al-Muqbil حفظه الله تعالى 

إنِ الْحَمْدَ لِله، نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، ونَعُوذُ بِالله مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وأَنْتمْ مُسْلِمُونَ

يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبً

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًايُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ..

Amma ba'du..

Wahai kaum muslimin, sesungguhnya setiap hati orang-orang yang beriman senantiasa menanti kedatangan bulan yang agung ini, yaitu bulan Ramadhan yang menjadi tamu yang mulia, yang kita memandang ini merupakan nikmat yang besar dan hadiah yang sangat agung dari Allah Robb Yang Maha Pemurah.. 

Oleh karenanya para generasi Salaf terdahulu radhiyallahu anhum menjadikan masuknya bulan Sya'ban untuk persiapan menyambut kedatangan bulan Ramadhan, dan telah melatih jiwa-jiwa mereka untuk berbuat ketaatan..

Dan sungguh terdapat teladan dari Nabi Muhammad ﷺ dalam amalan menyambut kedatangan Ramadhan, beliau ﷺ memperbanyak puasa pada bulan sya'ban, hingga Ummu Mukminin A'isyah radhiyallahu anha berkata,

وما رأيتُ رسول الله صلى الله عليه وسلم استكمل صيام شهر قط إلا رمضان، وما رأيته في شهر أكثر منه صيامًا في شعبان

"Aku tidak pernah melihat Rasulullah ﷺ berpuasa penuh satu bulan kecuali bulan Ramadhan, dan aku tidak pernah melihat  beliau banyak berpuasa dalam hari-harinya kecuali pada saat bulan Sya'ban."

```(HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156)```

Dan dalam riwayat sunan An-Nasa'i dengan sanad yang dikuatkan oleh sebagian ahli Ilmu, terdapat penjelasan tentang sebab Nabi ﷺ banyak berpuasa dalam hari-hari bulan Sya'ban, dengan sabdanya,

ذاك شهر يغفل عنه الناس

"Bulan tersebut, banyak manusia yang melalaikannya.."

قال ابن رجب رحمه الله: "وفيه دليل على استحباب عمارة أوقات غفلة الناس بالطاعة، وأن ذلك محبوبٌ لله عز وجل...، ولذلك فُضّلَ القيامُ في وسط الليل لشمول الغفلة لأكثر الناس فيه عن الذِّكر"٠

Al-Imam Ibnu Rajab rahimahullah berkata, "Didalam hadits ini terdapat anjuran untuk memakmurkan waktu-waktu yang manusia sedang dalam kondisi lalai dari perbuatan taat, dan ini merupakan perbuatan yang dicintai oleh Allah ﷻ. Oleh karenanya, menunaikan sholat di tengah malam ketika kebanyakan manusia terlena memiliki keutamaan yang agung."


♻️ BERSAMBUNG  اإن شآء الله


Dalam Naungan Ilmu Kumpulan Catatan Ustadz Rochmad Supriyadi, Lc


•═════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═════•

 🌐 https://bbg-alilmu.com

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Do'a Menyambut Ramadhan

Do'a Menyambut Ramadhan
Bismillah...

Tanya :

Adakah do'a ketika menyambut bulan Ramadhan??

Jawab :

Bismillah was shalatu was salamu 'ala rasuulillah, amma ba'du..

PERTAMA :

Kami tidak menjumpai adanya do'a khusus ketika menyambut Ramadan yang diajarkan oleh Rasulullah ﷺ maupun para sahabat. Hanya saja para sahabat dan para ulama generasi setelahnya menyambut Ramadhan ini dengan penuh kegembiraan dan suka cita. Mereka ungkapkan kegembiraan ini dengan kalimat-kalimat yang mengandung do'a kebaikan dan harapan..

Al-Hafidz Ibnu Rajab menyebutkan satu riwayat yang menunjukkan semangat mereka dalam menyambut Ramadan. Ibnu Rajab menyebutkan keterangan Mu’alla bin Al-Fadhl (ulama tabi’ tabiin) yang mengatakan,

Dulu para sahabat, selama enam bulan sebelum datang Ramadhan, mereka berdo'a agar Allah mempertemukan mereka dengan Ramadhan. Kemudian selama enam bulan sesudah Ramadhan mereka berdo'a agar Allah menerima amal mereka selama bulan Ramadan.”

(Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 264)

Satu harapan yang luar biasa. Karena mereka menilai Ramadhan adalah bulan yang sangat istimewa, sehingga mereka tidak akan menjadikannya kesempatan kesempatan yang sia-sia..

Kemudian Al-Hafidz Ibnu Rajab menyebutkan salah satu contoh doa yang mereka lantunkan. Diriwayatkan dari Yahya bin Abi Katsir (seorang ulama tabi’in), bahwa beliau mengatakan,

"Diantara do'a sebagian sahabat ketika datang Ramadan,

اَللَّهُمَّ سَلِّمْنـِي إِلَى رَمَضَانَ وَسَلِّمْ لِـي رَمَضَانَ وَتَسَلَّمْهُ مِنِي مُتَقَبَّلاً

Allahumma sallimnii ilaa Romadhoona wa sallim lii Romadhoona wa tasallamhu minnii mutaqobballaa.

“Ya Allah, antarkanlah aku hingga sampai Ramadhan, dan antarkanlah Ramadhan kepadaku, dan terimalah amal-amalku di bulan Ramadhan.”."

(Lathaif Al-Ma’arif, hlm. 264)

KEDUA :

Ada satu do'a yang dianjurkan untuk dibaca ketika masuk Ramadhan. Do'a itu adalah do'a melihat hilal. Akan tetapi sejatinya do'a ini adalah do'a umum, berlaku untuk semua awal bulan Hijriyah, ketika seseorang melihat hilal dan tidak khusus untuk bulan Ramadhan.

Teks do'a itu,

اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُمَّ أَهِلَّهُ عَلَيْنَا بِالْأَمْنِ وَالْإِيمَانِ، وَالسَّلَامَةِ وَالْإِسْلَامِ، وَالتَّوْفِيقِ لِمَا نُحِبُّ وَتَرْضَى، رَبُّنَا وَرَبُّكَ اللَّهُ

Allahu akbar, Allahumma ahillahu ‘alainaa bil-amni wal iimaan, wassalaamati wal Islaami, wat taufiiqi limaa nuhibbu wa tardho, robbanaa wa robbukallaah

"Allahu akbar, ya Allah jadikanlah hilal itu bagi kami dengan membawa keamanan dan keimanan, keselamatan dan islam, dan membawa taufiq yang membimbing kami menuju apa yang Engkau cintai dan Engkau ridhai. Tuhan kami dan Tuhan kamu (wahai bulan), adalah Allah.”

(HR. Ahmad 888, Ad-Darimi dalam Sunannya no. 1729, dan dinilai shahih oleh Syua’ib Al-Arnauth dalam Ta’liq Musnad Ahmad, 3/171).

Keterangan :

Do'a ini hanya dibaca ketika seseorang melihat hilal di awal bulan. Karena itu, bagi yang tidak melihat hilal, tidak disyariatkan membaca do'a ini ketika masuk awal bulan. Sebagaimana keterangan Dr. Sa’id Al-Qahthani dalam syarh Hisnul Muslim, hlm. 262.

Allahu a’lam


Ditulis oleh: Ustadz Ammi Nur Baits حفظه الله تعالى

(Dewan Pembina Konsultasisyariah.com)


🌐 https://konsultasisyariah.com/19029-doa-menyambut-Ramadan.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive