Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Thursday, November 30, 2023

Mengharap Rahmat Allah

Mengharap Rahmat Allah
Bismillah...

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱلَّذِينَ هَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أُوْلَٰٓئِكَ يَرۡجُونَ رَحۡمَتَ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

(QS. Al Baqarah ; 218)

إِنَّهُۥ كَانَ فَرِيقٞ مِّنۡ عِبَادِي يَقُولُونَ رَبَّنَآ ءَامَنَّا فَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَا وَأَنتَ خَيۡرُ ٱلرَّٰحِمِينَ

"Sesungguhnya, ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdo'a (di dunia)

'ROBBANAA AMANNAA FAGHFIRLANAA WARHAMNAA WA ANTA KHOIRUR ROHIMINN

"Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik".

(QS.Al Mu'minun ; 109)

عَنْ سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِلَّهِ مِائَةَ رَحْمَةٍ فَمِنْهَا رَحْمَةٌ بِهَا يَتَرَاحَمُ الْخَلْقُ بَيْنَهُمْ وَتِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ

Dari Salman Al Farisi dia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda, 

Allah memiliki seratus rahmat. Satu rahmat di antaranya untuk seluruh makhluk agar berkasih kasihan sesama mereka (di dunia), sedang yang sembilan puluh sembilan dipersiapkan untuk har kiamat kelak."

(HR. Shahih Muslim no. 4945 Kitab : At Taubah)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Mutiara Salaf : Macam-macam Cinta

Mutiara Salaf : Macam-macam Cinta
Bismillah...

🌴🌴🌴

قال الإمام ابن القيم رحمه الله :

“فالمحبة النافعة ثلاثة أنواع: محبة الله، محبة في الله، محبة على ما يعين على طاعة الله واجتناب معصيته.

والمحبة الضارة ثلاثة أنواع: المحبة مع الله، محبة ما يبغضه الله، محبة ما تقطع محبته عن محبة الله أو تنقصها.

فهذه ستة أنواع عليها مدار محاب الخلق”

(إغاثة اللهفان ص.٥١٢)

Ibnul Qoyyim rohimahullah menjelaskan bahwa :

🌴🌴🌴

Cinta yang bermanfaat ada tiga macam:

1️⃣. Cinta Allah.

2️⃣. Cinta karena Allah.

3️⃣. Cinta perkara yang membantu ketaatan kepada Allah dan menjauhi kemaksiatan kepada-Nya.

🌴🌴🌴

Cinta Yang Memudhoratkan ada tiga macam:

1️⃣. Cinta selain Allah dengan kecintaan yang sama kepada Allah.

2️⃣. Cinta hal-hal yang Allah benci.

3️⃣. Cinta perkara yang memutus kecintaan terhadap Allah ataupun menguranginya.

Enam macam cinta inilah yang beredar padanya cinta-cinta makhluk.

(Ighotsatul Lahfan hal. 512)


======🌴🌴🌴🌴🌴======

🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/65288

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Wednesday, November 29, 2023

Sebab Masuk Neraka

Sebab Masuk Neraka
Bismillah...

Karun masuk neraka bukan karena miskin, namun karena kaya akan tetapi tidak bersyukur.

Fir'aun masuk neraka bukan karena lemah, namun karena ia seorang raja yang semena-mena.

Banyak wanita/istri masuk neraka bukan karena mereka jomblo, namun karena lalai atas hak suaminya.

وَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ قَالُوا لِمَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ بِكُفْرِهِنَّ قِيلَ يَكْفُرْنَ بِاللَّهِ قَالَ يَكْفُرْنَ الْعَشِيرَ وَيَكْفُرْنَ الْإِحْسَانَ لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

"Aku melihat kebanyakan penghuni neraka adalah wanita." Mereka bertanya lagi, "Kenapa wahai Rasulullah." Beliau menjawab: "Karena kekufuran mereka." Para sahabat bertanya lagi, "Apakah lantaran kekafiran mereka kepada Allah?" beliau menjawab: "Mereka mengkufuri perlakuan dan kebaikan suaminya. Sekiranya kamu berbuat baik kepada salah seorang dari mereka/istrimu selama setahun penuh, lalu ia melihat sesuatu yang tidak baik darimu, ia pun akan berkata, 'Aku tidak pernah melihat kebaikan sedikit pun darimu.'" (Bukhari)

Para pria/suami terhina dan disiksa di neraka bukan karena mereka jomblo, namun karena mereka semena-mena atau abai terhadap hak istri dan anak anaknya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

كفى بالمرء إثما أن يضيع من يقوت

Cukuplah seseorang itu berdosa bila ia menyia-nyiakan orang yang menjadi tanggungannya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud. Al Hakim berkata bahwa sanad hadits ini shahih).

Dan sebagian suami  disiksa di neraka bukan karena mereka hanya memiliki satu istri, namun karena sikap tidak adil kepada istri istrinya.

مَنْ كَانَتْ لَهُ امْرَأَتَانِ فَمَالَ إِلَى إِحْدَاهُمَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَشِقُّهُ مَائِلٌ

"Barangsiapa  memiliki dua orang istri kemudian ia cenderung kepada salah seorang diantara keduanya, maka ia akan datang pada hari Kiamat dalam keadaan sebelah badannya miring." [Abu Daud]

So! Jangan hanya pikirkan 1 atau 2, namun bagaimana bisa memenuhi hak istri anda dan menegakkan keadilan kepada mereka semua.

Bukan sekedar beranak banyak, namu juga bagaimana anda menunaikan hak mereka seutuhnya.

Bila pahala anda dapat hanya sekedar nikah, atau punya anak maka makhluk makhluk lain juga beranak pinak. 

Pahala hanya bisa anda dapat bila anda menunaikan hak mereka sebaik baiknya, karena anda pasti akan mempertanggung jawabkan sikap anda kepada mereka.

فَاِذَا جَآءَتِ الصَّآخَّةُ

33. Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua),

يَوۡمَ يَفِرُّ الۡمَرۡءُ مِنۡ اَخِيۡهِ

34. pada hari itu manusia lari dari saudaranya,

وَاُمِّهٖ وَاَبِيۡهِ

35. dan dari ibu dan bapaknya,

وَصَاحِبَتِهٖ وَبَنِيۡهِؕ

36. dan dari istri dan anak-anaknya.

لِكُلِّ امۡرِیءٍ مِّنۡهُمۡ يَوۡمَٮِٕذٍ شَاۡنٌ يُّغۡنِيۡهِؕ

37. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkannya. (Abasa 33-37)

Semoga mencerahkan, AAMIIN.


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid021nUUHgQWyp5Wm1e1ZLoT3BonvksmHbUkGuocuCCYD5ASdxYRYfRg45RKFEMqMt5Wl&id=100044302190144

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Jangan Menjadi Istri Munafik

Jangan Menjadi Istri Munafik
Bismillah...

Wanita di zaman salaf terdahulu begitu memuliakan dan menghormati suaminya. Kedudukan suami bagi mereka begitu agung dan sangat terhormat, tidak sebagaimana sebagian wanita di zaman kini yang banyak durhaka kepada suaminya. Banyak membantah, membentak, melawan, mencela, menghina dan ada juga yang berani memukul suaminya. Bahkan memboikot dan mengancam meminta cerai tanpa alasan yang dibenarkan syariat.

Wanita seperti ini digolongkan sebagai wanita munafik dan tidak ditrima atau sedikit pahala shalatnya serta tidak akan mencium baunya surga.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْمُنْتَزِعَاتُ وَالْمُخْتَلِعَاتُ هُنَّ الْمُنَافِقَاتُ

Para wanita yang berusaha melepaskan dirinya dari suaminya, yang suka khulu’ (gugat cerai) dari suaminya, mereka itulah para wanita munafiq.” (HR. Nasa’i).

Berkata Al-Munawi rahimahullah

نفاقاً عملياً والمراد الزجر والتهويل فيكره للمرأة طلب الطلاق بلا عذر شرعي

Munafiq amali (munafiq kecil). Maksudnya adalah sebagai larangan keras dan ancaman. Karena itu, sangat dibenci bagi wanita meminta cerai tanpa alasan yang dibenarkan secara syariat.’ (At-Taisiir bi Syarh al-Jaami’ as-Shogiir, 1:607).

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda :

اثْنَانِ لا تُجَاوِز صَلاتُهُمَا رُءُوسَهُمَا عَبْدٌ آبِقٌ مِنْ مَوَالِيهِ حَتَّى يَرْجِعَ إِلَيْهِمْ وَامْرَأَةٌ عَصَتْ زَوْجَهَا حَتَّى تَرْجِعَ

Ada dua orang yang shalatnya tidak melampaui kepalanya; seorang budak yang lari dari tuannya sampai ia kembali dan seorang wanita yang tidak taat kepada suaminya sampai ia bertaubat (kembali taat).” [HR. Ath-Thabrani).

Berkata Al-Munawi rahimahullah :

ولا يلزم من عدم القبول عدم الصحة فالصلاة صحيحة لا يجب قضاؤها لكن ثوابها قليل أو لا ثواب فيها أما لو أبق لعذر كخوف قتل أو فعل فاحشة أو تكليفه على الدوام ما لا يطيقه أو عصت المرأة بمعصية كوطئه في دبرها أو حيضها فثواب صلاتهما بحاله ولا طاعة لمخلوق في معصية الخالق

Dan tidaklah mengharuskan amalan yang tidak ditrima itu juga dihukumi sebagai amalan yang tidak sah. Shalatnya tetap sah, tidak ada kewajiban mengqodho, akan tetapi pahalanya sedikit atau tidak ada sama sekali. (Hal itu kalau tanpa alasan yang dibenarkan syari’at), adapun jika seorang budak lari karena satu alasan seperti karena takut dibunuh atau karena perbuatan keji atau karena dibebankan suatu pekerjaan terus menerus yang tidak mampu ia lakukan, atau seorang istri tidak taat ketika mau disetubuhi pada duburnya atau ketika haidnya, maka pahala sholat keduanya ketika itu tetap mereka dapatkan. Dan tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Allah Al-Khaliq.” [Faidhul Qodir, 1/195]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أيُّما امرأةٍ سألت زوجَها طلاقاً فِي غَير مَا بَأْسٍ؛ فَحَرَامٌ عَلَيْهَا رَائِحَةُ الجَنَّةِ

Wanita mana saja yang meminta cerai kepada suaminya tanpa kondisi mendesak maka haram baginya bau surga” (HR Abu Dawud no 2226, At-Turmudzi 1187)

Wahai para wanita, kedudukan suami begitu mulia dan begitu agung, sampai-sampai istri Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, Aisyah radhiyallahu anha menasehati para wanita :

يا معشر النساء لو تعلمن بحق أزواجكن عليكن لجعلت المرأة منكن تمسح الغبار عن قدمي زوجها بخد وجهها. ابن أبي شيبة في المصنف (( 4/ 305

Wahai para perempuan,sekiranya engkau tahu hak suami-suamimu niscaya seorang dari kamu akan rela mengusap debu yang ada di kedua kaki suaminya dengan pipinya “(HR. Ibnu Abi Syaibah di Mushonnif 4/305).

Bahkan seandainya ada seseorang dibolehkan menghormati orang dengan cara bersujud, maka yang paling berhak adalah seorang istri bersujud kepada suaminya.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

لَوْ كُنْتُ آمِرًا أَحَدًا أَنْ يَسْجُدَ لأَحَدٍ لأَمَرْتُ الْمَرْءَةَ أَنْ تَسْجُدَ لِزَوْجِهَا

Sekiranya aku diperintahkan agar seorang sujud kepada seseorang, niscaya aku perintahkan perempuan untuk sujud kepada suaminya”. (HR.Ahmad dan Tirmidzi).

Untuk itu wahai para wanita, jika ingin menjadi wanita terbaik dan dijamin masuk surga, janganlah kalian durhaka kepada suamimu, hormati dan taati pemimpin dirumahmu, jangan membangkang dan melawannya. 

Berkata Abu Hurairah radhiyallahu anhu :

قِيلَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ ؟ قَالَ : الَّتِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ ، وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ ، وَلَا تُخَالِفُهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهَا بِمَا يَكْرَهُ .

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditanya; siapakah wanita yang paling baik? Beliau menjawab: “Yang paling menyenangkan jika dilihat suaminya, taat jika diperintah suaminya dan tidak menyelisihi suami dalam diri dan hartanya dengan apa yang dibenci suaminya.” (HR. An Nasa’i).

Dan berkata Abu Hurairah radhiyallahu anhu :

سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ النِّسَاءِ خَيْرٌ قَالَ الَّذِي تَسُرُّهُ إِذَا نَظَرَ وَتُطِيعُهُ إِذَا أَمَرَ وَلَا تُخَالِفُهُ فِيمَا يَكْرَهُ فِي نَفْسِهَا وَمَالِهِ

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya; “Wanita yang bagaimana yang paling baik?” Beliau menjawab: “Jika dipandang (suami) ia menyenangkan, jika diperintah ia taat, dan ia tidak menyelisihi suaminya dalam perkara-perkara yang dibencinya, baik dalam diri maupu harta” (HR. Ahmad dan An Nasai).

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

المرأة إذا صلت خمسها وصامت شهرها وأحصنت فرجها وأطاعت زوجها فليدخل من أي أبواب الجنة شاءت

Wanita itu, jika (menjaga) shalat yang  lima waktu, puasa pada bulannya (ramadhan) dan menjaga kemaluannya, serta ta’at kepada suaminya, maka hendaklah ia masuk dari pintu surga mana pun yang dikehendaki“. (HR. Ibnu Hibban, Al-Bazzar, Ahmad, Ath Thabrany).


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02krYfzjrSM2UJFHTM6cW2xBNwVZ14nMCXMyAMCWgysYSHCc8z4KjPhb4FQcePSJc6l&id=100067621220425


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Diantara Ciri Kelompok Menyimpang

Diantara Ciri Kelompok Menyimpang
Bismillah...

Sebagian orang memperingatkan untuk tidak bermajlis dengan Syekh atau ustadz Salafi. Tidak mendengar tentang pembahasan masalah manhaj salaf. Mereka mencela, membenci dan menyebarkan kebencian terhadap salaf dan manhaj salaf di tengah-tengah masyarakat. Ketahuilah, itulah diantara ciri kelompok menyimpang yang mesti ditinggalkan. 

Berkata Imam Muslim rahimahullah:

“دعوا حديث عمرو بن ثايت فإنه كان يسبّ السلف”

Tinggalkanlah haditsnya ‘Amr bin Tsabit karena ia mencela SALAF” (Muqoddimah Shahih Muslim Hal 16).

Berkata asy Syaikh Shalih bin Fauzan al Fauzan hafidzahullah :

"من علامة الفرقة المنحرفة : أنها تبغض السلف وتبغض منهج السلف وتحذر منه.". الأجوبة المفيدة ١٣٦

Diantara ciri kelompok yang menyimpang, bahwasanya mereka membenci salaf, membenci manhaj salaf dan memperingatkan darinya. (al Ajwibah al Mufidah (136)).

Bersyukurlah bagi orang yang sekarang menempuh manhaj salaf dan terus berdoa untuk tetap istiqomah dalam islam yang berpegang teguh dengan al quran dan as sunnah dengan pemahaman salaf, karena tidak sedikit yang tadinya salafy menjadi hizby, yang tadinya salafy menjadi haroky, yang tadinya salafy menjadi shufy dan yang tadinya salafy menjadi mubtady. 


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0246udc3jBFM6nKngafyaYXpTpDaVXDfHbHLaE8V1zKkiacWuVAdjTqjiEB1DFarVNl&id=100009878282155


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Tuesday, November 28, 2023

Pengaruh Ibadah Bagi Seorang Muslim

Pengaruh Ibadah Bagi Seorang Muslim
Bismillah...

Syariat Islam yang mencakup akidah (keyakinan), ibadah dan mu’amalah, diturunkan oleh Allah Ta’ala dengan ilmu-Nya yang maha tinggi dan hikmah-Nya yang maha sempurna, untuk kebaikan dan kemaslahatan hidup manusia. Karena termasuk fungsi utama petunjuk Allah Ta’ala dalam al-Qur’an dan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah untuk membersihkan hati dan mensucikan jiwa manusia dari semua kotoran dan penyakit yang menghalanginya dari semua kebaikan dalam hidupnya.

Allah Ta’ala berfirman,

{لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ}

"Sungguh Allah telah memberi karunia (yang besar) kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mensucikan (hati/jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab (al-Qur-an) dan al-Hikmah (as-Sunnah). Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Rasul) itu, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS Ali ‘Imraan:164).

Makna firman-Nya mensucikan." (Hati/jiwa) mereka adalah membersihkan mereka dari keburukan akhlak, kotoran jiwa dan perbuatan-perbuatan jahiliyyah, serta mengeluarkan mereka dari kegelapan-kegelapan menuju cahaya (hidayah Allah Ta’ala)."[1]

Maka kebersihan hati seorang muslim merupakan syarat untuk mencapai kebaikan pada dirinya secara keseluruhan, karena kebaikan seluruh anggota badannya tergantung dari baik/bersihnya hatinya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إلا وإن في الجسد مضغة إذا صلحت صلح الجسد كله وإذا فسدت فسد الجسد كله ألا وهي القلب

"Ketahuilah, bahwa dalam tubuh manusia terdapat segumpal (daging), yang kalau segumpal daging itu baik maka akan baik seluruh (anggota) tubuhnya, dan jika segumpal daging itu buruk maka akan buruk seluruh (anggota) tubuhnya), ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati (manusia).“[2].

HIKMAH AGUNG DISYARIATKANNYA IBADAH

Inilah hikmah agung disyariatkannya ibadah kepada manusia, sebagaimana yang Allah Ta’ala nyatakan dalam firman-Nya,

{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ}

"Hai orang-orang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul-Nya yang mengajak kamu kepada suatu yang memberi (kemaslahatan).[3] hidup bagimu.” (QS al-Anfaal:24).

Ayat ini menunjukkan bahwa kebaikan dan kemashlahatan merupakan sifat yang selalu ada pada semua ibadah dan petunjuk yang diserukan oleh Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan ini sekaligus menjelaskan manfaat dan hikmah agung dari semua ibadah yang Allah Ta’ala syariatkan, yaitu bahwa hidup (bersih dan sucinya)nya hati dan jiwa manusia, yang merupakan sumber kebaikan dalam dirinya.:[4], hanyalah bisa dicapai dengan beribadah kepada Allah dan menetapi ketaatan kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya. [5].

Imam Ibnul Qayyim  semoga Allah Ta’ala merahmatinya  menjelaskan hikmah yang agung ini dalam ucapan beliau,

Bukanlah tujuan utama dari semua ibadah dan perintah (Allah dalam agama Islam) untuk memberatkan dan menyusahkan (manusia), meskipun hal itu (mungkin) terjadi pada sebagian dari ibadah dan perintah tersebut sebagai (akibat) sampingan, karena adanya sebab-sebab yang menuntut kemestian terjadinya hal tersebut, dan ini merupakan konsekwensi kehidupan di dunia. Semua perintah Allah (dalam agama Islam), hak-Nya (ibadah) yang Dia wajibkan kepada hamba-hamba-Nya, serta semua hukum yang disyariatkan-Nya (pada hakekatnya) merupakan qurratul uyuun (penyejuk pandangan mata), serta kesenangan dan kenikmatan bagi hati (manusia), yang dengan (semua) itulah hati akan terobati, (merasakan) kebahagiaan, kesenangan dan kesempurnaan di dunia dan akhirat. Bahkan hati (manusia) tidak akan merasakan kebahagiaan, kesenangan dan kenikmatan yang hakiki kecuali dengan semua itu. Sebagaimana firman Allah Ta’ala,

{يا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدىً وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ، قُلْ بِفَضْلِ اللَّهِ وَبِرَحْمَتِهِ فَبِذَلِكَ فَلْيَفْرَحُوا هُوَ خَيْرٌ مِمَّا يَجْمَعُونَ}

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. Katakanlah: Dengan karunia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Karunia dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.” (QS.Yuunus:57-58)[6].

Inilah makna ucapan sahabat yang mulia, Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma sewaktu beliau berkata, "Sesungguhnya (amal) kebaikan (ibadah) itu memiliki (pengaruh baik berupa) cahaya di hati, kecerahan pada wajah, kekuatan pada tubuh, tambahan pada rezki dan kecintaan di hati manusia, dan (sebaliknya) sungguh (perbuatan) buruk (maksiat) itu memiliki (pengaruh buruk berupa) kegelapan di hati, kesuraman pada wajah, kelemahan pada tubuh, kekurangan pada rezki dan kebencian di hati manusia.”[7].

PENGARUH POSITIF IBADAH BAGI SEORANG MUSLIM

Untuk memperjelas keterangan di atas, berikut ini kami akan sampaikan beberapa poin penting yang menunjukkan besarnya pengaruh positif ibadah dan amal shaleh yang dilaksanakan seorang muslim dalam hidupnya.

1. Kebahagiaan dan kesenangan hidup yang hakiki di dunia dan akhirat

Allah Ta’ala berfirman,

{مَنْ عَمِلَ صَالِحاً مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh (ibadah), baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik (di dunia), dan sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka (di akhirat) dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. an-Nahl:97).

Para ulama salaf menafsirkan makna kehidupan yang baik (di dunia) dalam ayat di atas dengan kebahagiaan (hidup)atau rezki yang halal dan baik dan kebaikan-kebaikan lainnya yang mencakup semua kesenangan hidup yang hakiki.[8].

Sebagaimana orang yang berpaling dari petunjuk Allah dan tidak mengisi hidupnya dengan beribadah kepada-Nya, maka Allah Ta’ala akan menjadikan sengsara hidupnya di dunia dan akhirat. Allah Ta’ala berfirman,

{وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكاً وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى}

"Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta” (QS Thaaha:124)."[9].

2. Kemudahan semua urusan dan jalan keluar/solusi dari semua masalah dan kesulitan yang dihadapi

Allah Ta’ala berfirman,

{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجاً. وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لا يَحْتَسِبُ}

"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan baginya jalan keluar (dalam semua masalah yang dihadapinya), dan memberinya rezki dari arah yang tidak disangka-sangkanya."(QS. ath-Thalaaq:2-3).

Ketakwaan yang sempurna kepada Allah tidak mungkin dicapai kecuali dengan menegakkan semua amal ibadah yang wajib dan sunnah (anjuran), serta menjauhi semua perbuatan yang diharamkan dan dibenci oleh Allah Ta’ala. [10].

Dalam ayat berikutnya Allah berfirman,

{وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْراً}

"Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menjadikan baginya kemudahan dalam (semua) urusannya.” (QS. ath-Thalaaq:4). Artinya: Allah akan meringankan dan memudahkan (semua) urusannya, serta menjadikan baginya jalan keluar dan solusi yang segera (menyelesaikan masalah yang dihadapinya). [11].

3. Penjagaan dan taufik dari Allah Ta’ala

Dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda kepada Abdullah bin Abbas

((احفظ الله يحفظك، احفظ الله تجده تجاهك))

"Jagalah (batasan-batasan/syariat) Allah maka Dia akan menjagamu, jagalah (batasan-batasan/syariat) Allah maka kamu akan mendapati-Nya dihadapanmu.“[12].

Makna menjaga (batasan-batasan/syariat) Allah adalah menunaikan hak-hak-Nya dengan selalu beribadah kepadanya, serta menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. [13]. Dan makna kamu akan mendapati-Nya dihadapanmu: Dia akan selalu bersamamu dengan selalu memberi pertolongan dan taufik-Nya kepadamu. [14].

Keutamaan yang agung ini hanyalah Allah Ta’ala peruntukkan bagi orang-orang yang mendapatkan predikat sebagai wali (kekasih) Allah Ta’ala, yang itu mereka dapatkan dengan selalu melaksanakan dan menyempurnakan ibadah kepada Allah Ta’ala, baik ibadah yang wajib maupun sunnah (anjuran). Dalam sebuah hadits qudsi yang shahih, Allah Ta’ala berfirman, Barangsiapa yang memusuhi wali (kekasih)-Ku maka sungguh Aku telah menyatakan perang (pemusuhan) terhadapanya. Tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu (ibadah) yang lebih Aku cintai dari pada (ibadah) yang Aku wajibkan kepadanya, dan senantiasa hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan (ibadah-ibadah) yang sunnah (anjuran/tidak wajib) sehingga Akupun mencintainya…[15].

4. Kemanisan dan kelezatan iman, yang merupakan tanda kesempurnaan iman

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

((ذاق طعم الإيمان من رضي بالله ربا وبالإسلام دينا وبمحمد رسولاً))

Akan merasakan kelezatan/kemanisan iman, orang yang ridha dengan Allah Ta’ala sebagai Rabbnya dan islam sebagai agamanya serta (nabi) Muhammad shallallahu alaihi wa sallam sebagai rasulnya. [16].

Imam an-Nawawi  semoga Allah Ta’ala merahmatinya  ketika menjelaskan hadits di atas, berkata, Orang yang tidak menghendaki selain (ridha) Allah Ta’ala, dan tidak menempuh selain jalan agama Islam, serta tidak melakukan ibadah kecuali dengan apa yang sesuai dengan syariat (yang dibawa oleh) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tidak diragukan lagi bahwa barangsiapa yang memiliki sifat ini, maka niscaya kemanisan iman akan masuk ke dalam hatinya sehingga dia bisa merasakan kemanisan dan kelezatan iman tersebut (secara nyata). [17].

Sifat inilah yang dimiliki oleh para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, yang semua itu mereka capai dengan taufik dari Allah Ta’ala, kemudian karena ketekunan dan semangat mereka dalam menjalankan ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta’ala. Allah Ta’ala berfirman,

{وَلَكِنَّ اللَّهَ حَبَّبَ إِلَيْكُمُ الْأِيمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوبِكُمْ وَكَرَّهَ إِلَيْكُمُ الْكُفْرَ وَالْفُسُوقَ وَالْعِصْيَانَ أُولَئِكَ هُمُ الرَّاشِدُونَ}

"Tetapi Allah menjadikan kamu sekalian (wahai para sahabat) cinta kepada keimanan dan menjadikan iman itu indah dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan dan perbuatan maksiat. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” (QS al-Hujuraat:7).

5. Keteguhan iman dan ketegaran dalam berpegang teguh dengan agama Allah

Allah Ta’ala berfirman,

{يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ وَيُضِلُّ اللَّهُ الظَّالِمِينَ وَيَفْعَلُ اللَّهُ مَا يَشَاءُ}

"Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh’ dalam kehidupan di dunia dan di akhirat, dan Allah menyesatkan orang-orang yang zalim dan memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS Ibrahim:27).

Ketika menafsirkan ayat ini Imam Qatadah. [18] berkata, Adapun dalam kehidupan dunia, Allah meneguhkan iman mereka dengan perbuatan baik (ibadah) dan amal shaleh (yang mereka kerjakan). [19].

Fungsi ibadah dalam meneguhkan keimanan sangat jelas sekali, karena seorang muslim yang merasakan kemanisan dan kenikmatan iman dengan ketekunannya beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah, maka setelah itu  dengan taufik dari Allah Ta’ala  dia tidak akan mau berpaling dari keimanan tersebut meskipun dia harus menghadapi berbagai cobaan dan penderitaan dalam mempertahankannya, bahkan semua cobaan tersebut menjadi ringan baginya.

Gambaran inilah yang terjadi pada para sahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam keteguhan mereka sewaktu mempertahankan keimanan mereka menghadapi permusuhan dan penindasan dari orang-orang kafir Quraisy, di masa awal Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mendakwahkan Islam. Sebagaimana yang disebutkan dalam kisah dialog antara Abu Sufyan dan raja Romawi Hiraql, yang kisah ini dibenarkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Di antara pertanyaan yang diajukan oleh Hiraql kepada Abu Sufyan waktu itu, Apakah ada di antara pengikut (sahabat) Nabi itu (Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam) yang murtad (meninggalkan) agamanya karena dia membenci agama tersebut setelah dia memeluknya? Maka Abu Sufyan menjawab, Tidak ada. Kemudian Hiraql berkata, Memang demikian (keadaan) iman ketika kemanisan iman itu telah masuk dan menyatu ke dalam hati manusia. [20].

PENUTUP

Beberapa poin yang kami sebutkan di atas jelas sekali menggambarkan kepada kita besarnya manfaat dan pengaruh positif ibadah dan amal shaleh yang dikerjakan oleh seorang muslim bagi dirinya. Masih banyak poin lain yang tentu tidak mungkin disebutkan semuanya.

Semoga tulisan ini menjadi motivasi bagi kita untuk semakin giat dan bersungguh-sungguh dalam mengamalkan ibadah dan ketaatan kepada Allah Ta’ala, serta berusaha untuk membenahi amal ibadah yang sudah kita lakukan selama ini agar benar-benar sesuai dengan petunjuk dan syariat Allah Ta’ala.

وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين، وآخر دعوانا أن الحمد لله رب العالمين

Kota Nabi shallallahu alaihi wa sallam, 18 Jumadal ula 1430 H


Penulis: Ustadz Abdullah Taslim, MA


Sumber : https://muslim.or.id/3117-pengaruh-ibadah-bagi-seorang-muslim.html


Dipublikasikan ulang oleh

𝑨𝒅𝒎𝒊𝒏 Ⓜ️𝐞𝐝𝐢𝐚 𝐒𝐮𝐧𝐧𝐚𝐡 𝐍𝐚𝐛𝐢

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Jangan-jangan Karakteristik Mereka (Yahudi) Ada Pada Diri Kita Ini

Jangan-jangan Karakteristik Mereka (Yahudi) Ada Pada Diri Kita Ini
Bismillah...

Diantaranya

1. Menyembunyikan Kebenaran Dan Menyembunyikan Ilmu.

Sehingga mereka berani menyembunyikan wahyu yang diturunkan oleh Allah kepada mereka. Mereka tidak merasa takut untuk mengingkari dan menyembunyikannya selama itu tidak menguntungkan tujuan dan maksud mereka yang jelek. 

Allah berfirman:

يَا أَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تَلْبِسُونَ الْحَقَّ بِالْبَاطِلِ وَتَكْتُمُونَ الْحَقَّ وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ

Hai Ahli Kitab, mengapa kamu mencampur adukkan antara yang haq dengan yang bathil, dan menyembunyikan kebenaran, padahal kamu mengetahui”. [ali Imran/3: 71]

2. Khianat, Ingkar Janji Dan Membuat Tipu Muslihat.

Dengan kebodohan dan kesombongan mereka, mereka akan membuat tipu muslihat terhadap Allah, padahal tidaklah mereka membuat tipu muslihat kecuali pada diri mereka sendiri, akan tetapi mereka tidak menyadari. Mereka telah beberapa kali berkhianat kepada nabi Musa Alaihissallam, kemudian berkhianat dan mengingkari janji kepada para nabi sesudahnya. Begitu pula kepada nabi Isa Alaihissallam. Mereka juga berkhianat kepada Allah dan rasul-Nya di Madinah, ketika mereka melanggar perjanjian dan bergabung dengan orang-orang musyrik, dan mereka berambisi untuk membunuh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, sehingga beliau mengusir mereka dari Madinah.

3. Dengki.

Mereka mempunyai rasa dengki kepada manusia dalam segala hal, bahkan dalam hal petunjuk dan wahyu yang datang dari Allah. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَدَّ كَثِيرُُ مِّنْ أَهْلِ الْكِتَابِ لَوْ يَرُدُّونَكُم مِّن بَعْدِ إِيمَانِكُمْ كُفَّارًا حَسَدًا مِّنْ عِندِ أَنفُسِهِم مِّن بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْحَقُّ

Sebagian besar Ahli Kitab menginginkan agar mereka dapat mengembalikan kamu kepada kekafiran setelah kamu beriman, karena dengki yang (timbul) dari diri mereka sendiri, setelah nyata bagi mereka kebenaran“. [al-Baqarah/2: 109]

Dan juga firmanNya:

أَمْ يَحْسُدُونَ النَّاسَ عَلَى مَآءَاتَاهُمُ اللهُ مِن فَضْلِهِ

Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) lantaran karunia yang Allah telah berikan kepadanya ?“. [an-Nisa/4: 54]

Referensi

- https://almanhaj.or.id/2001-di-antara-sifat-sifat-yahudi.html

- https://rumaysho.com/687-9-watak-jelek-orang-yahudi.html


4. Merusak, Mengobarkan Fitnah Dan Peperangan.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

كُلَّمَآ أَوْقَدُوا نَارًا لِّلْحَرْبِ أَطْفَأَهَا اللهُ وَيَسْعَوْنَ فِي اْلأَرْضِ فَسَادًا وَاللهُ لاَ يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ

Setiap mereka menyalakan api peperangan, Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan“. [al-Maidah/5:64]

5. Merubah Kalamullah Dan Syari’atNya Serta Berdusta Atas Nama Allah Dengan Apa-Apa Yang Sesuai Dengan Hawa Nafsu Dan Tujuan Mereka Yang Rusak.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِ وَنَسُوا حَظًّا مِمَّا ذُكِّرُوا بِهِ

Mereka suka merobah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja) melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya“. [al-Maidah/5:13]

مِّنَ الَّذِينَ هَادُوا يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَن مَّوَاضِعِهِ

Yaitu orang-orang Yahudi, mereka merubah perkataan dari tempat-tempatnya“. [an-Nisa/4 : 46]

وَإِنَّ مِنْهُمْ لَفَرِيقًا يَلْوُونَ أَلْسِنَتَهُم بِالْكِتَابِ لِتَحْسَبُوهُ مِنَ الْكِتَابِ وَمَا هُوَ مِنَ الْكِتَابِ وَيَقُولُونَ هُوَ مِنْ عِندِ اللهِ وَمَا هُوَ مِنْ عِندِ اللهِ وَيَقُولُونَ عَلَى اللهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Sesungguhnya diantara mereka ada segolongan yang memutar-mutar lidahnya membaca Al-Kitab, supaya kamu menyangka apa yang dibacanya itu sebagian dari Al-Kitab, padahal ia bukan dari Al-Kitab dan mereka mengatakan: “Ia (yang dibaca itu datang) dari sisi Allah”, padahal ia bukan dari sisi Allah. Mereka berkata dusta terhadap Allah, sedang mereka mengetahui“. [ali Imran/3:78]

Dan apabila ada hukum agama yang tidak sesuai dengan nafsu mereka, mereka mencari-cari alasan untk melanggar ketentuan Allah. 

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

قَاتَلَ اللهُ الْيَهُوْدَ حَرَّمَ اللهُ عَلَيْهِمُ الشُّحُوْمَ فَبَاعُوْهَا وَأَكَلُوا أَثْمَانَهَا

Semoga Allah membinasakan orang-orang Yahudi, Allah telah mengharamkan gajih/lemak atas mereka, lalu mereka menjual gajih/lemak tersebut dan memakan hasil penjualannya“. [HR. Bukhari dan Muslim]

Sebagaimana hal tersebut terjadi pada kisah hari sabtu.

6. Berkata Jorok/Tidak Sopan Dan Kurang Adab.

Hal ini timbul dari sikap mereka yang suka merendahkan golongan-golongan dan umat-umat selain mereka, bahkan sampai merendahkan para nabi dan menghina mereka. Suatu ketika mereka lewat di hadapan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil berkata:

اَلسَّامُ عَلَيْكَ

(kebinasaan atas kamu).

Imam Bukhari dan Muslim telah meriwayatkan dari sekelompok para shahabat bahwa suatu ketika serombongan orang-orang Yahudi datang kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu mereka berkata:

اَلسَّامُ عَلَيْكَ يَا أَبَا الْقَاسِمِ

(kebinasaan atas kamu wahai Abul Qasim), lalu beliau menjawab:

وَعَلَيْكُمْ

(dan atas kalian juga).

Oleh karena itu telah shahih didalam Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa seorang muslim hendaklah menjawab salam orang-orang kafir dengan

وَعَلَيْكَ

(dan atas-mu juga).

Untuk menjawab salam penghormatan dengan yang sepadan, sedangkan orang yang lebih dahulu berbuat jelek itu lebih zhalim.

7. Merendahkan Orang Lain.

Mereka menyangka bahwa merekalah bangsa yang dipilih oleh Allah, dan bahwa mereka adalah para wali Allah dan kekasih-kekasihNya, dan hanya merekalah penduduk sorga dan yang paling berhak untuk mendapat ridha dan rahmatNya. Orang-orang Yahudi memberikan julukan kepada kaum Muslimin, orang-orang Nashrani dan umat lainnya dengan Umamiyyin atau Umiyyin (orang-orang yang buta huruf). Oleh karenanya mereka menghalalkan harta, darah dan kehormatan bangsa-bangsa lain itu. Bahkan mereka memandang bangsa-bangsa lain itu seperti binatang ternak yang tunduk kepada orang-orang Yahudi. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyebutkan perkataan mereka dalam firmanNya:

لَيْسَ عَلَيْنَا فِي اْلأُمِّيِّينَ سَبِيلُُ

Tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi“. [ali Imran/3 : 75]

Maksudnya: kami tidak berdosa mengambil harta mereka dan merampas hak-hak mereka! dan mereka adalah mangsa untuk kami (Yahudi). Mereka juga menyebutkan di dalam rencana-rencana mereka: bahwa orang-orang selain Yahudi seperti sekawanan kambing dan kamilah serigalanya, tahukah kalian apa yang akan diperbuat terhadap sekawanan kambing itu ketika srigala-srigala menembus kandangnya.

8. Keras hati.

Hal ini merupakan adzab Allah kepada mereka, karena mereka menyelisihi perintah-perintahNya dan provokasi-provokasi mereka terhadap rasul-rasulNya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

فَبِمَا نَقْضِهِم مِّيثَاقَهُمْ لَعَنَّاهُمْ وَجَعَلْنَا قُلُوبَهُمْ قَاسِيَةً

(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuk mereka, dan kami jadikan hati mereka keras membatu“. [al-Maidah/5:13]

ثُمَّ قَسَتْ قُلُوبُكُم مِّن بَعْدِ ذَلِكَ فَهِيَ كَالْحِجَارَةِ أَوْ أَشَدُّ قَسْوَةً

Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi“. [al-Baqarah/2:74]

9. Serakah, Tamak Dan Ambisius Terhadap Kehidupan Dunia.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَلَتَجِدَنَّهُمْ أَحْرَصُ النَّاسِ عَلَى حَيَاةٍ

Dan sungguh kamu akan mendapati mereka (Yahudi), manusia yang paling loba kepada kehidupan (di dunia)“, [al-Baqarah/2: 96]

10. Membenci Kaum Muslimin Dan Selalu Membuat Makar Terhadap Mereka.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِّلَّذِينَ ءَامَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا

Sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang Yahudi dan orang-orang musyrik“. [al-Maidah/5 : 82]

Inilah sebagian contoh sifat dan tabi’at mereka, yang –tentulah- tidak hanya terbatas ini saja.


https://www.facebook.com/100002050773824/posts/pfbid03469Jm7TtqNYYM9DJEexpmqffg6DwUfprXPXRd9H77E9kEJ5otZQUfduGkwVuH7qXl/


(Diterjemahkan oleh Adi Abdul Jabbar dari kitab Al-Mujaz Fil Adyan Wal Madzahib Al-Mu’ashirah, hal: 31-35, karya DR. Nashir bin Abdullah Al-Qifari dan DR. Nashir bin Abdul Karim Al-‘Aql)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Setiap Kenikmatan Pasti Ada Yang Hasad

Setiap Kenikmatan Pasti Ada Yang Hasad
Bismillah...

Ketika seseorang diberikan kenikmatan, mungkin berupa keluarga yang harmonis, isteri yang cantik, anak-anak yang sukses, jabatan yang tinggi, penghasilan yang besar, rumah yang indah, mobil yang mewah dan kenikmatan lainnya, pasti tidak semua manusia senang melihatnya, senantiasa ada saja orang yang hasad atau dengki padanya. 

Orang yang membawa dan menyampaikan kebenaran mesti ada yang menentang, mengingkari atau memusuhinya. Itu sudah sunnatullah. Kalau menyampaikan kebenaran tidak ada yang menentang, mengingkari atau memusuhinya, jangan-jangan bukan kebenaran yang dibawa dan disampaikan, tetapi pembenaran. 

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah, 

لا بد لكلِّ نعمة مِن حاسد، ولكلِّ حقٍّ مِن جاحدٍ ومعاند

Setiap kenikmatan mesti ada orang yang hasad dan setiap kebenaran mesti ada yang mengingkari dan menentang. (Miftah Daaris Sa’adah, jilid 1 hlm. 216). 

Berkata Ibnu Taimiyyah rahimahullah,

أن الحسد هو البغض والكراهة لما يراه من حسن حال المحسود

Hasad adalah benci dan tidak suka terhadap kebaikan yang ada pada orang lain yang ia lihat.” [Amroodul Qulub wa Syifaa’uha hal 14, Mathba’ah Salafiyah, Koiro, cet. Ke-2, 1399 H, Asy-Syamilah]

Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,

أن ” الحسد ” مرض من أمراض النفس وهو مرض غالب فلا يخلص منه إلا قليل من الناس ولهذا يقال: ما خلا جسد من حسد لكن اللئيم يبديه والكريم يخفيه.

Sesungguhnya hasad adalah di antara penyakit hati. Inilah penyakit kebanyakan manusia. Tidak ada yang bisa lepas darinya kecuali sedikit sekali. 

Oleh karena itu ada yang mengatakan,

“Setiap jasad tidaklah bisa lepas dari yang namanya hasad. Namun orang yang berpenyakit (hati) akan menampakkannya. Sedangkan orang yang mulia akan menyembunyikannya.” [Majmu’ Al Fatawa 10/124-125, Ibnu Taimiyah, Majma’ Al-Malik Fahd, Madinah, 1416 H, Asy-Syamilah]

Oleh karena itu, orang yang diberi kenikmatan dan orang yang menyampaikan kebenaran, hendaklah senantiasa berdoa meminta perlindungan kepada Allah Ta'ala dari kejahatan-kejahatan makhlukNya. 

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

Aku  berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan apa-apa yang Dia ciptakan. (HR. Muslim) 


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1882226292116629&substory_index=1911148272672549&id=100009878282155


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Selamatkan Diri dan Keluarga dari Api Neraka

Selamatkan Diri dan Keluarga dari Api Neraka
Bismillah...

Ujian yang sangat berat bagi seorang suami atau seorang ayah, adalah anak-anaknya dan isteri-isterinya. Apatah lagi di zaman kita sekarang ini.

Seorang suami atau ayah harus bersungguh-sungguh menjaga, melindungi dan mendidik mereka dengan baik. Karena fitnah syahwat dan syubhat telah masuk di kamar-kamar dan dirumah-rumah mereka. Televisi, handphone, internet dan alat teknologi lainnya menyerbu menyerang dari segala penjuru.

Allah Ta'ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ غِلاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (QS. At Tahrim : 6).

Berkata Ali Bin Abu Thalib radhiyallahu, sehubungan dengan makna firman-Nya: Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (QS. At-Tahrim: 6)

أدبوهم وعلموهم

Didiklah mereka dan ajarilah mereka. (Tafsir Ibnu Katsir).

Berkata Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka. (QS. At-Tahrim: 6):

اتقوا الله وأوصوا أهليكم بتقوى الله

Bertakwalah kamu kepada Allah dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk bertakwa kepada Allah. (Tafsir Ibnu Katsir).

Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata,

اعملوا بطاعة الله، واتقوا معاصي الله، ومُروا أهليكم بالذكر، ينجيكم الله من النار.

Lakukanlah ketaatan pada Allah dan hati-hatilahlah dengan maksiat. Perintahkanlah keluargamu untuk mengingat Allah (berdzikir), niscaya Allah akan menyelamatkan kalian dari jilatan neraka”. (Tafsir Thabari 23/419).

Berkata Al-‘Allamah asy-Syaikh Shalih al-Fauzan hafizhahullah :

“الفتنة شديدة الآن لا تغفلوا عن أولادكم ونسائكم”. إغاثة اللهفان 17-06-1437هـ

"Fitnah sekarang semakin dahsyat, jangan kalian lalai (menjaga) anak-anak kalian dan isteri-isteri kalian.” (Ighatsah al-Lahfan 17-06-1437 H).

Kalau fitnah syahwat dan syubhat telah meracuni anak dan isteri, maka mereka akan menjadi musuh terbesarnya. Mereka akan membantah, melawan, menghardik, bahkan ada yang sampai membunuh orang tuanya.

Allah Ta’ala berfirman,

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلاَدِكُمْ عَدُوًّا لَّكُمْ فَاحْذَرُوهُمْ وَإِن تَعْفُوا وَتُصْفِحُوا وَتَغْفِرُوا فَإِنَّ اللهَ غَفُورُُ رَّحِيمٌ {14} إِنَّمَآ أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلاَدُكُمْ فِتْنَةُُ وَاللهُ عِندَهُ أَجْرٌ عَظِيمُُ

Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya diantara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya hartamu dan dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. [QS. At Taghabun:14-15].

Bahkan bagi orang tua, terutama seorang bapak, yang menyia-nyiakan anak dan isterinya di dunia dengan tidak memberikan pendidikan agama yang baik,  tidak memerintahkan untuk shalat, puasa, menutup aurat dan ketaatan-ketaatan lain dan tidak melarang dari perbuatan dosa dan maksiat, akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat kelak. Jangan sampai anak dan isterinya menyeretnya ke neraka.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ فِي أَهْلِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ فِي بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْ رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ فِي مَالِ سَيِّدِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ قَالَ فَسَمِعْتُ هَؤُلَاءِ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَحْسِبُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَالرَّجُلُ فِي مَالِ أَبِيهِ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

"Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Seorang imam (kepala Negara) adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas orang yang dipimpinnya. Seorang isteri di dalam rumah tangga suaminya adalah pemimpin dia akan diminta pertanggung jawaban atas siapa yang dipimpinnya. Seorang pembantu dalam urusan harta tuannya adalah pemimpin dan dia akan diminta pertanggung jawaban atasnya. Dia berkata; "Aku mendengar semuanya ini dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan aku menduga Nabi shallallahu 'alaihi wasallam juga bersabda: "Dan seseorang dalam urusan harta ayahnya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atasnya. Maka setiap kalian adalah pemimipin dan setiap kalian akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya". (Riwayat Bukhari dan Muslim).

Dan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

إِنَّ اللَّهَ سَائِلٌ كُلَّ رَاعٍ عَمَّا اسْتَرْعَاهُ  أحفظ أم ضيع حتى يسأل الرجل عن أهل بيته»

Sesungguhnya Allah bertanya, setiap pemimpin (bertanggungjawab) tentang apa yang ia pimpin, apakah ia menjaga atau menyia-nyiakan (yang dipimpinnya), sampai seseorang ditanya tentang keluarganya (istrinya).” (Riwayat Tirmidzi).


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0xfd2vpvdm7HfYyimwauMUkwBXeeSfVUpesRF5zwD2dF8s5QxL3HQwDPDV3uHuyBCl&id=100063495759389


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Monday, November 27, 2023

Mutiara Salaf : Menasehati Diri Sendiri

Mutiara Salaf : Menasehati Diri Sendiri
Bismillah...

🌴🌴🌴

Al-Fudhail bin ‘Iyadh rohimahullah mencela dirinya sendiri

يا مسكين! أنت مسيء، وترى أنك محسن

Wahai orang yang pantas dikasihani..! Engkau telah berbuat jelek, namun menyangka bahwa dirimu telah berbuat baik.

🌴🌴🌴

وأنت جاهل، وترى أنك عالم

Engkau bodoh, tetapi menyangka bahwa dirimu berilmu.

وتبخل، وترى أنك كريم

Engkau bakhil, tetapi menganggap dirimu dermawan.

🌴🌴🌴

وأحمق، وترى أنك عاقل

Engkau dungu, tetapi menganggap dirimu bijaksana.

أجلك قصير، وأملك طويل.

Ajalmu dekat, tetapi angan-anganmu panjang..

(Siyar A’lamin Nubala 8/440)


=====🌴🌴🌴🌴🌴=====

🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/65263

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Istri Keluar Rumah Wajib Izin Suami

Hukum Islam:Istri Keluar Rumah Wajib Izin Suami
Bismillah...

Allah perintahkan agar para wanita lebih banyak tinggal di dalam rumah. Karena rumah adalah hijab yang paling syar’i baginya. 

• Allah ﷻ berfirman,

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى

"Tetaplah tinggal di rumah kalian, dan jangan melakukan tabarruj seperti tabarruj jahiliyah yang dulu".

(QS. al-Ahzab: 33)

Allah gandengkan perintah untuk banyak tinggal di rumah dengan larangan melakukan tabarruj. Karena umumnya, wanita akan lebih rentan melakukan tabarruj jika dia sudah sering keluar rumah.

Karena itu, para wanita diperintah untuk banyak tinggal di dalam rumah. Dan ketika hendak keluar rumah, mereka harus meminta izin kepada suaminya.

• Dari Ibnu Umar رضي الله عنهما, Nabi ﷺ bersabda,

إِذَا اسْتَأْذَنَكُمْ نِسَاؤُكُمْ بِاللَّيْلِ إِلَى الْمَسْجِدِ فَأْذَنُوا لَهُنَّ

"Apabila istri kalian meminta izin kepada kalian untuk berangkat ke masjid malam hari, maka izinkanlah…".

(HR. Ahmad 5211, Bukhari 865, dan Muslim 1019)

• Al-Hafidz Ibnu Hajar memberikan catatan untuk hadits ini, An-Nawawi mengatakan, "Hadits ini dijadikan dalil bahwa wanita tidak boleh keluar dari rumah suaminya kecuali dengan izinnya".

(Fathu Bari, 2/347).

Ketika Aisyah sakit dan ingin ke rumah bapaknya Abu Bakr رضي الله عنه, beliau minta izin kepada Nabi ﷺ,

أَتَأْذَنُ لِى أَنْ آتِىَ أَبَوَىَّ

"Apakah anda mengizinkan aku untuk datang ke rumah bapakku?”.

(HR. Bukhari 4141 dan Muslim 7169)

Kecuali dalam kondisi terpaksa, yang mengharuskan wanita keluar rumah, tanpa harus meminta izin suami karena kesulitan jika harus meminta izin kepadanya.

• Musthafa ar-Ruhaibani mengatakan,

ويحرم خروج الزوجة بلا إذن الزوج أو بلا ضرورة ، كإتيانٍ بنحو مأكل ; لعدم من يأتيها به

"Seorag istri diharamkan untuk keluar tanpa izin suami, kecuali karena alasan darurat. Seperti membeli makanan, karena tidak ada yang mengantarkan makanan kepadanya".

(Mathalib Ulin Nuha, 5/271)

Dan izin tidak harus dilakukan berulang. Istri bisa minta izin umum untuk akvitas tertentu, misalnya semua aktivitas antar jemput anak, atau ke warung terdekat atau pergi ke tempat kajian muslimah, atau semacamnnya. Dengan ini, istri tidak perlu mengulang izin untuk melakukan aktivitas yang sudah mendapat izin umum dari suami.



✒️ Ustadz Ammi Nur Baits حفظه الله تعالى

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Sunday, November 26, 2023

Bangsa Yang Membuat Kerusakan Di Muka Bumi

Yahudi/Bani Israil, Bangsa Yang Membuat Kerusakan Di Muka Bumi
Bismillah...

وَقَضَيْنَا إِلَى بَنِي إِسْرَائِيلَ فِي الْكِتَابِ لَتُفْسِدُنَّ فِي الأَرْضِ مَرَّتَيْنِ وَلَتَعْلُنَّ عُلُوًّا كَبِيرًا  فَإِذَا جَاء وَعْدُ أُولاهُمَا بَعَثْنَا عَلَيْكُمْ عِبَادًا لَّنَا أُوْلِي بَأْسٍ شَدِيدٍ فَجَاسُواْ خِلاَلَ الدِّيَارِ وَكَانَ وَعْدًا مَّفْعُولاً  ثُمَّ رَدَدْنَا لَكُمُ الْكَرَّةَ عَلَيْهِمْ وَأَمْدَدْنَاكُم بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَجَعَلْنَاكُمْ أَكْثَرَ نَفِيرًا  إِنْ أَحْسَنتُمْ أَحْسَنتُمْ لِأَنفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاء وَعْدُ الآخِرَةِ لِيَسُوؤُواْ وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُواْ الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُواْ مَا عَلَوْاْ تَتْبِيرًا  عَسَى رَبُّكُمْ أَن يَرْحَمَكُمْ وَإِنْ عُدتُّمْ عُدْنَا وَجَعَلْنَا جَهَنَّمَ لِلْكَافِرِينَ حَصِيرًا

"Dan telah kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: “Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi Ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar”. Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, kami datangkan kepadamu hamba-hamba kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan Itulah ketetapan yang pasti terlaksana. Kemudian kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai. Mudah-mudahan Tuhanmu akan melimpahkan rahmat(Nya) kepadamu; dan sekiranya kamu kembali kepada (kedurhakaan) niscaya kami kembali (mengazabmu) dan kami jadikan Neraka Jahanam penjara bagi orang-orang yang tidak beriman.”

(QS al-Israa’ 17 : 4-8)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Saturday, November 25, 2023

Mutiara Salaf : Tanda Kebahagiaan dan Tanda Kesengsaraan

Mutiara Salaf : Tanda Kebahagiaan dan Tanda Kesengsaraan
Bismillah...

🌴🌴🌴

Imam Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

مِنْ عَلَامَاتِ السَّعَادَةِ وَالْفَلَاحِ : أَنَّ الْعَبْدَ كُلَّمَا زِيدَ فِي عِلْمِهِ زِيدَ فِي تَوَاضُعِهِ وَرَحْمَتِهِ وَكُلَّمَا زِيدَ فِي عَمَلِهِ زِيدٌ فِي خَوْفِهِ وَحَذَرِهِ .وَكُلَّمَا زِيدَ فِي عُمْرِهِ نَقَصَ مِنْ حِرْصِهِ. وَكُلَّمَا زِيدَ فِي مَالِهِ زِيدَ فِي سَخَائِهِ وَبَذْلِهِ . وَكُلَّمَا زِيدَ فِي قَدْرِهِ وَجَاهَهُ زَيْدٌ فِي قُرْبِهِ مِنْ النَّاسِ وَقَضَاءِ حَوَائِجِهِمْ وَالتَّوَاضُعِ لَهُمْ.

Diantara tanda kebahagiaan dan kesuksesan adalah:

▶️ ketika hamba bertambah ilmunya, bertambah pula sifat rendah hati dan kasih sayangnya,

▶️ ketika bertambah amalnya, bertambah pula rasa takut dan kewaspadaannya,

▶️ ketika bertambah umurnya, maka berkuranglah semangatnya terhadap dunia,

▶️ ketika bertambah hartanya, bertambah pula kedermawanan dan sikap suka berbagi,

▶️ semakin tinggi kedudukannya, semakin dekat dengan orang lain, semakin (bersemangat) memenuhi kebutuhan mereka, dan semakin rendah hati terhadap mereka.

🌴🌴🌴

وَعَلَامَاتُ الشَّقَاوَةِ أَنَّهُ كُلَّمَا زِيدَ فِي عِلْمِهِ زِيدَ فِي كِبَرِهِ وَتِيهِهِ، وَكُلَّمَا زِيدَ فِي عَمَلِهِ زَيْدٌ فَخْرُهُ وَاحْتِقَارِهِ لِلنَّاسِ وَحَسُنَ ظَنِّهِ بِنَفْسِهِ ، وَكُلَّمَا زِيدَ فِي عُمُرِهِ زِيدٌ فِي حِرْصِهِ، وَكُلَّمَا زِيدَ فِي مَالِهِ زِيدٌ فِي بُخْلِهِ وَإِمْسَاكِهِ، وَكُلَّمَا زِيدَ فِي قَدْرِهِ وَجَاهَهُ زَيْدٌ فِي كِبَرِهِ وَتَيهِهِ.

Adapun tanda kesengsaraan diantaranya:

▶️ ketika bertambah ilmunya, justru bertambah kesombongan dan kecongkakannya,

▶️ semakin bertambah amalnya, bertambah pula rasa bangga dan peremehan terhadap orang lain serta prasangka baik kepada dirinya,

▶️ semakin umurnya bertambah, semakin meningkat pula semangatnya mengejar dunia,

▶️ ketika bertambah hartanya, maka bertambah pula kikirnya dan sifat menahan hartanya,

▶️ ketika bertambah kedudukannya, bertambah pula kesombongannya dan kecongkakannya.

🌴🌴🌴

وَهَذِهِ الْأُمُورُ ابْتِلَاءٌ مِنَ اللَّهِ وَامْتِحَانٌ يَبْتَلِي بِهَا عِبَادَهُ فَيَسْعَدُ بِهَا أَقْوَامٌ وَيَشْقَى بِهَا أَقْوَامٌ.

Hal-hal tersebut merupakan cobaan dari Allah, sebuah ujian yang dengannya Allah menguji para hamba-Nya. Sebagian orang akan mendapatkan kebahagiaan (dengan ujian tersebut), sementara sebagian yang lain akan celaka..

(Al-Fawa’id, hlm. 227)


=====🌴🌴🌴🌴🌴=====

🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/65233

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Sedekah Yang Paling Besar Pahalanya

Sedekah Yang Paling Besar Pahalanya
Bismillah...

حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ عُمَارَةَ بْنِ الْقَعْقَاعِ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ

أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ الصَّدَقَةِ أَعْظَمُ فَقَالَ أَنْ تَصَدَّقَ وَأَنْتَ صَحِيحٌ شَحِيحٌ تَخْشَى الْفَقْرَ وَتَأْمُلُ الْغِنَى وَلَا تُمْهِلَ حَتَّى إِذَا بَلَغَتْ الْحُلْقُومَ قُلْتَ لِفُلَانٍ كَذَا وَلِفُلَانٍ كَذَا أَلَا وَقَدْ كَانَ لِفُلَانٍ

Telah menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb telah menceritakan kepada kami Jarir dari Umarah bin Al Qa'qa' dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah ia berkata; Seorang laki-laki mendatangi Rasulullah ﷺ dan bertanya, "Wahai Rasulullah, sedekah yang bagaimanakah yang paling besar pahalanya?".

Maka beliau ﷺ menjawab, 

"Yaitu kamu bersedekah saat sehat, kikir, takut miskin dan kamu berangan-angan untuk menjadi hartawan yang kaya raya. Dan janganlah kamu lalai hingga nyawamu sampai di tenggorokan dan barulah kamu bagi-bagikan sedekahmu, ini untuk si Fulan dan ini untuk Fulan. Dan ingatlah, bahwa harta itu memang untuk si Fulan".

(HR. Shahih Muslim no. 1713 Kitab : Zakat)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Friday, November 24, 2023

Milikilah Hati Seperti Hati Burung

Milikilah Hati Seperti Hati Burung
Bismillah...

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَدْخُلُ الْجَنَّةَ أَقْوَامٌ أَفْئِدَتُهُمْ مِثْلُ أَفْئِدَةِ الطَّيْرِ

Akan ada sekelompok orang yang masuk surga, hati mereka seperti hatinya burung. (HR. Ahmad 8382 & Muslim 7341).

Apa yang dimaksud manusia berhati seperti hati burung?

Dalam kitab Syarh Shahih Muslim (17/177), An-Nawawi menyebutkan, ada 3 pendapat ulama dalam memaknai orang yang hatinya seperti hati burung,

[1] orang yang hatinya lembut seperti burung

Sebagaimana pujian yang diberikan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada penduduk Yaman. Beliau mengatakan,

أَتَاكُمْ أَهْلُ الْيَمَنِ ، أَضْعَفُ قُلُوبًا وَأَرَقُّ أَفْئِدَةً ، الْفِقْهُ يَمَانٍ ، وَالْحِكْمَةُ يَمَانِيَةٌ

Ada penduduk Yaman yang datang di tengah kalian. Mereka manusia yang paling lembut hatinya. Pemahaman agama banyak di Yaman, dan hikmah banyak di Yaman. (HR. Bukahri 4390 & Muslim 193).

[2] orang yang hatinya mudah takut kepada Allah seperti burung

Sehingga dia menjadi manusia yang mudah kembali kepada kebenaran, bukan anti-nasehat. Merekalah yang dipuji Allah dalam al-Quran, dan Allah gelari sebagai ulama.

Alllah berfirman,

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

Yang takut kepada Allah diantara para hamba-Nya adalah ulama.” (QS. Fathir: 28)

[3] Orang yang hatinya sangat bergantung dan tawakkal kepada Allah seperti burung

Karena itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menjadikan burung sebagai lambang tawakkal.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ أَنَّكُمْ تَتَوَكَّلُونَ عَلَى اللهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ، لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ، تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

Jika kalian tawakkal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya kalian Allah akan memberi rizki  kepada kalian sebagaimana burung diberi rizki. Dia berangkat dalam kondisi perut kosong, dan pulang dalam kondisi perut kenyang. (HR. Ahmad 205 dan Turmudzi 2344 dishahihkan Syuaib al-Arnauth)

Merekalah manusia pilihan, hatinya lembut, mudah kembali kepada kebenaran, mudah menerima ilmu, mudah takut kepada Allah.

Allahu a’lam.


Oleh : Ustadz Ami Nur Baits hafidzahullah


Sumber : https://konsultasisyariah.com/28493-ciri-ahli-surga-memiliki-hati-seperti-hati-burung.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

(HINDARI) Debat dan Diskusi Yang Penuh Caci Maki

(HINDARI) Debat dan Diskusi Yang Penuh Caci Maki
Bismillah...

Diskusi, dialog atau debat boleh-boleh saja, selama menjaga adab dan tatakramanya. Dalam diskusi tidak boleh menyerang lawan dengan caci maki, menjatuhkan kehormatan, merendahkan, memfitnah dan akhlak buruk lainnya.

Kalau seseorang merasa berilmu, tentulah tidak melakukan hal-hal di atas. Karena menyerang dengan cacian, menjatuhkan kehormatan, memfitnah dan lain sebagainya bisa dilakukan oleh semua orang, bahkan orang bodoh sekalipun. Itu merupakan hujjah orang-orang yang licik dan merupakan dagangan orang yang bangkrut.

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

{ الشتيمة والوٓقيعة والتهجم عند النقاش حيلة العاجز وبضاعة المفلس، فإن الرد بمجرد الشتم والتهويل لا يعجز عنه أحد. }

Mencaci maki, menjatuhkan kehormatan, dan menyerang ketika diskusi merupakan cara licik untuk berkelit yang dilakukan oleh orang yang tidak memiliki hujjah dan merupakan barang dagangan orang yang bangkrut, karena sesungguhnya membantah dengan semata-mata melontarkan caci makian dan ancaman bisa dilakukan oleh semua orang. [Majmu’ul Fatawa, jilid 4 hlm. 186]

Allah Ta'ala berfirman:

ادْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ ۖ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. An Nahl 125).

Berkata Syekh Rabi hafidzahullah:

لا تجادل حتى الكافرين إلا بالأخلاق الطيبة وبالتي هي أحسن؛ لا سب، ولا شتم، لا احتقار، ولا ازدراء، ولا طعن، ولا صياح، ولا صخب، ولا شيء. مجموع كتب ورسائل وفتاوى الشيخ ربيع (ج2/484-49

Janganlah kamu berdebat sekalipun dengan orang kafir kecuali dengan akhlak yang baik dan debatlah dengan yang lebih baik, tidak boleh mencela, tidak boleh memaki, tidak boleh merendahkan, tidak boleh memfitnah, tidak boleh teriak, tidak boleh membentak dan sejenisnya. (Majmu' wa Risail wa Fatwa Asy Syekh Rabi).

Para ahli ilmu biasa berdebat dan berdiskusi untuk menegakkan hujjah dan menyampaikan kebenaran. Meluruskan kesesatan dan penyimpangan. Lihatlah kisah ulama terdahulu, seperti Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad, Ibnu Taimiyyah dan yang lainnya.

Berkata Syeikh Utsaimin rahimahullah tentang masalah debat :

فالحاصل أن المجادلة إذا كان المقصود بها إثبات الحق وإبطال الباطل فهي خير، وتعودها وتعلمها خير لاسيما في وقتنا هذا، فإنه كثر فيه الجدال والمراء، حتى أن الشيء يكون ثابتًا وظاهرًا في القرآن

والسنة ثم يورد عليه إشكالات.

Kesimpulannya, berdebat jika maksudnya untuk menetapkan kebenaran dan meruntuhkan kebatilan, maka itu baik. Membiasakannya dan mempelajarinya itu baik. Apalagi, di zaman sekarang. Karena banyak sekali perdebatan. Sampai-sampai sesuatu yang ada dan jelas dalam Al-Quran dan As-Sunnah pun dipermasalahkan.

Beliau juga berkata :

وهنا مسألة: وهي أن بعض الناس يتحرج من المجادلة حتى وإن كانت حقًا استدلالاً بحديث: "أنا زعيم ببيت في ربض الجنة لمن ترك المراء وإن كان محقًا"  فيترك هذا الفعل.

فالجواب: من ترك المراء في دين الله فليس بمحق إطلاقًا؛ لأن هذا هزيمة للحق، لكن قد يكون محقًا إذا كان تخاصمه هو وصاحبه في شيء ليس له علاقة بالدين أصلاً، قال: رأيت فلانًا في السوق،

ويقول الآخر: بل رأيته في المسجد، ويحصل بينهما جدال وخصام فهذه هي المجادلة المذكورة في الحديث، أما من ترك المجادلة في نصرة الحق فليس بمحق إطلاقًا فلا يدخل في الحديث.

Disini ada pertanyaan yaitu sebagian orang merasa berat hati untuk berdebat walaupun ia benar, karena berdalil dengan hadits: "Aku menjamin rumah di tengah surga bagi orang yang meninggalkan debat walaupun ia benar. " lalu ia pun meninggalkan debat ini.

Maka jawabannya adalah siapa yang meninggalkan perdebatan dalam agama Allah, itu bukanlah sikap yang benar secara mutlak. Sebab, ini merupakan kekalahan bagi al-hak (kebenaran).

Namun, bisa jadi (sikap meninggalkan debat itu) benar tatkala ia dan temannya berdebat dalam hal yang tidak ada kaitannya sama sekali dengan agama. Yang satu berkata, "Saya lihat si fulan di pasar." Sedangkan yang satunya berkata, "Tidak, bahkan saya lihat ia di masjid." Terjadilah perdebatan dan permusuhan. Maka debat seperti inilah yang dimaksudkan dalam hadits.

Adapun meninggalkan debat untuk membela kebenaran, maka itu bukan sikap yang benar secara mutlak, makanya tidak termasuk yang disinggung dalam hadits tadi.

(Majmu' Fatawa Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin Juz 26 hal 214)

Debat, diskusi dan bantah membantah bukan hanya saling berhadapan dengan ucapan, dengan tulisan pun itu termasuk. Karena banyak ulama yang mendebat dan membantah cukup dengan tulisan. 


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2075565539449369&substory_index=380100934371113&id=100009878282155


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Thursday, November 23, 2023

Mutiara Salaf : Fase Perjalanan Seorang Hamba

Mutiara Salaf : Fase Perjalanan Seorang Hamba
Bismillah...

🌴🌴🌴

Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

Seorang hamba sejak menginjakkan telapak kakinya di dunia ini, maka ia telah mulai perjalanannya menghadap Tuhannya.

Lama perjalanannya adalah sepanjang usia yang ditetapkan baginya. Umur merupakan waktu perjalanan seseorang dalam dunia ini menghadap kepada Tuhannya. Kemudian Allah Ta’ala menempatkan hari-hari beserta malamnya sebagai fase-fase perjalanannya: setiap hari dan setiap malam merupakan bagian dari fase-fase perjalanan tersebut. Seseorang akan terus menempuh langkahnya fase demi fase hingga perjalanannya berakhir.

🌴🌴🌴

Musafir yang cerdik adalah yang dapat mengambil pelajaran dari setiap fase perjalanan yang dilaluinya, sehingga ia berusaha untuk melaluinya dengan selamat dan sehat, serta membuahkan hasil.

🌴🌴🌴

Ketika melanjutkan perjalanannya, maka ia pun memandang fase berikutnya dengan seksama. Ia juga tidak membiarkan harapannya terlalu jauh hingga membuat hatinya keras dan menumbuhkan sifat bermalas-malasan seperti :

▶️ taswif (berjanji akan melakukannya nanti atau besok),

▶️ banyak berjanji,

▶️ senang terlambat, dan

▶️ bahkan mengulur-ulur waktu.

(Fawaidul Fawaid)


عَنِ ابْنِ عُمَرَ أَنَّهُ قَالَ : كُنْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَجَاءَهُ رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ فَسَلَّمَ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ قَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَفْضَلُ قَالَ : « أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا ». قَالَ فَأَىُّ الْمُؤْمِنِينَ أَكْيَسُ قَالَ : « أَكْثَرُهُمْ لِلْمَوْتِ ذِكْرًا وَأَحْسَنُهُمْ لِمَا بَعْدَهُ اسْتِعْدَادًا أُولَئِكَ الأَكْيَاسُ ».

Dari Ibnu ‘Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas. (HR. Ibnu Majah no. 4259)


=====🌴🌴🌴🌴🌴=====

🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/65217

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Iblis Tidak Akan Pernah Berhenti Untuk Menyesatkan Manusia

Iblis Tidak Akan Pernah Berhenti Untuk Menyesatkan Manusia
Bismillah...

Nabi ﷺ bersabda,

إِنَّ الشَّيْطَانَ قَالَ: وَعِزَّتِكَ يَا رَبِّ، لَا أَبْرَحُ أُغْوِي عِبَادَكَ مَا دَامَتْ أَرْوَاحُهُمْ فِي أَجْسَادِهِمْ، قَالَ الرَّبُّ: وَعِزَّتِي وَجَلَالِي لَا أَزَالُ أَغْفِرُ لَهُمْ مَا اسْتَغْفَرُونِي

Iblis bersumpah, "Demi keagungan-Mu ya Rabb, aku tidak akan pernah berhenti untuk menyesatkan hamba-hamba-Mu, selama ruh mereka masih dikandung jasad."

Allah ﷻ berfirman, 

Demi keagungan dan kumuliaan-Ku, Aku akan senantiasa memberikan ampunan untuk mereka, selama mereka memohon ampun kepada-Ku”. 

(HR. Ahmad 11237, dihasankan Syuaib al-Arnauth)

قَالَ فَبِمَا أَغْوَيْتَنِي لأَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيمَ ، ثُمَّ لآتِيَنَّهُم مِّن بَيْنِ أَيْدِيهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ ، وَعَنْ أَيْمَانِهِمْ وَعَن شَمَآئِلِهِمْ ، وَلاَ تَجِدُ أَكْثَرَهُمْ شَاكِرِينَ

Iblis menjawab, “Karena Engkau telah menghukum aku tersesat, aku benar-benar akan (menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian aku akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka..

Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)".

(QS. al-A’raf: 16 – 17)

إِنَّ الشَّيْطَانَ يَحْضُرُ أَحَدَكُمْ عِنْدَ كُلِّ شَىْءٍ مِنْ شَأْنِهِ

"Sesungguhnya setan mendatangi kalian dalam segala urusan kalian". 

(HR Muslim 5423)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Wednesday, November 22, 2023

Istri Banyak atau Istri Bahagia?

Istri Banyak atau Istri Bahagia?
Bismillah...

Beristri lebih dari satu itu bagus.

Sahabat Ibnu Abbas radhiallah 'anhuma berkata:

فإن خير هذه الأمة أكثرها نساء. 

Sesungguhnya orang terbaik di tengah ummat ini adalah lelaki yang paling banyak istrinya (Nabi shallallahu alaihi wasallam). (Al Bukhari)

Sebagaimana membahagiakan istri itu juga keren banget.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِى. رواه الترمذى

Sebaik-baik lelaki adalah lelaki yang paling baik terhadap istri/keluarganya dan aku adalah lelaki yang paling baik terhadap istri/keluargaku.” [At Tirmidzi]

Memiliki anak keturunan banyak itu bagus.

تزوجوا الودود الولود فإني مكاثر بكم

"Nikahilah oleh kalian wanita yang penyayang dan subur, karena saya bangga dengan jumlah kalian yang banyak”. (Abu Daud dan An Nasa’i)

Sebagaimana mencukupi kebutuhan anak dan mendidik mereka secara maksimal juga hebat, bahkan kewajiban setiap orang tua. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda:

كفى بالمرء إثما أن يضيع من يقوت

Cukuplah sebagai dosa yang dapat membinasakan seseorang bila ia menelantarkan orang yang menjadi tanggungannya.” (Ahmad, Abu Dawud dan Al Hakim)

Bagi yang bisa menyatukan antara kuantitas dengan kualitas, maka itu tentu keren banget.

Beristri 4, sehingga beranak keturunan banyak, namun nafkah mereka semua tercukupi, dididik dengan baik, dan dinaungi sebagaimana mestinya, itu adalah mimpi semua wanita dan pria.

Namun bila hanya mampu mencukupi nafkah 1 orang istri dan hanya mampu mendidik 2 atau 3 anak saja, maka mencukupkan diri dengan 1 orang istri dengan 3 atau 4 orang anak yang terdidik dengan baik, maka itu adalah sikap bijak.

Ya Allah jadikanlah putra putri kami anak anak sholeh dan sholehah. Amiin.


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid022sA6Y8WM9VvxFRwCChWhcydB9JaqXttx42HLozuAjHtWvc5bH5K5dW37vYnQmY4Kl&id=100044302190144

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Poligami Itu Kebutuhanmu Atau Kebutuhanku Kawan?

Poligami Itu Kebutuhanmu Atau Kebutuhanku Kawan?
Bismillah...

Bisa jadi kebutuhan lelaki dan bisa juga kebutuhan wanita atau keduanya sama sama butuh.

Namun tatkala salah satunya tidak butuh, namun memaksakan diri atau dipaksa, maka bisa saja terjadi kekacauan.

Alih alih poligami, memaksa diri bertahan dengan pasangan yang sudah tidak ada kecocokan saja bisa menyebabkan kekacauan.

وَاِنْ يَّتَفَرَّقَا يُغْنِ اللّٰهُ كُلًّا مِّنْ سَعَتِهٖۗ وَكَانَ اللّٰهُ وَاسِعًا حَكِيْمًا

Dan jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masing dari karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (karunia-Nya), Mahabijaksana. (An Nisa' 130)

Namun bila kedua belah pihak menyadari sama sama membutuhkan, biasanya bisa bertahan, apalagi bila keduanya bisa saling bekerjasama, tentu indah sekali.

Kadang kala ada niat untuk menolong karena iba melihat lawan jenis yang sedang menderita atau dalam kesusahan. 

Faktanya niat baik menolong bila tidak diiringi dengan kemampuan yang cukup bisa tenggelam bersama bukan selamat bersama.

Semasa belum poligami, suami istri sering kali bisa saling memahami kekurangan bahkan kesalahan pasangannya.

Namun tatkala ada madu, naluri kikir berkobar sehingga yang semua legowo bin nerimo berubah menjadi nuntut hak secara utuh, tidak lagi merelakan hak yang tidak ditunaikan walau sedikit, alias muncul perangai aslinya.

وَاُحْضِرَتِ الْاَنْفُسُ الشُّحَّۗ 

Manusia itu menurut tabiatnya kikir. (An nisa' 128)

Ya itulah dinamika kehidupan, semoga mencerahkan, AAMIIN...


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02Fq4vH2aTHrxcenPj1SStfU2PotAKPZ8FAAccxDhtdtT2FeWwt9JfNp2PoSsZhEzNl&id=100044302190144

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive