Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Monday, July 31, 2023

BOLEH JADI Kita Belum Bertauhid..

BOLEH JADI Kita Belum Bertauhid..
Bismillah...

🗣️ Naik darah ketika melihat praktek riba, khamer, judi, prostitusi, tetapi membisu saat ada orang bodoh yang percaya klenik "orang pintar"..

🔇 Membisu ketika ada yang menggorok leher kerbau untuk dipersembahkan kepada jin penunggu..

☝🏻 ITU TANDA KITA BELUM PAHAM ESENSI TAUHID YANG MENJADI INTI DAKWAH PARA NABI.

🌠 Tauhid bukan cuma ibadah menghambakan diri hanya kepada Allah semata tetapi juga meninggalkan kesyirikan dengan segala macam bentuknya.

📌 Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

إن الله لا يغفر أن يشرك به ويغفر ما دون ذلك لمن يشاء

"Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa selain syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya." 

(QS. An-Nisa': 48)

✍🏻 Al-'Allamah Abdurrahman bin Hasan rahimahullah berkata,

"Ayat tersebut menunjukkan syirik adalah dosa yang paling besar karena Allah mengabarkan bahwa Dia tidak mengampuni pelakunya selagi tidak bertaubat.

Adapun dosa-dosa selain syirik maka itu di bawah kehendak Allah (selain kezaliman yang menyangkut hak manusia).

Jika Dia berkehendak maka Dia mengampuni pelakunya di akhirat dan jika Dia berkehendak maka Dia akan mengazabnya." 

📚 Fat-hul Majid hlm. 65


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02gz3wH52cB2pcgM3dVoREaDAMjpsvfAkMEba2NJn5MkxDm41SuMHX9x3CdD5wZJwSl&id=100001764454087

____

©️ Share Yuk! 

Join Telegram Channel

https://t.me/manhajulhaq

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

JANGAN SALAH Memaknai Islam

JANGAN SALAH Memaknai Islam
Bismillah...

🎓 Para ulama berkata bahwa Islam itu hakikatnya,

الاستسلام لله بالتوحيد والانقياد له بالطاعة والبراءة من الشرك وأهله

"Menyerahkan diri kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya dan ketundukan kepada-Nya dengan menjalani ketaatan serta berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya."

💎 MENTAUHIDKAN ALLAH yaitu menghambakan diri hanya kepada Allah semata dalam seluruh peribadahan.

💎 KETUNDUKAN KEPADA-NYA DENGAN KETAATAN yaitu menjalankan apa yang Allah perintahkan dan menjauhi apa yang dilarang. Tidak cukup hanya sekedar i'tiqad (keyakinan) semata tanpa diikuti dengan amalan.

💎 BERLEPAS DIRI DARI KESYIRIKAN DAN PELAKUNYA yaitu meyakini batilnya kesyirikan dan kufurnya orang-orang yang berbuat syirik, serta membenci dan memusuhi mereka karena Allah (tidak berarti zalim dan sewenang-wenang).

💞 Sebaliknya, wajib mencintai Allah dan mencintai orang-orang yang mencintai dan menolong agama Allah. Maka tidak cukup seseorang beribadah kepada Allah sehingga dia berlepas diri dari kesyirikan dan pelakunya. 

☝🏻 Allah ta'ala berfirman,

قد كانت لكم أسوة حسنة في إبراهيم والذين معه إذ قالوا لقومهم إنا برآء منكم ومما تعبدون من دون الله كفرنا بكم وبدا بيننا وبينكم  العداوة والبغضاء أبدا حتى تؤمنوا بالله وحده

"Sungguh telah ada suri teladan yang baik bagimu pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya; ketika mereka berkata kepada kaum mereka, "Sesungguhnya kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami ingkari (kekafiran)mu dan TELAH NYATA ANTARA KAMI DAN KAMU PERMUSUHAN DAN KEBENCIAN buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada hanya Allah semata." 

(QS. Al-Mumtahanah: 4)


📚 Durus Fi Syarh Nawaqidhil Islam hlm. 15-16 


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02X6hTZ4fpEXBaUGt9xjGGYRjzMwoR6pRpMkoxkmhwFV5tdt8N9BEvzh25ucEJJ4fUl&id=100001764454087

____

©️ Share Yuk! 

Join Telegram Channel

https://t.me/manhajulhaq

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Tersesat dan Menyesatkan

Tersesat dan Menyesatkan
Bismillah...

🌴🌴🌴

Allah Ta’ala berfirman,

اَفَمَنْ زُيِّنَ لَهٗ سُوْۤءُ عَمَلِهٖ فَرَاٰهُ حَسَنًاۗ فَاِنَّ اللّٰهَ يُضِلُّ مَنْ يَّشَاۤءُ وَيَهْدِيْ مَنْ يَّشَاۤءُۖ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرٰتٍۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ ۢبِمَا يَصْنَعُوْنَ (٨)

Maka apakah pantas orang yang dijadikan terasa indah perbuatan buruknya, lalu menganggap baik perbuatannya itu..? Sesungguhnya Allah menyesatkan siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Maka jangan engkau (Muhammad) biarkan dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat..

(Q.S. Fatir ayat 8)

🌴🌴🌴

Akibat membiasakan diri dengan maksiat..

Allah jadikan hati tak lagi menganggapnya buruk..

Bahkan hatinya menjadi terbalik..

Tidak suka kepada ketaatan..

Dan menganggap orang yang taat sebagai orang yang sok suci..

Bahkan gembira saat melihat kesalahan mereka..

🌴🌴🌴

Dia merasa suka jika maksiat itu dilakukan oleh manusia..

Ia tersesat dan menyesatkan..


Ditulis oleh, Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

======🌴🌴🌴🌴🌴======

🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/63753

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Sunday, July 30, 2023

Konsep Transfer Pahala Sebagai Ganti Kerugian di Akhirat

Konsep Transfer Pahala Sebagai Ganti Kerugian di Akhirat
Bismillah...

Sebagian orang bertanya tanya, emang ada praktek transfer pahala, atau nunggu transfer pahala dalam Islam?

Kawan! Simak dulu hadits berikut:

عن أبي هريرة رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: «أتدرون من المفلس؟» قالوا: المفلس فينا من لا دِرْهَمَ له ولا متاع، فقال: «إن المفلس من أمتي من يأتي يوم القيامة بصلاة وصيام وزكاة، ويأتي وقد شتم هذا، وَقَذَفَ هذا، وأكل مال هذا، وسَفَكَ دم هذا، وضرب هذا، فيعطى هذا من حسناته، وهذا من حسناته، فإن فنيت حسناته قبل أن يقضى ما عليه، أخذ من خطاياهم فطُرِحَتْ عليه، ثم طرح في النار».  

[صحيح] - [رواه مسلم]

Dari Abu Hurairah -raḍiyallāhu 'anhu-, bahwasanya Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi wa sallam- bersabda, “Tahukah kalian siapa orang yang bangkrut?” 

Para sahabat menjawab, “Orang yang bangkrut di tengah kami adalah orang yang tidak punya dirham dan kekayaan.” 

Beliau bersabda, “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan (pahala) salat, puasa dan zakat. Namun ia datang telah mencela si A, menuduh si B, memakan harta si Fulan, menumpahkan darah si fulan dan memukul si itu. 

Sebagai balasannya; korbannya yang ini diberi dari kebaikannya, yang itu juga diberi dari kebaikannya. Hingga jika semua kebaikannya telah habis, sedangkan dosanya belum habis, maka diambillah kesalahan-kesalahan (dosa orang yang dizaliminya), lalu dilimpahkan padanya, kemudian ia pun dilemparkan ke dalam neraka.” (HR Muslim) 

Aisyah radhiallahu anha mengomentari orang orang yang hobi memaki sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam:

( لا تعجبون ! لا تعجبوا من هذا. هؤلاء قوم انقطعت أعمالهم بموتهم، فأحب الله أن يجري أجرهم بعد موتهم )

Engkau tidak perlu heran, jangan heran dengan kejadian ini. Mereka para sahabat Nabi shallallahu alaihi wa sallam adalah orang orang yang dengan kematian, terputuslah amal ibadah mereka, namun Allah ingin agar pahala mereka tetap terus mengalir walau mereka telah meninggal dunia.

Karena itu bila anda sadar diri telah merampas hak oranglain atau menzolimi nya, segeralah meminta maaf atau mengembalikan hak kepadanya.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

من كانت له مظلمة لأحد من عرضه ، أو شيء فليتحلل منه اليوم قبل ألا يكون دينار ولا درهم ، إن كان له عمل صالح أخذ منه بقدر مظلمته ، وإن لم تكن له حسنات أخذ من سيئات صاحبه ، فحملت عليه

“Orang yang pernah menzholimi orang lain, baik dalam kehormatannya ataupun yang lainnya, hendaklah segera meminta maaf kepada orang tersebut sesegera mungkin, sebelum datang hari yang tidak ada lagi Dinar dan Dirham, sehingga kalau dia memiliki pahala amal kebaikan maka akan diambil sesuai dengan ukuran kedhalimannya; kalau dia tidak memiliki pahala amal kebaikan maka akan diambilkan dosa orang yang didhaliminya untuk dia tanggung.” [HR. Bukhari].

Semoga bermanfaat.


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0wa6s2ewWAcWbazqZdSjhM67x9GsG3nMS6ri6STJoMxhNaGWRVB329y4fjhyGcovgl&id=100044302190144

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Mencerca Orang Muslim Merupakan Kefasikan

Mencerca Orang Muslim Merupakan Kefasikan
Bismillah...

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَرْعَرَةَ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ زُبَيْدٍ قَالَ سَأَلْتُ أَبَا وَائِلٍ

عَنْ الْمُرْجِئَةِ فَقَالَ حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Ar'arah, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Zubaid, ia berkata, Aku pernah bertanya kepada Abu Wa'il tentang Murji`ah, maka ia menjawab: Telah menceritakan kepadaku Abdullah, bahwa Nabi ﷺ bersabda, 

"Mencerca orang muslim merupakan kefasikan, sementara memeranginya adalah suatu kekufuran".

(HR. Shahih Bukhari no. 48 dalam Fathul Bari, Kitab Iman)

حَدَّثَنَا سُلَيْمَانُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ مَنْصُورٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا وَائِلٍ يُحَدِّثُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ

تَابَعَهُ غُنْدَرٌ عَنْ شُعْبَةَ

Telah menceritakan kepada kami Sulaiman bin Harb, ia berkata, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Manshur, ia berkata, Aku mendengar Abu Wa`il bercerita dari Abdullah, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, 

"Mencaci maki orang muslim adalah suatu kefasikan, sementara membunuhnya adalah suatu kekufuran."

Hal ini diperkuat juga oleh riwayat Ghundar dari Syu'bah.

(HR. Shahih Bukhari no. 6044 dalam Fathul Bari, Kitab Iman)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Penguji Keimanan dan Kesabaran

Penguji Keimanan dan Kesabaran
Bismillah...

🌴🌴🌴🌴

Muhammad bin Abdil Qodir rohimahullah berkata,

يا بني المصيبة ما جاءت لتهلك ، وإنما جاءت لتمتحن صبرك وإيمانك ، يا بني القدر سبع ، والسبع لا يأكل الميتة ، فالمصيبة كير العبد ، فإما أن يخرج ذهبا أو خبثا

▶️ "Wahai anakku, musibah itu datang bukan untuk membinasakan tapi untuk menguji keimanan dan kesabaranmu.

▶️ Wahai anakku, takdir itu bagaikan binatang buas, sedangkan binatang buas tidak memakan bangkai. Musibah pun bagaikan ububan yang memilah emas dan kotorannya..”

(Al Adabusyar’iyah karya Ibnul Muflih 3/192)

Pandai besi meniup emas dengan ububan..

Agar semakin berkilau dan hilang kotorannya..

🌴🌴🌴

Itulah perumpamaan ujian yang menerpa..

Untuk melihat apakah dengan ujian itu iman kita semakin berkemilau..

Ataukah ternyata palsu..

Ya muqollibal quluub tsabbit quluubana ‘alaa diinika..


Ditulis oleh, Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

======🌴🌴🌴🌴🌴======

🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/63740

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Saturday, July 29, 2023

Hakikat Seorang Muslim

Bismillah...

حَدَّثَنَا آدَمُ بْنُ أَبِي إِيَاسٍ قَالَ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي السَّفَرِ وَإِسْمَاعِيلَ بْنِ أَبِي خَالِدٍ عَنْ الشَّعْبِيِّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

قَالَ أَبُو عَبْد اللَّهِ وَقَالَ أَبُو مُعَاوِيَةَ حَدَّثَنَا دَاوُدُ هُوَ ابْنُ أَبِي هِنْدٍ عَنْ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ يَعْنِي ابْنَ عَمْرٍو عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَقَالَ عَبْدُ الْأَعْلَى عَنْ دَاوُدَ عَنْ عَامِرٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Telah menceritakan kepada kami Adam bin Abi Iyas, ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu'bah,dari Abdullah bin Abi as Safar dan Isma'il bin Abi Khalid, dari asy Sya'bi dari Abdullah bin 'Amr, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, 

"Hakikat seorang muslim adalah yang tidak mencelakai orang-orang muslim lainnya dengan lisan dan tangannya, dan hakikat orang yang berhijrah adalah yang mampu meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah".

Abu Abdillah berkata, "Dan Abu Mu'awiyyah berkata: Telah menceritakan kepada kami Daud bin Abi Hind, dari 'Amir berkata: Aku mendengar Abdullah bin 'Amr, dari Nabi ﷺ. Dan berkata Abdul A'laa, dari Daud, dari 'Amir, dari Abdullah, dari Nabi ﷺ".

(HR. Shahih Bukhari no. 10 Fathul Bari, Kitab Iman)

حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا زَكَرِيَّاءُ عَنْ عَامِرٍ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو يَقُولُ

قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلِمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مَنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'aim, telah menceritakan kepada kami Zakaria dari Amir, ia berkata, Aku mendengar Abdullah bin Amr mengatakan; Rasulullah ﷺ bersabda, 

"Muslim yang sempurna adalah yang tidak mengusik muslim lainnya dengan lisan dan tangannya. Dan hakikat hijrah adalah seorang yang mampu meninggalkan apa yang Allah larang."

(HR. Shahih bukhari no. 6484 dalam Fathul Bari)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Ibarat Pena

Bismillah...

🌴🌴🌴

Manusia dan amal perbuatannya itu ibarat pena yang terus menulis hingga habislah tintanya, setelah itu yang tersisa hanyalah tulisannya.. 

🌴🌴🌴

Terkadang sang pena menulis kebaikan akan tetapi banyak pena yang lebih sering menulis keburukan.. 

🌴🌴🌴

Manusia adalah makhluk yang aktif, hampir setiap detik yang ia lewati pasti aktif dalam amal perbuatan.. hingga akhirnya iapun sirna..

🌴🌴🌴

Yang tersisa hanyalah amal perbuatannya yang akan dijadikan bahan bukti persidangan dalam persidangan akhirat kelak.. 


Ditulis oleh, Ustadz Dr. Firanda Andirja MA, حفظه الله تعالى

======🌴🌴🌴🌴🌴======

🌐 http://bbg-alilmu.com/archives/7915

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Membela PSK

kebijakan gubernur kafir  yang mensertifikasi psk
Bismillah...

Bagaimana tanggapan ustad tentang kebijakan gubernur kafir  yang mensertifikasi psk. Krn ini sangat meresahkan masyarakat.

Jawab:

Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, amma ba’du,

Bagian dari sunnatullah, pelaku maksiat akan saling tolong-menolong dalam kemaksiatan. Sebagaimana pelaku kebaikan akan saling membantu dalam kebaikan.

Iblis dan bala tentaranya, mereka saling membantu dalam maksiat. Allah berfirman,

وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا

Demikianlah Kami jadikan adanya musuh bagi tiap-tiap nabi, yaitu setan-setan dari jenis manusia dan jin, sebagian mereka membisikkan kepada yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu. (QS. al-An’am: 112).

Apa pengaruhnya?

Orang-orang yang lemah iman, cenderung lebih memihak perkataan yang menipu itu. Allah nyatakan di lanjutan ayat,

وَلِتَصْغَى إِلَيْهِ أَفْئِدَةُ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِالْآَخِرَةِ وَلِيَرْضَوْهُ وَلِيَقْتَرِفُوا مَا هُمْ مُقْتَرِفُونَ

Agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman dengan akhirat cenderung kepada bisikan itu, mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka (setan) kerjakan (QS. al-An’am: 113).

Sebagaimana hal ini juga dilakukan antar sesama orang munafiq. Allah berfirman,

الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ

Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. Sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka saling menyuruh membuat yang munkar dan saling melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya (sangat pelit). (QS. At-Taubah: 67).

Sebenarnya kita tidak perlu terlalu heran, ketika kebijakan semacam ini keluar dari orang kafir. Karena tabiat mereka yang menyimpang dari fitrah sucinya. Dalam al-Quran, Allah menyebut mereka Syarra ad-Dawab (makhluk yang paling jelek). Kufur, tidak mau beriman dan tabiatnya buruk.

إِنَّ شَرَّ الدَّوَابِّ عِنْدَ اللَّهِ الَّذِينَ كَفَرُوا فَهُمْ لا يُؤْمِنُونَ

Sesungguhnya binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah ialah orang-orang yang kafir, karena mereka itu tidak beriman. (QS. al-Anfal: 55).

Wanita Jahiliyah tidak Mencari Penghasilan dengan Melacur

Sejelek-jelek wanita jahiliyah, tidak ada yang mencari makan dengan cara melacur. Pelacuran di zaman jahiliyah hanya dilakukan oleh budak wanita.

Ketika Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam membaiat beberapa wanita musyrikin yang hijrah ke Madinah, salah satu isi baiatnya adalah para wanita itu tidak boleh berzina.

Mendengar bagian ini, Hindun bintu Utbah, salah satu wanita yang baru masuk islam mengatakan,

يا رسول الله، وهل تزني الحرة؟

Ya Rasulullah, apa ada wanita merdeka berzina. (Tafsir Ibnu Katsir, 8/98).

Hindun merasa terheran, selama hidupnya menjadi wanita musyirkin, belum pernah menjumpai wanita merdeka berzina.

Karena itulah, banyak tersebar ungkapan tentang kehormatan wanita merdeka di arab di masa jahiliyah,

تَجُوعُ الحُرَّةُ وَلاَ تَأكُلُ بِثَدْيَيْهَا

Wanita merdeka bisa jadi kelaparan, namun mereka tidak pernah mencari makan dengan buah dadanya. (Majma’ al-Amtsal, Abul Fadhl an-Naisaburi, 1/122)


Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)


Referensi: https://konsultasisyariah.com/24749-membela-psk.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Keutamaan Muharram (Bagian 15/15)

Keutamaan Muharram (Bagian 15/15)
Bismillah...

PENUTUP

نسأل الله أن يجعلنا من أهل سنة نبيه الكريم، وأن يحيينا على الإسلام ويميتنا على الإيمان، وأن يوفقنا لما يحب ويرضى 

"Kami memohon kepada Allah ﷻ agar menjadikan kami termasuk ahli sunnah yang mengikuti nabi-Nya yang mulia..

Kami memohon agar Allah ﷻ menghidupkan kami di atas Islam, dan mewafatkan kami semua di atas keimanan, serta memberikan taufik-Nya kepada kami, kepada perkara yang Ia cintai dan ridhai.."

ونسأل الله أن يعيننا على ذكره وشكره وحسن عبادته، وأن يتقبلنا ويجعلنا من المتقين 

"Kami memohon kepada Allah ﷻ agar membantu kami untuk senantiasa mengingat-Nya dan bersyukur kepada-Nya serta beribadah kepada-Nya dengan sebaik-baiknya..

Kami juga memohon kepada Allah ﷻ agar menerima segala amal dari kami dan menjadikan kami sebagai orang-orang yang bertakwa.."

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين 

"Semoga shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad ﷺ, keluarga beliau dan seluruh sahabat..."


S E L E S A I

•┈┈•••○○❁🌻💠🌻❁○○•••┈┈•

@abinyasalma

👥 Al-Wasathiyah Wal-I'tidāl

✉ TG : https://t.me/alwasathiyah

🌐 Blog : alwasathiyah.com

‌🇫 FB : fb.com/wasathiyah

📷 IG : instagram.com/alwasathiyah


Sumber : E-book “Keutamaan Asyura & Bulan Muharram

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Friday, July 28, 2023

Islam Itu Hanya Satu

Islam Itu Hanya Satu
Bismillah...

"Itu kan Islam Arab. Islam Arab berbeda dengan Islam Indonesia ...."

Begitulah komentar para pelaku Bidah ketika didakwahkan atau mendengar dakwah dari seorang Ahli Ilmu yang ilmunya sangat luas dari Arab.

Pernahkan kalian mendengar jika Allah Azza Wa Jalla mengatakan, "Wahai Islam Arab" atau "Wahai Islam Indonesia" ? Jawabannya tidak. Allah Azza Wa Jalla langsung mengatakan "WAHAI MANUSIA", sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

يٰۤـاَيُّهَا النَّا سُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ نَّفْسٍ وَّا حِدَةٍ وَّخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَا لًا كَثِيْرًا وَّنِسَآءً ۚ وَا تَّقُوا اللّٰهَ الَّذِيْ تَسَآءَلُوْنَ بِهٖ وَا لْاَ رْحَا مَ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَا نَ عَلَيْكُمْ رَقِيْبًا

"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu (Adam), dan (Allah) menciptakan pasangannya (Hawa) dari (diri)nya; dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan nama-Nya kamu saling meminta dan (peliharalah) hubungan kekeluargaan. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasimu." (QS. An-Nisa' [4] :1)

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

قُلْ يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ قَدْ جَآءَكُمُ الْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكُمْ ۚ فَمَنِ اهْتَدٰى فَاِ نَّمَا يَهْتَدِيْ لِنَفْسِهٖ ۚ وَمَنْ ضَلَّ فَاِ نَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۚ وَمَاۤ اَنَاۡ عَلَيْكُمْ بِوَكِيْلٍ 

"Katakanlah (Muhammad), "Wahai manusia! Telah datang kepadamu kebenaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu, sebab itu barang siapa mendapat petunjuk maka sebenarnya (petunjuk itu) untuk (kebaikan) dirinya sendiri. Dan barang siapa sesat, sesungguhnya kesesatannya itu (mencelakakan) dirinya sendiri. Dan aku bukanlah pemelihara dirimu."" (QS. Yunus [10] : 108)

Dan MANUSIA ini mencakup seluruh umat MANUSIA yang ada di muka bumi, terlepas dari dia berasal dari mana, dari suku apa, Negara apa, atau apa warna kulitnya.

Maka tidak ada yang namanya Islam Arab atau Islam Indonesia.

Islam itu hanya satu, Islam yang di bawa oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, dan hukumnya berlaku secara universal.

Hukumnya sama dari satu tempat ke tempat lainnya.

Jika suatu perkara dikatakan Haram, Bidah Dan Syirik berdasarkan Al Quran Dan As Sunnah dengan Pemahaman Para As Salaf Ash Shalih, maka berlaku Haram, Bidah Dan Syirik untuk seluruh umat manusia.

Sehingga tidak ada pengkotak-kotakan Islam Indonesia, Islam Arab, Dan seterusnya.

Bagi siapa pun yang mengkotak-kotakan Islam berdasarkan batas wilayah, atau bahkan berdasarkan suku dan Ras, maka ia telah bertasyabbuh kepada sifat kekhususan orang kafir yang memecah agama Allah menjadi beberapa golongan.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلَا تَكُوْنُوْا مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ مِنَ الَّذِيْنَ فَرَّقُوْا دِيْنَهُمْ وَكَا نُوْا شِيَعًا ۗ كُلُّ حِزْبٍ بِۢمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُوْنَ

"Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka." (QS. Ar Rum [30] : 31-32)

Islam itu hanya satu yaitu mengikuti Al Quran Dan Sunnah dengan Pemahaman Para Sahabat radhiyallahu 'anhu jami'an, Dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik dan benar, atau secara sederhananya

Yang berpegang teguh kepada apa yang diamalkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan Para Sahabat radhiyallahu 'anhu jami'an, baik itu perkara I'tiqadiyah dan amaliyyah, DAN MENINGGALKAN apa yang bukan menjadi bagian dari I'tiqadiyah dan amaliyyah mereka. Dan bagi yang mengamalkan suatu perkara yang bukan bagian dari I'tiqadiyah dan amaliyyah mereka, maka ia telah berbuat perkara baru (Bidah) dalam syariat.


https://www.facebook.com/100081182600047/posts/pfbid02qWmemk94edckyNsAjUnqqx6vBj6mhFh97trWAGXD32uvkJs39BZ5Kn86kf96aF7kl/


Atha bin Yussuf

https://t.me/AthaBinYussuf

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Rasulullah ﷺ Ditanya Tentang Puasa

Rasulullah ﷺ Ditanya Tentang Puasa
Bismillah...

عَنْ أَبِي قَتَادَةَ الْأَنْصَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سُئِلَ عَنْ صَوْمِهِ قَالَ فَغَضِبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ رَضِينَا بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ رَسُولًا وَبِبَيْعَتِنَا بَيْعَةً قَالَ فَسُئِلَ عَنْ صِيَامِ الدَّهْرِ فَقَالَ لَا صَامَ وَلَا أَفْطَرَ أَوْ مَا صَامَ وَمَا أَفْطَرَ قَالَ فَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمَيْنِ وَإِفْطَارِ يَوْمٍ قَالَ وَمَنْ يُطِيقُ ذَلِكَ قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمٍ وَإِفْطَارِ يَوْمَيْنِ قَالَ لَيْتَ أَنَّ اللَّهَ قَوَّانَا لِذَلِكَ قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمٍ وَإِفْطَارِ يَوْمٍ قَالَ ذَاكَ صَوْمُ أَخِي دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلَام قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ قَالَ فَقَالَ صَوْمُ ثَلَاثَةٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَمَضَانَ إِلَى رَمَضَانَ صَوْمُ الدَّهْرِ قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

وَفِي هَذَا الْحَدِيثِ مِنْ رِوَايَةِ شُعْبَةَ قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ فَسَكَتْنَا عَنْ ذِكْرِ الْخَمِيسِ لَمَّا نُرَاهُ وَهْمًا و حَدَّثَنَاه عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا شَبَابَةُ ح و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا النَّضْرُ بْنُ شُمَيْلٍ كُلُّهُمْ عَنْ شُعْبَةَ بِهَذَا الْإِسْنَادِ و حَدَّثَنِي أَحْمَدُ بْنُ سَعِيدٍ الدَّارِمِيُّ حَدَّثَنَا حَبَّانُ بْنُ هِلَالٍ حَدَّثَنَا أَبَانُ الْعَطَّارُ حَدَّثَنَا غَيْلَانُ بْنُ جَرِيرٍ فِي هَذَا الْإِسْنَادِ بِمِثْلِ حَدِيثِ شُعْبَةَ غَيْرَ أَنَّهُ ذَكَرَ فِيهِ الِاثْنَيْنِ وَلَمْ يَذْكُرْ الْخَمِيسَ

Dari Abu Qatadah Al Anshari radhiyallahu'anhu, bahwa Rasulullah ﷺ pernah ditanya mengenai puasanya, maka serta merta Rasulullah ﷺ marah, lalu Umar pun mengucapkan, "Kami rela Allah sebagai Tuhan, Islam sebagai agama dan Muhammad sebagai Rasul. Kami berlindung kepada Allah, dari murka Allah dan rasul-Nya dan baiat kami sebagai suatu baiat".

Kemudian beliau ﷺ ditanya tentang puasa Dahr (sepanjang masa), maka beliau ﷺ menjawab, 

"Hal itu seakan ia tidak berpuasa dan tidak pula berbuka (karena terbiasa)". 

Kemudian beliau ﷺ ditanya lagi mengenai puasa dua hari dan berbuka sehari. Beliau ﷺ menjawab, 

"Dan siapa yang mampu untuk mengerjakannya?".

Kemudian beliau ﷺ ditanya mengenai puasa sehari dan berbuka dua hari. Beliau ﷺ menjawab, 

"Semoga Allah memberikan kekuatan pada kita untuk melakukannya".

Kemudian beliau ﷺ ditanya mengenai puasa sehari dan berbuka sehari, maka beliau ﷺ menjawab, 

"Itu adalah puasa yang dilakukan oleh saudaraku -yaitu- Dawud 'Alaihissalam."

Lalu beliau ﷺ ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau ﷺ menjawab, 

"Itu adalah hari dimana aku dilahirkan dan aku diutus (sebagai Rasul) atau pada hari itulah wahyu diturunkan kepadaku."

Kemudian beliau ﷺ bersabda, 

Puasa tiga hari pada setiap bulan dan puasa Ramadhan hingga Ramadhan berikutnya murapakan puasa Dahr.

Kemudian beliau ﷺ ditanya tentang puasa pada hari Arafah, maka beliau ﷺ menjawab, 

"Puasa itu akan menghapus dosa-dosa satu tahun yang lalu dan yang akan datang".

Kemudian beliau ﷺ ditanya tentang puasa pada hari 'Asyura`, beliau ﷺ menjawab, 

"Itu akan menghapus dosa-dosa pada tahun yang telah berlalu".

Dan didalam hadits ini, yakni dari riwayat Syu'bah, ia berkata, "Dan beliau ﷺ ditanya tentang puasa hari Senin dan Kamis". Namun kami tidak menyebutkan puasa Kamis, karena menurut kami padanya terdapat Wahm (berita yang kurang akurat). 

Dan telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Mu'adz tentang hadits tersebut, "Telah menceritakan kepada kami bapakku -dalam riwayat lain- dan telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi Syaibah, telah menceritakan kepada kami Syababah -dalam riwayat lain- dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim, telah mengabarkan kepada kami An Nadlr bin Syumail, semuanya dari Syu'bah dengan isnad ini. Dan telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Sa'id Ad Darimi, telah menceritakan kepada kami Habban bin Hilal, telah menceritakan kepada kami Aban Al 'Aththar, telah menceritakan kepada kami Ghailan bin Jarir dalam isnad ini, sebagaimana hadits Syu'bah, "Hanya saja ia menyebutkan hari Senin, namun tidak menyebutkan hari Kamis".

(HR. Imam Muslim no. 1162 Kitab Puasa, Syarh Shahih Muslim)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Menumbuhkan Rasa Takut Kepada Allah

Menumbuhkan Rasa Takut Kepada Allah
Bismillah...

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercuah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam, keluarga dan sahabatnya, serta para pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

Saudaraku yang semoga dirahmati Allah, pernahkah kita merasa begitu mudahnya kita melanggar aturan Rabb kita? Begitu mudahnya hati ini menyepelekan maksiat yang kita lakukan.Toh, Allah Maha Pengampun.Begitu pikir kita untuk terus merasa aman dalam kedurhakaan.Berpikir kesempatan bertobat masih lama, sedang pintu neraka semakin terbuka. Hati tetap merasa tentram, padahal kain kafan kita sedang dianyam. Saudaraku, semua itu karena sedikitnya rasa takut kita kepada Allah Ta`ala.

KEAGUNGAN AMALAN HATI

Rasa takut kepada Allah merupakan salah satu bentuk amalan hati seorang hamba kepada Rabb-nya. Adalah satu hal yang menyedihkan dan pantas menjadi renungan bagi kita, bahwa masih begitu banyak dari kita yang memberi perhatian besar terhadap amalan-amalan zhahir (amalan lahiriah), tetapi ternyata lalai dari amalan hati.

Padahal, amalan hati adalah penentu bagi amalan zhahir. Diterima-tidaknya amal dan besar-kecilnya pahala yang kita peroleh dari amalan zhahir sangat ditentukan oleh amalan hati.

Rasulullah shallahu`alaihi wasallam bersabda:

"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segumpal daging. Jika ia baik, seluruh tubuh baik. Jika ia rusak, seluruh tubuh juga rusak. Ketahuilah (segumpal daging) itu ialah hati..” (HR. Muslim).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah menjelaskan,

"Sesungguhnya amalan-amalan zhahir (lahiriah) menjadi besar atau kecil nilainya tergantung apa yang ada di dalam hati, dan apa yang ada di hati bertingkat-tingkat. Tidak ada yang mengetahui tingkatan tingkatan keimanan dalam hati manusia kecuali Allah Ta`ala” (Minhaajus Sunnah, 6/137)

Allah Ta`ala pun mengangkat derajat para sahabat radhiyallahu anhum dengan sebab amalan-amalan hati mereka. Amalan zhahir mereka yang luar biasa memang bisa ditiru oleh generasi setelahnya. Akan tetapi, Allah tetap jadikan mereka istimewa, karena orang-orang yang datang setelah para sahabat tidak akan mampu menyamai amalan hati dan keimanan mereka.

Imam Abu Bakar bin Ayyaasy (seorang ulama generasi tabi`in) rahimahullah mengatakan,

"Tidaklah Abu Bakar mengungguli para sahabat yang lain dengan banyaknya shalat dan puasa, tetapi karena sesuatu yang terpatri kokoh di dalam hatinya.” (Miftah Daris Sa`adah, 1/82)

RASA TAKUT KEPADA ALLAH SIFAT SEORANG YANG BERTAKWA

Rasa takut kepada Allah adalah sifat seorang yang bertakwa. Bahkan, hal tersebut merupakan bukti keimanan mereka kepada Alla Ta`ala. Allah telah sifati hamba-hambanya yang mulia, yaitu para Nabi alaihimus salam, sebagai orang-orang yang senantiasa berdoa dengan rasa harap dan takut.

Allah Ta`ala berfirman (artinya),

"Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu bersegera dalam (mengerjakan) perbuatan-perbuatan yang baik dan mereka berdoa kepada Kami dengan harap dan takut. Dan mereka adalah orang-orang yang khusyuk kepada Kami” (QS. Al Anbiya: 90)

SEMAKIN BERILMU, SEMAKIN TAKUT KEPADA-NYA

Allah Ta`ala berfirman (artinya),

"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah para ulama” (QS. Fathir: 28)

Syaikh Dr. Abdul Aziz bin Muhammad As-Sadhan hafizhahullah mengatakan,” (Di dalam ayat ini) Allah Ta’ala mengkhususkan dan menyifati para ulama dengan rasa takut kepada-Nya, karena mereka adalah orang yang paling mengenal Allah. Semakin besar pengenalan seorang hamba kepada Rabbnya, semakin besar raja’ (rasa harap) dan khauf (rasa takut) dia kepada Allah". (Ma`alim fi Thariq Thalabi al-`ilmi, hal. 13).

Rasa takut kepada Allah muncul dari sikap ma`rifatullah (mengenal Allah) yang mendalam. Seseorang yang berani bermaksiat kepada Allah, tidak lain disebabkan oleh minimnya rasa takut kepada Allah, dan hal tersebut tidak lain disebabkan kurangnya ilmu agama dan ma’rifatullah.

MENUMBUHKAN RASA TAKUT KEPADA ALLAH

Selanjutnya, bagaimanakah cara menumbuhkan rasa takut kepada Allah? Diantara caranya adalah :

1. Menempuh jalan menuntut ilmu syar’i yang bersumber dari al-Quran al-Karim dan hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang shahih. Inilah Jalan yang paling tepat agar kita bisa menjadi hamba Allah yang hanya takut kepada-Nya.

Allah Ta`ala berfirman (artinya),

"Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah para ulama” (QS. Fathir: 28)

Syaikh `Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata, ”Semakin seseorang berilmu tentang Allah Ta`ala, semakin besar juga rasa takutnya kepada Allah. Rasa takutnya kepada Allah tersebut membuatnya meninggalkan  perbuatan maksiat dan mempersiapkan diri untuk bertemu dengan Dzat yang dia takuti. Ayat ini sebagai dalil tentang keutamaan ilmu, karena ilmu akan menumbuhkan rasa takut kepada Allah. Orang-orang yang takut kepada Allah adalah orang-orang yang mendapat kemuliaan-Nya, seperti firman Allah Ta`ala (artinya),

Balasan mereka di sisi Rabb mereka ialah surga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Hal itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabbnya.’ (QS. al-Bayyinah: 8) (Taisir al-Karimir ar-Rahman, hal 656)

Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, Sesungguhnya orang yang takut kepada Allah dengan sebenar-benar rasa takut hanyalah para ulama yang memiliki pengetahuan tentang Allah (ma’rifatullah). Hal ini disebabkan semakin bertambah pengenalan seseorang terhadap Dzat Yang Maha Agung, Maha Kuasa, dan Maha Berilmu, Yang memiliki sifat yang Maha Sempurna disertai Asma’ul Husna, maka akan semakin bertambah dan sempurna pengetahuan seseorang kepada Rabbnya. Dengan demikian, ketakutannya kepada Allah akan semakin bertambah dan menguat. (Tafsir al-Qur’an al-`Azhim, 3/697)

2. Mengingat bahwa adzab Allah sangatlah pedih

Allah Ta`ala berfirman (artinya): "hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih” (QS. An Nuur: 63)

Ingat juga seringan-ringan siksaan di neraka kelak adalah sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam haditsnya, "Sesungguhnya penduduk neraka yang paling ringan siksanya ialah orang yang mengenakan dua sandal dari neraka lalu mendidih otaknya karena sangat mencekam panas dua sandalnya.” (HR. Muslim).

Pedihnya adzab Allah, sampai-sampai disebutkan dalam Al-Qur’an bahwa setan berkata: "Sesungguhnya aku takut kepada Allah. Dan Allah sangat keras siksa-Nya” (QS. Al Anfal: 48).

MEREKA YANG TAKUT KEPADA ALLAH

Dari Al-Qaasim bin Muhammad rahimahullah ia menceritakan :

Suatu ketika kami pernah melakukan suatu perjalanan bersama Ibnul Mubarak. Seringkali terlintas dalam benakku (tentang kemasyhuran Ibnul Mubarak) hingga aku berkata pada diriku sendiri : Apakah gerangan yang membuat laki-laki ini lebih utama dibandingkan kami sehingga dia begitu terkenal di khalayak ramai? Jika dia shalat, kami pun melakukan shalat. Jika dia berpuasa, kami pun berpuasa. Jika ia berjihad, kami pun berjihad.

Al-Qaasim rahimahullah pun melanjutkan :

Dalam suatu perjalanan kami kemudian, ketika kami sampai di negeri Syam pada suatu malam. Kami sedang makan malam di sebuah rumah. Tiba-tiba lampu padam. Maka seorang diantara kami pun bangkit untuk mengambil lampu. [keluar untuk beberapa saat untuk menyalakan lampu, kemudian datang membawa lampu yang telah menyala]. (Setelah terang) aku melihat wajah dan jenggot Ibnul Mubarak telah basah karena air mata. Maka aku berujar pada diriku sendiri , Dengan rasa takut inilah laki-laki ini lebih utama dibandingkan kami. Mungkin tadi ketika lampu padam, dan keadaan menjadi gelap, beliau teringat akan hari kiamat.” (Ayna Nahnu min Akhlaq as-Salaf, hal. 18-19)

Pembaca yang dirahmati oleh Allah, demikian uraian singkat yang semoga membuat kita tersadar untuk menumbuhkan rasa takut kepada Allah di dalam hati kita, sehingga menjaga kita dari perbuatan maksiat.

Sebagaimana yang dikatakan Sa’id bin Jubair rahimahullah , Sesungguhnya rasa takut yang sejati itu adalah kamu takut kepada Allah sehingga menghalangi dirimu dari berbuat maksiat.” (Sittu Durar min Ushul Ahli al-Atsar, hal. 31).


Oleh : Ustadz Bagas Prasetya Fazri


Sumber : https://buletin.muslim.or.id/menumbuhkan-rasa-takut-kepada-allah/


Dipublikasikan ulang oleh

𝑨𝒅𝒎𝒊𝒏 

Ⓜ️𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐒𝐮𝐧𝐧𝐚𝐡 𝐍𝐚𝐛𝐢

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Keutamaan Muharram (Bagian 14/15)

Keutamaan Muharram (Bagian 14/15)
Bismillah...

BID’AH-BID’AH ’ASYURA

Syaikhul Islam Ibnu Taymiyah rahimahullah ditanya tentang perbuatan yang dilakukan oleh sejumlah orang di hari ’Asyura, seperti bercelak, mandi, memakai pacar (inai), bersalam-salaman, memasak bebijian (bubur), menampakkan keceriaan, dan semisalnya. 

Apakah perbuatan seperti ini ada landasannya ataukah tidak?

Syaikhul Islam menjawab, “Segala sanjungan hanyalah milik Allah. Tidak ada satupun hadits Nabi ﷺ yang shahih yang menerangkan hal ini, dan tidak pula ada riwayat dari sahabat tentangnya."

Para imam kaum muslimin pun juga tidak ada yang menganjurkannya, baik itu imam yang empat ataupun selain mereka. Tidak pula ada pakar-pakar karya tulis yang diakui yang meriwayatkan tentang hal ini, baik itu riwayat dari Nabi ﷺ, para sahabat maupun para tabi’in, baik itu riwayat yang shahih maupun dha’if.

Namun, sebagian orang belakangan meriwayatkan hadits-hadits tentang hal ini, yaitu seperti yang mereka riwayatkan (secara dusta) bahwa, “Barangsiapa bercelak di hari ’Asyura maka tidak akan binasa selama setahun penuh dan barangsiapa yang mandi di hari ’Asyura niscaya tidak akan dijangkiti penyakit selama setahun itu,” Dan riwayat-riwayat palsu lainnya yang semisal.

Mereka membawakan riwayat-riwayat yang palsu lagi dusta diatas namakan Nabi ﷺ, seperti, “Barangsiapa yang melapangkan bagi keluarganya pada hari ’Asyura maka Allah akan lapangkan bagi dirinya setahun penuh.” Semua riwayat-riwayat seperti ini adalah DUSTA.

Kemudian Syaikhul Islam rahimahullah menjelaskan secara singkat perihal yang terjadi pertama kali di umat ini berupa berbagai fitnah, peristiwa dan pembunuhan al-Husain  radhiyallahu ‘anhu,  dan apa yang dilakukan oleh berbagai kelompok oleh sebab ini, maka beliau mengatakan, "Lalu muncullah sebuah kelompok yang bodoh lagi zhalim, entah mereka itu kelompok yang mulhid (atheis) lagi munafik, ataukah kelompok yang sesat lagi menyesatkan..

Mereka menampakkan loyalitas dan kecintaan kepada Ahlul Bait dan menjadikan hari ’Asyura ini adalah hari berkabung, bersedih, dan meratap. Mereka menampakkan syiar-syiar Jahiliyah seperti menampar-nampar pipi, merobek-robek baju, berbela sungkawa ala jahiliyah, menggubah syair-syair kesedihan, membuat-buat riwayat dan cerita yang di dalamnya berisi banyak kedustaan.

Melantunkannya hanya menambah kesedihan dan fanatisme; semakin membangkitkan permusuhan dan peperangan, melemparkan fitnah di tengah-tengah Islam, bertawassul dengan hal ini sampai celaan-celaan kepada generasi awal terbaik umat ini.

Keburukan dan bahaya mereka terhadap umat Islam tidaklah terbatas hanya pada seorang pria yang memiliki kefasihan di dalam bertutur kata saja. Namun mereka juga ditentang oleh sejumlah kaum, entah itu kaum Nawashib (penentang dan pembenci Ali) yang fanatik di dalam membenci al Husain dan ahli baitnya, ataupun kaum yang bodoh, yang menghadapi kerusakan dengan kerusakan, kedustaan dengan kedustaan, keburukan dengan keburukan, atau bid’ah dengan bid’ah.

Merekalah yang membuat-buat riwayat palsu tentang syariat untuk bergembira dan bersenang hati di hari 'Asyura, seperti ajakan bercelak, menyemir rambut, memperbanyak nafkah bagi keluarga, memasak berbagai makanan di luar kebiasaan, atau perbuatan-perbuatan serupa yang umumnya dikerjakan di perayaan-perayaan atau peringatan-peringatan..

Akhirnya, mereka inilah yang membuat-buat hari Asyura itu menjadi seperti momen-momen perayaan dan kegembiraan. Mereka inilah kaum yang menjadikan upacara kematian itu diisi dengan acara ratapan dan kegembiraan. Kedua kelompok ini sama-sama keliru dan keluar dari sunnah.."

Ibnu al-Hajj rahimahullahu menyebutkan sejumlah bid’ah ’Asyura, "Seperti sengaja mengeluarkan zakat di hari ’Asyura baik dengan cara mengakhirkan atau mengawalkan waktunya (agar tepat dikeluarkan pas hari ’Asyura); mengkhususkan untuk menyembelih ayam dan para wanita yang mengenakan pacar (inai)".

[Al-Fatawa al-Kubra Karya Ibnu Taymiyah. Al-Madkhal, Juz I, Bab Yaum Asyura]


♻️ BERSAMBUNG إن شآء الله  


•┈┈•••○○❁🌻💠🌻❁○○•••┈┈•

@abinyasalma

👥 Al-Wasathiyah Wal-I'tidāl

✉ TG : https://t.me/alwasathiyah

🌐 Blog : alwasathiyah.com

‌🇫 FB : fb.com/wasathiyah

📷 IG : instagram.com/alwasathiyah


Sumber : E-book “Keutamaan Asyura & Bulan Muharram

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Mutiara Salaf : Muliakanlah Perintah Allah Dimana Saja Kamu Berada

Muliakanlah Perintah Allah Dimana Saja Kamu Berada
Bismillah...

🌴🌴🌴

Abu Ka’ab berkata, ‘aku ingin pergi safar lalu aku mendatangi Al Hasan Al Bashri..

Aku berkata, ‘Berikan aku wasiat..’

Beliau berkata, ‘Muliakanlah perintah Allah dimana saja kamu berada, niscaya Allah akan memuliakanmu..

Abu Ka’ab berkata, ‘Akupun melakukannya. Ternyata Aku senantiasa dimuliakan sampai aku pulang..’

(Siyar Salaf Sholihin no 1293)

🌴🌴🌴

Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahu’anhu, ia berkata: ‘Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,

اتق الله حيثما كنت ، وأتبع السيئة الحسنة تمحها، وخالق الناس بخلق حسن

Bertaqwalah kepada Allah dimanapun kau berada, dan hendaknya setelah melakukan kejelekan engkau melakukan kebaikan yang dapat menghapusnya. Serta bergaulah dengan orang lain dengan akhlak yang baik (HR. Ahmad 21354, Tirmidzi 1987)

🌴🌴🌴

Karena kemuliaan hanyalah milik Allah..

Siapapun yang ingin dimuliakan oleh Allah maka muliakanlah agama-Nya..

Allah berfirman,

مَن كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا

Barang siapa yang menginginkan kemuliaan. Maka sesungguhnya milik Allahlah kemuliaan itu seluruhnya.. (Fathir: 10)


Diterjemahkan oleh, Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

===🌴🌴🌴===

🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/63717

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Thursday, July 27, 2023

Anda Merasa Aman dari Kemusyrikan?

Anda Merasa Aman dari Kemusyrikan?
Bismillah...

Para Nabi 'alaihimussalam dalam lintas generasi senantiasa mengajak umatnya kepada tauhid dan memperingatkan mereka dari bahaya kesyirikan. 

Nabi Ibrahim yang benar-benar merealisasikan tauhid dan menghancurkan berhala dengannya sendiri pun tidak merasa aman dari kemusyrikan.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

وَإِذْ قَالَ إِبْرَٰهِيمُ رَبِّ ٱجْعَلْ هَٰذَا ٱلْبَلَدَ ءَامِنًا وَٱجْنُبْنِى وَبَنِىَّ أَن نَّعْبُدَ ٱلْأَصْنَامَ

"Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: 'Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekkah) negeri yang aman, dan jauhkanlah diriku beserta anak keturunanku dari menyembah berhala-berhala (ashnam, shonam)'." (QS. Ibrahim: 35)

Nabi Ibrahim ‘alaihis salam bisa meminta supaya Allah menjauhkan dirinya dan keturunannya dari peribadahan pada berhala kepada Allah Ta’ala karena kebanyakan manusia telah terfitnah pada penyembahan pada berhala. Sebagaimana kita dapat melihat dalam ayat,

رَبِّ إِنَّهُنَّ أَضْلَلْنَ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ

Ya Rabbku, sesungguhnya berhala-berhala itu telah menyesatkan kebanyakan daripada manusia” (QS. Ibrahim: 36).

Ibrahim At-Taimi rahimahullah berkata,

مَنْ يَأْمَنُ مِنَ البَلاَءِ بَعْدَ إِبْرَاهِيْمَ؟

Siapa lagi yang merasa aman dari musibah kesyirikan setelah Ibrahim?!” Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim.

Do’a agar terselamatkan dari kesyirikan …

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ ، وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لا أَعْلَمُ

Ya Allah, aku meminta pada-Mu agar dilindungi dari perbuatan syirik yang kuketahui dan aku memohon ampun pada-Mu dari dosa syirik yang tidak kuketahui”. 

Disebutkan dalam Musnad Abu Ya’la namun dengan sanad dho’if sebagaimana kata Syaikh Husain Salim Asad. Tapi makna do’a ini shahih.


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02sFa8Y3Q9Ng9DpCvpkYwJAWCn7R1ouyAxt5SfXgkV1j6ZAftLyAAbQcrkPfGzm2sWl&id=100001764454087


https://t.me/manhajulhaq

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Keutamaan Muharram (Bagian 13/15)

Keutamaan Muharram (Bagian 13/15)
Bismillah...

BAGI YANG MASIH PUNYA HUTANG PUASA

Para ulama ahli fikih berbeda pendapat tentang hukum Puasa Sunnah bagi orang yang belum mengganti hutang Puasa Ramadhan.  

Ulama Hanafiyah berpendapat : 

"Bolehnya Puasa Sunnah sebelum melunasi hutang puasa Ramadhan dan tidak menganggapnya makruh, karena qadha (mengganti puasa) itu tidak wajib dikerjakan langsung seketika."

Malikiyah dan Syafi’iyah berpendapat : 

"Bolehnya hal ini namun hukumnya makruh (dibenci), karena termasuk perbuatan mengakhirkan kewajiban."

Ad-Dasuki rahimahullahu berkata,

يكـره التطـوع بالصـوم لمـن عليـه صـوم واجـب، كالمنـذور والقضـاء والكفـارة، سـواء كان صـوم التطـوع الذي قدمـه على الصـوم الواجـب غيـر مؤكـد أو كان مؤكـدًا كعاشـوراء وتاسـع ذي الحجـة على الراجـح 

Dimakruhkan berpuasa sunnah bagi yang punya hutang puasa wajib, seperti puasa nadzar, qadha, ataupun kafarat. Tidak ada bedanya, baik itu Puasa Sunnah yang ghayru mu’akkad (tidak terlalu ditekankan) ataupun yang mu’akkad (ditekankan) seperti puasa Asyura dan 9 hari Dzulhijjah.”

[Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah, Juz 28, Bab Shawm Tathawwu’]

Hanabilah berpendapat : 

"Haramnya berpuasa sunnah sebelum melunasi hutang puasa Ramadhan dan tidak sah puasa sunnahnya saat itu walaupun waktu untuk mengganti puasa masih lapang. Ia haruslah mendahulukan yang wajib dulu sampai ia melunasinya."

Karena itu hendaknya setiap muslim bersegera untuk melunasi hutang-hutang puasanya selepas Ramadhan, agar puasa Arofah dan ’Asyura-nya lebih mantap tidak ada masalah. Meskipun sekiranya ia berpuasa Arofah dan ’Asyura dengan niat qadha dari semenjak malam hari maka tetap akan sah hal ini di dalam melunasi (qadha) hutang puasa wajib, dan keutamaan Allah itu amatlah agung... 


♻️ BERSAMBUNG إن شآء الله  


•┈┈•••○○❁🌻💠🌻❁○○•••┈┈•

@abinyasalma

👥 Al-Wasathiyah Wal-I'tidāl

✉ TG : https://t.me/alwasathiyah

🌐 Blog : alwasathiyah.com

‌🇫 FB : fb.com/wasathiyah

📷 IG : instagram.com/alwasathiyah


Sumber : E-book “Keutamaan Asyura & Bulan Muharram

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Bila Kehidupanmu Tak Terarah

Solusi Islami, Bila Kehidupanmu Tak Terarah
Bismillah...

🌴🌴🌴

Ibnul Qoyyim -rohimahulloh- mengatakan:

Hati yang kacau tidak menentu, tidak ada yang bisa memperbaikinya kecuali menghadapkan hati itu kepada Allah..”

[Zadul Ma’ad 2/82].

Sufyan bin Uyainah -rohimahulloh- sebelumnya telah mengatakan:

Para ulama dahulu biasa saling menasehati satu sama lain dengan kata-kata ini:

“Barangsiapa memperbaiki keadaan batinnya, niscaya Allah perbaiki keadaan lahirnya.

🌴🌴🌴

Barangsiapa memperbaiki hubungan dia dengan Allah, niscaya Allah akan perbaiki hubungan dia dengan manusia.

Barangsiapa beramal untuk akhiratnya, niscaya Allah akan cukupkan kehidupan dunianya..”

[Kitab Ikhlash, karya Ibnu Abid Dunya].

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda :

مَنْ كَانَ هَمُّهُ الْآخِرَةَ ؛ جَـمَعَ اللهُ شَمْلَهُ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِـيْ قَلْبِه ِ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ،

Siapa yang keinginan dia hanyalah kehidupan akhirat saja, Allah akan kokohkan urusannya, dan Allah akan jadikan kekayaan itu ada di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina dimatanya.” (HR. Tirmidzi)

🌴🌴🌴

Seringkali kita merasa keadaan kita tidak terarah, tidak menentu, tidak teratur, hampa, gersang, dst..

Jika keadaan ini menimpa kita, ingatlah bahwa itu pertanda kita sudah jauh dari Allah.. Solusinya sangat sederhana sebenarnya, hanya saja semua kembali kepada kita, mau atau tidak untuk “move on.”

🌴🌴🌴

Segeralah kembali kepada Allah, dan fokuslah dengan ibadah.. Jika ibadah kita beres, Allah akan membereskan kehidupan kita dan memberkahi waktu kita.. Karena sangat tidak mungkin Allah melantarkan orang yang mendekat kepada Dia dengan ikhlas dan sesuai tuntunan.

Silahkan dishare.. semoga bermanfaat..


Ditulis oleh, Ustadz Dr. Musyaffa’ Ad Dariny MA, حفظه الله تعالى

======🌴🌴🌴🌴🌴======

🌐 http://bbg-alilmu.com/archives/29185

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Mempelajari Akidah Sebelum Mempelajari Al-Qur'an

Mempelajari Akidah Sebelum Mempelajari Al-Qur'an
Bismillah...

Shahabat Nabi, Jundub bin Abdillah radhiyallahu 'anhu berkata,

كنا مع النبي ﷺ ونحن فتيان حزاورة فتعلمنا الإيمان قبل أن نتعلم القرآن ثم تعلمنا القرآن فازددنا به إيمانا

"Dahulu ketika kami masih sangat muda dan besar semangat kami MEMPELAJARI IMAN SEBELUM MEMPELAJARI AL-QUR'AN, setelah itu kami mempelajari Al-Qur'an sehingga bertambahlah keimanan kami kepada Al-Qur'an." 

(HR. Ibnu Majah 61)

Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu juga berkata,

"Dahulu kami diberi pengajaran iman sebelum pengajaran Al-Qur'an sehingga turun ayat-ayat kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, kami pun mempelajari perkara halal dan haramnya, perintah dan larangannya, dan bagaimana yang harus dipahami darinya. 

Dan kemudian aku melihat beberapa orang yang diantara mereka diberikan kepadanya pengajaran Al-Qur'an sebelum pengajaran iman, maka dia membaca dari mulai pembukaan hingga penutupnya tanpa mengetahui perintah dan larangan yang terkandung didalamnya, juga bagaimana seharusnya dia memahami hal itu. 

Maka orang-orang yang tidak memahami Al-Qur'an dengan benar, keadaan mereka tak ubahnya seperti orang yang menabur kurma yang jelek (tidak mengambil faedah darinya)."

(Riwayat Al-Hakim "Al-Mustadrak" 1/35 dan Al-Baihaqi dengan sanad yang shahih)

Membaca ayat demi ayat penting, mempelajari tajwidnya juga penting, tapi yang jauh lebih penting lagi mentadabburi Al-Qur'an yaitu memahami kandungan ayat-ayatnya agar dapat mengambil pelajaran darinya dan beramal dengannya. 

Inilah yang menjadi tujuan utama diturunkannya Al-Qur'an dan itulah yang dimaksud Allah dalam firman-Nya,

ٱلَّذِينَ ءَاتَيْنَٰهُمُ ٱلْكِتَٰبَ يَتْلُونَهُۥ حَقَّ تِلَاوَتِهِۦٓ أُو۟لَٰٓئِكَ يُؤْمِنُونَ بِهِۦ ۗ وَمَن يَكْفُرْ بِهِۦ فَأُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلْخَٰسِرُونَ

"Orang-orang yang telah Kami berikan Al Kitab kepadanya, mereka membacanya dengan bacaan yang sebenarnya, mereka itu beriman kepadanya. Dan barangsiapa yang ingkar kepadanya, maka mereka itulah orang-orang yang rugi." (QS. Al-Baqarah: 121)


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0HJqnkY41FMKGSjugxvJ1rBQ3e3X5mmVVzt5PmJZy8sf5fdtVeAsyRELreC2hLkLGl&id=100001764454087


https://t.me/manhajulhaq

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Keutamaan Puasa Asyura

Keutamaan Puasa Asyura
Bismillah...

Berikut beberapa keutamaan puasa Asyura yang semestinya kita tahu sehingga semangat melakukan puasa tersebut.

1- Puasa di bulan Muharram adalah sebaik-baik puasa.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ

Puasa yang paling utama setelah (puasa) Ramadhan adalah puasa pada bulan Allah – Muharram. Sementara shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam.” 

(HR. Muslim no. 1163).

Muharram disebut syahrullah yaitu bulan Allah, itu menunjukkan kemuliaan bulan tersebut. Ath Thibiy mengatakan bahwa yang dimaksud dengan puasa di syahrullah yaitu puasa Asyura. Sedangkan Al Qori mengatakan bahwa hadits di atas yang dimaksudkan adalah seluruh bulan Muharram. 

Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 2: 532.

Imam Nawawi rahimahullah berkata bahwa bulan Muharram adalah bulan yang paling afdhol untuk berpuasa. Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 50.

Hadits di atas menunjukkan keutamaan puasa di bulan Muharram secara umum, termasuk di dalamnya adalah puasa Asyura.

2- Puasa Asyura menghapuskan dosa setahun yang lalu

Dari Abu Qotadah Al Anshoriy, berkata,

وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَرَفَةَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ وَالْبَاقِيَةَ ». قَالَ وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ عَاشُورَاءَ فَقَالَ « يُكَفِّرُ السَّنَةَ الْمَاضِيَةَ

Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arafah? Beliau menjawab, ”Puasa Arafah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang akan datang.” Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa ’Asyura? Beliau menjawab, ”Puasa ’Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu.” 

(HR. Muslim no. 1162).

Kata Imam Nawawi rahimahullah, yang dimaksudkan pengampunan dosa di sini adalah dosa kecil sebagaimana beliau penerangkan masalah pengampunan dosa ini dalam pembahasan wudhu. Namun diharapkan dosa besar pun bisa diperingan dengan amalan tersebut. Jika tidak, amalan tersebut bisa meninggikan derajat seseorang. 

Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 46.

Adapun Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berpendapat secara mutlak setiap dosa bisa terhapus dengan amalan seperti puasa Asyura. Lihat Majmu’ Al Fatawa karya Ibnu Taimiyah, 7: 487-501

3- Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam punya keinginan berpuasa pada hari kesembilan (tasu’ah)

Ibnu Abbas radhiyallahu ’anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam melakukan puasa hari ’Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya, pada saat itu ada yang berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّهُ يَوْمٌ تُعَظِّمُهُ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى.

Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.” Lantas beliau mengatakan,

فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ – إِنْ شَاءَ اللَّهُ – صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ

Apabila tiba tahun depan –insya Allah (jika Allah menghendaki)– kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan.” Ibnu Abbas mengatakan,

فَلَمْ يَأْتِ الْعَامُ الْمُقْبِلُ حَتَّى تُوُفِّىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-.

Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam sudah keburu meninggal dunia.” 

(HR. Muslim no. 1134)

Kenapa sebaiknya menambahkan dengan hari kesembilan untuk berpuasa? Kata Imam Nawawi rahimahullah, para ulama berkata bahwa maksudnya adalah untuk menyelisihi orang Yahudi yang cuma berpuasa tanggal 10 Muharram saja. Itulah yang ditunjukkan dalam hadits di atas. Lihat Syarh Shahih Muslim, 8: 14.

Hanya Allah yang memberi taufik untuk beramal shalih.


Referensi:

  • Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, Yahya bin Syarf An Nawawi, terbitan Dar Ibnu Hazm, cetakan pertama, tahun 1433 H.
  • Majmu’ Al Fatawa, Abul ‘Abbas Ahmad bin Abdul Halim (Ibnu Taimiyah), terbitan Darul Wafa dan Dar Ibni Hazm, cetakan keempat, tahun 1432 H.
  • Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jaami’ At Tirmidzi, Al Hafizh Abu ‘Ulaa Muhammad ‘Abdurrahman bin ‘Abdurrahim Al Mubarakfuri, terbitan Darus Salam, cetakan pertama, tahun 1432 H.

Akhukum fillah,

Muhammad Abduh Tuasikal (Rumaysho.Com)


Sumber https://rumaysho.com/3750-keutamaan-puasa-asyura.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Wednesday, July 26, 2023

Kebid'ahan di Hari 'Asyura

Kebid'ahan di Hari 'Asyura
Bismillah...

Diantara amalan yang tidak di syari'atkan dengan menkhususkannya di hari 'Asyura, namun banyak diantara kaum Muslimin yang melakukannya :

[1] Menghidupkan malam ‘Asyura dengan mengkhususkan beribadah padanya :

Syaikh Bakar Abu Zaid rahimahullah berkata :

"وَمِنْ بِدَعِ الذِّكْرِ وَالدُّعَاءِ فِيْهِ : إِحْيَاءُ لَيْلَتِهِ بِالذِّكْرِ وَالتَّعَبُدِ وَتَخْصِيْصِ دُعَاءٍ لَهُ بِاسْمِ (دُعَاءِ عَاشُوْرَاءَ) وَأَنَّ مَنْ قَرَأَهُ لَمْ يَمُتْ تِلْكَ السَّنَةَ وَقَراءة سورةً فيها ذكر موسى عليه السلام في صلاة الصبح يوم عاشوراء والاجتماع ذلك اليوم للذكر والدعاء ونعي الحسين ذلك اليوم على المنابر وأن البخور يوم عاشوراء رقيةٌ لدفع الحسد والسحر والنكد..وغير ذلك مما يأباه الله ورسوله والمؤمنون.."

Termasuk bentuk bid’ah dzikir dan do’a adalah menghidupkan malam hari ‘Asyura dengan dzikir dan ibadah, mengkhususkan do’a pada malam hari ini dengan nama doa hari ‘Asyura, yang konon katanya barang siapa yang membaca doa ini tidak akan mati di tahun tersebut. Atau membaca surat al Quran yang disebutkan nama Musa pada shalat subuh hari ‘Asyura, atau berkumpul pada hari tersebut untuk berdzikir, berdoa serta meratapi al Husain diatas mimbar, dan bahwasanya bukhur pada hari ‘Asyura adalah sebagai ruqyah untuk mencegah hasad, sihir dan gangguan…dan lainnya dari hal yang Allah dan Rasul Nya serta kaum mukmini tidak meridhainya” ([1])

[2] Shalat ‘Asyura :

Mereka melakukannya beralasan dengan beberapa hadits hadits namun semua hadits hadits tersebut tidak shahih bahkan kebanyakannya hadits hadits palsu (maudhu’), diantaranya :

Hadits pertama :

مَنْ صَلَّى يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ مَا بَيْنَ الظُهْرِ وَالْعَصْرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ يَقْرَأُ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ بِفَاتِحَةِ الْكِتَابِ مَرَّةً وَآيَةِ الْكُرْسِي عَشْرَ مَرَّاتٍ وَقُلْ هُوَ اللهُ أَحَدٌ إِحْدَى عَشَرَةَ مَرَّةً وَالْمُعَوِّذَتَيْنِ خَمْسَ مَرَّاتٍ فَإِذَا سَلَّمَ اسْتَغْفَرَ اللهَ سَبْعِيْنَ مَرَّةً أَعْطَاهُ اللهُ فِيْ الْفِرْدَوْسِ قُبَّةَ بَيْضَاءَ فِيْهَا بَيْتٌ مِنْ زَمْرُدَةٍ خُضْرَاءَ سَعَةَ ذَلِكَ الْبَيْتِ مِثْلُ الدُّنْيَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ

Barangsiapa yang shalat pada hari ‘Asyura antara dzuhur dan ashar 4 roka’at setiap rokaatnya membaca al fatihah satu kali dan ayat kursi 10 kali, Qul huwallahu ahad 11 kali dan al falaq serta an Naas 5 kali, dan Ketika salam istigfar 70 kali Maka di dalam Surga Firdaus Allah akan memberi Qubbah putih yang didalamnya terdapat rumah terbuat dari zamrud hijau, dimana luasnya rumah tersebut tiga kali lipat luasnya dunia” ([2])

Hadits kedua :

صَلَاةُ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ سِتُّ رَكَعَاتٍ فِيْ الْأُوْلَى بَعْدَ الْفَاتِحَةِ سُوْرَةَ الشَّمْسِ وَفِيْ الثَّانِيَّةِ إِنَا أَنْزَلْنَاهُ وَفِيْ الثَّالِثَةِ إِذَا زُلْزِلَتِ وَفِيْ الرَّابِعَةِ سُوْرَةَ الْإِخْلَاصِ وَفِيْ الْخَامِسَةِ سُوْرَةَ الْفَلَقِ وَفِيْ السَّادِسَةِ سُوْرَةَ النَّاسِ وَيَسْجُدُ بَعْدَ السَّلَامِ وَيَقْرَأُ فِيْهَا قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُوْنَ سَبْعَ مَرَّاتٍ وَيَسْأَلُ اللهَ حَاجَتَهُ

"Shalat ‘Asyura itu enam rokaat di rakaat pertama setelah membaca surat al Fatihah membaca surat As Syamsu dan dirakaat kedua membaca surat al Qodar, dirakaat ketiga membaca al zalzalah, dirakaat kelima membaca surat al Falaq dan dirakaat keenam membaca surat an Naas dan sujud setelah salam dengan membaca dalam sujud surat al Kafirun 7 kali serta meminta kepada Allah hajat kebutuhannya” Riwayat ini palsu ([3])

Hadits ketiga :

وَمَنْ صَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ يقْرَأ فِي كل رَكْعَة {بِالْحَمْد} مَرَّةً وَمَرَّةً {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ذُنُوبَ خَمْسِينَ عَامًا مَاضِيَةً وَخَمْسِينَ عَامًا مُسْتَقْبلَة وَبنى الله لَهُ فِي الْمَلأِ الأَعْلَى أَلْفَ مِنْبَرٍ مِنْ نُورٍ وَمَنْ سَقَى شَرْبَةً مِنْ مَاءٍ فَكَأَنَّمَا لَمْ يَعْصِ اللَّهَ طَرْفَةَ عَيْنٍ....

"Dan barang siapa yang shalat 4 rokaat pada setiap rokaat membaca al fatihah sekali dan surat al Ikhlas sekali maka dosanya selama 10 tahun yang lalu dan yang akan datang diampuni oleh Allah, serta akan dibangunkan baginya di tempatnya para Malikat seribu mimbar dari cahaya, dan barang siapa memberi minum air di hari ‘Asyura maka sesolah olah ia tidak pernah berbuat maksiat kepada Allah sekejap matapun….”. Riwayat ini palsu. ([4])

Hasits keempat :

صَلَاةُ لَيْلَةِ عَاشُوْرَاءَ مِائَةُ رَكْعَةٍ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ يَقْرَأُ بَعْدَ الْفَاتِحَةِ سُوْرَةُ الْإِخْلَاصِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ

Shalat malam Asyura itu 100 rokaat disetiap rokaatnya membaca surat al ikhlash 3 kali setelah membaca al Fatihah”. Riwayat ini palsu ([5])

Hadits kelima :

صَلَاةُ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ عِنْدَ الْإِشْرَاقِ يُصَلِّيْ رَكْعَتَيْنِ فِيْ الْأُوْلَى بَعْدَ الْفَاتِحَةِ آيَةَ الْكُرْسِي وَفِيْ الثَّانِيَةِ (لَوْ أَنْزَلْنَا هَذَا الْقُرْآنَ) إِلَى آخِرِ سُوْرَةِ الْحَشْرِ وَيَقُوْلُ بَعْدَ السَّلَامِ يَا أَوَّلَ الْأَوَّلِيْنَ وَيَا آخِرَ اْلآخِرِيْنَ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ خَلَقْتَ أَوَّلَ مَا خَلَقْتَ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ وَتَخْلُقُ آخِرَ مَا تَخْلُقُ فِيْ هَذَا الْيَوْمِ أَعْطِنِيْ فِيْهِ خَيْرَ مَا أَوَّلَيْتَ فِيْهِ أَنْبِيَائَكَ وَأَصْفِيَائَكَ مِنْ ثَوَابِ الْبَلَايَا وَأَسْهَمَ لَنَا مَا أَعْطَيْتَهُمْ فِيْهِ مِنَ الْكَرَامَةِ بِحَقِّ مُحَمَّدٍ عَلَيْهِ الصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ}

Shalat hari Asura pada waktu syuruq (dhuha), shalat 2 rokaat dirakaat pertama setelah al fatihah membaca ayat kursi, dan dirakaat kedua membaca surat al hasyr dari mulai ayat yang artinya “Seandainya al Quran diturunkan kepada gunung” sampai akhir surat al Hasyr dan setelah salam membaca Wahai Dzat yang yang paling awal diantara yang awaal, wahai Dzat yang paling akhir diantara yang akhir, Tidak ada Ilah selain Engkau, yang telah menciptakan yang pertama kali dihari Asyura ini dan yang menciptakan yang akhir di hari ini berilah aku padanya kebaikan yang Engkau telah anugerahkan kepada Nabi nabi Mu dan orang orang pilihan Mu, berupa pahala dari bencana bencana, dan gabungkanlah kami dalam mendapatkan kemuliaan melalui haq Nabi Muhammad ﷺ Riwayat ini palsu ([6])

Hadits keenam :

صَلَاةُ وَقْتِ السَّحَرِ مِنْ لَيْلَةِ عَاشُورَاءَ وَهِيَ أَرْبَعُ رَكْعَاتٍ فِيْ كُلِّ رَكْعَةٍ بَعْدَ الْفَاتِحَةِ يَقْرَأُ آيَةَ الْكُرْسِيِّ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ وَسُوْرَةَ الْإِخْلَاصِ إِحْدَى عَشَرَ مَرَّةً وَبَعْدَ الْفَرَاغِ يَقْرَأُ سُوْرَةَ الْإِخْلَاصِ مِائَة مَرَّةً.

Shalat waktu menjelang subuh di malam Asyura yaitu 4 rokaat disetiap rokaatnya membaca ayat kursi 3 kali setelah membaca al Fatihah dan membaca surat al Ikhlash sebanyak 11 kali dan setelah shalat membaca surat al ikhlash 100 kali”. Riwayat ini palsu([7])

[3] Do’a hari ‘Asyura :

Syaikh Ahmad Abdullah As Sulami hafidzahullah berkata,

ذَكَرَ بَعْضُهُمْ أَنَّ مَنْ قَالَ فِيْ يَوْمِ عَاشُوْرَاءَ سَبْعِيْنَ مَرَّةً حَسْبِيَ اللهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلُ, نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْر كَفَاهُ اللهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ

Sebagian mereka mengatakan bahwa siapa yang pada hari Asyura membaca sebanyak 70 kali : Hasbiyallahu wani’mal wakil ni’mal maula wani’man Nashir, maka Allah akan pelihara dari keburukan pada hari tersebut" ([8])

[4] Memperingati kematian Husein (Bid’atul Huzni wal Maatim)

Syaikh ‘Utsman al Khamis berkata :

المَوْقِفُ النَّاسِ مِن قَتْلِ الْحُسَيْنِ : لاشَكَّ وَلَا رَيْبَ أَنَّ مَقْتَلَ الْحُسَيْنِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ كَانَ مِنَ الْمَصَائِبِ الْعَظِيمَةِ الَّتي أُصِيبَ بِهَا الْمُسْلِمُونَ فَلَمْ يَكُنْ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ ابْنُ بِنْتِ نَبِيٍ غَيْرُهُ وَقَدْ قُتِلَ مَظْلُومًا رَضِيَ اللهُ عَنه وَعَن أَهْلِ بَيْتِهِ،

Sikap manusia terhadap pembunuhan al Husain : Tidak diragukan lagi bahwasanya peristiwa terbunuhnya al-Husain radhiyallahu anhu merupakan musibah besar yang menimpa umat Islam. Karena tidak ada lagi cucu laki-laki dari anak perempuan Rasulullah yang masih hidup, selain dia. Kini ia telah terbunuh secara teraniaya dan sebagaimana yang juga menimpa ahli baitnya.

وَقَتْلُهُ بِالنِّسْبَةِ لِأَهْلِ الْأَرْضِ مِن الْمُسْلِمينَ مُصِيبَةٌ، وَفِي حَقِّهِ شَهَادَةٌ وَكَرَامَةٌ وَرَفْعُ دَرَجَةٍ وَقُرْبَى مِنَ اللهِ حَيْثُ اخْتَارَهُ لِلْآخِرَةِ وَلِجَنَّاتِ النَّعِيمِ بَدَلَ هَذِهِ الدُّنْيَا الْكَدِرَةِ.

Peristiwa terbunuhnya al-Husain ini, bagi dunia Islam mempakan sebuah musibah. Namun bagi al-Husain sendiri, ini adalah mati syahid, kemuliaan, pengangkatan derajat, dan kedekatan kepada Allah. Sebab, Allah ta’ala telah memilihkannya negeri akhirat menuju Surga-Nya yang penuh dengan kenikmatan sebagai pengganti dari dunia yang keruh ini.

ونَحْنُ نَقُولُ: لَيْتَهُ لَمْ يَخْرُجْ، وَلِذَلِكَ نَهَاهُ أَكَابِرُ الصَّحَابَةِ فِي ذَلِكَ الْوَقْتِ،

Kita juga mengatakan, alangkah baiknya jika ia tidak Pergi ke Kufah. Oleh karena itulah para pembesar Sahabat melarangnya pergi ke sana pada saat itu.

بَلْ بِهَذَا الْخُرُوجِ نَالَ أُولَئِكَ الظَّلَمَةُ الطُّغَاةُ مِن سِبْطِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى قَتَلُوهُ مَظْلُومًا شهِيدًا، وَكَانَ فِي قَتْلِهِ مِنَ الْفَسَادِ الَّذِي مَا لَمْ يَكُنْ يَحْصُلُ لَوْ قَعَدَ فِي بَلَدِهِ.

Dengan perginya al Husain radhiyallahu anhu, orang-orang zhalim dan keji itu mendapat kesempatan menyakiti cucu Rasulullah sampai mereka membunuhnya dalam keadaan teraniaya dan syahid. Peristiwa terbunuhnya al-Husain melahirkan kerusakan yang tidak akan terjadi seandainya ia tetap di Madinah.

وَلَكِنَّه أَمْرُ اللهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، مَا قَدَّرَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى كَانَ وَلَوْ لَمْ يَشَأِ النَّاسُ.

Akan tetapi, ini adalah takdir Allah Tabaroka wata’ala. Apa yang Allah Tabaroka wata’ala takdirkan pasti terjadi, walaupun manusia tidak menghendakinya.

وَقَتْلُ الْحُسَيْنِ لَيْسَ بِأَعْظَمَ مِن قَتْلِ الْأَنْبِيَاءِ، وَ قَدَ قُدِّمَ رَأْسُ يَحْيَى بْنِ زَكَرِيَّا صَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْه مَهْرًا لِبَغِيٍّ، وَقُتِلَ زَكَرِيَّا، وَكَذَلِكَ قُتِلَ عُمَرُ وَعُثْمَانُ وَعَلِيٌّ، وَهَؤُلَاءِ كُلُّهُم أَفْضَلُ مِنَ الْحُسَيْنِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَعَنْهُ،

Peristiwa terbunuhnya al-Husain tidak lebih dahsyat daripada terbunuhnya para Nabi. Kepala Yahya bin Zakariya dijadikan bayaran kepada seorang pelacur, dan Nabi Zakariya juga dibunuh. Demikian juga dengan ‘Umar, ‘Utsman, dan ‘Ali, Mereka semua lebih utama dibandingkan dengan al-Husain radhiyallahu anhum.

فَلِذَلِكَ لَا يَجُوزُ لِلْإِنْسَانِ إِذَا تَذَكَّرَ مَقْتَلَ الْحُسَيْنِ أَنْ يَقُومَ بِاللَّطْمِ وَالشَّقِّ وَمَا شَابَهَ ذَلِكَ، بَلْ كُلُّ هَذَا مَنْهِيٌّ عَنْهُ فَإِنَّ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: « لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَطَمَ الْخُدُودَ وَ شَقَّ الْجُيُوبَ »

Oleh karena itu, seseorang tidak boleh menampar-nampar wajahnya atau merobekrobek pakaiannya dan lain-lainnya jika mengingat terbunuhnya al-Husain, bahkan semua itu terlarang darinya, karena sesungguhnya Nabi i bersabda : “Bukan termasuk golonganku orang yang menampar-nampar pipinya dan merobek-robek pakaiannya (ketika ada yang meninggal dunia) ([9])

وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: « أَنَا بَرِيءٌ مِنَ الصَّالِقَةِ وَالْحَالِقَةِ وَالشَّاقَّةِ »

Beliau juga bersabda: “Aku berlepas diri dari as Shaliqah (menjerit), al-Haaliqah (memotong rambut), dan As Syaaqqah Merobek baju) saat ada musibah ([10])

وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «إِنَّ النَّائِحَةَ إِذَا لَمْ تَتُبْ فَإِنَّهَا تُلْبَسُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ دِرْعًا مِنْ جَرَبٍ وَسِرْبَالًا مِنْ قَطِرَانٍ»

Beliau ﷺ juga bersada : “Sungguh, jika orang yang meratapi mayit tidak bertaubat maka pada hari Kiamat nanti dia akan memakai baju dari kudis dan pakaian dari ter yang panas ([11])

فَالوَاجِبُ عَلَى الْمُسْلْمِ إِذَا جَاءَتْ أَمْثَالُ هَذِهِ الْمَصَائِبِ أَنْ يَقُولَ كَمَا قَالَ اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : {الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ}

Kewajiban seorang Muslim saat tertimpa musibah seperti ini adalah mengatakan apa yang difirmankan oleh Allah Tabaroka wata’ala : “(Yaitu) orang-omng yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ‘Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji‘uun (sesunggubnya kami milik Allah dan kepada-Nya lah kami kembali).’” ([12])

Syaikh Utsman al Khamis melanjutkan :

النَّاسُ فِي قَتْلِ الْحُسَيْنِ عَلَى ثَلَاثِ طَوَائِفَ: الطَّائِفَةُ الْأُولَى : يَرَونَ أَنَّ الْحُسَيْنَ قُتِلَ بِحَقٍّ وَأَنَّه كَانَ خَارِجًا عَلَى الْإِمَامِ وَأَرَادَ أَن يَشُقَّ عَصَا الْمُسْلِمِينَ، وَقَالُوا: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ جَاءَكُم وَأَمْرُكُم عَلَى رَجُلٍ وَاحِدٍ يُرِيدُ أَنْ يُفَرِّقَ جَمَاعَتَكُمْ فَاقْتُلُوهُ كَائِنًا مَنْ كَانَ »

Menanggapi peristiwa ini, orang-orang terpecah menjadi 3 golongan. Pertama : golongan yang memandang bahwa pembunuhan al-Husain radhiyallahu anhu merupakan tindakan yang tidak bisa disalahkan, karena ia memberontak kepada pemimpin dan ingin memecah persatuan kaum Muslimin. Mereka berdalil dengan sabda Rasulullah , “Barang siapa mendatangi kalian untuk memecah-belah, persatuan kalian, sedangkan kalian telah bersatu di bawah satu pemimpin, maka bunuhlah dia, siapa pun orangnya. ([13])

وَالْحُسَيْنُ أَرَادَ أَنْ يُفَرِّقَ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمينَ وَالرَّسُولُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: «كَائِنًا مَنْ كَانَ» اقْتُلُوهُ فَكَانَ قَتْلُهُ صَحِيحًا، وَهَذَا قَوْلُ النَّاصِبَةِ وَالنّاصبة : همُ الَّذِينَ ناصبوا عَلِيّا وَأهلَ بَيْتهِ الْعداءَ. الَّذِينَ يُبْغِضُونَ الْحُسَيْنَ بْنَ عَلِيٍّ رَضِي اللهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَنْهُ وَعَنْ أَبِيهِ.

Al-Husain radhiyallahu anhu di sini dinilai ingin memecah-belah persatuan kaum Muslimin, sementara Rasulullah ﷺ bersabda: “Siapa pun orangnya”. Maka, peristiwa pembunuhan al-Husain di sini merupakan sebuah kebenaran. Ini adalah pendapat kelompok Nashibiyyah (Kaum yang mencapkan kebencian kepada Ali dan ahli bait) yang membenci al-Husain dan ayahnya.

الطَّائِفَةُ الثَّانِيَةُ : قَالُوا: هُوَ الْإِمَامُ الَّذِي تَجِبُ طَاعَتُهُ، وَكَانَ يَجِبُ أَنْ يُسَلَّمَ إِلَيْهِ الْأَمْرُ. وَهُوَ قَوْلُ الشِّيعَةِ.

Kedua, golongan yang mengatakan bahwa al-Husain radhiyallahu anhu adalah pemimpin yang wajib ditaati. Dan seharusnya segala urusan harus diserahkan kepadanya. Ini adalah pendapat Syi ah.

الطَّائِفَةُ الثَّالِثَةُ : وَهُم أَهْلُ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ قَالُوا: قُتِلَ مَظْلُومًا، وَلَمْ يَكُنْ مُتَوَلِّيًا لِلْأَمْرِ أَي: لَمْ يَكُنْ إِمَامًا، وَلَا قُتِلَ خَارِجِيًّا رَضِيَ اللهُ عَنْهُ بَلْ قُتِلَ مَظْلُومًا شَهِيدًا، كَمَا قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : «الْحسَنُ وَالْحُسَيْنُ سَيِّدا شَبَابِ أَهْلِ الْجَنَّةِ»

Ketiga, golongan Ahlus Sunnah wal Jama‘ ah. Mereka berpendapat bahwa al-Husain terbunuh dalam keadaan teraniaya. Ketika itu ia bukanlah khalifah, bukan pula terbunuh Sebagai pemberontak. Akan tetapi, ia terbunuh dalam keadaan teraniaya dan syahid, sebagaimana sabda Nabi ﷺ : “Al-Hasan dan al-Husain adalah dua pemimpin para pemuda penduduk Surga. ([14])

وَذَلِكَ أَنَّهُ أَرَادَ الرُّجُوعَ أَوِ الذَّهَابَ إِلَى يَزِيدَ فِي الشَّامِ وَلَكِنَّهُم مَنَعُوهُ حَتَّى يَسْتَأْسِرَ لِابْنِ زِيَادٍ.

Dan yang demikian itu, bahwasanya al-Husainradhiyallahu anhu ingin kembali atau pergj menuju Yazid di Syam, akan tetapi orang-orang Kufah melarangnya sampai ia harus menjadi tawanan ‘Ubaidullah bin Ziyad.

[5] Peringatan hari suka cita (Bid’atul Farhi was Surur)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata :

«بَعْدَ مَقْتَلِ الْحُسَيْنِ أَحْدَثَ النَّاسُ بِدْعَتَيْنِ: الْأُولَى: بِدْعةُ الْحُزْنِ وَالنَّوْحِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ مِنَ اللَّطْمِ وَالصُّرَاخِ وَالبُكَاءِ وَالْعَطَشِ وَإِنْشَادِ الْمَرَاثِي،

Setelah peristiwa terbunuhnya al-Husain, orang-orang membuat dua bid‘ah: Pertama, bid‘ah kesedihan dan ratapan yang dilakukan pada setiap hari ‘Asyura’ dengan menampar-nampar wajah, tangisan, kehausan, dan lantunan syair kesedihan.

وَمَا يُفْضِي إِلَيْهِ ذَلِكَ مِنْ سَبِّ السَّلَفِ وَلَعْنَتِهِمْ وَإِدْخَالِ مَنْ لَا ذَنْبَ لَهُ مَعَ ذَوِي الذُّنُوبِ حَتَّى يُسَبَّ السَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ، وَتُقْرَأُ أَخْبَارُ مَصْرَعِهِ الَّتِي كَثِيرٌ مِنْهَا كَذِبٌ،

Juga, hal-hal lain yang ditimbulkan oleh perbuatan-perbuatan ini, seperti mencaci dan melaknat para Salaf dan memasukkan orang yang tidak berdosa bersama pelaku yang sebenarnya, sampai mencela para Sahabat. Kemudian dibacakan cerita terbunuhnya al-Husain radhiyallahu anhu yang kebanyakannya adalah kebohongan.

وَكَانَ قَصْدُ مَنْ سَنَّ ذَلِكَ فَتْحَ بَابِ الْفِتْنَةِ وَالفُرْقَةِ بَيْنَ الْأُمَّةِ وَإِلَّا فَمَا مَعْنَى أَنْ تُعَادَ هَذِهِ الذَّكْرَى فِي كُلِّ عَامٍ مَعَ إِسَالَةِ الدِّمَاءِ وَتَعْظِيمِ الْمَاضِي وَالتَّعلُّقِ بِهِ وَالالْتِصَاقِ بِالْقُبُورِ».

Tujuan orang yang membuat acara ini adalah membuka pintu fitnah dan perpecahan umat. Kalau tidak demikian, maka apa maksud mereka mengulang-ulang pembacaan peristiwa ini setiap tahun dengan melukai diri sampai berdarah, mengagungkan dan bergantung kepada masa lampau, serta mengusap-usap kuburan.

الثَّانِيَةُ: بِدْعَةُ الْفَرَحِ وَالسُّرُورِ وَتَوزِيعُ الْحَلْوَى وَالتَّوسِعَةِ عَلَى الْأَهْلِ يَوْمَ مَقْتَلِ الْحُسَيْنِ. وَكَانَتِ الْكُوفَةُ بِهَا قَوْمٌ مِنَ الْمُنْتَصِرِينَ لِآلِ الْبَيْتِ وَكَانَ رَأْسُهُمُ الْمُخْتَارُ بْنُ أَبِي عُبَيْدِ الْمُتَنَبِّىءُ الْكَذَّابُ

Kedua, bid‘ah senang-senang dan gembira ria, membagi: bagikan manisan, dan menggembirakan keluarga pada hariterbunuhnya al-Husain. (Kedua bid‘ah itu dibuat karena pada saat itu) di Kufah ada orang-orang yang membela Ahlul Bait, yang dipimpin oleh al-Mukhtar bin Abu ‘Ubaid, seorang pendusta yang mengaku dirinya sebagai Nabi,

وَقَوْمٌ مِنَ الْمُبْغِضِينَ لِآلِ الْبَيْتِ وَمِنْهُمُ الْحَجَّاجُ بْنُ يُوسُفَ الثَّقَفِيُّ وَلَا تُرَدُّ الْبِدْعَةُ بِالْبِدْعَةِ بلْ تُرَدُّ بإِقَامَةِ سُنَّةِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْمُوَافِقَةِ لِقَوْلِهِ تَعَالَى : {الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ}

Dan ada pula orang-orang yang membenci Ahlul Bait, di antaranya al-Hajjaj bin Yusuf at Tsaqafi. Padahal bid‘ah tidak boleh diberantas dengan bid‘ah serupa, tetapi dengan menegakkan sunnah Nabi ﷺ sesuai dengan perintah Allah ta’ala (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, merekea mengucapkan: ‘Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji‘uun (sesunggubnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). ” ([15])

[6] Mengkhususkan hari ‘Asyura dengan amalan tertentu seperti mandi, bercelak, menafkahi keluarga, mengusap kepala anak yatim dll

Amalan amalan tersebut memang ada sumbernya hanya saja semuanya riwayat riwayat yang palsu diatas namakan kepada Rasulullah ﷺ diantara riwayat riwayat tersebut :

مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ لَمْ يَمْرَضْ إِلَّا مَرَضُ الْمَوْتِ، وَمَنِ اكْتَحَلَ بِالْإِثْمِدِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ لَمْ تَرْمَدْ عَيْنُهُ، وَمَنْ أَشْبَعَ أَهْلَ بَيْتِ مَسَاكِيْنَ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ مَرَّ عَلَى الصِّـرَاطِ كَالْبَرْقِ الْخَاطِفِ، وَمَنْ عَادَ مَرِيْضًا يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ فَكَأَنَّمَا عَادَ مَرْضَى وَلَدِ آدَمَ كُلِّهِـمْ.

Barang siapa yang mandi pada hari ‘Asyura maka tidak akan sakit kecuali sakit yang membawa pada kematiannya, barangsiapa yang bercelak dengan itsmid pada hari asyura maka tidak akan kena penyakit mata, barangsiapa yang mengenyangkan keluarga yang miskin pada hari asyura maka akan melintasi sirat seperti kilatan cahaya, barangsiapa yang menjenguk orang sakit pada hari ‘Asyura maka seolah telah menjenguk seluruh anak cucu adam yang sakit” ([16])

Para ulama mengatakan :

جَمِيْعُ الْأَحَادِيْثِ الْوَارِدَةِ فِيْ الْاِغْتِسَالِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ، وَالْكُحْلِ وَالْخِضَابِ ، وَغَيْرِ ذَلِكَ مِمَّا يَفْعَلُهُ أَهْلُ السُّنَّةِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ ضِدُّ الشِّيْعَةِ : كُلُّهُ مَوْضُوْعٌ مَا عَدَا الصِّيَامِ.

Seluruh hadits hadits yg datang tentang mandi hari asyura, bercelak, memakai semir rambut atau mengenakan inai dan yg lainnya yang dilakukan ahlus sunnah pada hari asyura selain orang syiah, semuanya hadits palsu kecuali tentang puasa, termasuk masalah yg ditanyakan yaitu memberi atau menambah belanja istri dan keluarga pada hari Asyura, juga tdak benar alias palsu, dimana ada riwayat yang berbunyi :

«مَنْ وَسَّعَ عَلَى أَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ»

Barang siapa yg melapangkan belanja keluarganya di hari Asyura maka akan lapangkan keluarganya sepanjang tahunnya ([17])

Imam Ibnu Jauzi rahimahullah (w 597 H) berkata tentang hadits melapangkan keluarga dengan tambahan redaksi dalam kitab Al Maudhu'at (kumpulan hadits hadits palsu)

لاَ يَشُكُّ عَاقِلٌ فِيْ وَضْعِهِ

Akal pun tidak meragukan akan kepalsuan hadits tersebut ([18])

Syaikhul Islam rahimahullah (w 728 H) mengatakan tentang hadits diatas :

وَهَذَا الْحَدِيثُ كَذِبٌ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ حَرْبٌ الْكِرْمَانِيُّ : سُئِلَ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ، فَقَالَ: لَا أَصْلَ لَهُ

Hadits ini bentuk kedustaan atas nama Nabi ﷺ Harb al Kirmani berkata : Ahmad bin hanbal ditanya tentang hadits ini, maka beliau menjawab : Tidak ada asal usulnya. ([19])

Diantara hadits hadits palsu seputar bulan muharram dan hari ‘Asyura :

1-عَنْ جَابِرٍ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ وَسَّعَ عَلَى أَهْلِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ

Dari Jabir ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda “Barang siapa yang melapangkan nafkahnya kepada keluarganya pada hari ‘Asyura maka Allah akan mekapangkan rizkinya sepanjang tahun” ([20])

2-عَن أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ مَرْفُوعًا : ....مَنْ أَحْيَا لَيْلَةَ عَاشُورَاءَ فَكَأَنَّمَا عَبَدَ الله مثل عبَادَة أهل السَّمَوَات السَّبْعِ وَمَنْ صَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ يقْرَأ فِي كل رَكْعَة {بِالْحَمْد} مَرَّةً وَمَرَّةً {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ذُنُوبَ خَمْسِينَ عَامًا مَاضِيَةً وَخَمْسِينَ عَامًا مُسْتَقْبلَة وَبنى الله لَهُ فِي الْمَلأِ الأَعْلَى أَلْفَ مِنْبَرٍ مِنْ نُورٍ وَمَنْ سَقَى شَرْبَةً مِنْ مَاءٍ فَكَأَنَّمَا لَمْ يَعْصِ اللَّهَ طَرْفَةَ عَيْنٍ....

Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu diriwayatkan secara marfu’ : …Barangsiapa menghidupkan ibadah di malam Asyura’ maka seolah olah ia beribadah seperti ibadahnya seluruh penduduk tujuh lapis langit, dan barang siapa yang shalat 4 rokaat pada setiap rokaat membaca al fatihah sekali dan surat al Ikhlas sekali maka dosanya selama 10 tahun yang lalu dan yang akan datang diampuni oleh Allah, serta akan dibangunkan baginya di tempatnya para Malikat seribu mimbar dari cahaya, dan barang siapa memberi minum air di hari ‘Asyura maka sesolah olah ia tidak pernah berbuat maksiat kepada Allah sekejap matapun….” ([21])

3-عَن أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ مَرْفُوعًا : إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى افْتَرَضَ عَلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ صَوْمَ يَوْمٍ فِي السَّنَةِ وَهُوَ يَوْمُ عَاشُورَاءَ وَهُوَ الْيَوْم الْعَاشِر من الْمُحَرَّمِ

Dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda : “Sesungguhnya Allah ﷻ telah mewajibkan kepada Bani Israil puasa satu hari dalam setahun, hari ‘Asyura’, yaitu hari kesepuluh dari bulan Muharram

فَصُومُوهُ وَوَسِّعُوا عَلَى أَهْلِيكُمْ فِيهِ فَإِنَّهُ مَنْ وَسَّعَ عَلَى أَهْلِهِ مِنْ مَالِهِ يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ سَائِرَ سَنَتِهِ

Oleh karena itu, hendaklah kalian berpuasa ‘Asyura dan lapangkanlah nafkah kalian terhadap keluarga kalian pada hari itu, karena sesungguhnya barangsiapa melapangkan nafkah kepada keluarganya dari harta bendanya pada hari ‘Asyura, niscaya Allah akan melapangkan rezekinya sepanjang tahun.

فَصُومُوهُ فَإِنَّهُ الْيَوْمُ الَّذِي تَابَ اللَّهُ فِيهِ عَلَى آدَمَ وَهُوَ الْيَوْمُ الَّذِي رَفَعَ اللَّهُ فِيهِ إِدْرِيسَ مَكَانًا عَلِيًّا وَهُوَ الْيَوْمُ الَّذِي نَجَّى فِيهِ إِبْرَاهِيمَ مِنَ النَّارِ وَهُوَ الْيَوْمُ الَّذِي أَخْرَجَ فِيهِ نُوحًا مِنَ السَّفِينَةِ

Lakukanlah puasa Asyura’, karena pada hari itu Allah menerima taubat nabi Adam Dan Allah mengangkat nabi Idris hari itu pada kedudukan yang tinggi Dan Allah menyelamatkan nabi Ibrahim dari kobaran api Dan Allah mengeluarkan nabi Nuh dari kapalnya

وَهُوَ الْيَوْمُ الَّذِي أَنْزَلَ اللَّهُ فِيهِ التَّوْرَاةَ عَلَى مُوسَى وَفِيهِ فَدَى اللَّهُ إِسْمَاعِيلَ مِنَ الذَّبْحِ وَهُوَ الْيَوْمُ الَّذِي أَخْرَجَ اللَّهُ فِيهِ يُوسُفَ مِنَ السِّجْنِ

Dan Allah, menurunkan kitab Taurat kepada nabi Musa Dan Allah yang menukar Ismail dengan sembelihan Dan dialah hari yang Allah mengeluarkan nabi Yusuf dari penjara

وَهُوَ الْيَوْمُ الِذِي رَدَّ اللَّهُ عَلَى يَعْقُوبَ بَصَرَهُ وَهُوَ الْيَوْمُ الَّذِي كَشَفَ اللَّهُ فِيهِ الْبَلاءَ عَنْ أَيُّوبَ الْبلَاء وَهُوَ الْيَوْمُ الَّذِي أَخْرَجَ اللَّهُ فِيهِ يُونُسَ مِنْ بَطْنِ الْحُوتِ

Dan Allah mengembalikan penglihatan nabi Ya’qub Dan Allah membebaskan nabi Ayyub dari bencana (penyakit) Dan dialah hari yang Allah mengeluarkan nabi Yunus dari perut ikan

وَهُوَ الْيَوْمُ الَّذِي فَلَقَ اللَّهُ فِيهِ الْبَحْرَ لِبَنِي إِسْرَائِيلَ وَهُوَ الْيَوْمُ الَّذِي غَفَرَ اللَّهُ فِيهِ لِمُحَمَّدٍ ذَنْبَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْهُ وَمَا تَأَخَّرَ وَفِي هَذَا الْيَوْمِ عَبَرَ مُوسَى الْبَحْرَ وَفِي هَذَا الْيَوْمِ أَنْزَلَ اللَّهُ فِيهِ التَّوْبَةَ عَلَى قَوْمِ يُونُسَ

Dan sialah hari yang Allah membelah lautan (menjadi daratan) bagi bani Israil Dan Allah pada hari itu mengampuni dosa Nabi Muhammad baik yang telah berlalu ataupun yang akan datang dan pada hari ini pula Allah menyebrangkan Nabi Musa ke lautan dan pada hari ini juga Allah menurunkan taubat kepada kaum Nabi Yunus

فَمَنْ صَامَ هَذَا الْيَوْمَ كَانَ لَهُ كَفَّارَةَ أَرْبَعِينَ سَنَةً وَهُوَ أَوَّلُ يَوْمٍ خَلَقَ اللَّهُ مِنَ الدُّنْيَا يَوْمُ عَاشُورَاءَ وَأَوَّلُ مَطَرٍ نَزَلَ مِنَ السَّمَاءِ يَوْمُ عَاشُورَاءَ فَمَنْ صَامَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَكَأَنَّمَا صَامَ الدَّهْرَ كُلَّهُ وَهُوَ صَوْمُ الأَنْبِيَاءِ

Barang siapa puasa pada hari ‘Asyura maka baginya kafarat (penebus dosa) 40 tahun dan Allah menciptakan dunia pertama kalinya pada hari Asyura, dan hujan pertamakali turun, barangsiapa yang berpuasa pada hari Asyura maka seolah olah telah berpuasa sepanjang tahun dan dia adalah puasanya para Nabi.

وَمَنْ أَحْيَا لَيْلَةَ عَاشُورَاءَ فَكَأَنَّمَا عَبَدَ الله مثل عبَادَة أهل السَّمَوَات السَّبْعِ وَمَنْ صَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ يقْرَأ فِي كل رَكْعَة بِالْحَمْد مَرَّةً وَمَرَّةً {قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ} غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ذُنُوبَ خَمْسِينَ عَامًا مَاضِيَةً وَخَمْسِينَ عَامًا مُسْتَقْبلَة وَبنى الله لَهُ فِي الْمَلأِ الأَعْلَى أَلْفَ مِنْبَرٍ مِنْ نُورٍ

Dan barangsiapa menghidupkan ibadah di malam Asyura’ maka seolah olah ia beribadah seperti ibadahnya seluruh penduduk tujuh lapis langit, dan barang siapa yang shalat 4 rokaat pada setiap rokaat membaca al fatihah sekali dan surat al Ikhlas sekali maka dosanya selama 10 tahun yang lalu dan yang akan datang diampuni oleh Allah, serta akan dibangunkan baginya di tempatnya para Malikat seribu mimbar dari cahaya,

وَمَنْ سَقَى شَرْبَةً مِنْ مَاءٍ فَكَأَنَّمَا لَمْ يَعْصِ اللَّهَ طَرْفَةَ عَيْنٍ وَمَنْ أَشْبَعَ أَهْلَ بَيْتٍ مَسَاكِينٍ يَوْمَ عَاشُورَاء مَرَّ عَلَى السِّرَاطِ كَالْبَرْقِ الْخَاطِفِ وَمَنْ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَكَأَنَّمَا لَمْ يَرُدَّ سَائِلا قَطُّ

Barangsiapa memberi seteguk air minum maka seakan akan tidak pernah bermaksiat kepada Allah sekejap matapun, barangsiapa yang mengenyangkan keluarga miskin pada hari Asyura maka akan melintasi shirat seperti kilat yang menyambar dan barangsiapa yang bersedekah dengan suatu sedekah maka seolah olah ia tidak pernah menolak peminta minta seorangpun.

وَمَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ لَمْ يَمْرَضْ إِلا مَرَضَ الْمَوْتِ وَمَنِ اكْتَحَلَ يَوْمَ عَاشُورَاءَ لَمْ تَرْمَدْ عَيْنَاهُ تِلْكَ السَّنَةَ كُلَّهَا وَمَنْ أَمَرَّ يَدَهُ عَلَى رَأْسِ يَتِيمٍ فَكَأَنَّمَا أَمَرَّهَا عَلَى يَتَامَى وَلَدِ آدَمَ كُلِّهِمْ وَمَنْ عَادَ مَرِيضًا يَوْمَ عَاشُورَاءَ فَكَأَنَّمَا عَادَ مَرْضَى وَلَدِ آدَمَ كُلِّهِمْ،

Barangsiapa mandi pada hari Asyura’, maka ia tidak akan mengalami sakit apapun kecuali kematian Barangsiapa yang bercelak pada hari Asyura maka tidak akan sakit mata sepanjang tahun itu, siapa yang tangannya mengusap kepala anak yatim maka seakan-akan ia ia telah mengusap kepada semua anak yatim bani Adam. Dan barangsiapa menjenguk orang sakit pada hari Asyura’, maka seakan-akan ia telah menjenguk semua orang sakit dari keturunan nabi Adam. ([22])

Dan masih banyak lagi hadits hadits yang tidak shaiih serta yang palsu lainnya, silahkan merujuk kepada kitab kitab yang mengumpulkan hadits hadits lemah dan palsu diantaranya :

[1] Silsilah al ahadits Ad Dha’ifah wal maudhu’ah karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani (w 1420 H)

[2] Al Maudhu’at karya Imam Ibnu Jauzi (w 543 H)

[3] Al Aalaa-i Al Mashnu’ah ‘alal ahadits al Maudhu’ah, karya Imam Jalaludin As Suyuthi (w 911 H)

[4] Al Fawaid Al Majmu’ah Fil Ahadits Al Maudhu’ah, karya Imam Muhammad bin Ali Abu Abdullah As Syaukani (w 1255)

[5] Tanzihus syari’ah karya Al Hafidz Abul Hasan Ali bin Muhammad bin ‘Araq Al Kinani (w 963)

[6] Tamyizul Marfu’ ‘Anil Maudhu’, karya ‘Ali al Qori al Harawi al Makky (w 1014 H)

[7] Al Manarul Munif fis shahih wad dha’if, karya Imam Ibnul qoyyim al jauziyyah (w 751 H)

[8] Tadzkiratul Maudhu’at, karya Imam Al Hafidz Muhammad bin Thahir al Maqdisiy (w 507 H)

[9] Al Maudhu’at Minal Ahadits Al Marfu’at, karya Imam Abu Abdillah Al Husain Bin Ibrahim Al Juzqani (w 543 H).

[10] Al Atsar al Marfu’ah fil Akhbar al Maudhu’ah, karya Imam Abul Hasanat muhammad Al Hindi (w 1304 H)

Dan masih banyak lagi kitab kitab lainnya yang membahas dan mengumpulkan hadits dan riwayat palsu, hal ini disampaikan agar umat berhati hati dalam meyakini dan mengamalkan ibadah dalam beragama.


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid031XYrXXpXigGn4RUCc9zbpYDDMxHPc76RjfvUtjYGwHJC5EG2SgpYQAvU2d9rt7rJl&id=100010496524332


Oleh : Abu Ghozie As Sundawie

----------------------------

[1] (Tashhihud Du’a, hal. 109)

[2] (Al Alaail Mashnu’ah fil Ahadits Al maudhu’ah 2/46)

[3] [Al Atsar al Marfu’ah dil Akhbar al maudhu’ah 1/110

[4] [Hadits Palsu, lihat Kitab Al Alaai al mashnu’ah fil Ahadits al maudhu’ah 2/93, Tanzihus Syari’ah al marfu’ah 2/150, Al Maudhu’at 2/45]

[5] Al Atsaar al Marfu’ah fil Akhbar al Maudhu’ah 1/110

[6] Al Atsaar al Marfu’ah fil Akhbar al Maudhu’ah 1/110

[7] Al Atsaar al Marfu’ah fil Akhbar al Maudhu’ah 1/110

[8] (Bida’ wa akhtha’ hal. 229)

[9] (HR Bukhari : 1294, Muslim : 103)

[10] (HR Bukhari : 1296, muslim : 140/176)

[11] (HR muslim : 934)

[12] (QS. Al-Baqarah: 156)

[13] (HR Muslim : 1852)

[14]

[15] (QS. Al-Baqarah: 156, lihat Minhajus Sunnah 5/554)

[16] [Hadits Palsu, lihat Kitab Al Alaai al mashnu’ah fil Ahadits al maudhu’ah 2/93, Tanzihus Syari’ah al marfu’ah 2/150, Al Maudhu’at 2/45]

[17] (HR Al Baihaqi, Sya'ubul Iman no 3791), Sanadnya Dho'if (lemah)

[18] (Al Maudhu'at 2/856)

[19] (Minhajus Sunnah 8/149)

[20] (Hadits Palsu, lihat : Al Mudhu’at, Ibnu Jauzi 2/572, Al manrul Munif, Ibnu Qayyim 1/111, Misykatul Mashabih 1/601, Al Fawaid Al majmu’ah, As Syaukani 1/98, Al Kaamil fi Dhu’afar Rijal, Ibnu ‘Adi 5/211)

[21] [Hadits Palsu, lihat Kitab Al Alaai al mashnu’ah fil Ahadits al maudhu’ah 2/93, Tanzihus Syari’ah al marfu’ah 2/150, Al Maudhu’at 2/45]

[22] [Hadits Palsu, lihat Kitab Al Alaai al mashnu’ah fil Ahadits al maudhu’ah 2/93, Tanzihus Syari’ah al marfu’ah 2/150, Al Maudhu’at 2/45]

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive