Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Sunday, December 31, 2023

Sejarah Tahun Baru 1 Januari

Sejarah Tahun Baru 1 Januari
Bismillah...

• Tahukah anda sejarah Tahun Baru 1 Januari??

"Semenjak abad ke 46 SM, Raja Romawi Julius Caesar menetapkan 1 Januari sebagai Hari Permulaan Tahun. Orang Romawi mempersembahkan hari 1 Januari kepada Janus, Dewa segala gerbang, pintu-pintu dan permulaan (waktu)..

Bulan Januari diambil dari nama Janus sendiri, yaitu Dewa yang memiliki dua wajah, satu wajah menghadap ke (masa) depan dan satu wajah lagi menghadap ke (masa) lalu.."

```(THE WORLD BOOK ENCYCLOPEDIA Vol.14 hal.237)```

Yang merayakan malam tahun baru dengan cara apa pun, adalah mereka mengikuti kaum penyembah berhala (Paganis) yang merayakan hari Janus, dengan mengitari api unggun, meniup terompet berpesta dan bernyanyi ber-sama..

Selamat atas para peniru kaum Paganis Romawi yang telah merayakan malam tahun baru atau hari Janus..

Bagi yang TIDAK ikut-ikutan, selamatlah anda, karena anda tetap terus berkomitmen dengan Al-Quran surat Al-An'am, ayat 161-163,

قُلْ اِنَّنِيْ هَدٰٮنِيْ رَبِّيْۤ اِلٰى صِرَا طٍ مُّسْتَقِيْمٍ ۚ دِيْنًا قِيَمًا مِّلَّةَ اِبْرٰهِيْمَ حَنِيْفًا ۚ وَمَا كَا نَ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

قُلْ اِنَّ صَلَا تِيْ وَنُسُكِيْ وَ مَحْيَايَ وَمَمَا تِيْ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ ۙ 

لَا شَرِيْكَ لَهٗ ۚ وَبِذٰلِكَ اُمِرْتُ وَاَ نَاۡ اَوَّلُ الْمُسْلِمِيْنَ

"Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya Tuhanku telah memberiku petunjuk ke jalan yang lurus, agama yang benar, agama Ibrahim yang lurus. Dia (Ibrahim) tidak termasuk orang-orang musyrik..

Katakanlah (Muhammad), Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam,

Tidak ada sekutu bagi-Nya; dan demikianlah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama berserah diri (muslim)."

• Al-Quran surat Al-An'am, ayat 79,

اِنِّيْ وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ فَطَرَ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضَ حَنِيْفًا وَّمَاۤ اَنَاۡ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ ۚ 

"Aku hadapkan wajahku kepada (Allah) yang menciptakan langit dan bumi dengan penuh kepasrahan (mengikuti) agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik."


✒️Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc  حفظه الله تعالى


🌐 http://www.salamdakwah.com/artikel/743-sejarah-tahun-baru-1-januari

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Kitapun Sejatinya Banyak Aib & Dosa

Kitapun Sejatinya Banyak Aib & Dosa
Bismillah...

Adakah diantara umat ini yang lebih utama, lebih semangat dalam beramal sholih & lebih menjaga diri dari dosa dibanding Abu Bakr radhiyallahu anhu?

Namun demikian, perhatikan doa yang diajarkan oleh Nabi shallallah alaihi wa sallam kepada beliau. Abu Bakar bertanya, 

عَلِّمْنِي دُعاءً أدْعُو به في صَلاتِي، قالَ: قُلْ: 

اللَّهُمَّ إنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي ظُلْمًا كَثِيرًا، ولا يَغْفِرُ الذُّنُوبَ إلّا أنْتَ، فاغْفِرْ لي مَغْفِرَةً مِن عِندِكَ، وارْحَمْنِي، إنَّكَ أنْتَ الغَفُورُ الرَّحِيمُ

الراوي: أبو بكر الصديق • البخاري، صحيح البخاري (٦٣٢٦) • [صحيح] • أخرجه البخاري (٦٣٢٦)، ومسلم (٢٧٠٥)

(Wahai Rasulullah), ajarkan aku doa yang aku bisa baca doa tersebut dalam sholatku.”

Nabi shallahu alaihi wa sallam bersabda, "Ucapkan:

ALLAHUMMA INNI DHOLAMTU NAFSI DHULMAN KATSIRO, WA LAA YAGHFIRUDZ DZUNUBA ILLA ANTA. FAGHFIR LII MAGHFIRATAN MIN INDIK, WARHAMNII INNAKA ANTAL GHOFURUR ROHIM

(Ya Allah, sesungguhnya aku telah banyak mendzolimi diri sendiri, dan tidak ada yang mengampuni dosa kecuali Engkau, maka berilah aku ampunan dari sisi-Mu, dan rahmatilah aku, sesungguhnya Engkau adalah Dzat yang Maha Pengampun & Penyayang)." [HR. Bukhori & Muslim]

Sesungguhnya aib & dosa kita sangatlah banyak, namun alhamdulillah Allah berkenan menutupinya. Perbanyaklah istighfar, karena istighfar itu:

ستر العبد فلا ينفضح و وقايته من شر الذنب  فلا يعاقب عليه

Menutup aib seorang hamba sehingga tidak terbongkar & melindunginya dari keburukan dosa sehingga tidak diadzab.

Jangan suka membongkar aib orang jika tidak ada maslahat penting & jelas di sana, karena sesungguhnya kitapun banyak aib & dosanya...

Semoga Allah tutup aib-aib kita di dunia & akherat, serta melindungi kita dari pengaruh buruk dosa di dunia & akherat...


ASTAGHFIRULLAH...

ASTAGHFIRULLAH..

ASTAGHFIRULLAH…


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02CHzbzeSwUGwTCnsL58MXJwrkpVj3DwKwJvmSn8tjpYcEQwnqw31h8xUGZf7ePbd8l&id=100014232969661

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Hewan, Pepohonan, Tetumbuhan Bahkan Benda-Benda Mati Seluruhnya Bertasbih kepada Allah

Hewan, Pepohonan, Tetumbuhan Bahkan Benda-Benda Mati Seluruhnya Bertasbih kepada Allah
Bismillah...

Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالْأَرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ ۚ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَٰكِنْ لَا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ ۗ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا

Langit yang tujuh dan bumi dan semua yang ada didalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun." (QS. Al-Isra': 44)

Bertasbih yaitu mensucikan Allah dari segala aib dan kekurangan serta hal-hal yang tidak layak bagi-Nya.

Dan memuji Allah dengan seluruh pujian yang disertai kecintaan dan pengagungan. 

Al-Imam Abu Ja'far ath-Thabari rahimahullah berkata firman Allah, 

"Tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka" maknanya, 

لا تفقهون تسبيح ما عدا تسبيح من كان يسبح بمثل ألسنتكم

"Kalian tidak mengerti cara tasbih mereka selain cara bertasbih yang biasa dilafalkan oleh lisan-lisan kalian." 

Jami'ul Bayan (14/607)

Mulut lagi nganggur kan? Yuk berdzikir ucapkan "Subhanallah wa bihamdih subhanallahil 'adzhim", dua kalimat ringan di lisan, berat di timbangan, dicintai oleh Ar-Rahman. 

Dari Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

كَلِمَتَانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِى الْمِيزَانِ ، حَبِيبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ ، سُبْحَانَ اللَّهِ الْعَظِيمِ

Dua kalimat yang ringan di lisan, namun berat ditimbangan, dan disukai Ar Rahman yaitu “Subhanallah wa bi hamdih, subhanallahil ‘azhim” (Maha Suci Allah dan segala puji bagi-Nya. Maha Suci Allah Yang Maha Agung)". (HR. Bukhari no. 6682 dan Muslim no. 2694)


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid026Zmz4tuRXncyqVordaYaUHmyEMQ73L21Jp588q9yi2YMMaSdme2wtojDvVJwWZZ2l&id=100001764454087


#https://t.me/manhajulhaq

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Saturday, December 30, 2023

(3 Golongan) Orang Yang TIDAK Diterima Amalannya

(3 Golongan) Orang Yang TIDAK Diterima Amalannya
Bismillah...

Ada sebagian orang mengatakan : “Amalan sesorang itu diterima atau tidak terserah Allah, manusia tidak bisa menghukumi apakah amalan itu diterima atau tidak.”

Perkataan ini merupakan perkataan orang-orang yang tidak pernah belajar agama dengan benar. Perkataan orang-orang yang tidak merujuk kepada al Qur’an dan as Sunnah dengan pemahamanan yang benar, pemahaman para salaf. 

Petunjuk Allah dan RasulNya telah menjelaskan bahwa ada amalan orang yang diterima ada pula amalan yang tidak diterima.

PERTAMA, Amalan Orang Kafir

Orang-orang kafir, sebanyak apa pun amal kebaikannya, pasti amalnya tertolak. Sebesar apa pun kebaikannya, pasti tidak ada nilainya.

Sebagian orang sering mendengar dan melihat ada orang-orang kafir, baik dari ahli kitab (nasrani dan yahudi) maupun orang-orang musyrik (penyembah berhala) banyak membantu orang-orang miskin, banyak menolong orang-orang kesusahan, banyak membangun sarana dan prasarana untuk masyarakat banyak, namun selama mereka itu tidak beriman, maka amal-amal mereka seperti abu yang tertiup angin atau seperti fatamorgana.

Allah Ta’ala berfirman :

مَثَلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِرَبِّهِمْ أَعْمَالُهُمْ كَرَمَادٍ اشْتَدَّتْ بِهِ الرِّيحُ فِي يَوْمٍ عَاصِفٍ لَا يَقْدِرُونَ مِمَّا كَسَبُوا عَلَى شَيْءٍ ذَلِكَ هُوَ الضَّلَالُ الْبَعِيدُ (ابراهيم : 18).

Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikit pun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh. (QS. Ibrahim 18).

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah :

هذا مثل ضربه الله تعالى لأعمال الكفار الذين عبدوا مع الله غيره ، وكذبوا رسله ، وبنوا أعمالهم على غير أساس صحيح; فانهارت وعدموها أحوج ما كانوا إليها ، فقال تعالى : ( مثل الذين كفروا بربهم أعمالهم ) أي : مثل أعمال الذين كفروا يوم القيامة إذا طلبوا ثوابها من الله تعالى; لأنهم كانوا يحسبون أنهم على شيء ، فلم يجدوا شيئا ، ولا ألفوا حاصلا إلا كما يتحصل من الرماد إذا اشتدت به الريح العاصفة 

Ayat ini merupakan perumpamaan yang dibuat oleh Allah untuk menggambarkan tentang amal perbuatan orang-orang kafir yang menyembah selain Allah beserta-Nya dan mendustakan rasul-rasul-Nya. Mereka adalah orang-orang yang membina amal perbuatannya bukan pada landasan yang benar, sehingga runtuh dan lenyaplah bangunannya, padahal ia sangat memerlukannya. Allah Ta'ala berfirman:

Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka. (Ibrahim: 18)

Yakni perumpamaan amal perbuatan mereka kelak di hari kiamat apabila mereka meminta pahalanya dari Allah Ta'ala. Demikian itu karena mereka menduga bahwa diri mereka berada dalam kebenaran, tetapi ternyata tiada satu pahala pun yang mereka dapatkan. Tiada hasil bagi amalan-amalan mereka kecuali sebagaimana debu yang lenyap diterbangkan oleh angin badai yang amat besar. (Tafsir Ibnu Katsir).

Dan Allah Ta'ala berfirman :

وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا (النور : 39).

Dan orang-orang yang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun. Dan di dapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya. (QS. An Nur : 39).

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah :

Demikian pula keadaan orang kafir, ia menduga bahwa dirinya telah mengerjakan suatu amal kebaikan, dan bahwa dirinya pasti mendapat sesuatu pahala. Tetapi apabila ia menghadap kepada Allah pada hari kiamat nanti dan Allah menghisabnya serta menanyai semua amal perbuatannya, ternyata dia tidak menjumpai sesuatu pun dari apa yang telah dilakukan sebelumnya. Adakalanya karena tidak ikhlas, atau adakalanya karena tidak sesuai dengan tuntunan syariat. (Tafsir Ibnu Katsir).

Hanya yang memiliki iman sajalah yang mendapatkan ganjaran pahala dari Allah Ta’ala, sedangkan orang-orang kafir tidak mendapatkan apa-apa dari amal-amalnya.

Allah Ta’ala berfirman :

إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا بِآيَاتِنَا سَوْفَ نُصْلِيهِمْ نَارًا كُلَّمَا نَضِجَتْ جُلُودُهُمْ بَدَّلْنَاهُمْ جُلُودًا غَيْرَهَا لِيَذُوقُوا الْعَذَابَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَزِيزًا حَكِيمًا (56) وَالَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا لَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَنُدْخِلُهُمْ ظِلًّا ظَلِيلًا (57) (النساء : 56-57).

Sesungguhnya orang-orang yang kafir kepada ayat-ayat Kami, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam neraka. Setiap kali kulit mereka hangus, Kami ganti kulit mereka dengan kulit yang lain, supaya mereka merasakan azab. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Dan orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, kelak akan Kami masukkan mereka ke dalam surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; kekal mereka di dalamnya; mereka di dalamnya mempunyai istri-istri yang suci, dan Kami masukkan mereka ke tempat yang teduh lagi nyaman. (QS. An Nisa 56-57).

KEDUA, Orang Islam Yang Tidak Ikhlas Dalam Beramal

Seorang muslim, apabila amal ibadahnya tidak didasari keikhlasan, maka amal ibadahnya tidak diterima, karena Allah Ta’ala hanya menerima amal ibadah yang ikhlas, yang ditujukan hanya untuk Allah semata.

Ibadah karena didasari ingin dilihat dan ingin didengar oleh manusia, jatuh pada perbuatan riya. Dan riya tergolong syirik kecil. Perbuatan riya inilah yang menyebabkan amalan tidak diterima.

Allah Ta’ala berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْأَذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لَا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (البقرة :264).

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (Al Baqoroh : 264).

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah :

Dengan kata lain, janganlah kalian menghapus pahala sedekah kalian dengan perbuatan manna dan aza.

Perbuatan riya juga membatalkan pahala sedekah, yakni orang yang menampakkan kepada orang banyak bahwa sedekah yang dilakukannya adalah karena mengharapkan rida Allah, padahal hakikatnya ia hanya ingin dipuji oleh mereka atau dirinya menjadi terkenal sebagai orang yang memiliki sifat yang terpuji, supaya orang-orang hormat kepadanya; atau dikatakan bahwa dia orang yang dermawan dan niat lainnya yang berkaitan dengan tujuan duniawi, tanpa memperhatikan niat ikhlas karena Allah dan mencari rida-Nya serta pahala-Nya yang berlimpah. (Tafsir Ibnu Katsir).

Rasulullah Shalallohu’alaihi wasallam bersabda :

إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ فَأُتِىَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ. قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لأَنْ يُقَالَ جَرِىءٌ. فَقَدْ قِيلَ. ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِىَ فِى النَّارِ وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ فَأُتِىَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ. قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ عَالِمٌ. وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ هُوَ قَارِئٌ. فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِىَ فِى النَّارِ. وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ فَأُتِىَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا قَالَ فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا قَالَ مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلاَّ أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ قَالَ كَذَبْتَ وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ هُوَ جَوَادٌ. فَقَدْ قِيلَ ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ ثُمَّ أُلْقِىَ فِى النَّارِ ». (رواه مسلم).

"Sesungguhnya pertama-tama orang yang diputuskan, diperiksa ketika diadakan hisab pada hari kiamat ialah seseorang lelaki yang mati syahid, mati dalam peperangan fisabilillah. Orang itu didatangkan, lalu diperlihatkanlah kepadanya akan kenikmatan yang akan dimilikinya, kemudian iapun dapat melihatnya pula. Allah berfirman: "Apakah yang engkau amalkan sehingga dapat memperoleh kenikmatan-kenikmatan itu?" Orang itu menjawab: "Saya berperang untuk membela agamaMu - ya Tuhan - sehingga saya terbunuh dan mati syahid." Allah berfirman: "Engkau berdusta tetapi sebenarnya engkau berperang itu ialah supaya engkau dikatakan sebagai seorang yang berani dan memang engkau sudah dikatakan sedemikian itu." Orang itu lalu disuruh minggir, kemudian diseret atas mukanya sehingga dilemparkan ke dalam api neraka.

Selanjutnya ialah seorang lelaki yang belajar sesuatu ilmu agama dan mengajar-kannya serta membaca al-Quran, ia didatangkan, lalu diperlihatkanlah padanya kenikmatan-kenikmatan yang dapat diperoleh-nya dan ia juga dapat melihatnya. Allah berfirman: "Apakah amalan yang sudah engkau kerjakan sehingga engkau dapat memperoleh kenikmatan-kenikmatan itu?" Orang itu menjawab: "Saya belajar sesuatu ilmu dan sayapun mengajarkannya, juga saya membaca al-Quran untuk mengharapkan keridhaanMu." Kemudian Allah berfirman: "Engkau berdusta, tetapi sesungguhnya engkau belajar ilmu itu supaya engkau dikatakan sebagai seorang yang alim, juga engkau membaca al-Quran itu supaya engkau dikatakan sebagai seorang pandai dalam membaca al-Quran dan memang engkau telah dikatakan sedemikian itu. Selanjutnya orang itu disuruh minggir dan diseret atas mukanya sehingga dilemparkanlah ia ke dalam api neraka.

Ada pula seorang lelaki yang telah dikaruniai kelapangan hidup oleh Allah dan pula diberi berbagai macam harta benda. la didatangkan lalu diperlihatkanlah padanya kenikmatan-kenikmatan yang dapat diperoleh-nya dan ia juga dapat melihatnya itu. Allah berfirman: "Apakah amalan yang sudah engkau lakukan sehingga dapat memperoleh kenikmatan-kenikmatan itu?" la menjawab: "Tiada suatu jalanpun yang Engkau cinta kalau jalan itu diberikan nafkah, melainkan sayapun menafkahkan harta saya untuk jalan tadi karena mengharapkan keridhaanMu." Allah berfirman: "Engkau berdusta, tetapi engkau telah mengerjakan yang sedemikian itu supaya dikatakan: "Orang itu amat dermawan sekali" dan memang sudah dikatakan sedemikian itu." Orang itu lalu disuruh minggir terus diseret atas mukanya sehingga dilemparkanlah ia ke dalam api neraka." (HR. Muslim dari Abu Hurairah Radhiyallohu’anhu).

Oleh karena itu, beramal ibadahlah karena Allah Ta’ala, karena jika amal ibadah itu ingin dinilai, dilihat dan didengar oleh manusia, selain akan sia-sia amal ibadah dan juga mendapatkan anacaman yang keras sebagaimana hadits di atas.

KETIGA, Pelaku Bid'ah

Syarat yang ketiga agar amal ibadah diterima adalah mencontoh Nabi shalallahu’alaihi wasallam, tidak membuat perkara baru, tidak membuat bid'ah, kreatifitas dan inovasi dalam agama. Karena walaupun seseorang memiliki keimanan dan keikhlasan, tanpa syarat yang ketiga ini, maka amalan apa pun yang dilakukannya tidak akan diterima, akan sia-sia belaka.

Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد 

Barangsiapa yang membuat perkara baru dalam agama ini yang tidak ada perintahnya dari kami, maka hal itu tertolak” (Riwayat Bukhori dan Muslim)

Dalam riwayat lain berbunyi:

من عمل عملا ليس عليه أمرنا فهو رد 

Barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka perbuatan tersebut tertolak” (HR. Muslim).

Kesimpulannya, hanya orang yang beriman, yang ikhlas dan mengikuti sunnah Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan sunnah para khulafaur rasyidin yang diterima amal ibadahnya. 


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0thrwnHq3jJv5pcCmoQw97cDsWCLQiyDSt4SfnmRp7GKmiwwMeSfUgM1pmNqFv13pl&id=100063495759389


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Hidayah Milik Allah ﷻ

Hidayah Milik Allah ﷻ
Bismillah...

إِنَّكَ لَا تَهۡدِي مَنۡ أَحۡبَبۡتَ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهۡدِي مَن يَشَآءُۚ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ

"Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk". (QS. Al Qasas ; 56)

لَّيۡسَ عَلَيۡكَ هُدَىٰهُمۡ وَلَٰكِنَّ ٱللَّهَ يَهۡدِي مَن يَشَآءُۗ وَمَا تُنفِقُواْ مِنۡ خَيۡرٖ فَلِأَنفُسِكُمۡۚ وَمَا تُنفِقُونَ إِلَّا ٱبۡتِغَآءَ وَجۡهِ ٱللَّهِۚ وَمَا تُنفِقُواْ مِنۡ خَيۡرٖ يُوَفَّ إِلَيۡكُمۡ وَأَنتُمۡ لَا تُظۡلَمُونَ

"Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk siapa yang dikehendaki-Nya. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka pahalanya itu untuk kamu sendiri. Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup sedang kamu sedikitpun tidak akan dianiaya (dirugikan)". (QS. Al Baqarah ; 272)

وَلَوۡ شَآءَ رَبُّكَ لَأٓمَنَ مَن فِي ٱلۡأَرۡضِ كُلُّهُمۡ جَمِيعًاۚ أَفَأَنتَ تُكۡرِهُ ٱلنَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُواْ مُؤۡمِنِينَ

وَمَا كَانَ لِنَفۡسٍ أَن تُؤۡمِنَ إِلَّا بِإِذۡنِ ٱللَّهِۚ وَيَجۡعَلُ ٱلرِّجۡسَ عَلَى ٱلَّذِينَ لَا يَعۡقِلُونَ

"Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?

Dan tidak ada seorangpun akan beriman kecuali dengan izin Allah; dan Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya". (QS. Yunus ; 99-100)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Mutiara Salaf : Tujuan Membaca Al-Qur'an

Mutiara Salaf : Tujuan Membaca Al-Qur'an
Bismillah...

🌴🌴🌴

Al Imam Abu Bakr Al Ajurri (Muhammad bin Al Husein bin Abdillah Al-Baghdadi Al-Ajurri, wafat 320H) rohimahullah berkata,

«ومَن تدبَّر كلامَه عرف الربَّ عزَّ وجلَّ، وعَرَفَ عظيمَ سلطانه وقدرتِه، وعظيمَ تفضُّله على المؤمنين، وعَرَف ما عليه مِن فرض عبادته، فألزم نَفْسَه الواجبَ، فحَذِر ممَّا حذَّره مولاه الكريم، فرَغِب فيما رغَّبه، ومَن كانت هذه صفتَه عند تلاوته للقرآن وعند استماعه مِن غيره كان القرآنُ له شفاءً فاستغنى بلا مال ، وعَزَّ بلا عشيرةٍ، وأَنِسَ ممَّا يستوحش منه غيرُه، وكان همُّه عند التلاوة للسورة إذا افتتحها: «متى أتَّعظُ بما أتلو؟»، ولم يكن مرادُه: «متى أختم السورةَ؟»، وإنما مراده: «متى أَعْقِلُ عن الله الخطابَ؟ متى أزدجِرُ؟ متى أعتبر؟»، لأنَّ تلاوة القرآن عبادةٌ لا تكون بغفلةٍ، واللهُ الموفِّق لذلك

Barang siapa mentadabburi firman-Nya, maka dia akan :

▶️ mengetahui tentang Robbnya, agungnya kerajaan dan kekuasaan-Nya,

▶️ besarnya karunia yang diberikan kepada kaum mukminin,

▶️ kemudian sadar kewajiban untuk beribadah kepada-Nya.

🌴🌴🌴

Oleh karena itu, dia akan mengharuskan dirinya :

▶️ mengerjakan kewajiban,

▶️ menjauhi dari apa yang diperingatkan Robbnya yang Mahamulia, dan

▶️ mencintai apa yang Dia perintahkan.

🌴🌴🌴

Barang siapa memiliki sifat ini ketika membaca dan mendengarkan Alqur’an, maka Alqur’an akan menjadi obat baginya. Dia akan berkecukupan tanpa harta, mulia tanpa suku (pendukung), dan tenang menghadapi apa yang biasa membuat orang lain gelisah.

Tujuannya saat membuka surat untuk dibaca adalah : ‘kapan aku bisa mengambil pelajaran dari apa yang kubaca..’ dan bukan : ‘kapan aku menyelesaikan surat ini..’

🌴🌴🌴

Namun keinginannya hanyalah :

▶️ kapan aku bisa memahami firman Allah

▶️ kapan aku terhenti (dari larangan-Nya setelah membaca)

▶️ kapan aku bisa mengambil pelajaran

🌴🌴🌴

Sebab, membaca Alqur’an adalah ibadah yang tidak dapat diamalkan dengan kelalaian. Hanya Allah yang memberi taufik atas semua itu..

(Akhlaq Hamalatil Qur’an, hlm 10)


=====🌴🌴🌴🌴🌴=====

🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/65635

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Lari Dari Maksiat, Jatuh Ke Kubangan Bid'ah

Lari Dari Maksiat, Jatuh Ke Kubangan Bid'ah
Bismillah...

Sebagian orang sudah banyak rencana di akhir tahun ini untuk menghindari maksiat hingar bingarnya tahun baru dengan ritual dzikir bersama, istighotsah, shalat lail berjamaah atau beragam ibadah lainnya.

Sepintas kegiatan ini kelihatannya baik, namun ragam ibadah yang dilakukan di malam tahun baru tersebut tidak dilandasi dalil dan contoh dari Rasulullah dan para sahabatnya. Akhirnya lari dari maksiat, jatuh kepada amalan bid'ah yang sesat.

Dimana perbuatan bid'ah dalam perkara agama lebih disukai iblis dari pada pelaku maksiat. Karena pelaku maksiat, seperti pezina, peminum khamar, penjudi dan yang lainnya, mereka tahu bahwa perbuatannya itu tidak baik, sehingga mereka lebih mudah bertaubat. Sedangkan pelaku bid'ah merasa bahwa amalannya itu benar, sehingga mereka susah menerima kebenaran dan susah bertaubat, kecuali yang Allah Ta'ala berikan hidayah.

Berkata Syeikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

إن أهل البدع شر من أهل المعاصي الشهوانية بالسنة والإجماع. 

Sesungguhnya AHLUL BID'AH lebih jelek daripada AHLU MAKSIAT SYAHWANIYYAH berdasarkan sunnah dan ijma'. (Majmu’ Fatawa 30/130). 

Berkata Sufyan Ats Tsauri rahimahullah :

إن البدعة أحب إلى إبليس من المعصية؛ لأن البدعة لا يُتاب منها والمعصية يُتاب منها 

Sesungguhnya BID'AH ITU lebih dicintai IBLIS daripada maksiat. Karena sesungguhnya BID'AH ITU pelakunya (sulit bertaubat) dari (kebid'ahan) nya, sementara maksiat pelakunya akan (mudah) bertaubat dari (maksiat) nya. (Al Hilyah 26/7).

Dan berkata Sufyan Ats Tsauri rahimahullah :

والبدعة أحب إلى إبليس من المعصية لأن العاصي يعلم أنه عاصٍ فيتوب، والمبتدع يحسب أن الذي يفعله طاعة؛ فلا يتوب”.

Dan BID'AH ITU lebih dicintai IBLIS daripada maksiat. Karena sesungguhnya PELAKU MAKSIAT, dia tahu bahwasanya dia bermaksiat, maka dia akan (mudah) bertaubat. Sementara PELAKU BID'AH, dia beranggapan, bahwasanya yang dia kerjakan adalah keta’atan, sehingga dia tidak (mudah) bertaubat. (Majmu Fatawa 11/633). 


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0ijhjn8d571wqqBTi1oyNnpDfWiSxxFWgSBkhaX8cnAhjGXHGd2sxeDtwBNTuBur5l&id=100063495759389


AFM


https://abufadhelmajalengka.blogspot.com/2018/12/lari-dari-maksiat-jatuh-ke-kubangan.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Friday, December 29, 2023

Diantara Keutamaan Surat Al-Ikhlas

Diantara Keutamaan Surat Al-Ikhlas
Bismillah...

عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ

عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَقْرَأَ فِي لَيْلَةٍ ثُلُثَ الْقُرْآنِ قَالُوا وَكَيْفَ يَقْرَأْ ثُلُثَ الْقُرْآنِ قَالَ قُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ تَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ

Dari Abu Darda` dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, 

"Tidak sanggupkah salah seorang dari kalian membaca sepertiga Al-Qur'an dalam semalam?". 

Mereka balik bertanya, "Bagaimana cara membaca sepertiganya?". 

Nabi ﷺ menjawab, 

"QUL HUWALLAHU AHAD' (surah Al-Ikhlash) sama dengan sepertiga Al-Qur'an"

(HR Imam Muslim no. 811 dalam Syarh Shahih Muslim)

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا اشْتَكَى يَقْرَأُ عَلَى نَفْسِهِ بِالْمُعَوِّذَاتِ وَيَنْفُثُ فَلَمَّا اشْتَدَّ وَجَعُهُ كُنْتُ أَقْرَأُ عَلَيْهِ وَأَمْسَحُ بِيَدِهِ رَجَاءَ بَرَكَتِهَا

Dari Aisyah رضي الله عنها, bahwasanya Rasulullah ﷺ dahulu bila sedang menderita kesakitan, beliau membacakan dirinya dengan 'AL MU'AWWIDZAAT' (surah Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Naas), lalu beliau meniupkannya. Hanya saja di masa sakit parahnya, akulah yang membacakannya untuk beliau, lalu kuusapkan dengan tangannya guna mengharap keberkahan".

(HR Imam Bukhari no. 5016 dalam Fathul Bari)

أَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً

“Perbanyaklah shalawat kepadaku  pada setiap Jum’at. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti.” 

(HR. Baihaqi,Hadits Hasan lighoirihi dalam Sunan Al Kubro)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Agar Dibela Dari Api Neraka

Agar Dibela Dari Api Neraka
Bismillah...

🌴🌴🌴

وَعَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ - عَنْ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - قَالَ: «مَنْ رَدَّ عَنْ عِرْضِ أَخِيهِ بِالْغَيْبِ رَدَّ اللَّهُ عَنْ وَجْهِهِ النَّارَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ» أَخْرَجَهُ التِّرْمِذِيُّ، وَحَسَّنَهُ

Diriwayatkan dari Abu Ad-Darda' Radhiyallahu Anhu, dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, "Barangsiapa membela kehormatan saudaranya tanpa diketahui olehnya niscaya Allah akan menghindarkan wajahnya dari api neraka pada hari kiamat nanti." (Shahih: At Tirmidzi 1931]

Dalam sabdanya yang lain :

مَنْ ذَبَّ عَنْ لَحْمِ أَخِيهِ بِالْغِيبَةِ كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُعْتِقَهُ مِنَ النَّارِ

Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya ketika ia tidak ada, maka Allah pasti akan bebaskan dirinya dari neraka.” (HR Ahmad)

«مَنْ حَمَى عِرْضَ أَخِيهِ فِي الدُّنْيَا بَعَثَ اللَّهُ لَهُ مَلَكًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ يَحْمِيهِ مِنْ النَّارِ»

"Barangsiapa yang membela kehormatan saudaranya semasa di dunia dan pada hari kiamat kelak Allah akan mengutus malaikat untuk melindunginya dari siksaan api neraka." [Hasan: Abu Daud 4883]

🌴🌴🌴

Pernahkah mendengar saudaramu dighibah..?

Pernahkah mendengar temanmu dituduh..?

🌴🌴🌴

Padahal anda mengetahui bahwa temanmu tidak demikian..

Itulah saatnya meraih keutamaan besar..

Agar kelak kita dibela dari api Neraka..


Ditulis oleh, Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

=====🌴🌴🌴🌴🌴=====

🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/5116

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Thursday, December 28, 2023

Tidak Pernah Melakukan Dosa Bukan Syarat Orang Bertakwa

Tidak Pernah Melakukan Dosa Bukan Syarat Orang Bertakwa
Bismillah...

Kalau sekiranya syarat menjadi orang yang bertaqwa itu adalah yang tidak pernah melakukan kesalahan dan dosa, maka tidak ada seorang pun bisa menjadi orang yang bertaqwa. 

Syaikhul Islam ibnu Taimiyah rahimahullah berkata : 

ليس من شرط المُتَّقِين ونحوهم أن لا يقع منهم ذنب، ولا أن يكونوا معصومين من الخطأ والذنوب؛ فإنَّ هذا لو كان كذلك لم يكُنْ في الأُمَّة مُتَّقٍ، بل من تاب من ذنوبه، ومن فعل ما يُكفِّر سيئاته دخل في المُتَّقِين. منهاج السنة (٨٢/٧)

"Bukanlah syarat orang yang bertakwa itu tidak pernah terjatuh dalam perbuatan dosa atau harus terjaga dari kesalahan dan maksiat. 

Karena jika syarat nya seperti ini, niscaya tidak akan ada seorangpun yang bertakwa di umat ini.

Akan tetapi, barangsiapa bertaubat dari dosa maka dia termasuk orang-orang bertakwa dan barangsiapa mengerjakan amalan yang akan menghapuskan dosa dan kesalahannya, maka dia juga termasuk orang-orang bertakwa.” (Minhajus Sunnah, 7/82).

Ibnu Rajab Al-Hambali berkata:

فلا بد للإنسان من الأمر بالمعروف و النهي عن المنكر و الوعظ و التذكير و لو لم يعظ إلا معصوم من الزلل لم يعظ الناس بعد رسول الله صلى الله عليه و سلم أحد لأنه لا عصمة لأحد بعده

Tetap bagi setiap orang untuk mengajak yang lain pada kebaikan dan melarang dari kemungkaran. Tetap ada saling menasihati dan saling mengingatkan. Seandainya yang mengingatkan hanyalah orang yang maksum (yang bersih dari dosa), tentu tidak ada lagi yang bisa memberi nasihat sepeninggal Nabi ﷺ. Karena sepeninggal Nabi ﷺ tidak ada lagi yang maksum.” [Lathaif Al-Ma’arif fima Al-Mawasim Al-‘Aam mi Al-Wazhaif]

Perkataan beliau ini sejalan dengan hadits Nabi shallallahu alaihi wa sallam, bahwa seluruh anak Adam, pasti pernah melakukan kesalahan. 

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda :

كُلُّ ابْنِ آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِينَ التَّوَّابُونَ .

Setiap anak Adam pasti berdosa dan sebaik-baik orang-orang yang berdosa adalah mereka yang bertaubat. (HR. Tirmidzi).

Maka jika seseorang merasa dirinya tidak pernah melakukan kesalahan atau menganggap gurunya, ustadznya, syekhnya atau siapa saja tidak pernah melakukan kesalahan, ini adalah orang yang DUNGU. 

Berkata Syaikh Muqbil bin Hady rahimahullah berkata:

الذي يعجب بنفسه ويظن أنه لا يخطئ فهو مغفل، الخطأ يحدث من الكل. 

Orang yang merasa kagum terhadap dirinya sendiri (ujub) dan menyangka bahwa dia tidak pernah melakukan kesalahan, maka dia adalah orang yang DUNGU, kesalahan bisa muncul dari semua orang.” (As-Sima' al-Mubasyir, hlm. 50).


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0hNR6Rm3bGULi3FZA4cTLUnhTSEaBWCD2HUJ2AqbYKsKtdy6Ws5sWuzJRWTMMskaJl&id=100009878282155


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Perputaran Jarum Jam Pada Porosnya..

 

jangan pernah menunda-nunda untuk bertaubat
Bismillah...

"Bukankah setiap perputaran jarum jam pada porosnya sejatinya adalah umur kita yang kian menua?"

Tidakkah angka demi angka kalender yang kita lewati, Pekan, Bulan yang telah selesai kita jalani dan pergantian tahun demi tahun yang berlalu sebenarnya hanya mengantar kita semakin dekat ke liang lahat ?

Tahun-tahun berlalu, hari-hari berganti, waktu terlewati, lihat malaikat maut telah mencabut teman-teman kita, saudara kita, bahkan mungkin pula keluarga kita. Lalu belum cukupkah hal itu untuk kita jadikan pelajaran dan renungan ? Hasan Al-Bashri rahimahullah mengatakan,

ابن آدم إنما أنت أيام كلما ذهب يوم ذهب بعضك

Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.” (Hilyatul Awliya’, 2: 148) Maka dengan demikian pantaskah bila satu hari itu hilang lalu kita mengisinya dengan maksiat, dosa dan foya-foya, kemudian setelah itu berharap agar usia panjang dan mendapat tempat terbaik di surga-Nya ???? 

Demi Allah, tak ada jaminan bahwa usia kita akan panjang, maka jangan pernah menunda-nunda taubatmu. Sebab ajal datang tak harus menunggu taubatmu. Maka siapkan bekal amal sholehmu sebelum semua terlambat... Syaikh Bin Baz rahimahullah berkata : 

قد يكون الأجل قد قرب ودنا وأنت في غفلة، قد يصبح الإنسان ولا يمسي ولا يصبح، وقد ينام ولا يقوم، فَالعاقل والحازم ه‍و الذي يعد العدة دائماً ويكون دائماً على حذر وإعدادٍ لآخرة

Bisa jadi ajal itu sudah dekat sementara engkau masih lalai, banyak orang yang di waktu pagi tidak mendapati waktu sore, masih di waktu sore namun tidak mendapati waktu pagi, ada yang tidur tidak bangun-bangun. Orang yang cerdas dan brilian akan selalu bersiap-siap dan berhati-hati dan persiapan menuju akhirat” (Syarh Riyadushsholihin 1/245) 


Reposted ✍ Habibie Quotes

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

(AKIBAT BURUK) Bergaul Dengan Orang Dungu!

(AKIBAT BURUK) Bergaul Dengan Orang Dungu!
Bismillah...

Seseorang, awalnya akhlaknya bagus. Baik kepada keluarganya, tetangganya, gurunya maupun temannya. Tiba-tiba dia berubah total, menjadi seseorang yang buruk akhlaknya. 

Apa penyebab itu semua? Ternyata dia bergaul akrab dengan orang dungu, berteman dekat dengan orang jahil bin bodoh.

Berkata Ali bin Abi Thalib radhiallahu ‘anhu:

فساد الأخلاق بمعاشرة السفهاء . سراج الملوك  ١٧٨

Rusaknya akhlak karena bergaul dengan orang-orang yang DUNGU.  (Siraj Al-Muluk (178)). 

Berkata Ibnu Taimiyyah rahimahullah :

سوء الاخلاق مرده الى معاشرة السفهاء

Kerusakan akhlak disebabkan bergaul dengan orang dungu

Sumber : https://mobile.twitter.com/dpoos12/status/392534909170249729


Untuk itu, agar tidak rusak akhlak, maka jauhi bergaul akrab dengan orang dungu. Dan hal ini merupakan bentuk pendekatan diri kepada Allah.

Berkata Al-Hasan al-Bashry rahimahullah :

هجران الأحمق قربة إلى الله عز وجل

Menjauhi orang yang dungu merupakan bentuk mendekatkan diri kepada Allah Azza wa Jalla.” [Kitab al-Uzlah, hlm. 48]


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid037SSuv1HPLtg3yyCRemUdiXS8Mm2UcLoYD7YogyM68EFFd8RaSRjjyDKmMsewAjHgl&id=100009878282155


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Wednesday, December 27, 2023

Masa Depan Adalah Milik Islam dan Kaum Muslimin

Masa Depan Adalah Milik Islam dan Kaum Muslimin
Bismillah...

Disini kita ingin menjelaskan beberapa pembahasan yang berkaitan dengan beberapa tanda menjelang Hari Kiamat; yang di dalamnya sekaligus terdapat penjelasan BAHWA MASA DEPAN ADALAH MILIK ISLAM DAN KAUM MUSLIMIN, DAN BAHWA KITA TIDAK BOLEH HANYA BERPANGKU TANGAN DALAM MENYONGSONG MASA DEPAN YANG CERAH INI.

PEMBAHASAN PERTAMA: KEADAAN KAUM MUSLIMIN MENJELANG KELUARNYA DAJJAL

Menjelang keluarnya Dajjal; kaum muslimin benar-benar mempunyai posisi dan kekuatan yang besar. Dan sepertinya; kedatangan Dajjal adalah untuk menghabisi kekuatan (kaum muslimin) tersebut.

Pada waktu (menjelang keluarnya Dajjal) tersebut; kaum muslimin berdamai dengan Romawi; mereka semua berperang melawan tentara sekutu dan mereka pun menang. (Akan tetapi) kemudian berkobar peperangan antara kaum muslimin dan tentara salib (orang-orang Romawi).” [“Al-Qiyaamah ash-Shughraa wa ‘Alaamaatu al-Qiyaamah al-Kubra” (hlm. 226) karya Doktor ‘Umar Sulaiman Al-Asyqar -rahimahullaah-]

Dari Dzu Mikhbar radhiyallaahu ‘anhu -salah seorang Shahabat Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam-, dia berkata: Saya mendengar Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Kalian akan berdamai dengan Romawi dengan perdamainan yang aman, kalian dan mereka akan memerangi musuh dari belakang kalian, kemudian kalian pun menang, mendapat “ghaniimah” (harta rampasan perang) dan kalian selamat. Kemudian kalian pulang. Sampai ketika kalian singgah di Marj Dzi Tulul; ada seorang Nasrani (dari pasukan Romawi) yang mengangkat Salib dan berkata: “Salib menang!”; maka seorang dari kaum muslimin pun marah dan dia mematahkan salib tersebut. Ketika itulah Romawi melanggar perjanjian damai, dan mereka mempersiapkan diri untuk “Malhamah” (perang besar).” [Shahih: HR. Abu Dawud (no. 4292), dan dishahihkan oleh Imam Al-Albani -rahimahullaah- dalam “Takhriij Hidaayatir Ruwaah” (no. 5355)]

Malhamah adalah perang besar dan menakutkan yang terjadi antara kaum muslimin dan tentara salib, disebabkan apa yang disebutkan dalam hadits di atas. Beberapa hadits menjelaskan (rincian) perang tersebut dan betapa mengerikannya. Kemudian kemenangan diperoleh mereka (kaum muslimin) atas musuh mereka.” [“Al-Qiyaamah ash-Shughraa” (hlm. 227-228) karya Doktor ‘Umar Sulaiman Al-Asyqar -rahimahullaah-]

Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda -setelah menjelaskan peperangan antara kaum muslimin dengan Romawi-:

...Kemudian mereka (kaum muslimin) menaklukkan Qusthanthiniyyah (kota Romawi). Maka tatkala mereka membagi “ghaniimah” (harta rampasan perang) dan mereka menggantungkan pedang-pedang mereka di Zaitun; tiba-tiba syaithan berteriak: “Sungguh Al-Masih (Dajjal) telah (keluar dan) berada di keluarga kalian!” Maka mereka (kaum muslimin) keluar, padahal itu bathil (dusta). Tatkala mereka mendatangi Syam; barulah dia (Dajjal) keluar. Maka tatkala mereka mempersiapkan peperangan dan meluruskan barisan, kemudian shalat akan ditegakkan; turunlah ‘Isa bin Maryam -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- dan memimpin mereka (dalam peperangan melawan Dajjal). Tatkala musuh Allah (Dajjal) melihat beliau; maka dia meleleh sebagaimana melelehnya garam di dalam air. Kalaulah beliau (Nabi ‘Isa) membiarkannya; tentulah dia akan meleleh sampai binasa. Akan tetapi Allah membunuhnya melalui tangan beliau (Nabi ‘Isa). Maka beliau menunjukkan darahnya (Dajjal) kepada mereka di tombak beliau.” [Shahih: HR. Muslim (no. 2897) dari Abu Hurairah -radhiyallaahu ‘anhu-, dan lihat: “Al-Qiyaamah ash-Shughraa” (hlm. 261-263) karya Doktor ‘Umar Sulaiman Al-Asyqar -rahimahullaah-]

PEMBAHASAN KEDUA: KEADAAN KAUM MUSLIMIN SETELAH MATINYA DAJJAL

Setelah Dajjal binasa; maka tibalah giliran peperangan kaum muslimin melawan orang-orang Yahudi. “Hal itu dikarenakan orang-orang Yahudi termasuk pasukan Dajjal; maka kaum muslimin -yang merupakan pasukan ‘Isa ‘alaihis salaam- memerangi mereka. Sampai pohon dan batu berkata: “Wahai muslim! Wahai hamba Allah! Ini orang Yahudi dibelakangku, kemarilah, bunuhlah dia!”.” [“Asyraathus Saa’ah” (hlm. 221) karya Syaikh Yusuf bin ‘Abdillah Al-Wabil, dan lihat: “Shahiih Muslim” (no. 2944)]

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallaahu ‘anhumaa, bahwa Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda:

تُـقَـاتِـلُـوْنَ الْـيَهُوْدَ، حَتَّى يـَخْـتَـبِـيَ أَحَـدُهُمْ وَرَاءَ الْـحَجَـرِ، فَـيَقُوْلُ: يَا عَبْدَ اللهِ! هٰـذَا يَهُـوْدِيٌّ وَرَائِـيْ؛ فَـاقْــتُلْـهُ!

Kalian akan memerangi orang-orang Yahudi; sampai salah seorang dari mereka bersembunyi dibalik batu dan berkata: “Wahai hamba Allah! Ini ada orang Yahudi di belakangku; bunuhlah dia!” [Muttafaqun ‘Alaihi: HR. Al-Bukhari (no. 2925) dan Muslim (no. 2921)]

Imam Abul ‘Abbas Al-Qurthubi (wafat th. 656 H) -rahimahullaah- berkata: “Ini terjadi setelah matinya Dajjal; karena orang-orang Yahudi merupakan pengikutnya yang terbanyak Wallaahu A’lam.” [Al-Mufhim (VII/251)]

PEMBAHASAN KETIGA: MASA DEPAN ADALAH MILIK ISLAM DAN KAUM MUSLIMIN

Maka penjelasan diatas memberikan harapan yang sangat besar bagi kita -yang mempunyai kepedulian terhadap Islam dan kaum muslimin-; dimana masa depan adalah milik Islam dan kaum muslimin. Merekalah yang akan berkuasa di dunia.

Dan kalau anda perhatikan keadaan kaum muslimin masa depan tersebut; maka akan anda saksikan betapa kuatnya mereka dalam berpegang kepada agama mereka. Lihatlah penyebab dari “Malhamah” (perang besar antara kaum muslimin dan orang-orang Nasrani); kecemburuan seorang muslim terhadap agamanya; dimana dia tidak rela ketika ada seorang Nasrani yang mengangkat salib dan berkata: “Salib menang!”; sehingga dia patahkan salib tersebut. Lihatlah panggilan batu kepada muslim yang memerangi Yahudi dengan panggilan: “Wahai hamba Allah!”; ini menunjukkan bahwa muslim masa depan tersebut sangat terdidik dan terbina dengan baik; sehingga terwujud ‘Ubuudiyyah (penghambaan) kepada Allah dalam dirinya. [Lihat: “Al-Qiyaamah ash-Shughraa” (hlm. 227) karya Doktor ‘Umar Sulaiman Al-Asyqar -rahimahullaah- dan “Bashaa-iru Dzawisy Syaraf Bisyarhi Marwiyyaati Manhajis Salaf” (hlm. 161) karya Syaikh Salim bin ‘Id Al-Hilali -hafizhahullaah-]

PEMBAHASAN KEEMPAT: USAHA KITA UNTUK MENYONGSONG MASA DEPAN YANG CERAH INI

Dan memang; kemuliaan kaum muslimin akan mereka dapatkan jika mereka mau kembali kepada agama mereka, sebagaimana sabda Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam-:

إِذَا تَـبَايَـعْـتُـمْ بِـالْـعِـيْـنَـةِ، وَأَخَــذْتُـمْ أَذْنَـابَ الْـبَقَرِ، وَرَضِيْـتُمْ بِـالـزَّرْعِ، وَتَرَكْــتُمُ الْـجِهَـادَ؛ سَلَّـطَ اللهُ عَـلَيْكُمْ ذُلًّا؛ لَا يَـنْـزِعُـهُ حَتَّى تَـرْجِــعُــوْا إِلَـى دِيْــنِـكُمْ.

Jika kalian telah berjual beli dengan sistem “Bai’ul ‘Iinah”, kalian memegang ekor-ekor sapi dan ridha dengan pertanian, dan kalian meninggalkan jihad; niscaya Allah akan menjadikan kehinaan menguasai kalian, Dia tidak akan mencabut (kehinaan) itu dari kalian; hingga kalian kembali kepada agama kalian.” [Shahih: HR. Abu Dawud (no. 3462), dari ‘Abdullah bin ‘Umar -radhiyallaahu ‘anhumaa-. Lihat: “Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiiihah” (no. 11), karya Imam Muhammad Nashiruddin Al-Albani -rahimahullaah-]

Maka dalam hadits ini Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- menyebutkan bahwa: jika kaum musliminin sudah berjual beli dengan sistem “Bai’ul ‘Iinah”; yakni: jual beli yang didalamnya terkandung unsur riba terselubung, dan mereka sibuk dengan urusan dunia mereka, sehingga kesibukan mereka dengan dunia ini sampai mengantarkan mereka untuk meninggalkan kewajiban mereka -diantaranya adalah jihad-: maka Allah akan timpakan kehinaan kepada mereka, dan Allah tidak akan mencabut kehinaan tersebut: kecuali jika mereka kembali kepada agama mereka. [Lihat: “At-Tashfiyah wat Tarbiyah Wa Haajatul Muslimiin Ilaihimaa” (hlm. 7-11), milik Imam Al-Albani -rahimahullaaah-]

Maka KEMBALI KEPADA AGAMA ADALAH: KEMBALI KEPADA AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH. Karena inilah yang dinamakan sebagai agama menurut kesepakatan umat (Islam).” [“At-Tashfiyah wat Tarbiyah Wa Haajatul Muslimiin Ilaihimaa” (hlm. 29), milik Imam Al-Albani -rahimahullaaah-]

Yakni: kehinaan yang menimpa kaum muslimin pada zaman sekarang akan diangkat oleh Allah jika mereka kembali kepada Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan pemahaman Salaf (para Shahabat). Salafiyyun (para pengikut Salaf) inilah yang nantinya akan memerangi orang-orang Yahudi di akhir zaman. Karena Rasulullah -shallallaahu ‘alaihi wa sallam- bersabda kepada para Shahabat:

تُـقَـاتِـلُـوْنَ الْـيَهُوْدَ...

Kalian akan memerangi orang-orang Yahudi...” [Muttafaqun ‘Alaihi: HR. Al-Bukhari (no. 2926) dan Muslim (no. 2922)]

Padahal yang memerangi orang-orang Yahudi di akhir zaman bukanlah para Shahabat, akan tetapi mengapa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam mengatakan bahwa kalian (para Shahabat) yang akan memerang orang-orang Yahudi?

Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-‘Asqalani (wafat th. 857 H) -rahimahullaah- berkata:

Dalam sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam (ini) terdapat dalil tentang bolehnya MENGAJAK BICARA SESEORANG AKAN TETAPI YANG DIMASKUDKAN ADALAH ORANG YANG SEJALAN DENGANNYA. Karena pembicaraan (dalam hadits ini) diarahkan kepada para Shahabat; padahal yang dimaksud adalah orang yang datang setelah mereka dengan waktu yang lama. Akan tetapi tatkala orang-orang (yang memerangi Yahudi) tersebut berserikat dengan mereka (para Shahabat) dalam prinsip keimanan; maka menjadi sesuai kalau pembicaraan dalam hadits tersebut diarahkan kepada mereka (para Shahabat).” [“Fat-hul Baari”i (VI/746-cet. Daarus Salaam)]

Dari sini kita mengetahui bahwa tugas kita untuk menyongsong masa depan yang cerah ini adalah: DENGAN MEMPELAJARI MANHAJ SALAF, MENGAMALKANNYA, DAN MENDAKWAHKANNYA. [Lihat rincian pembahasan dan permasalahan ini dalam buku “Mulia Dengan Manhaj Salaf” karya Ustadz Yazid bin ‘Abdul Qadir Jawas -hafizhahullaah-]

-diambil dari “Syarah Ushulus Sunnah” (hlm. 141-146), karya Ahmad Hendrix-


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0BtWfYtExGR8hoWYaGeFtLFQHRimZBQqiuXaVexDMJ46qS3Y2y1Crj6Zjh6ggcuqdl&id=100009926563522

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Tahun Baru Akan Tiba

Huklum Islam seputar perayaan Tahun Baru
Bismillah...

Ketika tahun baru masehi tiba, banyak kaum muslimin ikut bergembira dan merayakannya. Padahal agama kita memerintahkan untuk menjauhi perayaan musuh-musuh Allah. Namun karena kurangnya ilmu dan pemahaman agama yang benar, sebagian kaum muslimin larut dengan berbagai macam acara dalam rangka menyambut tahun baru.

Berkata Umar bin Al-Khatthab radhiallahu ‘anhu:

" اجْتَنِبُوا أَعْدَاءَ اللَّهِ ؛ الْيَهُودَ , وَالنَّصَارَى ، فِي عِيدِهِمْ يَوْمَ جَمْعِهِمْ , فَإِنَّ السَّخَطَ يَنْزِلُ عَلَيْهِمْ , فَأَخْشَى أَنْ يُصِيبَكُمْ , وَلا تَعْلَمُوا بِطَانَتَهُمْ فَتَخَلَّقُوا بِخُلُقِهِمْ "

"Jauhilah oleh kalian musuh-musuh Allah yaitu kaum Yahudi dan Nashara dalam perayaan 'Ied mereka saat hari berkumpulnya mereka, karena sesungguhnya kemurkaan Allah turun atas kaum tersebut. Oleh karenanya aku khawatir kalian tertimpa murka Allah. Dan janganlah kalian mengenal kalangan orang kepercayaan mereka karena kalian akan terpengaruh tabiat mereka."

(HR. Baihaqiy Dalam Kitabnya Syu'aibul Iman).

Jika kaum muslimin sampai akhir hayatnya masih tetap merayakan tahun baru orang-orang kafir dan tidak bertaubat, maka pada hari kiamat nanti akan dibangkitkan bersama mereka.

Berkata ’Abdullâh bin ’Umar radhiyallahu 'anhuma :

«مَنْ بَنَى بِبِلَادِ الْأَعَاجِمِ وَصَنَعَ نَيْرُوزَهُمْ وَمِهْرَجَانَهُمْ وَتَشَبَّهَ بِهِمْ حَتَّى يَمُوتَ وَهُوَ كَذَلِكَ حُشِرَ مَعَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ»

Barangsiapa yang membangun negeri orang-orang kâfir, meramaikan peringatan hari raya nairuz (tahun baru) dan karnaval mereka serta menyerupai mereka sampai meninggal dunia dalam keadaan demikian. Ia akan dibangkitkan bersama mereka di hari kiamat.” (HR. Baihaqi Dalam Kitabnya As Sunan Al Kabir).

Artikel-artikel Islami terkait perayaan Non-Muslim yang sejatinya HARUS ditinggalkan oleh kaum Muslimin : Perayaan Non-Muslim


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=2098453007160622&substory_index=279335075121940&id=100009878282155


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Hakikat Istiqamah adalah Komitmen Diatas Manhaj yang Lurus

Hakikat Istiqamah adalah Komitmen di Atas Manhaj yang Lurus
Bismillah...

Diriwayatkan dari sahabat Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu 'anhu, bahwasanya beliau pernah membaca ayat berikut ini diatas mimbar:

إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami adalah Allah", kemudian mereka istiqamah (meneguhkan pendirian mereka)." (QS Fushilat [41]: 30)

Kemudian beliau menjelaskan bahwa:

لم يروغوا روغان الثعلب

"Mereka (orang-orang yang istiqamah) itu tidak berubah-ubah (kesana kemari) seperti tipuan rubah (musang)."

('Asyra Qawa'id fil Istiqamah, karya Syaikh 'Abdurrazaq bin 'Abdul Muhsin Al-'Abbad Al-Badr, hal 11-12)

Terkait istilah "روغان الثعلب" yang kami artikan diatas dengan "tipuan rubah (musang)", maka kami telah bertanya kepada guru kami Al-Ustadz Abdurrahman At-Tamimi hafizhahullah tentang maknanya. 

Beliau pun menjelaskan (via telpon) yang intinya bahwa ثعلب atau yang biasa kita sebut dengan rubah (sebagian orang menyebutnya sebagai musang), biasanya digunakan untuk menggambarkan sosok yang tidak bisa dipercaya (mencla-mencle), licik, penuh tipu daya.

Hal ini bisa kita lihat tatkala rubah atau musang mengincar mangsanya. Hewan ini akan mengendap-endap dengan cerdik, berpura-pura, atau berlalu lalang kesana kemari sembari mengincar mangsanya, sehingga tatkala ada kesempatan mereka bisa dengan cepat menangkap mangsa yang diincarnya. 

Maka, seseorang yang istiqamah itu hakikatnya tidak memiliki sifat sebagaimana rubah, musang, atau yang sejenisnya. Karena seseorang yang istiqamah itu memiliki keteguhan dan komitmen yang kuat dalam menjaga ketaatannya kepada Allah Ta'ala sesuai dengan manhaj yang lurus. Tidak akan mudah pula berubah-ubah, plin plan, dan mudah goyah dalam hal keimanan dan ketaatannya kepada Allah Ta'ala.

Yang mengatakan bahwa “Allah adalah Tuhan kami”, itu banyak. Namun, yang bisa istiqamah dengan syariat Allah itu sedikit.

Semoga Allah menjadikan kita sebagai yang sedikit itu, yaitu para ahli istiqamah. Aamiin


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02SycTvsfyhZitH8XS8NW5phqr1E1zqaj2kMDp3kMtEs9ouz4k4TXt2q9ioxnZS27Kl&id=1792235719

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Tuesday, December 26, 2023

Memilih Itu Berbeda dengan Kampanye

Memilih Itu Berbeda dengan Kampanye
Bismillah...

Syaikh Ali Hasan Al-Halabi ditanya: wahai Syaikh, kami memiliki pemimpin yang tidak memenuhi janjinya bahkan mengingkari janjinya. maka muncullah gerakan untuk merubah pemimpin kami, bagaimana nasehat anda?

Jawaban: 

"Nampaknya anda masih muda dan tidak banyak mengerti tentang perpolitikan, seluruh pemimpin di dunia ini, siapa di antara mereka yang memenuhi janji kampanyenya?

Anda saja, berapa presiden yang sudah berkuasa di Indonesia dan aku tau sebagiannya, Soekarno kemudian Soeharto, dan yang lainnya sampai sekarang, siapa diantara mereka yang memenuhi janjinya? Tidak ada kan?

Dan ini juga berlaku sama di negaraku, akan tetapi yang perlu anda ketahui bahwa krisis yang ada merupakan limpahan dari pemerintahan sebelumnya kemudian sebelumnya dan sebelumnya dan sangat rumit. 

Dan apabila ada dari salah satu calon yang mudharatnya paling ringan, janganlah kalian menampakkan dukungan kalian secara terang-terangan kepadanya, karena kalian akan dianggap menjadi oposisi, dan kita tahu dimana pun itu di dunia, bahwa oposisi akan selalu dipersulit oleh petahana.”

(Faedah dari Liqa Du'at berasama Syaikh Ali Hasan Al-Halabi rahimahullah di Hotel Gren Alia Jakarta yang dirangkum oleh Ustadz Dika Wahyudi pada, 6 April 2019)

https://www.facebook.com/dika.wahyudi.140

———

Kalau pesta demokrasi sudah mulai, banyak ikhwah yang mendadak amnesia atau mungkin lupa belajar dari yang sebelum-sebelumnya (tidak kapok). Maka bagi yang punya pendapat “mau memilih”, semoga nasihat Syaikh Ali Hasan Al-Halabi rahimahullah ini bisa bermanfaat.

Bagi yang berpendapat tidak memilih, maka tetap jangan ikutan bablas yang akhirnya ikutan menjelek-jelekkan pemerintah.

Baca juga : Bagaimana Kriteria Pemimpin yang Baik dalam Islam?


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid09qN6M1TwFmNAFhpgtwsaYmH8UqbV3RZKSkfVC95oc7dhsrHV7ZP7dUeAtF7H7mobl&id=1792235719

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Dengki

Dengki
Bismillah...

🌴🌴🌴

الحقد أصل الشرِّ، ومن أضمر الشر في قلبه أنبت له نباتًا مرًّا مذاقه، نماؤه الغيظ، وثمرته الندم

(روضة العقلاء ص ١٣٤)

Ibnu Hibban rohimahullah berkata,

Dengki adalah pokok keburukan.. siapa yang menyembunyikan keburukan di hatinya maka akan tumbuh pohon yang pahit rasanya.. 

Tumbuhnya dari kemarahan, dan buahnya adalah penyesalan..

[ Roudhotul ‘Uqolaa – 134 ]

🌴🌴🌴

Dengki yang membuat iblis tak mau tunduk kepada perintah Allah untuk sujud kepada Adam 'alaihissalam..

Dengki yang membuat kaum yahudi tak mau beriman kepada nabi Muhammad shollallahu ‘alaihi wa sallam..

Dengki seringkali menghinggapi orang yang diberi kelebihan lalu ada saingan yang melebihinya..

🌴🌴🌴

Hampir tak ada hati yang selamat dari dengki..

Karena hidup tak lepas dari persaingan..

Namun orang-orang mulia berusaha memadamkan kedengkiannya..


Ditulis oleh, Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc,  حفظه الله تعالى

=====🌴🌴🌴🌴🌴=====

🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/48923

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Monday, December 25, 2023

Setiap Kita Punya Aib

Setiap Kita Punya Aib
Bismillah...

كلنا عيوب لو لا ستر الله

Setiap kita memiliki aib, seandainya Allah tidak menutupi (aib-aib kita, sungguh akan malu diri-diri kita ini).

Kita ini dianggap baik oleh orang lain, bukan karena kebaikan-kebaikan kita, tetapi karena Allah menutupi aib-aib kita.

Seandainya Allah Ta'ala ungkap aib seseorang ke publik, niscaya dia tidak akan mampu menanggung malu. Apalagi tatkala dia lagi dalam kesendirian, dia bermaksiat dan berbuat dosa, malu rasanya dirinya. Syukurlah Allah tutup aib-aibnya.

Berkata Abdullah Bin Muhammad Al Andalusia rahimahullah dalam qashidahnya :

والله لو علِمـوا قبيـح سريرتـي

لأبى السـلامَ علـيّ مـن يلقانـي

ولأعرضوا عني و ملّوا صُحبتي

ولبـؤتُ بعـدَ كرامـةٍ بـهـوانِ

لكنْ ستـرتَ معايبـي و مثالبـي

و حَلمتَ عن سقطي و عن طغياني

فلـك المحامـدُ و المدائـحُ كلهـا

بخواطري و جوارحـي و لسانـي

Demi Allah, seandainya mereka tahu akan buruknya yang tersembunyi dariku,

Sungguh enggan salam kepadaku, setiap orang yang menjumpaiku.

Dan sungguh mereka berpaling dariku dan bosan menemaniku, dan sungguh kudapati kehinaan setelah kemuliaan.

Akan tetapi Engkau telah menutupi aib-aibku dan kekurangan-kekuranganku,

Engkau tetap penyantun dan meski diriku terjatuh dan melampaui batas

"Maka bagiMu puji-pujian dan puja-puja semuanya, kami puji dengan segenap jiwa, badan dan lisan"

Sumber : http://www.almeshkat.net/vb/archive/index.php/t-52255.html 

Seorang ulama salaf, yang sangat dimuliakan oleh masyarakat dan murid-muridnya, ketika beliau ke pasar dan memikul sendiri barangnya, orang-orang pun datang menawarkan diri untuk membantunya, namun beliau menolaknya. Dan seakan-akan beliau mengatakan, seandainya mereka tahu tentang aibku, tidak akan berbuat seperti itu kepadaku.

Para hafidz berkata:

ﺭﺃﻳﻨﺎ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ ﻧﺰﻝ ﺇﻟﻰ ﺳﻮﻕ ﺑﻐﺪﺍﺩ، ﻓﺎﺷﺘﺮﻯ ﺣﺰﻣﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﺤﻄﺐ، ﻭﺟﻌﻠﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﻛﺘﻔﻪ ، ﻓﻠﻤﺎ ﻋﺮﻓﻪ ﺍﻟﻨﺎﺱ ، ﺗﺮﻙ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻤﺘﺎﺟﺮ ﻣﺘﺎﺟﺮﻫﻢ ، ﻭﺃﻫﻞ ﺍﻟﺪﻛﺎﻛﻴﻦ ﺩﻛﺎﻛﻴﻨﻬﻢ ، ﻭﺗﻮﻗﻒ ﺍﻟﻤﺎﺭﺓ ﻓﻲ ﻃﺮﻗﻬﻢ ، ﻳﺴﻠﻤﻮﻥ ﻋﻠﻴﻪ ، ﻭﻳﻘﻮﻟﻮﻥ : ﻧﺤﻤﻞ ﻋﻨﻚ ﺍﻟﺤﻄﺐ ، ﻓﻬﺯ ﻳﺪﻩ ،ﻭﺍﺣﻤﺮ ﻭﺟﻬﻪ ،ﻭﺩﻣﻌﺖ ﻋﻴﻨﺎﻩ ﻭﻗﺎﻝ : نحن ﻗﻮﻡ ﻣﺴﺎﻛﻴﻦ ، ﻟﻮﻻ ﺳﺘﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻻﻓﺘﻀﺤﻨﺎ

Kami pernah melihat Imam Ahmad pergi ke sebuah pasar di kota Baghdad. Di sana beliau membeli seikat kayu bakar, kemudian memikulnya di atas bahu beliau. Tatkala orang-orang mengetahui beliau, para pedagang pun meninggalkan barang dagangan mereka, para pemilik warung meninggalkan warung-warung mereka dan orang-orang lewat turut berhenti di jalan-jalan mereka. Mereka pun mengucapkan salam kepada beliau dan berkata:  “Kami akan membawakan kayu bakar ini untukmu.”

Beliau pun menolak dengan lambaian tangan, wajahnya memerah dan matanya tiba-tiba berlinang air mata. Beliau pun berkata:

“Kami adalah kaum faqir. Andai saja Allah tidak menutupi, niscaya Allah akan menyingkap (aib) kami.”

Suatu ketika seorang laki-laki datang untuk memuji Imam Ahmad. Lantas beliau rahimahullah berkata kepadanya:

ﺃﺷﻬﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻧﻲ ﺃﻣﻘﺘﻚ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻜﻼﻡ ،ﻭﺍﻟﻠﻪ ، ﻟﻮ ﻋﻠﻤﺖ ﻣﺎ ﻋﻨﺪﻱ ﻣﻦ ﺍﻟﺬﻧﻮﺏ ﻭﺍﻟﺨﻄﺎﻳﺎ ﻟﺤﺜﻮﺕ ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺳﻲ ﺑﺎﻟﺘﺮﺍﺏ .

ﻭﻛﺎﻥ ﻳﻘﻮﻝ : ﻳﺎ ﻟﻴﺘﻨﻲ ﻣﺎ ﻋﺮﻓﺖ ﺍﻟﺸﻬﺮﺓ، ﻳﺎ ﻟﻴﺘﻨﻲ ﻓﻲ ﺷﻌﺐ ﻣﻦ ﺷﻌﺎﺏ ﻣﻜﺔ ﻣﺎ ﻋﺮﻓﻨﻲ ﺍﻟﻨﺎﺱ

“Aku persaksikan kepada Allah. Sungguh aku murka atas ucapanmu ini. Demi Allah, andai engkau tahu dosa dan kesalahan yang ada pada diriku, pastilah engkau akan menaburi kepalaku dengan pasir.”

Beliau rahimahullah juga berkata:

“Andai saja aku tidak terkenal seperti ini. Andai aku berada di satu lembah di lembah-lembah kota Mekkah, tak ada seorangpun mengenaliku.” (Al Hilyah Li Abi Nu’aim,  9:181).

Untuk itu, sibukkanlah dengan aib-aib diri sendiri. Perbaiki diri dan banyak bertaubat kepada Allah, daripada sibuk mengurus dan membicarakan aibnya orang lain, pastilah akan menjadi manusia yang beruntung.

Berkata Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah :

طوبى لمن شغله عَيبه عن عُيوب الناس، وويل لمن نسي عَيبه وتفرغ لعُيوب الناس، فالأول: علامة السعادة، والثاني: علامة الشقاوة.

"Beruntunglah bagi orang yang menyibukkan diri dengan aibnya daripada (menyibukkan dirinya) dengan aib-aibnya orang lain. Dan celakalah orang yang melupakan aib dirinya namun justru meluangkan waktu untuk mengurusi aib-aibnya orang lain. 

Yang pertama merupakan tanda kebahagiaan, sedangkan yang kedua merupakan tanda kesengsaraan." (Thariqul Hijratain, I/172).

Dan berkata Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah :

من علامة الشقاوة نسيان عيوب النفس والتفرغ لعيوب ‎الناس.

"Termasuk tanda kesengsaraan adalah melupakan aib-aib diri sendiri dan justru menyibukkan diri untuk mengurusi aib-aib orang lain." Miftah Daris Sa'adah, I/297

Doa yang senantiasa harus dipanjatkan oleh seseorang :

اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِيْ 

Ya Allah, tutupilah aib-aibku.

Dzikir yang dibaca di pagi dan petang

اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ، اَللَّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِيْنِيْ وَدُنْيَايَ وَأَهْلِيْ وَمَالِيْ اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى. اَللَّهُمَّ احْفَظْنِيْ مِنْ بَيْنِ يَدَيَّ، وَمِنْ خَلْفِيْ، وَعَنْ يَمِيْنِيْ وَعَنْ شِمَالِيْ، وَمِنْ فَوْقِيْ، وَأَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أَنْ أُغْتَالَ مِنْ تَحْتِيْ

Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari muka, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (oleh ular atau tenggelam dalam bumi dan lain-lain yang membuat aku jatuh).” (Dibaca 1 x)

Faedah: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah meninggalkan do’a ini di pagi dan petang hari. Didalamnya berisi perlindungan dan keselamatan pada agama, dunia, keluarga dan harta dari berbagai macam gangguan yang datang dari berbagai arah

HR. Abu Daud no. 5074 dan Ibnu Majah no. 3871


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1359157454423518&substory_index=894149809007861&id=100009878282155


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Kekuasaan Itu Dipergilirkan

Kekuasaan Itu Dipergilirkan
Bismillah...

Masa kejayaan (kemenangan) dan kehancuran itu dipergilirkan, tidak ada yang kekal abadi. Suatu waktu akan berjaya, suatu waktu akan hancur. Suatu waktu menang, suatu waktu akan kalah. Begitulah sunnatullah kehidupan. 

Allah Ta'ala berfirman, 

وَتِلْكَ الأيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ

Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran). (Ali Imran: 140).

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah, 

أي : نديل عليكم الأعداء تارة ، وإن كانت العاقبة لكم لما لنا في ذلك من الحكم

Yaitu Kami pergilirkan kemenangan itu bagi musuh kalian atas diri kalian dalam sesekali waktu, sekalipun pada akhirnya akibat yang terpuji kalian peroleh, juga kemenangan. Kami lakukan demikian itu karena kebijaksanaan Kami yang mengandung hikmah (buat kalian). (Tafsir Ibnu Katsir) 

Berkata Syekh As Sadi rahimahullah, 

ومن الحكم في ذلك أن هذه الدار يعطي الله منها المؤمن والكافر، والبر والفاجر، فيداول الله الأيام بين الناس، يوم لهذه الطائفة، ويوم للطائفة الأخرى؛ لأن هذه الدار الدنيا منقضية فانية، وهذا بخلاف الدار الآخرة، فإنها خالصة للذين آمنوا.

Dan diantara hikmah lain adalah bahwa dunia ini telah Allah berikan kepada orang yang beriman dan orang kafir, orang baik dan orang jahat. Begitulah Allah menggilir hari (masa kejayaan dan keruntuhan) di antara manusia, hari ini untuk kelompok itu dan hari yang lain untuk kelompok lainnya, karena negeri dunia ini musnah dan fana, hal ini tentunya berbeda dengan negeri akhirat, karena negeri itu khusus bagi orang-orang yang beriman. (Tafsir As Sadi). 

Begitu pula kepemimpinan, kerajaan atau kekuasaan, ini pun dipergilirkan. Dan sejarah telah mencatat silih bergantinya siapa yang memegang tampuk kepemimpinan dalam suatu negeri. Dulu si pulan berkuasa dan sekarang si alan. 

Boleh jadi bergilirnya kekuasaan tersebut mungkin karena digantikan, mungkin karena dipecat, mungkin karena dikudeta dan yang lainnya. Namun yang pasti, karena ajal menjemputnya. 

Allah Ta'ala berfirman:

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنزعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Katakanlah, "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki, dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu". (QS.Ali Imran : 26).

Oleh karena itu, walaupun manusia berusaha keras untuk mempertahankan kekuasaan, tetaplah kekuasaan itu akan beralih ke yang lainnya. Begitu pula, walaupun manusia berusaha keras untuk meraih kekuasaan, namun jika belum dikehendaki Allah Ta'ala, maka kekuasaan itu pun tidak akan pula diraihnya. Semua atas kehendak dan ketetapan takdir Allah Ta'ala. 

Berkata Ubadah bin Ash-Shamit Radhiyallahu anhu :

يَا بُنَيَّ إِنَّكَ لَنْ تَطْعَمَ طَعْمَ الْإِيمَانِ، وَلَنْ تَبْلُغْ حَقَّ حَقِيقَةِ الْعِلْمِ بِاللهِ حَتَّى تُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ: قُلْتُ: يَا أَبَتَاهُ وَكَيْفَ لِي أَنْ أَعْلَمَ مَا خَيْرُ الْقَدَرِ مِنْ شَرِّهِ؟ قَالَ: تَعْلَمُ أَنَّ مَا أَخْطَأَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُصِيبَكَ، وَمَا أَصَابَكَ لَمْ يَكُنْ لِيُخْطِئَكَ. يَا بُنَيَّ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: ” إِنَّ أَوَّلَ مَا خَلَقَ اللهُ الْقَلَمُ، ثُمَّ قَالَ: اكْتُبْ فَجَرَى فِي تِلْكَ السَّاعَةِ بِمَا هُوَ كَائِنٌ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ” يَا بُنَيَّ إِنْ مِتَّ وَلَسْتَ عَلَى ذَلِكَ دَخَلْتَ النَّارَ

Wahai anakku! Sungguh kamu tidak akan bisa merasakan lezatnya iman, dan tidak akan mencapai kebenaran hakekat ilmu terhadap Allâh, sebelum kamu meyakini takdir yang baik dan yang buruk. Anaknya bertanya, “Wahai bapakku, bagaimana aku mengetahui takdir yang baik dan yang buruk?” Beliau menjawab, “Kamu mengetahui bahwa apa yang telah ditakdirkan tidak menimpa dirimu pasti tidak akan menimpamu, dan apa yang telah ditakdirkan menimpa dirimu pasti tidak akan meleset. Wahai anakku, aku telah mendengar Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya pertama kali yang diciptakan Allâh adalah pena, kemudian Allâh berfirman kepadanya: “Tulislah!”. Maka terjadilah semenjak saat itu dengan apa yang terjadi sampai hari kiamat. Wahai anakku, jika kamu mati tidak dalam keyakinan seperti ini, kamu pasti masuk neraka. (HR. Ahmad. Berkata Syu'aeb Al Arnuth : Hadist Shahih).


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0tKubnueeFhYWiTYn2ixFrdVrgB8FsuKQeSiS25iK6ucTJGiCSZETnGEjAYQuSg4El&id=100009878282155


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Sunday, December 24, 2023

Manhaj Salaf : Mari Merenungi Hakekat Hidup Ini

Manhaj Salaf : Mari Merenungi Hakekat Hidup Ini
Bismillah...

🌴🌴🌴

Setiap hari sebenarnya semua orang selalu mendapatkan musibah, namun seringkali dia tidak menyadarinya, apalagi mengambil pelajaran darinya.

🌴🌴🌴

MUSIBAH PERTAMA: Umur yang terus berkurang.

Ironisnya pada hari ketika umurnya berkurang, dia tidak sedih karenanya, tapi apabila uangnya berkurang, dia bersedih.. padahal uang bisa dicari lagi, sedangkan umur tidak mungkin dicari gantinya.

🌴🌴🌴

MUSIBAH KEDUA: Setiap hari dia memakan dari rezeki Allah.

Bila rezeki itu haram; dia akan disiksa karenanya.. dan bila rezeki itu halal; dia tetap akan dihisab untuk mempertanggung jawabkannya, dan dia tidak tahu apakah dia akan selamat dalam hisab itu atau tidak.

🌴🌴🌴

MUSIBAH KETIGA: Setiap hari, dia semakin mendekat kepada akherat, dan semakin menjauh dari dunia.

Meskipun begitu, dia tidak memperhatikan akheratnya yang kekal sebagaimana dia memperhatikan dunianya yang fana… padahal dia tidak tahu, pada akhirnya nanti dia akan ke surga ataukah ke neraka.

🌴🌴🌴

Ya Allah, janganlah Engkau jadikan dunia, sebagai tujuan terbesar hidup kami dan tujuan akhir ilmu kami..

Ya Allah.. Hindarkanlah kami dari nerakaMu, dan jadikanlah rumah abadi kami adalah surgaMu, amin.


Ditulis oleh, Ustadz DR. Musyaffa’ Ad Dariny MA. حفظه الله تعالى

Ref : http://bbg-alilmu.com/archives/12614

=====🌴🌴🌴🌴🌴=====

https://t.me/+RgB48I76X-_s1peo

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Hadits : Jangan Tinggalkan Sholat Berjama'ah di Masjid

Jangan Tinggalkan Sholat Berjama'ah di Masjid
Bismillah...

● Abdullah bin Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu berkata,

مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَلْقَى اللَّهَ غَدًا مُسْلِمًا فَلْيُحَافِظْ عَلَى هَؤُلاَءِ الصَّلَوَاتِ حَيْثُ يُنَادَى بِهِنَّ فَإِنَّ اللَّهَ شَرَعَ لِنَبِيِّكُمْ -صلى الله عليه وسلم- سُنَنَ الْهُدَى وَإِنَّهُنَّ مِنْ سُنَنِ الْهُدَى وَلَوْ أَنَّكُمْ صَلَّيْتُمْ فِى بُيُوتِكُمْ كَمَا يُصَلِّى هَذَا الْمُتَخَلِّفُ فِى بَيْتِهِ لَتَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ وَلَوْ تَرَكْتُمْ سُنَّةَ نَبِيِّكُمْ لَضَلَلْتُمْ وَمَا مِنْ رَجُلٍ يَتَطَهَّرُ فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ يَعْمِدُ إِلَى مَسْجِدٍ مِنْ هَذِهِ الْمَسَاجِدِ إِلاَّ كَتَبَ اللَّهُ لَهُ بِكُلِّ خَطْوَةٍ يَخْطُوهَا حَسَنَةً وَيَرْفَعُهُ بِهَا دَرَجَةً وَيَحُطُّ عَنْهُ بِهَا سَيِّئَةً وَلَقَدْ رَأَيْتُنَا وَمَا يَتَخَلَّفُ عَنْهَا إِلاَّ مُنَافِقٌ مَعْلُومُ النِّفَاقِ وَلَقَدْ كَانَ الرَّجُلُ يُؤْتَى بِهِ يُهَادَى بَيْنَ الرَّجُلَيْنِ حَتَّى يُقَامَ فِى الصَّفِّ

Siapa yang senang bertemu Allah besok dalam keadaan muslim maka jagalah sholat-sholat (berjama’ah) di tempat asal panggilan (adzan) nya.

Karena Allah telah mensyariatkan kepada Nabi kalian shollallahu ‘alayhi wasallam sunnah-sunnah hidayah. Dan itu (sholat berjama’ah di masjid) termasuk dari sunnah-sunnah hidayah.

Jika kalian hanya sholat di rumah-rumah kalian, seperti pembangkang yang sholat di rumahnya ini, maka itu artinya kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian. Jika kalian meninggalkan sunnah Nabi kalian, niscaya kalian akan sesat.

Aku sudah melihat bahwa tidak ada seorang pun yang meninggalkan sholat berjama’ah kecuali munafik yang jelas kemunafikannya.

(Karena sedemikian bahayanya meninggalkan sholat berjama’ah) sampai-sampai orang yang lemah harus dipapah dua orang laki-laki untuk bisa berbaris di dalam shof..

(HR. Muslim no. 654)

● Dalam riwayat Muslim yang lain, Abdullah bin (Ibnu) Mas’ud rodhiyallahu ‘anhu berkata,

إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَلَّمَنَا سُنَنَ الْهُدَى وَإِنَّ مِنْ سُنَنِ الْهُدَى الصَّلاَةَ فِى الْمَسْجِدِ الَّذِى يُؤَذَّنُ فِيهِ

Sesungguhnya Rosulullah shollallahu ‘alayhi wasallam telah mengajarkan pada kami suatu petunjuk yang baik. Yang termasuk ajaran yang baik tersebut adalah sholat di masjid yang dikumandangkan adzan di sana..

(HR. Muslim no. 654)

Artikel Terkait :

- Wahai Kaum Pria.. Anda Akan Menyesal Tidak Sholat Berjama’ah Di Masjid


● Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rohimahullah menerangkan,

Setiap ajaran Rosul shollallahu ‘alayhi wasallam itu adalah petunjuk, cahaya dan syari’at dari Allah. Dan yang dimaksud dalam hadits adalah sholat yang lima waktu.

Sholat tersebut adalah bagian dari petunjuk Nabi shollallahu ‘alayhi wa sallam. Maka benarlah apa yang dituturkan oleh Ibnu Mas’ud. Bahkan sholat lima waktu adalah petunjuk terbesar setelah dua kalimat syahadat dalam rukun Islam..

(Syarh Riyadhus Sholihin, 5: 76).

● Syaikh ‘Abdullah Al Fauzan  hafizhohullah mengatakan,

Seseorang yang meninggalkan sholat berjama’ah menunjukkan akan beratnya dia menjalankan sholat. Ini pertanda bahwa hatinya terdapat sifat kemunafikan. Untuk lepas dari sifat tersebut, marilah menjaga sholat berjama’ah..

(Minhatul ‘Allam fii Syarh Bulughil Maram, 3: 365)


🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/65530

•┈┈┈┈•⊰✿✿✿⊱•┈┈┈┈•

• Dari Zaid bin Tsabit رضي الله عنه, bahwa Nabi ﷺ bersabda,

صَلُّوا أَيُّهَا النَّاسُ فِي بُيُوتِكُمْ ، فَإنَّ أَفْضَلَ الصَّلاَةِ صَلاَةُ المَرْءِ في بَيْتِهِ إِلاَّ المَكْتُوبَةَ

Shalatlah kalian, wahai manusia, di rumah-rumah kalian, karena sebaik-baiknya shalat adalah shalat seseorang di rumahnya, kecuali shalat wajib”.

(Muttafaqun ‘alaih, HR. Bukhari, no. 731 dan Muslim, no. 781)


https://t.me/JadwaLKajianKaskus

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive