Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Wednesday, May 31, 2023

Siapa Yang Berhak Jadi Imam?

Siapa Yang Berhak Jadi Imam?
Bismillah...

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانُوا ثَلَاثَةً فَلْيَؤُمَّهُمْ أَحَدُهُمْ وَأَحَقُّهُمْ بِالْإِمَامَةِ أَقْرَؤُهُمْ

Dari Abu Said Al Khudri ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, 

"Jika seseorang bertiga, hendaklah salah seorang diantara mereka menjadi imam, dan yang paling berhak menjadi imam adalah yang paling banyak hafalan Al-Qur'annya".

(HR. Shahih Muslim no. 672)

عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَؤُمُّ الْقَوْمَ أَقْرَؤُهُمْ لِكِتَابِ اللَّهِ فَإِنْ كَانُوا فِي الْقِرَاءَةِ سَوَاءً فَأَعْلَمُهُمْ بِالسُّنَّةِ فَإِنْ كَانُوا فِي السُّنَّةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ هِجْرَةً فَإِنْ كَانُوا فِي الْهِجْرَةِ سَوَاءً فَأَقْدَمُهُمْ سِلْمًا وَلَا يَؤُمَّنَّ الرَّجُلُ الرَّجُلَ فِي سُلْطَانِهِ وَلَا يَقْعُدْ فِي بَيْتِهِ عَلَى تَكْرِمَتِهِ إِلَّا بِإِذْنِهِ

قَالَ الْأَشَجُّ فِي رِوَايَتِهِ مَكَانَ سِلْمًا سِنًّا

Dari Abu Mas'ud Al Asnhari, ia berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, 

"Yang berhak menjadi imam atas suatu kaum adalah yang paling menguasai bacaan kitabullah (Al-Qur'an), jika dalam bacaan kapasitasnya sama, maka yang paling tahu terhadap sunnah, jika dalam as sunnah (hadits) kapasitasnya sama, maka yang paling dahulu hijrah, jika dalam hijrah sama, maka yang pertama-tama masuk Islam, dan jangan seseorang mengimami seseorang di daerah wewenangnya, dan jangan duduk di rumah seseorang di ruang tamunya, kecuali telah mendapatkan izin darinya".

Kata Al Asyaj dalam periwayatannya dengan redaksi, "Maka yang menjadi pertimbangan kapasitas adalah keislaman dan usia".

(HR. Shahih Muslim no. 673)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Berobat Kampung

Hukum Islam Saya sembuh setelah berobat kedukun
Bismillah...

"Saya sembuh setelah berobat kedukun"

(Percakapan Dokter Muslim dengan Pasiennya)

Seorang pasien berobat kesalahseorang dokter muslim dengan keluhan tekanan darah tinggi

Dokter (D) : Bagaimana keadaan ibuk saat ini? apa ada keluhan?

Pasien (P) : Badan pegal pegal dok, tengkuk kadang sakit bahu juga

D: Obat tekanan darah tingginya ada diminum buk?

P: Ada dok.. selain obat darah tinggi saya juga berobat kampung.

D: hmm Berobat kampung ini apa buk?

P: Biasa dok..*(tertawa kecil) berobat sama orang pinter. Banyak orang berobat sama dia dan sembuh lho dok. Sayapun pernah berobat dan pegal pegal saya hilang *(senyum lebar)

D: ogitu..*(menulis resep)

D: ibuk muslim?

P: Iya dok alhmadulillah

D: Ibuk, tahu ga buk kalau Nabi kita Shalallahu'alaiwassalam melarang kita mendatangi Dukun, peramal, "orang pintar" ,  atau apapun namanya yg mengaku ngaku tahu hal ghaib ..

P: nggak dok *(heran)

D: kata Rasulullah Shalallahualaiwassalam "Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal, maka shalatnya selama 40 hari tidak diterima.” (📚HR. Muslim no. 2230) 

Itu baru bertanya saja lho buk, tapi kalau kita membenarkan perkataan sang dukun "Barangsiapa yang mendatangi dukun atau tukang ramal, lalu ia membenarkannya, maka ia berarti telah kufur pada Al Qur’an yang telah diturunkan pada Muhammad.” (📚HR. Ahmad no. 9532)

P: Tapi sakit saya memang sembuh lho dok dengan berobat kedukun tersebut.

D: *(senyum)

D: Ibuk saya mau tanya,misal. ada 2 orang yang bekerja mencari uang.

-Orang pertama bekerja keras sepanjang hari selama 1 bulan, ia bekerja dari pekerjaan yang halal, dan dari pekerjaannya itu dia hanya mendapatkan uang  Rp.500.000.

-Sementara orang Kedua, bekerja selama 1 minggu tapi dengan cara yang Haram, dan Ia mendapat uang 5x lipat dari orang pertama. Nah mana yang lebih baik buk?

P: Ya yang pertama atuh dok

D: Lho kenapa buk, kan orang kedua lebih banyak dapat uangnya dari orang pertama?

P: Uang nya halal dok!

D : *(senyum) nah.. ibuk bisa paham sekarang? Hasil akhir bukan patokan kebenaran suatu perbuatan. Tapi proses mendapatkannya yg penting. Orang yang pertama mendapatkan harta dengan jalan yang diridhoi Allah Subhanahuwataala dan orang kedua tidak.

Bagi orang pertama InsyaAllah mendapat Baroqah dari pendapatannya tetapi tidak untuk orang yang kedua. Orang yang pertama mungkin lebih capek dan lelah, akan tetapi setiap lelahnya bernilai pahala.

Bagi orang yang sakitpun seperti itu, sakitnya seorang muslim bisa menjadi ladang amal dan pengampunan dosa baginya. Selama ia tetap berbaik sangka kepada Allah Subhanahuwataala, berdoa hanya kepada Nya dan menempuh cara cara yang dibolehkan syari'at untuk mendapatkan sebab kesembuhan. 

Dan sebaliknya, sakitpun tidak jarang menjadi ladang Dosa seseorang, tidak sedikit seseorang terjatuh kedalam perbuatan dosa dosa besar, seperti kesyirikan yang merupakan dosa paling besar bagi seorang muslim. Ketika seseorang tersebut menempuh cara-cara yang dilarang dalam syari'at seperti memakai jimat ataupun mendatangi dukun.

P: Astagfirullah..oo gitu dok.. jadi kalau ada yg orang merasa sembuh berobat kedukun itu bagaimana dok kok bisa?

D: (1). Bisa saja hanya sugesti pasien.

(2). Bisa saja itu ujian untuknya, kesembuhan yang Allah Subhanahuwataala berikan justru menjadi ujian ke Tauhidan dirinya kepada Allah Subhanahuwataala . Orang yang tidak lulus ujian maka ia naudzubillah makin terjerumus kedalam perbuatan syiriknya tersebut.

(3). Bisa saja itu istidraj. Sama seperti orang kedua yang mendapat harta banyak dari pekerjaan yang tidak halal,maka ia semakin "bersemangat" dalam perbuatan haramnya itu untuk mendapatkan harta yang lebih besar lagi, akan tetapi itu  tidak ada keberkahan didalamnya..

P: Alhamdulillah terima kasih atas pencerahnnya dok. Saya ga pernah tahu tentang ini sebelumnya, padahal saya rutin ikut pengajian dok.. ga pernah dibahas

D: Sama sama buk, sekali sekali coba ikut kajian rutin kami di Mesjid RS ya buk. InsyaAllah ada pembahasan kitab Tauhid secara rutin

P: InsyaAllah dok

-----

Perbuatan mendatangi Dukun, orang pintar atau apapun namanya. Adalah salah satu kesalahan terbanyak seorang Muslim ketika sakit.

Hal ini terjadi karena tidak pahamnya konsep Tauhid yang merupakan inti dari ajaran Islam.

Kita sebagai Dokter atau tenaga kesehatan lainnya mempunyai peluang untuk mendakwahkan Tauhid kepada Pasien-pasien kita. dan berharap mendapatkan amal soleh dari dakwah yang kita lakukan tersebut


Sumber : 🖊Dokter Indonesia Bertauhid

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Dakwah Itu Dimanapun Berada

Dakwah Itu Dimanapun Berada
Bismillah...

Apakah dakwah, menyebarkan ilmu yang bermanfaat mesti di masjid atau bisa ditempat lain? 

Berdakwah itu dimana pun berada, di masjid, di jalan, mobil, pesawat, kendaraan, rumah, bahkan di warung kopi sekalipun. 

Berkata Syeikh Bin Baaz rahimahullah :

ﻓﺎﻟﻮاﺟﺐ ﻋﻠﻰ ﺃﻫﻞ اﻟﻌﻠﻢ ﺃﻥ ﻳﻨﺸﻄﻮا ﻭﺃﻻ ﻳﻜﻮﻥ ﺃﻫﻞ اﻟﺒﺎﻃﻞ ﺃﻧﺸﻂ ﻣﻨﻬﻢ. ﺑﻞ ﻳﺠﺐ ﺃﻥ ﻳﻜﻮﻧﻮا ﺃﻧﺸﻂ ﻣﻦ ﺃﻫﻞ اﻟﺒﺎﻃﻞ ﻓﻲ ﺇﻇﻬﺎﺭ اﻟﺤﻖ ﻭاﻟﺪﻋﻮﺓ ﺇﻟﻴﻪ ﺃﻳﻨﻤﺎ ﻛﺎﻧﻮا ﻓﻲ اﻟﻄﺮﻳﻖ ﻭﻓﻲ اﻟﺴﻴﺎﺭﺓ ﻭﻓﻲ اﻟﻄﺎﺋﺮﺓ ﻭﻓﻲ اﻟﻤﺮﻛﺒﺔ اﻟﻔﻀﺎﺋﻴﺔ ﻭﻓﻲ اﻟﺒﻴﺖ ﻭﻓﻲ ﺃﻱ ﻣﻜﺎﻥ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﺃﻥ ﻳﻨﻜﺮﻭا اﻟﻤﻨﻜﺮ ﺑﺎﻟﺘﻲ ﻫﻲ ﺃﺣﺴﻦ ﻭﻳﻌﻠﻤﻮا ﺑﺎﻟﺘﻲ ﻫﻲ ﺃﺣﺴﻦ ﺑﺎﻷﺳﻠﻮﺏ اﻟﻄﻴﺐ ﻭاﻟﺮﻓﻖ ﻭاﻟﻠﻴﻦ ﻳﻘﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ:

{اﺩﻉ ﺇﻟﻰ ﺳﺒﻴﻞ ﺭﺑﻚ ﺑﺎﻟﺤﻜﻤﺔ ﻭاﻟﻤﻮﻋﻈﺔ اﻟﺤﺴﻨﺔ ﻭﺟﺎﺩﻟﻬﻢ ﺑﺎﻟﺘﻲ ﻫﻲ ﺃﺣﺴﻦ} [ مجموع فتاوى ابن باز (223/9) ] 

Wajib bagi orang yang berilmu untuk semangat dan jangan sampai ahli batil lebih semangat daripada mereka.

Bahkan wajib bagi mereka untuk lebih semangat dari ahli batil di dalam menampakkan kebenaran, berdakwah kepadanya dimana pun mereka berada; di jalan, mobil, pesawat, kendaraan, rumah dan dimana pun ia berada.

Hendaklah mereka mengingkari kemungkaran dengan cara yang lebih baik dan memberitahu mereka dengan cara yang lebih baik, dengan metode yang baik, halus dan lembut.

Allah 'Azza wa Jalla berfirman:

ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS An Nahl 125) [Majmu' Fatawa Ibnu Baaz 9/223))]

Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullahu dinasehati seorang awam untuk terus menyebarkan ilmu yang bermanfaat dimana saja, termasuk di warung makan atau warung kopi.

Syaikh Utsaimin rahimahullahu bercerita :

"Sungguh telah mewasiatkan kepadaku, seorang lelaki awam. Dia mengatakan kepadaku:

"Wahai putraku bersemangatlah engkau dalam menyebarkan ilmu, di majelis-majelis yang ada, seperti majelis minum kopi, tempat makan, atau yang semisalnya.

Janganlah engkau meninggalkan satu majelis pun, kecuali engkau berusaha memberikan kepada mereka hadiah ilmu. Sekali pun hanya satu permasalahan.'

Dia mewasiatkan yang demikian itu kepadaku.

Maka aku juga wasiatkan kepada kalian, untuk semangat menyebarkan ilmu). Dikarenakan itu wasiat yang bermanfaat." (at Ta'liq 'ala Shahih Muslim (hadits 152).


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid05fLzUQ3PKDRDiCxAqTTzC5XHBzMbczVjv13CyqvZBUvg5iVW7divi6KNoo1y3uGLl&id=100009878282155


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Hati-hati Dengan Ujub (Takjub Dengan Diri Sendiri)

Hati-hati Dengan Ujub (Takjub Dengan Diri Sendiri)
Bismillah...

Hati-hati pula dengan sifat ujub, yaitu takjub pada diri sendiri. Dalam hadits yang ma’ruf disebutkan,

ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada kejelekan), dan ujub (takjub pada diri sendiri).” (HR. Abdur Rozaq 11: 304. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shahihul Jaami’ 3039).

Ujub juga tidak merealisasikan ‘iyyaka nasta’in’ (Hanya kepada Allah kita mohon pertolongan). Karena ia merasa dirinya-lah yang berbuat.

Ditambah ujub pun dapat merusak amalan kebaikan. Sebagian ulama salaf, diantaranya Sa’id bin Jubair berkata,

إنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ الْحَسَنَةَ فَيَدْخُلُ بِهَا النَّارَ وَإِنَّ الْعَبْدَ لَيَعْمَلُ السَّيِّئَةَ فَيَدْخُلُ بِهَا الْجَنَّةَ يَعْمَلُ الْحَسَنَةَ فَيُعْجَبُ بِهَا وَيَفْتَخِرُ بِهَا حَتَّى تُدْخِلَهُ النَّارَ وَيَعْمَلُ السَّيِّئَةَ فَلَا يَزَالُ خَوْفُهُ مِنْهَا وَتَوْبَتُهُ مِنْهَا حَتَّى تُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ

Sesungguhnya ada seorang hamba yang beramal kebaikan malah ia masuk neraka. Sebaliknya ada pula yang beramal kejelekan malah ia masuk surga. Yang beramal kebaikan tersebut, ia malah merasa ujub (bangga dengan amalnya), lantas ia pun berbangga diri, itulah yang mengakibatkan ia masuk neraka. Ada pula yang beramal kejelekan, namun ia senantiasa takut dan ia iringi dengan taubat, itulah yang membuatnya masuk surga.” (Majmu’ Al Fatawa, 10: 294)

Ya Allah, bersihkanlah diri kami dari sifat tidak ikhlas dan merasa takjub pada diri sendiri. Jadikanlah kami lebih baik daripada yang mereka nilai dan janganlah siksa kami karena pujian mereka.

Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.


Sumber https://rumaysho.com/3207-doa-ketika-dipuji-orang-lain.html


📌Surabaya Mengaji

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Menaruh Harapan Kepada Makhluk, Sama Halnya Seperti Menaruh Luka

Bismillah...

Pada akhir jika kita menaruh harapan kepada makhluk, sama halnya seperti kita menaruh luka. Mulai berlatih yuk untuk tidak berharap pada makhluk..

Barangsiapa yang berharap kepada manusia suatu saat pasti ia akan kecewa. Sungguh seringkali kita menggantungkan harapan kita kepada manusia namun ternyata mengecewakan apa yang kita dapatkan..

Karenanya tatalah hati, gantungkanlah selalu harapanmu kepada Allah, jadikanlah manusia hanya sebagai sebab. Yakinlah Allah tidak akan pernah mengecewakan hamba-Nya yang bertawakkal dan berhusnudzon kepada-Nya..


📚 Sumber : https://firanda.com/447-barangsiapa-yang-berharap-kepada-manusia-suatu-saat-pasti-ia-akan-kecewa.html

______

bimbinganislam.com |

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Keberkahan Ilmu yang Paling Utama

Keberkahan Ilmu yang Paling Utama
Bismillah...

Al-Imam Abu Muhammad Al-Hasan bin Ali bin Khalaf Al-Barbahari (329 H) rahimahullah berkata,

أن العلم ليس بكثرة الرواية والكتب وإنما العالم من اتبع العلم والسنن وإن كان قليل العلم والكتب

"Hakikat ilmu itu tidaklah ditunjukkan oleh banyaknya riwayat dan banyak menulis kitab, hanyalah orang yang alim itu sejatinya yang mengikuti ilmu dan mengikuti sunnah meski ilmu dan kitabnya sedikit.

ومن خالف الكتاب والسنة فهو صاحب بدعة وإن كان كثير العلم والكتب

Dan barangsiapa yang jalannya menyelisihi Al-Qur'an was Sunnah maka dia ahli bid'ah meski ilmu dan kitabnya banyak."

(Syarhus Sunnah Al-Imam Al-Barbahari)

Bermanfaatnya ilmu dan keberkahannya terlihat dari pengamalannya yang mencocoki sunnah (petunjuk) Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan nur (cahaya) yang Allah masukkan ke dalam hati.


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0WuCQ9isPLm8D64ghcxhjt3WyzN2nwfQDsczmEDjQV4PnnqCpadbPMW3KpHevPw1xl&id=100001764454087


https://t.me/manhajulhaq

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Tuesday, May 30, 2023

Membalas Celaan Dengan Yang Setimpal

Membalas Celaan Dengan Yang Setimpal
Bismillah...

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ رَضِىَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قَالَ: الْمُسْتَبَّانِ مَا قَالاَ فَعَلَى الْبَادِئِ مَا لَمْ يَعْتَدِ الْمَظْلُومُ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ فِي الصَّحِيحِ

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, 

Dua orang yang saling mencaci maki, maka apa yang diucapkan oleh keduanya dosanya kembali kepada yang memulai memaki, selama yang dimaki (dizalimi) tidak melampaui batas"

(HR. Muslim no. 2587)

MAKNA HADITS

Hadits ini menunjukkan bahwasanya jika ada orang yang mencaci kita, kemudian kita membalas caciannya dengan yang semisal maka kita tidak berdosa. Adapun dosa balasan cacian kita akan kembali kepadanya karena dia yang memulai dan yang menyebabkan kita membalas, dengan syarat kita tidak melampaui batas yaitu melebihi kadar celaannya.

Mencaci-maki adalah akhlak yang sangat buruk. Nabi ﷺ mengatakan,

سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوْقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ.

Mencaci seorang muslim adalah kefasikan dan memeranginya adalah kekufuran".

(HR. Bukhari no. 48 dan Muslim no. 64)

Yang dimaksud dengan cacian adalah perkataan yang buruk atau keji, yang kita lemparkan kepada saudara kita sesama muslim. Dan terkadang cacian tersebut bisa menjerumuskan kepada perbuatan yang lebih parah yaitu terjadinya perkelahian bahkan bisa sampai pada pertumpahan darah. Semuanya berawal hanya dari caci-maki di antara sesama muslim.

Pada hadits ini Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa apabila terdapat dua orang yang saling mencaci-maki, maka perkataan-perkataan keji yang diucapkan oleh keduanya dosanya kembali kepada yang pertama kali memaki, selama yang dimaki tersebut tidak melampaui batas.

SEBAGAI CONTOH :

Si A mencaci si B dengan perkataan “Kamu bodoh wahai B”. Kemudian si B membalasnya dengan cacian yang serupa, “Kamu juga bodoh wahai A”. Lalu si A kembali menambah caciannya, “Istrimu bodoh wahai B”. Si B kembali membalasnya, “Istrimu juga bodoh wahai A”. Maka semua dosa cacian ini kembali kepada A karena dialah yang telah memulai melemparkan kata-kata keji tersebut, sehingga ia mendapatkan dosa sebab. Hal ini semisal dengan hadits bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda,

“مِن الكَبَائِرِ: شتم الرَّجُلِ وَالِدَيْهِ” قِيْلَ: وَهَلْ يَسُبُّ الرَّجُلُ وَالِدَيْهِ؟ قَالَ: “نَعَمْ، يَسُبُّ أَبَا الرَّجُلِ، فَيَسُبُّ الرجل أَبَاهُ، وَيَسُبُّ أُمَّهُ، فَيَسُبُّ أُمَّهُ.”

Diantara dosa besar adalah seorang lelaki memaki kedua orang tuanya".

Maka ditanyakan kepada Nabi ﷺ, “Apakah ada seorang mencaci maki kedua orang tuanya?”.

Rasūlullāh ﷺ bersabda, 

“Ya ada, seseorang mencaci ayah orang lain, maka orang lain tersebut kembali mencaci ayahnya. Dan (demikian juga) ia mencaci maki ibu orang lain, lalu orang lain tersebut mencaci ibunya pula".

(HR. Bukhari no. 5973 dan Muslim no. 90)

Karena ia yang menyebabkan saudaranya mencela kedua orang tuanya maka perbuatannya disandarkan kepadanya karena ia merupakan sebabnya.

([Lihat Fathu Dzil Jalaal wal Ikroom bi Syarh Buluugh al-Maroom, al-Útsaimin 15/302)

Namun apabila si A menambah kembali caciannya, “Bapakmu bodoh wahai B”. Si B tidak tahan dan membalasnya, “Bapakmu dan ibumu juga bodoh A”. Pada kondisi ini dosa semua cacian yang terlontar dari mulut A dan B tidak kembali kepada A sebagai pihak yang paling pertama memulai cacian, karena si B sebagai pihak yang dizalimi (pada awalnya) telah melampaui batas melebihi dari apa yang dilontarkan oleh A.

Dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat di kalangan ulama apakah si B juga menanggung dosa atau tidak. Akan tetapi pendapat yang terkuat sebagaimana yang dirajihkan oleh sebagian ulama adalah pihak yang dizalimi mendapatkan dosa sebagaimana kadar dia melampaui batas. Sehingga pada contoh tadi B juga mendapatkan dosa untuk caciannya kepada A pada perkataan, “Ibumu juga bodoh A” sedangkan semua dosa cacian selain itu kembali kepada A sebagai pihak yang memulai pertama kali.

(Lihat MInhatul Álaam fi Syarh Buluugh al-Maroom, al-Fauzan 10/260)

MEMAAFKAN LEBIH BAIK DARIPADA MEMBALAS

Meskipun Allah membolehkan seseorang untuk membalas cacian yang dilontarkan kepadanya dengan yang semisal dengan syarat bukan dia yang memulai, namun seorang muslim berusaha meninggalkan hal ini. Karena Allah memberikan pilihan yang lebih baik dari membalas keburukannya. Apabila ada orang yang mencaci-maki maka kita tidak perlu membalas, bahkan berusaha memaafkannya. 

Allah ﷻ berfirman,

وَإِنْ عَاقَبْتُمْ فَعَاقِبُوا بِمِثْلِ مَا عُوقِبْتُمْ بِهِ وَلَئِنْ صَبَرْتُمْ لَهُوَ خَيْرٌ لِلصَّابِرِينَ

Jika kalian membalas, maka balaslah yang setimpal, akan tetapi bila kalian bersabar maka itu lebih baik bagi orang-orang yang bersabar”.

(QS. An-Nahl: 126)

Jika kita membalas orang yang menzalimi kita, maka kita tidak akan berdosa tetapi kita juga tidak akan mendapatkan pahala. Namun seseorang yang menginginkan pahala, maka dia tidak akan membalas akan tetapi berusaha bersabar. 

Allahﷻ berfirman dalam ayat yang lain,

وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِّثْلُهَا ۖ فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ

Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim”. 

(QS. Asy-Syura: 40)

Allah ﷻ juga berfirman,

وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ الله لَكُمْ

Maafkan dan ampuni lapangkan dada, apakah engkau tidak ingin diampuni oleh Allah?”.

(QS. An-Nur: 22)

Dalam ayat yang lain Allah ﷻ juga berfirman,

وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ والله يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ

Allah memuji orang-orang yang memaafkan orang lain, dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan”.

(QS. Ali-‘Imran: 134)

Hendaknya seorang muslim itu menjauhkan lisannya dari mencaci-maki dan memilih kata-kata yang baik. Seorang muslim juga hendaknya berakhlak mulia dan menjauhkan dirinya dari kata-kata yang buruk. Apabila dia bertemu dengan orang yang memiliki kata-kata yang buruk hendaknya tidak meladeninya dan berusaha menjauh darinya karena bergaul dengannya akan mempengaruhinya. 

Semoga Allah ﷻ menghiasi lisan-lisan kita dengan kata-kata yang indah terhadap sesama muslim dan menjauhkan kita dari kata-kata yang buruk.


📚 SUMBER :https://bekalislam.firanda.com/6479-membalas-celaan-dengan-yang-setimpal-hadis-20.html


Via HijrahApp

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Sebaik-baik Pemimpin dan Seburuk-buruknya Pemimpin

Sebaik-baik Pemimpin dan Seburuk-buruknya Pemimpin
Bismillah...

 عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ

عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ خِيَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمْ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نُنَابِذُهُمْ بِالسَّيْفِ فَقَالَ لَا مَا أَقَامُوا فِيكُمْ الصَّلَاةَ وَإِذَا رَأَيْتُمْ مِنْ وُلَاتِكُمْ شَيْئًا تَكْرَهُونَهُ فَاكْرَهُوا عَمَلَهُ وَلَا تَنْزِعُوا يَدًا مِنْ طَاعَةٍ

Dari 'Auf bin Malik dari Rasulullah ﷺ, beliau bersabda, 

"Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka mencintai kalian dan kalian mencintai mereka, mereka mendo'akan kalian dan kalian mendo'akan mereka. Dan seburuk buruk pemimpin kalian adalah mereka yang membenci kalian dan kalian membenci mereka, mereka mengutuk kalian dan kalian mengutuk mereka".

Beliau ﷺ ditanya, "Wahai Rasulullah, tidakkah kita memerangi mereka?"

Maka beliau ﷺ bersabda, 

"Tidak, selagi mereka mendirikan shalat bersama kalian. Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang tidak baik maka bencilah tindakannya, dan janganlah kalian melepas dari ketaatan kepada mereka".

(HR. Shahih Muslim no. 1855 Kitab Kepemimpinan)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Tertipu Oleh Pujian Manusia

Tertipu Oleh Pujian Manusia
Bismillah...

🌴🌴🌴

Khalid bin Shofwan berkata kepada Umar bin Abdil Aziz, rohimahumallah,

يا أمير المؤمنين إنّ أقواماً غرهم ستر الله

‏وفتنهم حسن الثناء فلا يغلبن جهل غيرك

‏بك علمك بنفسك

‏أعاذنا الله وإياك أن نكون بالستر مغرورين

‏وبثناء الناس مسرورين

‏وعما افترض الله علينا متخلفين ومقصرين

‏وإلى الأهواء مائلين

Wahai Amirul Mukminin..

Banyak orang yang tertipu ketika Allah menutupi aib mereka..

Dan terfitnah oleh pujian manusia..

Maka ketidak tahuan mereka terhadap aibmu..

Jangan sampai mengalahkan pengetahuanmu tentang aibmu..

🌴🌴🌴

Semoga Allah melindungi kami dan engkau dari tertipu dengan penutupan Allah terhadap aib kita..

Dan dilindungi dari gembira karena mendapat pujian manusia..

Dan dilindungi dari menyia nyiakan perintah Allah dan mengikuti hawa nafsu..

(Az Zuhdul Kabiir – Imam Al Baihaqi 1/187)

🌴🌴🌴

Allah menutup aib kita sebagai karunia-Nya..

Lalu manusia memuji karena ketidak tahuan mereka tentang aib-aib kita.. Namun kita malah tertipu dengannya..


Ditulis oleh, Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

======🌴🌴🌴🌴🌴======

🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/63034

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Jadilah Hamba Allah Yang Bersyukur

Jadilah Hamba Allah Yang Bersyukur
Bismillah...

Istilah syukur dalam agama, adalah sebagaimana yang dijabarkan oleh Ibnul Qayyim رحمه الله تعالى

الشكر ظهور أثر نعمة الله على لسان عبده: ثناء واعترافا، وعلى قلبه شهودا ومحبة، وعلى جوارحه انقيادا وطاعة

Syukur adalah menunjukkan adanya nikmat Allah pada dirinya. Dengan melalui lisan, yaitu berupa pujian dan mengucapkan kesadaran diri bahwa ia telah diberi nikmat. Dengan melalui hati, berupa persaksian dan kecintaan kepada Allah. Melalui anggota badan, berupa kepatuhan dan ketaatan kepada Allah”. (Madarijus Salikin, 2/244)

Lawan dari syukur adalah kufur nikmat, yaitu enggan menyadari atau bahkan mengingkari bahwa nikmat yang ia dapatkan adalah dari Allah Ta’ala..

Janganlah anda menyangka bahwa bersyukur itu hanya sekedar pujian dan berterima kasih kepada Allah. Ketahuilah bahwa bersyukur itupun menuai pahala, bahkan juga membuka pintu rezeki di dunia..

Allah Ta’ala berfirman,

وسنجزي الشاكرين

Dan sungguh orang-orang yang bersyukur akan kami beri ganjaran”. (QS. Al Imran: 145)

Imam Ath Thabari menafsirkan ayat ini dengan membawakan riwayat dari Ibnu Ishaq, “Maksudnya adalah, karena bersyukur, Allah memberikan kebaikan yang Allah janjikan di akhirat dan Allah juga melimpahkan rizki baginya di dunia”. (Tafsir Ath Thabari, 7/263)

__________

📚 Selengkapnya: https://muslim.or.id/30031-jadilah-hamba-allah-yang-bersyukur.html


Repost from Fanspage FB Ngaji Bareng As-Sunnah

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Kisah Imam Ahmad Memilih Imam Syafii Sebagai Gurunya

Kisah Imam Ahmad Memilih Imam Syafii Sebagai Gurunya
Bismillah...

Sewaktu Imam Ahmad bin Hanbal menunaikan ibadah Haji, beliau menginap di salah satu rumah di kota Makkah. 

Di pagi hari pada hari kedua, Imam Ahmad bergegas menuju ke Masjid Al Haram. Sahabat beliau yang bernama Al Fadhel Al Bazzaz (atau Al Bazzar) berusaha mengikutinya. Seusai shalat subuh, ia berusaha mencari Imam Ahmad dengan mendatangai majlis para ulama; yang ada di majlis satu demi satu ia datangi namun ia tidak menemukan Imam Ahmad bin Hambal. 

Akhirnya ia menemukan Imam Ahmed bin Hanbal sedang menghadiri majlis dengan seorang pemuda arab. Iapun segera mengikut majlis tersebut dan berusaha mendekati Imam Ahmad bin Hambal.. 

Ia bertanya kepada Imam Ahmad: Wahai Abu Abdillah, engkau duduk di sini dan meninggalkan majlis Sufyan bin Uyainah, padahal ia memiliki riwayat dari Az Zuhri, Amer bin Dinar, Ziyad Ibn Ulaqah, dan banyak tabiin lainnya.? 

Imam Ahmad menjawab: Diamlah, bila engkau tidak mendapatkan hadits melalui jalur yang tinggi (pendek), maka engkau bisa mendapatkannya melalui jalur sanad yang lebih rendah (panjang), dan itu tidak merusak agamamu, atau akal pikiran dan pemahamanmu. 

Namun bila kehilangan kecerdasan pemuda ini, aku kawatir engkau tidak menemukannya lagi hingga hari qiyamat. 

Aku belum pernah melihat orang yang lebih memahami (lua pemahamannya tentang ) Kitab Allah daripada pemuda Qurasy ini.

Al Fadhel Al Bazzaz bertanya: siapakah pemuda ini ? Dia adalah Muhammad bin Idris As Syafii. 

Tua umur belum tentu tua ilmu, besar fisik belum tentu besar ilmu.

Imam Ahmad memilih untuk duduk bermajlis kepada Imam Syafii dan meninggalkan majlis Sufyan bin Uyainah padahal beliau adalah salah satu guru senior Imam Syafii, dan ternyata alasannya ialah kematangan ilmu dan kecerdasan analisa yang dimiliki oleh Imam Syafii alasannya.


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0qQBkmhVzjQPmy5gxP2ykCQDqb9yDzvFT48ZLJy6LybQJipLVCX9kdo6Cr7Ah626bl&id=100044302190144


Kawan. Yuk daftarkan diri Anda di kampus satu ini; https://pmb.stdiis.ac.id/ selagi kesempatan hanya tersisa 3 hari lagi.

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Monday, May 29, 2023

Hukuman Yang Paling Besar

Hukuman Yang Paling Besar
Bismillah...

Hukuman yang paling besar adalah ketika seseorang tidak merasakan sedang dihukum. Sehingga akhirnya dia terus-menerus berbuat dosa dan maksiat. Akibatnya seseorang akan semakin tertipu dan jauh dari bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini adalah sesuatu yang sangat mengerikan.

Allah memberikan sanksi kepada kaum munafiqin dengan cara diperpanjang waktunya agar mereka terus bergelimang diatas kesesatan. Sehingga adzabnya sangat keras. Juga Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

إِذَا رَأَيْتَ اللهَ تَعَالَى يُعْطِي الْعَبْدَ مِنَ الدُّنْيَا مَا يُحِبُّ وَهُوَ مُقِيمٌ عَلَى مَعَاصِيْهِ فَإِنَّمَا ذَلِكَ مِنهُ اسْتِدْرَاجٌ

Bila kamu melihat Allah memberi pada hamba dari (perkara) dunia yang diinginkannya, padahal dia terus berada dalam kemaksiatan kepada-Nya, maka (ketahuilah) bahwa hal itu adalah istidraj (jebakan berupa nikmat yang disegerakan) dari Allah.”

Dan yang lebih berat dari itu ketika seseorang bergembira dengan perkara yang sebetulnya adalah hukuman dari Allah yang diberikan kepadanya. Salah satu contoh adalah ketika seseorang gembira ketika mendapatkan harta yang haram. Padahal harta haram itu menambah siksa dalam api neraka. Orang yang keadaannya seperti ini tidak akan pernah sukses mendapatkan ketaatan.

Ketika seseorang sudah mendapatkan manisnya kemaksiatan maka dia akan merasakan bahwa ketaatan adalah sesuatu yang pahit dan getir. Sebaliknya orang yang sudah merasakan nikmatnya ketaatan pada saat itu artinya tidak akan pernah mau melakukan perbuatan maksiat. Kalaupun dia terjatuh ke dalam maksiat maka hatinya menjadi sedih. Hatinya akan menyesal.

Diantara siksa yang tersembunyi dan banyak sekali orang yang tidak menyadarinya adalah dicabutnya kenikmatan ketika bermunajat. Dicabut lezatnya beribadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Ketika berdzikir seseorang tidak merasakan kenikmatan, ketika shalat seseorang tidak merasakan kekhusuan, ketika membaca Al-Quran tidak merasakan apa-apa dihati dan justru yang ada adalah ingin segera selesai. Ini semua adalah sanksi yang Allah berikan kepada hamba akibat maksiatnya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.


https://t.me/rodjafmbandung/531

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Apa Definisi Anak Yatim?

Definisi Anak Yatim Menurut Islam
Bismillah...

Pertanyaan

Assalamu’alaikum, Ustadz, mohon diulas definisi anak yatim.  Misalnya, bapak biologis dari anak hasil zina meninggal dunia atau kabur atau pergi meninggalkan anak yang masih kecil, apakah itu disebut anak yatim? Bagaimana pula dengan anak yang ditinggal mati oleh ibunya, apaka juga disebut anak yatim? Dan sampai kapankah status yatim itu masih berlaku? Terima kasih

Jawaban.

Dalam bahasa Arab, kata yatim/yatimah berarti anak kecil yang kehilangan (ditinggal mati) ayahnya.[1]  Begitu juga dalam istilah agama maknanya sama, tidak mengalami perubahan.[2] Batasannya adalah sampai dia dewasa (baligh), sebagaimana penjelasan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

لاَ يُتْمَ بَعْدَ احْتِلاَمٍ

Tidak ada keyatiman setelah mimpi  [Sunan Abu Dawud, no. 2873 dan dihukumi shahih oleh syaikh al-Albani]

Yang dimaksud dengan mimpi dalam hadits ini adalah mimpi basah yang merupakan penanda baligh. Termasuk dalam hukum ini juga penanda baligh yang lain, yakni tumbuhnya rambut kemaluan atau sudah mencapai umur 15 tahun juga haid bagi wanita.[3]

Adapun anak kecil yang ditinggal mati ibunya tidak disebut yatim, tapi punya istilah khusus yaitu ‘ajiyy/’ajiyyah,[4] dan dalam bahasa Indonesia disebut piatu. Piatu tidak disebut bersama yatim karena kematian ayahlah yang ghalibnya (bisanya) membuat seorang anak lemah dan kehilangan nafkah; karena memberi nafkah adalah tugas ayah, bukan ibu.

Dari definisi diatas, bisa disimpulkan bahwa anak zina yang tidak memiliki pengasuh selain ibunya tidak dikategorikan sebagai yatim. Tapi hukumnya hukum yatim. Artinya jika dia membutuhkan asuhan, disunnahkan untuk mengasuhnya dan itu berpahala besar seperti pengasuhan anak yatim. Karena anak yatim dianjurkan untuk diberi kafalah (asuhan) karena kelemahan yang ada padanya. Hal ini diisyaratkan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

Baca Juga  Anak Angkat Atau Orang Tua Angkat?

اللَّهُمَّ إِنِّي أُحَرِّجُ حَقَّ الضَّعِيفَيْنِ: الْيَتِيمِ وَالْمَرْأَةِ

Wahaia Allâh! Sungguh saya menganggap berat (dosa penindasan) hak dua kaum yang lemah: yatim dan wanita. [Sunan Ibnu Majah no. 3687 dan hadits ini dihukumi shahih oleh an-Nawawi dan al-Albani]

Maka disyariatkan mengasuh anak-anak yang lemah, baik itu yatim, piatu, anak zina, gelandangan dan sebagainya, dan semua berpahala besar insyaAllâh.[5]


[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 05/Tahun XX/1437H/2016M. Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-858197 Fax 0271-858196.Kontak Pemasaran 085290093792, 08121533647, 081575792961, Redaksi 08122589079]


Footnote:

[1] Lisânul ‘Arab, 12/645, al-Mu’jam al-Wasith, 2/1063

[2] Syarhus Sunnah, al-Baghawi 9/200.

[3] At-Tanwîr Syarh al-Jâmi’ ash-Shaghîr  11/174.

[4] Lisânul ‘Arab 12/645.

[5] Lihat: Fatwa, no. 95.586 di Markaz Fatwa islamweb.net.


Referensi : https://almanhaj.or.id/7452-apa-definisi-anak-yatim.html


Via HijrahApp

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

Share:

Mutiara Salaf : Akibat Selalu Berbaik Sangka Kepada Diri Sendiri

Akibat Selalu Berbaik Sangka Kepada Diri Sendiri
Bismillah...

🌴🌴🌴

Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

وأما سوء الظن بالنفس فإنما احتاج إليه

‏لأن حسن الظن بالنفس يمنع من كمال التفتيش ويلبس عليه، فيرى المساوئ محاسن، والعيوب كمالا ومن أحسن ظنه بنفسه فهو من أجهل الناس بنفسه.

‏فكم من مستدرج بالنعم وهو لا يشعر، مفتون بثناء الجهال عليه، مغرور بقضاء الله حوائجه وستره عليه

Berburuk sangka kepada diri sendiri dibutuhkan karena berbaik sangka kepada diri sendiri itu mencegah untuk introspeksi dan membuat samar (kesalahan). Sehingga ia melihat keburukan menjadi kebaikan, dan melihat aib diri sebagai kesempurnaan.

🌴🌴🌴

Orang yang selalu berbaik sangka kepada dirinya adalah orang yang paling bodoh tentang dirinya.

Berapa banyak orang yang diulur dengan kenikmatan sementara ia tidak merasakannya.

🌴🌴🌴

Dan berapa banyak orang yang tertipu karena Allah menutupi aib dan kebutuhannya..

(Madarijussalikin 1/238)


Diterjemahkan oleh, Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

=====🌴🌴🌴🌴🌴=====

Allah Ta’ala berfirman,

هُوَ أَعْلَمُ بِكُمْ إِذْ أَنْشَأَكُمْ مِنَ الْأَرْضِ وَإِذْ أَنْتُمْ أَجِنَّةٌ فِي بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ فَلَا تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمْ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنِ اتَّقَى

Dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (QS. An Najm: 32).

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تُزَكُّوا أَنْفُسَكُمُ اللَّهُ أَعْلَمُ بِأَهْلِ الْبِرِّ مِنْكُمْ

Janganlah menyatakan diri kalian suci. Sesungguhnya Allah yang lebih tahu manakah yang baik di antara kalian.” (HR. Muslim no. 2142).


🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/63020

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Sunday, May 28, 2023

Haruskah Dunia dan Akhirat Seimbang?

Haruskah Dunia dan Akhirat Seimbang?
Bismillah...

Menyeimbangkan dunia dan akhirat itu hanyalah usaha sekedar di mulut saja dan itu sesungguhnya bisikan dan was-was dari setan. Karena keduanya bukan hal yang sepadan untuk diseimbangkan.

Tidak sedikit orang yang mengatakan dunia dan akhirat harus seimbang namun kenyataannya shalat fardhu dia tinggalkan, petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dia abaikan, bahkan terjatuh dalam kekufuran hanya demi pekerjaan dan jabatan.

Kalau sudah begitu berat sebelah namanya mengorbankan akhirat demi ambisinya mengejar dunia.

Prinsip seorang mukmin adalah mengutamakan akhirat dan menjadikan dunia untuk kepentingan akhiratnya. Akhirat di hati, dunia di kakinya.

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, 

وابتغ فيما آتاك الله الدار الآخرة ولا تنس نصيبك من الدنيا

"KEJARLAH NEGERI AKHIRAT dengan nikmat yang telah Allah anugerahkan kepadamu dan janganlah engkau melupakan bagianmu dari (kenikmatan) dunia." (QS. Al-Qashash: 77)

Ibnu Katsir mengatakan mengenai ayat tersebut,

استعمل ما وهبك الله من هذا المال الجزيل والنعمة الطائلة، في طاعة ربك والتقرب إليه بأنواع القربات، التي يحصل لك بها الثواب في الدار الآخرة

Gunakanlah yang telah Allah anugerahkan untukmu dari harta dan nikmat yang besar untuk taat pada Rabbmu dan membuat dirimu semakin dekat pada Allah dengan berbagai macam ketaatan. Dengan ini semua, engkau dapat menggapai pahala di kehidupan akhirat.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 6: 37).

تِلْكَ الدَّارُ اْلأَخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لاَيُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي اْلأَرْضِ وَلاَفَسَادًا وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ

Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa” [al-Qashash/28:83]

بل تؤثرون الحياة الدنيا والآخرة خير وأبقى

"Tetapi engkau lebih mementingkan kehidupan dunia padahal kehidupan akhirat itu JAUH LEBIH BAIK DAN LEBIH KEKAL." (QS. Al-A'la: 16-17)

Dalam doa “sapu jagat” yang sangat masyhur di kalangan awam, ada isyarat untuk mendahukan kehidupan akherat:

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia, juga kebaikan di akhirat. Dan peliharalah kami dari siksa neraka“. (QS. Albaqoroh: 201)

Disini ada 3 permintaan; 1 permintaan untuk kehidupan dunia, dan 2 permintaan utk kehidupan akherat. Inilah isyarat, bahwa kita harus lebih memikirkan kehidupan akherat.

Rasulullah bersabda:

مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ

Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.” (HR. Tirmidzi no. 2465)

Siapa yang mengutamakan urusan akhiratnya maka Allah akan himpun urusan dunianya dijadikan kaya hati sehingga menjadi sebab keberkahan bagi dirinya.

Dan siapa yang berambisi kepada dunia dia akan diliputi kekhawatiran akan masa depan, miskin mental, kedua matanya dibayang-bayangi kefakiran dan selalu kurang.


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid031Y4a4y4T2xkXkm5kWHvfg5PVcpBv5aJwNbfHXcTWn1UCmQDwV9d2Mh2xvpw5TDgol&id=100001764454087


https://t.me/manhajulhaq

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Mengikuti Pemahaman Sahabat Nabi ﷺ Dalam Beragama

Mengikuti Pemahaman Sahabat Nabi ﷺ Dalam Beragama
Bismillah...

Melihat banyaknya kaum muslimin sekarang yang terkotak-kotak oleh pemikiran kelompok semata, menunjukkan adanya standar ganda dalam memahami ajaran mereka. Memang dalam faktanya di lapangan mereka mengklaim bahwa memahami ajaran Islam berdasarkan Al-Qur’an dan As- Sunnah. Akan tetapi yang disayangkan adalah pemahaman itu ditambah dengan pemikiran para pemimpin, ustadz, dan lain-lain. Sehingga hasilnya adalah jalan yang bebeda-beda.

Oleh karena itu, bagaimanakah solusinya? Solusinya adalah memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman para Sahabat radhiyallahu ‘anhum. Mengapa mesti pemahaman para sahabat radhiyallahu ‘anhum? Berikut hal-hal yang mendasarinya:

Para sahabat radhiyallahu ‘anhum merupakan orang-orang yang meraih keridhaan Allah dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah berfirman:

وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya. Mereka kekal di dalamnya, itulah kemenangan yang besar.” (Q.S. At-Taubah: 100).

Sisi pendalilan ayat ini adalah bahwasanya Allah Ta’ala memberikan pujian kepada orang yang mengikuti para sahabat, Apabila para Sahabat menyatakan sebuah pendapat kemudian diikuti oleh pengikutnya sebelum ia tahu kebenarannya, maka ia (dianggap) sebagai pengikut mereka, sehingga wajib mendapatkan pujian atas sikapnya dan berhak mendapatkan keridhaan Allah.(I’lamul Muwqqi’iin, IV/94-95 oleh Ibnul Qayyim).

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam memadukan antara mengikuti Sunnahnya shalallahu ‘alaihi wasallam dan sunnah para Khalifah yang berjalan di atas petunjuk. Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-‘Irbadh bin Sariyyah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata:

وَعَظَنَا رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظَةً بَلِيغَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ، فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، كَأَنَّ هَذِهِ مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَماَذا تَعْهَدُ إِلَيْنَا، فَقَالَ: وصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا فَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِيْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّينَ الرَّاشِدِينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

Kami pernah dinasihati oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dengan sebuah nasiat yang amat mendalam, yang menyebabkan air mata kami berlinang dan hati kami bergetar, lalu seorang Sahabat bertanya: ‘Ya Rasulullah, seakan-akan ini sebagai nasihat seseorang yang akan pergi, maka apa pesanmu kepada kami?’ Beliapun bersabda: ‘Aku wasiatkan kepadamu agar bertakwa kepada Allah, mendengar dan patuh (kepada pimpinan) ,meskipun ia seorang budak dari Habasyah (Ethiopia), karena sesungguhnya orang yang hidup di antara kamu sesudahkau akan melihat perselisihan yang banyak, maka berpegang teguhlah kamu kepada sunnahku dan sunnah para Khulafa’ (pengikutku) yang mendapat petunjuk, berpegang teguhlah kamu padanya dan gigitlah dengan geraham-geraham (mu), dan jauhilah hal-hal yang diada-adakan (dalam agama) karena setiap yang baru itu adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah kesesatan.” (HR. Abu Dawud dan yang lainnya, dishahihkan oleh Ibnu Majah, demikian pula Syaikh Albani telah menelitinya).

Para sahabat radhiyallahu ‘anhum merupakan generasi terbaik pada umat ini. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam:

خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ يَجِيءُ قَوْمٌ تَسبِقُ شَهَادَةُ أَحَدِهمْ يَمِينَهُ وَيَمِيْنُهُ شَهَادَتَهُ

Sebaik-baik manusia adalah generasiku (para Sahabat), kemudian yang datang sesudah mereka (Tabi’in), kemudian yang datang sesudah mereka (pengikut Tabi’in), lalu akan datang suatu kaum yang mana persaksian salah seorang di antara mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului persaksiannya.” (Muttafaqun ‘Alaih).

Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani menjelaskan bahwa maksud dari qarnii (generasiku) adalah para sahabat,

لَا شَكَّ أَنَّ أَهْلَ الْقُرُنِ الْأَوَّلِ وَهُمْ أَصْحَابُ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ وَسَلَّمَ

Tidak diragukan lagi bahwa yang dimaksud dengan generasi pertama adalah mereka sahabat Nabi shalallahu ‘alaihi wa aalihi wasallam” ( Mausuu’atul Albaani Fiil Aqiidah, VIII/351).

Para sahabat radhiyallahu ‘anhum merupakan orang-orang yang menyaksikan turunnya wahyu (al-Qur’an) dan menyaksikan langsung petunjuk Rasulullah yang mulia shalallahu ‘alaihi wasallam yang dengannya mereka memahami penafsiran wahyu dengan tepat. Sebagaimana telah dikatakan oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu:

مَنْ كَانَ مِنْكُمْ مُسْتَنًّا فَلْيَسْتِنَّ بِمَنْ قَدْ مَاتَ، فَإِنَّ الْحَيَّ لَا تُؤْمَنُ عَلَيْهِ الْفِتْنَةُ، أُوْلَئِكَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانُوْا أَفْضَلَ هَذِهِ الأُمَّةِ، وَأَبَرَّهَا قُلُوْباً، وَأَعْمَقَهَا عِلْماً، وَأَقَلَّهَا تَكَلُّفاً، قَوْمٌ اخْتَارَهُمُ اللهُ لِصُحْبَةِ نَبِيِّهِ، وَإِقَامَةِ دِيْنِهِ، فَاعْرِفُوْا لَهُمْ فَضْلَهُمْ، وَاتَّبِعُوْهُمْ فِيْ آثَارِهِمْ، وَتَمَسَّكْوْا بِمَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ أَخْلَاقِهِمْ وَدِيْنِهِمْ، فَإِنَّهُمْ كَانُوْا عَلَى الْهُدَى الْمُسْتَقِيْمِ

Barangsiapa di antara kalian mengikuti suatu jejak (sunnah) hendaklah ia mengikuti jejak orang yang telah meninggal, karena sesungguhnya orang yang masih hidup tidak dijamin terpelihara dari fitnah. Itulah mereka para Sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Mereka adalah orang-orang yang paling utama di antara umat ini, hati-hati mereka paling berbakti, ilmu mereka paling mendalam dan paling sedikit takallufnya (membebani diri dalam beramal). Mereka adalah suatu kaum yang telah dipilh Allah shalallahu ‘alaihi wasallam untuk mendampingi Nabi-Nya dan menegakkan agama-Nya, maka kenalilah akan keutamaan mereka, ikutilah jejak mereka dan berpegang teguhlah pada akhlak serta agama semampumu, karena sesungguhnya mereka berada di atas petunjuk yang lurus.” (Sittu Durar Min Ushuli Ahlil Atsar hal. 66-67).

Demikianlah telah jelas bagi kita akan wajibnya untuk mengikuti pemahaman para Sahabat radhiyallahu ‘anhum dalam memahami Al-Qur’an dan As-Sunnah. Masih banyak lagi dalil-dalil dari Al-Qur’an maupun Al-Hadits serta atsar yang menunjukkan tentang wajibnya dan keutamaan mengikuti mereka radhiyallahu ‘anhum. Semoga Allah memberikan taufik kepada kaum Muslimin untuk mengikuti jejak Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam, para Sahabatnya radhiyallahu ‘anhum, dan orang-orang yang hidup di zaman al-Quruunul Mufadhdhalah (masa keemasan). Sesungguhnya Dialah Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan.

***

Referensi:

  • I’lamul Muwaqqi’in ‘an Rabbil ‘Aalamiin. Cetakan pertama, tahun 1411 H. Ibnu Qayyim al-Jauziyyah. Darul Kutub al-‘Ilmiyyah. Beirut.
  • Mausuu’atul Albaani Fiil Aqiidah. Cetakan pertama, tahun 1431 H. Muhammad Nashiruddin Al-Albani. Markaz an-Nu’man Lil Buhuts wad Dirasat al-Islamiyyah. Shan’a, Yaman.
  • Sittu Durar Min Ushuli Ahlil Atsar. Cetakan kedua, tahun 1420 H. ‘Abdul Malik Ahmad Ramadhani. Makatabatul Malik Fahd. Riyadh.
  • STAI Ali bin Abi Thalib, 14 Jumadats Tsaaniyyah 1437 / 23 Maret 2016


Penulis: Noviyardi Amarullah Tarmizi

Artikel Muslim.or.id

Sumber: https://muslim.or.id/27731-mengikuti-pemahaman-sahabat-nabi-dalam-beragama.html

Via HijrahApp

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Ini Alasan Mengapa Dakwah Rasulullah ﷺ Ditentang Kaumnya

Bismillah...

Heraklius penguasa Romawi dahulu bertanya kepada Abu Sufyan sewaktu dirinya masih musyrik.

Kata Heraklius,

ماذا يأمركم؟

Apa yang dia (Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam) perintahkan kepada kalian?

Abu Sufyan menjawab,

يقول: اعبدوا الله وحده ولا تشركوا به شيئا واتركوا ما يقول آباؤكم ويأمرنا بالصلاة والزكاة والصدق والعفاف والصلة

"Dia menyerukan, 'Beribadahlah kepada Allah semata dan janganlah kalian menyekutukannya dengan sesuatupun, tinggalkanlah apa yang diajarkan oleh nenek moyang kalian'. Dan dia juga memerintahkan kami shalat, zakat, berlaku jujur, menjaga kehormatan, dan menyambung tali silaturahmi.” 

(HR. Al-Bukhari 7 dan Muslim 1773)

Tiga perkara yang paling ditentang kaum musyrikin dari ajaran Nabi shallallahu 'alaihi wasallam adalah,

1). MENTAUHIDKAN ALLAH.

Yaitu mengesakan Allah dalam seluruh penghambaan.

2). MENINGGALKAN PERBUATAN SYIRIK.

Yaitu tidak menyekutukan Allah dengan sesuatupun baik sosok yang dikultuskan, kuburan yang dikeramatkan, maupun benda-benda yang diyakini kuasa mendatangkan manfaat menolak mudharat.

3). MENINGGALKAN AJARAN NENEK MOYANG.

Yaitu meninggalkan tradisi-tradisi yang bersinggungan dengan tauhid dan mengantarkan pelakunya kepada kesyirikan.

Tiga hal ini yang menjadi alasan mengapa dakwah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sangat dimurkai oleh kaumnya. 

Maka dakwah kepada tauhid, memperingatkan manusia dari bahaya syirik, serta meninggalkan tradisi yang bersinggungan dengan syariat merupakan setinggi-tingginya amalan ketaatan dan sebesar-besarnya perjuangan di jalan Allah.

Dan ini misi utama dakwah yang diemban oleh para Nabi 'alaihimussalam.


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02nDBZPvSWoWG4ruaK77PPH59MHQyzstSMju6so7x8oAhsRAAzULmb2hMXULFPWdnJl&id=100001764454087


https://t.me/manhajulhaq

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Saturday, May 27, 2023

Serahkan Kehormatanmu Kepada Allah

Serahkan Kehormatanmu Kepada Allah
Bismillah...

Jika seseorang menghancurkan kehormatanmu dengan mencaci maki, mencela atau menghinamu, tinggalkan saja orang tersebut. Jangan dibalas dengan yang serupa. Dia berdosa dan kamu mendapatkan pahala. 

Berkata seorang lelaki kepada Abu Darda radhiallahu anhu, 

علِّمني كلمةً ينفعني الله بها؟ فقال له: هب عرضك لله، فمن سبّك أو شتمك فدعه لله. [الحلية (١/٢١٩)]

Ajarkan padaku sebuah kalimat yang Allah Ta'ala akan memberikan manfaat kepadaku dengannya? Maka beliau berkata padanya: Serahkanlah kepada Allah kehormatanmu. Siapa yang MENCACIMU atau MENGHINAMU, tinggalkan dia karena Allah. [Al Hilyah: 1/219].

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, 

ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﺑِﺘَﻘْﻮَﻯ ﺍﻟﻠَّﻪِ، ﻭَﺇِﻥِ ﺍﻣْﺮُﺅٌ ﻋَﻴَّﺮَﻙَ ﺑِﺸَﻲْﺀٍ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻪُ ﻓِﻴﻚَ، ﻓَﻼ ﺗُﻌَﻴِّﺮْﻩُ ﺑِﺸَﻲْﺀٍ ﺗَﻌْﻠَﻤُﻪُ ﻓِﻴﻪِ، ﻳَﻚُ ﻭَﺑَﺎﻟُﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻪِ، ﻭَﺃَﺟْﺮُﻩُ ﻟَﻚَ، ﻭَﻻ ﺗَﺴُﺒَّﻦَّ ﺷَﻴْﺌًﺎ.

"Hendaklah engkau bertaqwa kepada Allah, dan jika seseorang MENCELAMU dengan sesuatu yang dia ketahui memang ada pada dirimu, maka engkau jangan membalas MENCELANYA dengan sesuatu yang engkau ketahui memang ada pada dirinya, niscaya akibat buruknya akan menimpa dirinya sendiri, sedangkan engkau mendapatkan pahalanya, dan jangan sekali-kali engkau MENCACI MAKI seorangpun!" (Shahih al-Jami’ ash-Shaghir, no. 98). 

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata,

أسوء أنواع الكرم هو كرمك في إهداء حسناتك للآخرين غيبة ونميمة وبهتاناً وسباً وشتماً.

"Jenis sifat pemurah yang paling buruk adalah sifat pemurahmu dengan menghadiahkan pahala kebaikan-kebaikanmu kepada orang lain dengan cara ghibah, mengadu domba, memfitnah, mencela dan mencaci maki." (Majmu' al-Fatawa, VIII/454). 

Intinya, jika ada yang mencaci maki, mencela atau menghina, jangan dibalas dengan yang serupa, bersabar dan tinggalkan

Allah Ta'ala berfirman, 

وَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيلًا 

Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan cara yang baik. (Surah Al Muzzamil 10).

ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk (QS An-Nahl Ayat 125)

Berkata As Sa'di rahimahullah, 

أمره بالصبر على ما يقول فيه المعاندون له ويسبونه ويسبون ما جاء به، وأن يمضي على أمر الله، لا يصده عنه صاد، ولا يرده راد، وأن يهجرهم هجرا جميلا، وهو الهجر حيث اقتضت المصلحة الهجر الذي لا أذية فيه، فيقابلهم بالهجر والإعراض عنهم وعن أقوالهم التي تؤذيه، وأمره بجدالهم بالتي هي أحسن. 

Allah memerintahkan Rasulullah untuk bersabar atas perkataan yang diucapkan oleh para penentang dan mereka yang MENCELANYA dan MENCELA risalah yang beliau bawa serta diperintahkan untuk terus menjalankan perintah Allah yang tidak dapat ditahan dan dihadang oleh siapa pun. Allah memerintahkan beliau untuk meninggalkan mereka secara baik-baik. Itulah cara menjauhi orang sekiranya ada maslahatnya dan tidak ada gangguannya. Rasulullah bahkan memperlakukan mereka dengan meninggalkan dan berpaling dari perkataan-perkataan yang menyakiti. Allah juga memerintahkan beliau untuk mendebat mereka dengan cara yang baik. (Tafsir As Sa'di).


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0v6BmFwMrz2JkFxYQxch3TDPn5YFxiJqZVcKW4xCR6RTdsjMG8yFckDkW1sPqb1u3l&id=100009878282155

AFM 

https://abufadhelmajalengka.blogspot.com/2022/08/serahkan-kehormatanmu-kepada-allah.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Cara Terbaik Menyembuhkan Luka Adalah Bercerita

Bismillah...

Bercerita langsung kepada Sang Pencipta. Ketika ada masalah, musibah dan beban berat, maka orang yang bertauhid, yang paling pertama ia lakukan adalah segera ingat Allah, berdo'a kepada Allah, istighfar agar dimudahkan dan diberi kesabaran.. 

Atau jika masih berat ia akan segera melakukan amal kebaikan, shalat, sedekah berbuat baik dan manfaf kepada manusia, agar meraih ridho Allah dan memilih waktu mustajab misalnya sepertiga malam untuk mengadu dan mengeluhkan perkaranya kepada Allah..

Inilah contoh perbuatan orang shalih sebelum kita, Nabi Ya’qub ‘alaihis salam berkata,

‎إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ

Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku". (Qs Yusuf : 86)

Bisa saja setelah itu, kita diberikan kemudahan, kelapangan dan jalan keluar oleh Allah, kita dibuat mengingat kembali agar bersabar dan besarnya pahala bersabar. 

Nah, setelah mengadu kepada Allah, barulah ia MUSYAWARAHKAN urusannya/masalahnya dengan manusia. Dimusyawarahkan, karena ini adalah perintah Allah, Allah berfirman,

‎وَ شَاوِرْهُمْ في الأَمْرِ 

Maka bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu". (Qs Ali Imran: 159)

Tapi tidak semua manusia diajak musyawarah, hanya 1-2 orang atau beberapa orang saja (tidak perlu banyak orang tahu masalahnya) yang kira-kira bisa membantu memberikan solusi dan nasehat atas masalah dan bebannya. 

Misalnya ustadz, ortu, sahabat, ahli psikologi dll. Itupun ketika musyawarah, ia tampakkan kepada manusia wajah yang tegar, dia hanya butuh masukan dan solusi bukan belas kasih mereka, karena hanya Allah yang dia harapkan kasih sayang-Nya..


Sumber : https://muslimafiyah.com

______

bimbinganislam.com | Follow IG, FB, TWT, TG, YT : Bimbingan Islam

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Nambah Lagi..

Bismillah...

Ada hal yang harus bertambah seiring dengan selalu bertambahnya usia kita, bahkan secara khusus ALLAH ta'ala berfirman kepada kekasih-Nya:

‏﴿١١٤﴾ ... وَقُل رَّبِّ زِدْنِى عِلْمًا

... dan katakanlah (wahai Muhammad): "Ya Rabb-ku, tambahkanlah ilmu kepadaku."

(Thaahaa: 114)

Jika ALLAH ta'ala meminta Nabi -shallallahu 'alaihi wa sallam- untuk berdoa dan berupaya agar ilmu beliau selalu bertambah, bagaimana dengan kita?

  • Sudahkah kita memanjatkan doa diatas?
  • Sudahkah kita berusaha agar ilmu kita terus bertambah, hari ini lebih banyak dari kemarin?
  • Dan sudahkah ilmu yang kita miliki membuat kita "bertambah"...
  • Tambah yakin kepada ALLAH,
  • Tambah semangat beribadah,
  • Tambah baik dan santun dalam bertutur dan bersikap?

Imam Syafi'i menegaskan:

"Ilmu bukanlah teori yang anda hafal namun yang bermanfaat (diamalkan) dalam kehidupan anda.."

(Baihaqi dalam Al Madkhal 516)


https://www.facebook.com/134129847234901/posts/1002893920358485/


Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri -hafizhahullah-


📩 Facebook, Instagram, YouTube, Telegram, SoundCloud, Spotify:

@muhammadnuzuldzikri

www.muhammadnuzuldzikri.com

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Friday, May 26, 2023

Hukum Istihza' Bid Din (Memperolok-olok Agama)

Hukum Istihza' Bid Din (Memperolok-olok Agama)
Bismillah...

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam kitabNya: 

يَحْذَرُ الْمُنَافِقُونَ أَن تُنَزَّلَ عَلَيْهِمْ سُورَةٌ تُنَبِّئُهُم بَمَا فِي قُلُوبِهِمْ قُلِ اسْتَهْزِءُوا إِنَّ اللهَ مُخْرِجُ مَاتَحْذَرُونَ

Orang-orang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi di dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: “Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan RasulNya)”. Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti. [at-Taubah/9 : 64].

وَلَئِن سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللهِ وَءَايَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنتُمْ تَسْتَهْزِءُونَ

Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda-gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya, kamu selalu berolok-olok?”. [at Taubah/9 : 65].


Oleh Ustadz Abu Ihsan Al Atsary 


Referensi: https://almanhaj.or.id/5984-hukum-istihza-bid-din-memperolokolok-agama.html


📷 @al.nasiha x @thesunnah_path

📸 Instagram: @al.nasiha

💾 Telegram: https://t.me/alnasihaofficial

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Thursday, May 25, 2023

Ulama, Takut Pada Allah

Ulama, Takut Pada Allah
Bismillah...

Diantara tanda seorang ulama: punya rasa takut yang besar pada Allah, karena ia tahu betul bagaimana dahsyatnya hukumanNya.

Takutnya ini membawanya untuk:

- Tidak bermaksiat pada Allah.

- Hati-hati dalam menyampaikan ilmu.

Ilmu yang membuahkan rasa takut pada Allah inilah ilmu yang akan membawa keberkahan & kebaikan bagi pemiliknya. Orang yang memiliki rasa takut pada Allah ini, akan Allah karuniakan keberanian untuk menghadapi makhluk.

{ إِنَّمَا یَخۡشَى ٱللَّهَ مِنۡ عِبَادِهِ ٱلۡعُلَمَـٰۤؤُا۟ۗ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِیزٌ غَفُورٌ }

"Diantara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama." [QS Fāṭir: 28]

Sebaliknya, orang yang bodoh adalah yang tak punya rasa takut pada Allah, sehingga membawanya untuk bermaksiat & kurang ajar padaNya. Bicara pun sembarangan, tanpa ilmu, tanpa dipikir akibatnya. Hidupnya hancur berantakan, dan ia pun mendapatkan kehinaan dengan rasa takut pada makhluk.


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02J6EirLfqAxSrjZwrqgarDtnSee882aqXMiu3W6VDfVNrJhCzkq3TbQaVQP1GAUnjl&id=1672683786


#tadabbur

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Kehidupan yang Baik dalam Pandangan Al-Qur'an

Kehidupan yang Baik dalam Pandangan Al-Qur'an
Bismillah...

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

"Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan dan dia seorang mukmin maka sungguh Kami akan karuniakan kepadanya "hayatan thayyibah" (kehidupan yang baik) dan Kami akan beri ganjaran untuk mereka berupa pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl: 97)

Al-Hafidzh Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,

وعن علي بن أبي طالب أنه فسرها بالقناعة وكذا قال ابن عباس وعكرمة ووهب بن منبه

"Diriwayatkan dari Ali bin Abi Thalib beliau menafsirkan "hayatan thayyibah" dengan makna "al-qana'ah". Hal serupa dikatakan oleh Ibnu Abbas, Ikrimah, dan Wahb bin Munabbih." 

(Umdatut Tafsir 2/398 Al-'Allamah Ahmad Syakir)

Hasan al-Bashri menafsirkan ayat tersebut:

لَنَرْزُقَنَّهُ قَنَاعَةً يَجِدُ لَذَّتَهَا فِي قَلْبِهِ

(Siapa yang beriman) akan kami anugerahkan qanaah. Dia merasakan kelezatan di dalam hatinya.”

Qanaah yaitu ridha atas pemberian Allah sehingga dirinya selalu merasa cukup, kaya jiwa, lapang dada.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ﻟَﻴْﺲَ اﻟﻐﻨﻰ ﻋَﻦْ ﻛَﺜْﺮَﺓِ اﻟﻌَﺮَﺽِ، ﻭَﻟَﻜِﻦَّ اﻟﻐِﻨَﻰ ﻏِﻨَﻰ اﻟﻨَّﻔْﺲِ

Hakikat kaya bukan dari banyaknya harta. Namun kekayaan hati.” [HR. al-Bukhari].

Imam asy-Syafi’i rahimahullah mengatakan,

إذَا مَا كُنْتَ ذَا قَلْبٍ قَنُوْعٍ ** فَأَنْتَ وَمَالِكُ الدُّنْيَا سَوَاءُ

Manakala sifat Qanâ’ah senantiasa ada pada dirimu ** Maka antara engkau dan raja dunia, sama saja.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

قَدْ أَفْلَحَ مَن أَسْلَمَ، وَرُزِقَ كَفَافًا، وَقَنَّعَهُ اللَّهُ بما آتَاهُ.

Sungguh beruntung seseorang yang memeluk Islam. Lalu ia diberi rezeki yang tidak berlebihan. Dan dia menerima dengan apa yang Allah anugerahkan kepadanya.” [HR. Muslim].

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

انْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ أسْفَلَ مِنْكُمْ وَلاَ تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ؛ فَهُوَ أجْدَرُ أنْ لاَ تَزْدَرُوا نِعْمَةَ الله عَلَيْكُمْ)).

Lihatlah siapa yang berada di bawah kalian, dan jangan melihat orang yang berada di atas kalian. Sebab yang demikian lebih patut agar kalian tidak memandang remeh nikmat Allah atas kalian.” [HR. Al-Bukhari dan Muslim].


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02VhqyzPsjMnukSiBSJba5N3jCqeivNPqgXWpu2GMc5W9QgCKrT7A5CL4vaXQL8NLGl&id=100001764454087


https://t.me/manhajulhaq

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Wednesday, May 24, 2023

Perbanyaklah Membaca Sirah Nabi ﷺ

Perbanyaklah Membaca Sirah Nabi ﷺ

Bismillah...

Perbanyaklah membaca sirah Nabi ﷺ, terutama pada fase dakwah di Mekah sebelum hijrah, itu akan menjadikan kita semakin tegar menghadapi cobaan dalam berdakwah..

Karena, biasanya orang yang membawa kebenaran dan memperjuangkannya, dia akan mendapatkan cobaan dan rintangan sebagaimana pendahulunya..

▪️ JIKA ADA YANG DIBOIKOT KARENA DAKWAHNYA

Maka ingatlah bahwa Beliau ﷺ dan para sahabat radhiyallahu'anhum juga pernah diboikot, bahkan hingga tiga tahun lamanya, sampai-sampai mereka harus makan dedaunan. [Lihat: Sirah Ibnu Hisyam 1/388]

▪️ BILA ADA YANG DITUDUH PENDUSTA DAN TUKANG SIHIR

Maka ingatlah bahwa Nabi ﷺ juga pernah dituduh demikian, bahkan Allah Ta'ala abadikan hal itu dalam Al-Qur’an (yang artinya),

Mereka (orang-orang kafir) heran dengan datangnya seorang pemberi peringatan (Rasul) dari kalangan mereka sendiri, dan orang-orang kafir itu mengatakan: ‘orang ini adalah tukang sihir, tukang dusta’.” (Qs. Shad: 4)

Bahkan Beliau ﷺ sampai dikatakan gila oleh para penentang dakwahnya. Allah Ta'ala juga abadikan hal ini dalam kitab-Nya (yang artinya),

Mereka (orang-orang kafir) itu mengatakan: wahai orang yang diturunkan kepadanya Adz-Dzikr (Alqur’an), sungguh kamu benar-benar gila“. (QS. Al-Hijr: 6)

▪️ JIKA ADA YANG DITUDUH MEMECAH BELAH UMAT

Maka Beliau ﷺ juga dahulu telah menerima hal yang sama. Ketika itu ‘Utbah bin Rabi’ah pernah mengatakan kepada Beliau ﷺ,

Sungguh kamu telah datang kepada kaummu dengan masalah besar, dengannya kamu PECAH BELAH persatuan mereka, kamu rendahkan kedudukan mereka, kamu cela Tuhan dan agama mereka, dan kamu KAFIRKAN nenek moyang mereka“. (Lihat: Sirah Ibnu Hisyam, 1/359)

▪️ BILA ADA YANG DIUSIR DARI TEMPAT TINGGALNYA

Maka ingatlah bahwa Beliau ﷺ juga akhirnya terusir dari kota kelahirannya (Mekah) yang sangat Beliau ﷺ cintai, ketika akan berpisah dengan kota suci itu, beliau ﷺ mengatakan (yang artinya),

Betapa baiknya engkau sebagai negeri, dan betapa cintanya diriku kepadamu, seandainya bukan karena kaumku mengeluarkanku darimu, tentu aku tidak akan menetap di tempat selainmu“. (HR. Attirmidzi: 3926, shahih)

Bahkan di banyak kesempatan Beliau ﷺ dan para sahabatnya harus berperang dengan para penentang tersebut. Tidak lain, tujuannya adalah agar dakwah tetap bisa berlangsung dengan baik, dan kebenaran bisa sampai kepada umat manusia. Oleh karenanya dalam perang badar Beliau ﷺ bermunajat (yang artinya), 

Ya Allah, jika pasukanku dari kaum muslimin ini binasa; Engkau tidak akan lagi disembah di muka bumi ini“. (HR. Muslim: 1763)

Dan masih banyak lagi rintangan dan gangguan yang Beliau ﷺ alami. Meski demikian, Beliau ﷺ tetap saja maju di jalan dakwah yang terjal tersebut, karena itulah jalan kemuliaan di dunia dan di akhirat..

Siapa pun yang ingin mendapatkan kemuliaan seperti Beliau ﷺ, maka ikutilah jalan Beliau ﷺ.


✒️Ustadz Dr. Musyaffa' Ad Dariny, MA حفظه الله تعالى

(Dewan Pembina Yayasan Risalah Islam)

Dibagikan Oleh : Mutiara Risalah Islam

http://t.me/mutiararisalahislam

Semoga bermanfaat..

جزاكم الله خيرا وبارك الله فيكم

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Barangsiapa Yang Allah Kehendaki Kebaikan

Barangsiapa Yang Allah Kehendaki Kebaikan
Bismillah...

َ  عَنْ حُمَيْدِ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ سَمِعَ مُعَاوِيَةَ يَقُولُ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَاللَّهُ الْمُعْطِي وَأَنَا الْقَاسِمُ وَلَا تَزَالُ هَذِهِ الْأُمَّةُ ظَاهِرِينَ عَلَى مَنْ خَالَفَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ ظَاهِرُونَ

Dari Humaid bin 'Abdur Rahman bahwa dia mendengar Mu'awiyah berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, 

"Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya maka Allah akan pahamkan orang itu dalam urusan agama..

Allah adalah Yang Maha Pemberi sedangkan aku Al-Qasim (yang membagi-bagi) dan akan senantiasa umat ini menang atas orang-orang yang menyelisihi mereka hingga datang urusan Allah, sedang mereka berjaya (dengan kemenangan)".

(HR. Shahih Bukhari no. 3116, Fathul Bari)

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ

Rasulullah ﷺ bersabda, 

"Barang siapa yang dikehendaki Allah kebaikan, maka Dia akan mengujinya".

(HR. Shahih Bukhari no. 5645, Fathul Bari)

عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي حُمَيْدٌ قَالَ 

سَمِعْتُ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ يَخْطُبُ قَالَ

سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ يُرِدْ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَيُعْطِي اللَّهُ وَلَنْ يَزَالَ أَمْرُ هَذِهِ الْأُمَّةِ مُسْتَقِيمًا حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ أَوْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ

Dari Ibn Syihab, telah mengabarkan kepadaku Humaid berkata, aku mendengar Mu'awiyah bin Abu Sufyan berpidato dengan berkata, "Aku mendengar Nabi ﷺ bersabda, 

"Barang siapa yang Allah kehendaki menjadi kebaikan, maka Allah menjadikannya pandai terhadap urusan agamanya, sesungguhnya aku membagi sedang Allah Sang pemberi, dan keadaan umat ini akan terus senantiasa lurus hingga kiamat tiba". (atau dengan redaksi) "Hingga keputusan Allah tiba."

(HR. Shahih Bukhari no. 7312, Fathul Bari)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

 

Share:

Popular Posts

Blog Archive