Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Tuesday, February 28, 2023

Bagaimana Ucapan Istighfar Seusai Shalat?

Bagaimana Ucapan Istighfar Seusai Shalat?
Bismillah...

Kalimat istighfar yang diucapkan setelah shalat redaksinya tidak dita'yin (ditentukan) oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tidak pula oleh para shahabat dan tabiin. 

Hadits menyebutkan kalimat istighfar secara umum tidak dibatasi astaghfirullah saja,

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beristighfar sebanyak tiga kali setiap kali selesai dari shalatnya..." (HR. Muslim 591)

Ada beberapa redaksi istighfar yang disebutkan oleh para ulama, 

1). Astaghfirullah, ini madzhabnya Al-Imam Al-Awza'i sebagaimana kelengkapan riwayat Muslim di atas dan kalimat istighfar ini yang paling ringkas.

2). Astaghfirullahal 'adzhim atau astaghfirullahalladzi laa ilaaha illa huwal hayyul qayyum, ini madzhabnya sekelompok fuqaha.

3). Astaghfirullah wa atuubu ilaih, redaksi ini yang banyak dilafalkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam kesehariannya.

(Faedah Syaikh Shalih bin Abdillah Al-Ushaimi hafidzhahullah, Al-Baqiyat Ash-Shalihat minal Adzkar Ba'das Shalawat)

Dan maksud mengucapkan istighfar setelah shalat adalah memohon ampun kepada Allah atas kekurangan-kekurangan di dalam shalat kita dan kalimat istighfar itu sebagai penambalnya. 

Tidak tepat jika yang diucapkan alhamdulilah apalagi diiringi mengusap muka seperti yang dilakukan sebagian orang.


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0C17ZYSNV7YLNF8pgeNNgBPfachCqVX19tgBAvgnwUb4xMEytNPbHjt1Z9t2dxoaRl&id=100001764454087


https://t.me/manhajulhaq

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Nasihat Indah Untuk Wanita Shalihah

Nasihat Indah Untuk Wanita Shalihah
Bismillah...

🎙Al-'Allamah Asy-Syaikh Muqbil bin Hadi Al-Wadi'i رحمه الله تعالى berkata,

هل تعلمين أن عائشة -رضي الله عنها- لم تنجب ولم يكن لها ذرية، ومع ذلك لم يوجد أثر في كتب السنة النبوية أن عائشة قالت: يا رسول الله إدع الله لي بالذرية!!

Apakah engkau mengetahui bahwa Ummul Mukminin Aisyah رضي الله عنها adalah wanita yang tidak memiliki keturunan? 

Namun tidak satu pun ada riwayat di dalam kitab-kitab para ulama yang menyebutkan bahwa beliau pernah meminta do'a kepada Rasulullah ﷺ, “Wahai Rasulullah, berdo'alah kepada Allah agar aku mendapatkan keturunan". 

وهل تعلمين أن النبي -صلى الله عليه وسلم- مات عنها وعمرها ١٨ سنة، وكان شديد الحب لها، وكانت شديدة الغيرة، أي عاشت بعده ٤٧ سنة، ومع ذلك لم تتحسر على الزواج!!

Apakah engkau mengetahui bahwa Rasulullah ﷺ wafat saat Aisyah berumur 18 tahun? 

Dan Rasulullah ﷺ sangat mencintainya. Ummul mukminin adalah seorang wanita yang memiliki rasa cemburu yang besar dan hidup selama 47 tahun setelah Rasulullah ﷺ wafat. Walaupun demikian, beliau tidak pernah berlarut-larut dalam kesedihan atas kepergian suaminya..

لكنها إشتغلت بالعلم والعبادة وكانت معلمة ومثقفة ومفتيه لكبار الصحابة.

لن تتوقف الحياة على الإنجاب. ولا على الزواج. ولا على البيت. ولا على الضرة -الزوجة الثانية-، ولا على المال، ولا على موت الوالدين، أو فقد الأبناء. 

Akan tetapi beliau selalu disibukkan dengan ilmu dan ibadah. Beliau juga merupakan sahabat wanita yang menjadi pengajar, pendidik, dan ahli fatwa bagi para sahabat nabi lainnya رضي الله عنهم ..

Hidup tidak boleh berhenti karena tidak memiliki keturunan, karena kematian suami, karena sederhananya tempat tinggal, karena adanya istri kedua, karena kehilangan harta, karena kematian orang tua, dan karena kehilangan anak tercinta..

ما أخذ الله شيئًا إلا وعوض خيرًا منه، والدنيا دار ابتلاء لم تكمل لأحد أبدًا

Tidaklah Allah mengambil suatu pemberian, melainkan Allah mengganti dengan yang lebih baik.. 

Dunia ini adalah tempat ujian dan cobaan, selamanya tidak akan pernah sempurna bagi siapa pun..

 إملئي قلبك بالإيمان والرضا وحسن الظن بالله، ووقتك بطلب العلم والعمل في كل ما ينفع نفسك ومجتمعك.

Penuhilah hatimu dengan iman, keridhaan dan prasangka baik kepada Allah. Penuhilah waktumu untuk belajar ilmu dan mengamalkan segala yang bermanfaat bagi dirimu dan masyarakat..

 اجعلي الصبر زادك، والقرآن صاحبك: ﴿مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآنَ لِتَشْقَى﴾.

Jadikanlah sabar sebagai bekalmu. Jadikanlah Al-Qur'an sebagai kitab yang selalu menyertaimu.. 

'Tidaklah Kami menurunkan Al-Qur'an kepadamu agar engkau merasa berat'

 لاينبغي للإنسان أن يكون فارغًا؛ لأن الشيطان يتسلط عليه بخواطر السوء، فخير له أن يشغل نفسه بما ينفعه كي لاتشغله نفسه بما يضره.

Seseorang tidak sepantasnya memiliki waktu kosong. Sebab, setan akan menguasai dirinya dengan membisikkan pikiran-pikiran jelek..

Yang lebih baik adalah menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang bermanfaat agar jiwanya tidak sibuk dengan hal-hal yang memudaratkannya..

ختامًا

أنصح المرأة الصالحة أن تحرص على مجالسة النساء الصالحات فإنها بهذا تزداد إيمانًا وتزداد علمًا وتزداد بصيرة.

Terakhir, aku menasihatkan kepada wanita shalihah agar bersemangat untuk bermajelis dengan wanita-wanita shalihah. Sebab dengan ini, mudah-mudahan akan bertambah iman dan ilmunya".

📚 (Sumber : Gharatul Asyrithah No.474)

•┈┈┈┈•✿❁✿•┈┈┈┈• 

📲 SHARE & JOIN : Al Ilmu: https://t.me/alilmoe

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Monday, February 27, 2023

Faidah Seputar Bulan Sya'ban (4/10)

Faidah Seputar Bulan Sya'ban (4/10)
Bismillah...

DIANGKATNYA AMALAN

Dalam Tahdibus Sunan Abi Dawud Karya Ibnul Qayyim (III/199), Thariqul Hijratain Hal : 75 dan Latha 'iful Ma'arif Hal : 126 

Menerangkan terangkatnya amalan kepada Allah ﷻ ada tiga macam, sebagaimana ditunjukkan oleh dalil-dalil syariat: 

PERTAMA :

Terangkatnya amalan harian, yaitu sehari dua kali, di malam dan siang hari, sebagaimana dalam hadits : 

<< يُرْفَعُ إِلَيْهِ عَمَلُ اللَّيْلِ قَبْلَ عَمَلِ النَّهَارِ، وَعَمَلُ النَّهَارِ قَبْلَ عَمَلِ اللَّيْلِ >> 

Amalan malam terangkat kepada Allah sebelum amalan siang, dan amalan siang sebelum amalan malam.”

(HR. Muslim: 179) 

Jadi, amalan siang diangkat pada saat akhir, dan amalan malam juga diangkat pada saat akhir. Malaikat naik dengan membawa amalan pagi yang terakhir di awal waktu siang, dan naik membawa amalan siang setelah selesainya di waktu awal malam, sebagaimana di dalam hadits: 

<< الحديث: < يَتَعَاقُبُونَ فِيكُمْ مَلَائِكَةٌ بِاللَّيْلِ وَمَلَائِكَةٌ بِالنَهَارِ،وَيَجْتَمِعُونَ فِي صَلَاةِ الفَجْرِ وَ صَلَاةِ العَصْرِ... >> 

Malaikat yang bertugas di malam dan siang hari bergantian mengamati kalian, lalu mereka berkumpul di waktu shalat Fajar (shubuh) dan waktu shalat Ashar."

(HR. Bukhari no.555 dan Muslim no.632) 

<< فَمَن كَانَ حيئذٍ فِي طَاعَة بُورِكَ له في رزقه و في عمله >> 

Maka barangsiapa yang di waktu tersebut berada di dalam ketaatan, maka dia akan diberkahi rezeki dan amalannya.”

[Fathul Bari karya Ibnu Hajar II/37] 

Karena itulah Adh-Dhahhak biasa menangis di akhir waktu siang lalu berkata : 

Saya tidak tahu apakah  amalanku terangkat (ataukah tidak).”

[Lathaiful Ma’arif Hal: 127] 

KEDUA :

Terangkatnya amalan pekanan. Amalan terangkat dalam pekannya sebanyak dua kali yaitu di hari Senin dan Kamis, sebagaimana dalam hadits :

"Amalan manusia terangkat setiap pekannya sebanyak dua kali, yaitu pada hari Senin dan Kamis. Setiap hamba beriman akan diampuni dosanya kecuali seorang hamba yang dia memiliki permusuhan dengan saudaranya. Dikatakan kepadanya : Tinggalkan kedua orang ini sampai mereka berdua berdamai".

(HR. Muslim: 36) 

Ibrahim an-Nakha’i pernah menangis di hadapan isterinya pada hari Kamis dan isterinya pun juga ikut menangis. An-Nakha’i berkata: “Hari ini amalan kita terangkat kepada Allah ﷻ.” [Latha'iful Ma’arif Hal: 127] 

KETIGA :

Terangkatnya amalan tahunan. Semua amalan dalam setahun terangkat seluruhnya dalam setahun pada bulan Sya’ban, sebagaimana ditunjukkan sabda Nabi ﷺ : "Di bulan ini amalan terangkat sampai ke Rabb semesta alam.

Kemudian barulah terangkat seluruh amalan seumur hidup setelah mati. Apabila ajal datang menjemput, maka terangkatlah amalan seumur hidupnya seluruhnya di hadapan Allah ﷻ, dan dihamparkan lembaran amalannya. Ini adalah paparan yang terakhir. 

Setiap terangkatnya amalan ini terdapat hikmah yang hanya diketahui oleh Rabb kita ﷻ saja. 

Dari Allah-lah risalah itu berasal, dan tugas Rasulullah ﷺ yang menyampaikan, sedangkan kewajiban kita hanyalah menerima.


- Bersambung ke Bag. 5/10 -


📎 Sumber : 32 Fa'dah fii Syahri Sya'ban Karya Syaikh Shalih al-Munajjid, penerbit: Majmu'ah Zad di bawah lisensi Syaikh Shalih al-Munajjid

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Do'a Ketika Dalam Kesulitan

Do'a Ketika Dalam Kesulitan
Bismillah...

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ عِنْدَ الْكَرْبِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ الْعَظِيمُ الْحَلِيمُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ الْعَرْشِ الْعَظِيمِ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ رَبُّ السَّمَوَاتِ وَرَبُّ الْأَرْضِ وَرَبُّ الْعَرْشِ الْكَرِيمِ

وَقَالَ وَهْبٌ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ قَتَادَةَ مِثْلَهُ

Dari Ibnu Abbas bahwa Rasulullah ﷺ biasa berdo'a ketika dalam kesulitan, beliau mengucapkan,

"LAA ILAAHA ILLALLAHUL 'ADZIIM AL HALIIM LAA ILAAHA ILLALLAH RABBUL 'ARSYIL 'AZHIIM, LAA ILAAHA ILLALLAH RABBUS SAMAAWATI WA RABBUL ARDLI WA RABBUL ASRSYL KARIIM

"Tiada Tuhan selain Allah Yang Maha Agung dan Maha Penyantun. Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan Penguasa arasy yang agung. Tiada Tuhan selain Allah, Tuhan langit dan bumi serta Tuhan arasy yang mulia".

Dan berkata Wahb, telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Qatadah seperti itu.

(HR. Shahih Bukhari no. 5870 Kitab Do'a)

أَمَّن يُجِيبُ ٱلۡمُضۡطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكۡشِفُ ٱلسُّوٓءَ وَيَجۡعَلُكُمۡ خُلَفَآءَ ٱلۡأَرۡضِۗ أَءِلَٰهٞ مَّعَ ٱللَّهِۚ قَلِيلٗا مَّا تَذَكَّرُونَ

"Atau siapakah yang memperkenankan (do'a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo'a kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingati(Nya)".

(QS. An Naml ; 62)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Taubatnya Penyamun Karena Satu Ayat

Taubatnya Penyamun Karena Satu Ayat
Bismillah...

Al-Fudhail bin Iyadh rahimahullah dulunya seorang penyamun yang tak pernah sepi dari aksi begal di jalan.

Namun siapa sangka beliau bertaubat kepada Allah meninggalkan perbuatan aniayanya itu setelah mengenal sosok wanita yang ia panjat tembok halaman rumahnya demi bisa bertemu tambatan hatinya.

Disela-sela hasratnya yang sudah menggebu-gebu beliau mendengar seseorang yang sedang membaca ayat, 

أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ

"Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman untuk tunduk (melunak) hati mereka mengingat Allah dan (tunduk) kepada kebenaran yang telah diturunkan (kepada mereka)." (QS. Al-Hadid: 16)

Mendengar lantunan ayat ini seketika Al-Fudhail berkata, 

"Wahai Tuhanku, telah datang waktunya untuk mengingat-Mu", beliau bertaubat kembali ke rumahnya membersihkan jiwanya dan kemudian menetap di Mekkah hingga menjadi seorang alim, teladan dalam zuhud, khauf dan ahli ibadah.

Ibrahim Al-Asy'ats rahimahullah berkata, 

"Aku tidak pernah melihat seorang pun dimana Allah lebih besar di dadanya melebihi Al-Fudhail bin Iyadh, apabila ia mengingat Allah atau mendengar ayat Al-Qur'an maka ketakutan dan kesedihan tampak dari guratan wajahnya hingga berlinang air mata."

(Faedah Tarikh Al-Islam 12/334 dan Tahdzibul Kamal 23/289, at-Tawwabin oleh Ibnu Qudamah, Baihaqi dalam Syuab al-Iman no. 7316, Siyar A’laam An-Nubalaa 8/421 dan Tarikh Damaskus Ibnu Asakir, 52201)


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02DrTw4jTUkakeZXveFxeHtd9ch1t8JjgbFfpUCa49oZFg5QWiEi6VPiYqDFEoDvoul&id=100001764454087


https://t.me/manhajulhaq

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Sunday, February 26, 2023

Doa Berlindung Kepada Allah Dari 4 Hal

Doa Berlindung Kepada Allah Dari 4 Hal
Bismillah...

● اللهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لَا يَنْفَعُ

1️⃣ ALLAAHUMMA INNII A’UUDZU BIKA MIN ‘ILMIN LAA YANFA'

(Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat

● وَمِنْ قَلْبٍ لَا يَخْشَعُ

2️⃣ WA MIN QOLBIN LAA YAKH-SYA’

(Hati yang tidak khusyu

، وَمِنْ نَفْسٍ لَا تَشْبَعُ

3️⃣ WA MIN NAFSIN LAA TASYBA’

(Dan dari jiwa yang tidak pernah puas

● وَمِنْ دَعْوَةٍ لَا يُسْتَجَابُ لَهَا

4️⃣ WA MIN DA’WATIN LAA YUSTAJAABU LAHAA

(Serta do'a yang tidak diijabahi

📚 (HR. Muslim)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Faidah Seputar Bulan Sya'ban (3/10)

Faidah Seputar Bulan Sya'ban (3/10)
Bismillah...

BULAN YANG SERING DILALAIKAN

Ucapan Nabi ﷺ, 

Karena ini bulan yang banyak dilalaikan manusia di antara Rajab dan Ramadhan.”

Disini terdapat isyarat halus bahwa seyogyanya manusia menggunakan waktu-waktu lainnya dengan amal ketaatan. 

Dan hal ini termasuk perkara yang dicintai dan diridhai Allah ﷻ. Karena itulah ada sejumlah salaf yang menyukai shalat sunnah (tathawwu’) di antara waktu Maghrib dan Isya dengan alasan bahwa ini waktu yang seringkali dilalaikan (manusia). 

Demikian pula lebih diutamakan shalat malam pada sepertiga malam terakhir, karena ini waktu yang paling banyak dilalaikan manusia dari berdzikir (mengingat) Allah. 

Nabi ﷺ bersabda, 

<< النبيُّ صلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الرَّبُّ مِنَ العَبْدِ فِي جَوْفِ اللّيْلِ الآخِرِ، فَإنَ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَكُونَ مِمَّنْ يَذْكُرُ اللَّه فِي تِلْكَ السَّاعَةِ فَكُنْ >> 

Waktu terdekat Rabb kepada hamba-Nya adalah di saat malam terakhir. Karena itu jika kau mampu untuk menjadi orang yang berdzikir kepada Allah di waktu tersebut, maka kerjakanlah.”

(HR. Tirmidzi no.3579 dan Nasa’i no.572. Dishahihkan oleh al-Albani) 

Karena itulah, dianjurkan untuk berdzikir kepada Allah di tempat-tempat yang di sana banyak kelalaian, keberpalingan dan sedikitnya orang yang berdzikir, seperti di pasar dan majelis-majelis yang sia-sia. 

[Lathaiful Maarif karya Ibnu Rajab Hal: 131] 

Diantara faidah beramal di waktu lalai adalah : Bahwa seorang muslim yang menghidupkan waktu-waktu yang dilalaikan manusia dengan amal ketaatan, maka hal ini lebih menyembunyikan amalannya. 

Sedangkan menyembunyikan amal-amal ketaatan yang bersifat nafilah (sunnah) itu lebih dekat kepada keikhlasan. Akan sulit bagi seorang muslim untuk bisa selamat dari riya’ (pamer/ingin dilihat) apabila ia menampakkan amal shalihnya. 

Bulan Sya’ban adalah bulan  diangkatnya amalan kepada Allah, sebagaimana di dalam hadits : 

Di bulan ini amalan terangkat sampai ke Rabb Semesta Alam, dan saya senang di saat amalku terangkat saya sedang berpuasa.”

Nabi ﷺ senang saat amalan beliau terangkat beliau dalam keadaan berpuasa. Karena di momen tersebut lebih diterimanya amalan dan diangkatnya derajat. Karena itu hendaknya kaum muslimin meneladani Nabi mereka ﷺ di dalam hal ini dan memperbanyak puasa dibulan Sya’ban.


- Bersambung ke Bag. 4/10 -


📎 Sumber : 32 Fa'dah fii Syahri Sya'ban Karya Syaikh Shalih al-Munajjid, penerbit: Majmu'ah Zad di bawah lisensi Syaikh Shalih al-Munajjid

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Semoga Allah Merahmati

Semoga Allah merahmati orang yang shalat empat rakaat sebelum ashar
Bismillah...

Dari Ibnu Umar رضي الله عنه, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda,

رَحِمَ اللَّهُ امْرَأً صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعًا

Semoga Allah merahmati orang yang shalat empat rakaat sebelum ashar".

(HR. Imam Ahmad no. 5980, Imam Abu Daud  no. 1271, Imam Tirmidzi no. 430, dan dihasankan oleh Syekh Al-Albani).

عَنْ عَلِيٍّ قَالَ

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ يَفْصِلُ بَيْنَهُنَّ بِالتَّسْلِيمِ عَلَى الْمَلَائِكَةِ الْمُقَرَّبِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ مِنْ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُؤْمِنِينَ

قَالَ أَبُو عِيسَى وَفِي الْبَاب عَنْ ابْنِ عُمَرَ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ عَلِيٍّ حَدِيثٌ حَسَنٌ وَاخْتَارَ إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ أَنْ لَا يُفْصَلَ فِي الْأَرْبَعِ قَبْلَ الْعَصْرِ وَاحْتَجَّ بِهَذَا الْحَدِيثِ و قَالَ إِسْحَقُ وَمَعْنَى قَوْلِهِ أَنَّهُ يَفْصِلُ بَيْنَهُنَّ بِالتَّسْلِيمِ يَعْنِي التَّشَهُّدَ وَرَأَى الشَّافِعِيُّ وَأَحْمَدُ صَلَاةَ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ مَثْنَى مَثْنَى يَخْتَارَانِ الْفَصْلَ فِي الْأَرْبَعِ قَبْلَ الْعَصْرِ

Dari Ali ia berkata, "Nabi ﷺ melaksanakan shalat empat rakaat sebelum Ashar, dan beliau memisahkan antara empat rakaat tersebut dengan mengucapkan salam kepada malaikat muqarrabin, orang-orang muslim dan mukmin yang mengikutinya".

Abu Isa berkata, "Dalam bab ini juga ada riwayat dari Ibnu Umar dan Abdullah bin Amru".

Abu Isa berkata,"Hadits Ali ini derajatnya hasan shahih. Ishaq bin Ibrahim memilih untuk tidak memisahkan antara empat rakaat tersebut berdasarkan hadits ini."

Ishaq berkata lagi, "Adapun maksud dari ucapannya, 'Memisahkan di antara empat rakaat itu dengan salam',  adalah dengan tasyahud."

Imam Syafi'i dan Ahmad berpandangan, bahwa shalat yang dilakukan baik malam ataupun siang adalah dua rakaat-dua rakaat, dan keduanya memilih adanya pemisahan dalam melaksanakan shalat empat rakaat sebelum Asar".

(HR. Imam Tirmidzi no. 394 hasan shahih)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Gak Bisa Diam

Dzikrullah
Bismillah...

🌴🌴🌴

Ibnul Qoyyim rohimahullah berkata,

فإن الإنسان لا يسكت البتة : فإما لسان ذاكر وإما لسان لاغ ولا بد من أحدهما فهي النفس إن لم تشغلها بالحق شغلتك بالباطل وهو القلب إن لم تسكنه محبة الله عز و جل سكنه محبة المخلوقين

Karena insan itu tidak akan diam. Jika lisan tidak berdzikir maka akan melakukan sia sia. Jiwa jika tidak disibukkan dengan kebenaran maka ia akan sibuk dengan kebatilan..

Hati jika tidak merasa tenang dengan cinta kepada Allah, maka ia akan tenang dengan mencintai makhluk..

(Al Wabilushoyyib – Ibnul Qoyyim)

Ibnul Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah juga berkata,

إضاعةُ الوقت أشدُّ من الموت ؛ لأنَّ إضاعة الوقت تقطعك عن الله والدار الآخرة، والموتُ يقطعك عن الدنيا وأهلها

Menyia-nyiakan waktu lebih berbahaya dari kematian, karena menyia-nyiakan waktu akan memutuskanmu dari Allah dan negeri akhirat, sedangkan kematian hanya memutuskan dirimu dari dunia dan penduduknya”. [Al-Fawaid hal 44]

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah juga berkata,

وَنَفْسُكَ إِنْ أَشْغَلَتْهَا بِالحَقِّ وَإِلاَّ اشْتَغَلَتْكَ بِالبَاطِلِ

Jika dirimu tidak disibukkan dengan hal-hal yang baik, PASTI akan disibukkan dengan hal-hal yang batil” (Al Jawabul Kaafi hal 156)

🌴🌴🌴

Demikian juga status media sosial kita..

Jika tidak dituliskan hal hal yang bermanfaat..

Maka akan ditulis dengan hal yang sia sia..


Ditulis oleh, Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

======🌴🌴🌴🌴🌴======

🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/61715

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Faidah Seputar Bulan Sya'ban (2/10)

MENGHIDUPKAN BULAN SYA'BAN DENGAN BERPUASA
Bismillah...

MENGHIDUPKAN BULAN SYA'BAN DENGAN BERPUASA

Nabi ﷺ berpuasa sunnah di bulan Sya’ban ini tidak seperti berpuasa di bulan-bulan lainnya. Beliau lebih banyak berpuasa di bulan Sya’ban ini. 

Sebagaimana diceritakan Ummul  Mu’minin ‘Aisyah radhiallahu‘anha:

« مَا رأيْتُ رَسُولَ اللَّه صلى اللّه عليه وسلّم اسْتكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ قَطُّ إِلَّا رَمَضَانَ، وَ مَا رَأَيْتُهُ فِي شَهْرٍ أَكْثَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ »

Tidak pernah saya melihat Rasulullah ﷺ menyempurnakan puasa di suatu bulan seperti di bulan Ramadhan, dan belum pernah saya melihat beliau lebih banyak berpuasa di suatu bulan seperti berpuasa di bulan Sya’ban.

(HR. Bukhari no.1969 dan Muslim no.1156) 

Didalam riwayat lain: 

وَفِي رواية: « كَانَ يَصُومُ شـعْبَانَ كُلَّهُ، كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ إِلَّا قَلِيلًا » 

Pernah Nabi berpuasa di bulan Sya’ban seluruhnya, dan pernah juga berpuasa Sya’ban hanya sedikit (hari) saja.”

(HR. Bukhari No.1970 dan Muslim No.1156) 

Nabi ﷺ belum pernah berpuasa  selama dua bulan berturut-turut kecuali di bulan Sya’ban dan Ramadhan. Beliau berpuasa lebih banyak di bulan Sya’ban dan menyambungnya dengan bulan Ramadhan. 

Sebagaimana diutarakan oleh Ummul Mu’minin 'Aisyah radhiallahu‘anha:

« قالت أًمُّ الْمُؤْمنين أمّ سَلَمَه رضي اللّه عنها : مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلّي اللّه عليه و سلّم يَصُومُ شَهْرَيْنَ مًتَتَابِعَيْنِ إِلَّا شَعْبَانَ وَرَمَضَانَ »

Belum pernah saya melihat Nabi ﷺ berpuasa dua bulan berturut-turut kecuali di bulan Sya’ban dan Ramadhan.”

(HR. Tirmidzi No.736 dan Nasa’i No.2352. Dishahihkan oleh  al-Albani) 

Banyak orang yang lalai berpuasa di  bulan Sya’ban lantaran bulan ini didahului oleh bulan al-Haram (bulan suci), yaitu Rajab dimana berpuasa di bulan-bulan suci (asyhur al-hurum).

[Saat Allah ﷻ menciptakan langit dan bumi, Allah ﷻ telah menentukan jumlah bulan yaitu dua belas bulan; empat di antaranya adalah bulan haram, tiga bulan berurutan yaitu: Dzulqa’dah , Dzulhijjah, lalu Muharram serta satu yang terpisah yaitu bulan Rajab. Ini merupakan bulan-bulan haram yang diagungkan, baik pada masa jahiliyyah atau pun pada masa Islam] 

Ini secara umum adalah dianjurkan, namun tanpa meyakini keutamaan khusus terhadap bulan Rajab dibandingkan bulan haram lainnya, lalu diikuti oleh bulan Ramadhan yang penuh berkah. Akhirnya banyak orang yang teralihkan dari bulan Sya’ban lantaran kedua bulan ini, padahal dianjurkan untuk menghidupkan bulan Sya’ban ini dengan berpuasa. 

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

( إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتٰبِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقٰتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةً ۚ وَاعْلَمُوٓا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ ) 

"Sesungguhnya jumlah bulan menurut Allah ialah dua belas bulan, (sebagaimana) dalam ketetapan Allah pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu dalam (bulan yang empat) itu, dan perangilah kaum musyrikin semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Dan ketahuilah bahwa Allah beserta orang-orang yang takwa."

(QS. at-Taubah: 36) 

Adalah dianjurkan, namun tanpa meyakini keutamaan khusus terhadap bulan Rajab dibandingkan bulan haram lainnya-, lalu diikuti oleh bulan Ramadhan yang penuh berkah. Akhirnya banyak orang yang teralihkan dari bulan Sya’ban lantaran kedua bulan ini, padahal dianjurkan untuk menghidupkan bulan Sya’ban ini dengan berpuasa.


- Bersambung ke Bag. 3/10 -


📎 Sumber : 32 Fa'dah fii Syahri Sya'ban Karya Syaikh Shalih al-Munajjid, penerbit: Majmu'ah Zad di bawah lisensi Syaikh Shalih al-Munajjid

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Kaidah Yang Ke 50

Bismillah...

👉🏼  Pengganti sama hukumnya dengan yang diganti.

Contoh kaidah ini adalah:

●  Tayammum sebagi pengganti wudlu ketika tidak ada air. Maka hukum tayammum sama dengan wudlu dari sisi pembatal pemabatalnya. Sebagaimana boleh sholat beberapa sholat dengan sekali wudlu karena tidak batal, demikian juga tayammum.

Apabila terkena janabah kemudian ia tidak menemukan air untuk mandi, maka cukup dengan tayammum. Namun ketika setelah itu ia mendapatkan maka wajib ia mandi. Berdasarkan sabda Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam:

الصعيد الطيب وضوء المسلم وإن لم يجد الماء عشر سنين فإذا وجد الماء فليتق الله وليمسه بشرته

Tanah yang baik adalah alat berwudlu untuk muslim walaupun ia tidak menemukan air selama sepuluh tahun. Apabila ia menemukan air, maka hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dan menyentuhkannya dengan kulit (wudlu atau mandi).“ (HR Ahmad).

●  Di zaman Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam, alat transaksi adalah dinar dan dirham. Adapun di zaman sekarang telah diganti dengan uang. Maka hukum uang sama dengan dinar dan dirham yang terjadi padanya riba, baik riba nasi’ah ataupun riba fadl (*).

Wallahu a’lam 🌴

Ditulis oleh: Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

Dari kitab “Syarah Mandzumah Ushul Fiqih“, yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al ’Utsaimin, رحمه الله تعالى.

=======

TAMBAHAN :

(*) RIBA NASI’AH berasal dari kata an-nasaa’u, yang berarti penangguhan. Ada dua macam riba nasi’ah.

1. Merubah hutang bagi orang yang dalam kesulitan, dan inilah riba Jahiliyyah, di mana seseorang memiliki uang pada orang lain untuk dibayarkan dengan jangka waktu. Jika sudah jatuh tempo, maka orang yang memberi pinjaman itu berkata kepadanya, “Kamu boleh melunasi (sekarang) atau menambahi (jika menunda)..”. Jika dia melunasinya, maka selesai masalah dan jika tidak, maka peminjam harus menambah nilai pada jumlah pinjaman awal pada saat jatuh tempo.

Penambahan tersebut dilakukan sebagai konsekuensi keterlambatan membayar. Sehingga dengan demikian, pinjaman itu akan berlipat-lipat jumlahnya pada peminjam.

2. Pada suatu jual beli dua jenis barang, yang keduanya mempunyai ‘illat terdapat riba fadhl sama, dengan penangguhan penerimaan keduanya atau penerimaan salah satu dari keduanya, misalnya jual beli emas dengan emas atau dengan perak, atau perak dengan emas dengan jangka waktu atau tanpa serah terima barang di tempat pelaksanaan akad.

Sedangkan RIBA FADHL berasal dari kata al-fadhl yang berarti tambahan pada salah satu dari kedua barang yang dipertukarkan. Dan nash-nash telah datang mengharamkannya pada enam hal, yaitu emas, perak, jelai, gandum, kurma dan garam.

Jika salah satu dari barang-barang di atas dijual dengan barang yang sejenis, maka diharamkan adanya tambahan (kelebihan) diantara keduanya. Dan diqiyaskan pada keenam hal di atas adalah barang-barang yang mempunyai kesamaan ‘illat dengannya. Maka, tidak diperbolehkan, misalnya, menjual satu kilo emas berkualitas buruk dengan setengah kilo emas berkualitas baik. Demikian halnya perak dengan perak, gandum dengan gandum, jelai dengan jelai, kurma dengan kurma dan garam dengan garam. Tidak diperbolehkan menjual sedikitpun dari barang-barang di atas dengan jenis yang sama kecuali dengan sama banyak, berkualitas sama, dan seketika penyerahannya.

Namun demikian, dibolehkan menjual satu kilo emas dengan dua kilo perak jika dilakukan dari tangan ke tangan (seketika), karena adanya perbedaan jenis. Rosulullah Shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

الذَّهَبُ بِالذَّهَبِ وَالْفِضَّةُ بِالْفِضَّةِ وَالْبُرُّ بِالْبُرِّ وَالشَّعِيرُ بِالشَّعِيرِ وَالتَّمْرُ بِالتَّمْرِ وَالْمِلْحُ بِالْمِلْحِ مِثْلاً بِمِثْلٍ سَوَاءً بِسَوَاءٍ يَدًا بِيَدٍ فَإِذَا اخْتَلَفَتْ هَذِهِ الأَصْنَافُ فَبِيعُوا كَيْفَ شِئْتُمْ إِذَا كَانَ يَدًا بِيَدٍ

Emas dijual dengan emas, perak dengan perak, gandum dengan gandum, jelai dengan jelai, kurma dengan kurma, garam dengan garam, semisal dengan semisal, dalam jumlah yang sama dan tunai, tangan dengan tangan. Dan jika jenis-jenis ini berbeda, maka juallah sekehendak hati kalian, jika dilakukan serta diserahkan seketika..”

[Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Ubadah bin Ash-Shamit Rodhiyallahu ‘anhu]


Ref : https://almanhaj.or.id/2201-perbedaan-antara-riba-fadhl-dan-riba-nasiah.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Saturday, February 25, 2023

Takut Ditinggalkan Followersnya

Takut Ditinggalkan Followersnya
Bismillah...

Seorang dai atau pemberi nasehat yang menyampaikan masalah tauhid atau sunnah dan menyampaikan hujah-hujah untuk membantah orang-orang yang beragama berdasarkan akal, perasaan dan hawa nafsunya dari kalangan fanatik madzhab, tarekat, shufi dan orang bodoh, janganlah merasa takut ditinggalkan manusia, jangan takut ditinggalkan followers dan jangan takut ditinggalkan pengikut, karena sudah keniscayaan bahwa ahlul syirik, ahlul bid'ah dan pengekor hawa nafsu akan meninggalkannya. 

Kalau yang dibahas selain hal-hal di atas tadi, mungkin hanya masalah akhlak, sekitar rumah tangga, tentang kisah-kisah, tentang keutamaan-keutamaan (baik keutamaan puasa, shalat, membaca alquran dan yang semisalnya), tidak akan tampak mana ahlul tauhid, mana ahlul syirik, dan mana ahlussunnah dan mana ahlul bid'ah diantara followersnya. 

Pengikut yang banyak kadang membuat pemberi nasehat enggan membahas masalah tauhid, sunnah dan hujah-hujah untuk membantah kelompok menyimpang, karena takut resiko yang akan ditanggung, takut ditinggalkan jamaahnya. 

Yang lebih miris lagi kalau di medsos, tidak di like, tidak ada yang share atau sedikit yang share sudah kecewa dan sesak dada. Maka tema-tema tentang tauhid syirik, sunnah bid'ah, bantahan terhadap pemikiran atau madzhab yang menyimpang, dihindari sejauh-jauhnya. 

Ini musibah di atas musibah. Karena sesungguhnya dakwah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dan para salaf tidak selalu diterima semua orang, mesti ada saja yang menolak, bahkan dimusuhi, difitnah dan dituduh macam-macam. 

Berkata Syekh Al Albani rahimahullah, 

إن تكلمت عن التوحيد نبذك أهل الشرك وإن تكلمت عن السنة نبذك أهل البدعة 

Jika kamu berbicara tentang Tauhid, Ahli Syirik akan meninggalkanmu. Jika kamu berbicara tentang Sunnah, ahlul bid'ah akan meninggalkanmu. 

وإن تكلمت عن الدليل والحجة نبذك أهل التعصب المذهبي و المتصوفة والجهلة

Dan jika kamu berbicara tentang dalil dan hujjah, niscaya orang-orang yang fanatik terhadap madzhab, orang-orang tarekat sufi dan orang-orang bodoh akan meninggalkanmu“. (Silsilah Shahihah 1273).


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid027XxL4seXd41XHbZyXMKUebinWRQJpU9DrWTLdYfrVcju1DqxV7VRQEXByf8wX7LLl&id=100009878282155


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Mengharap Rahmat Allah

Mengharap Rahmat Allah
Bismillah...

إِنَّ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَٱلَّذِينَ هَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أُوْلَٰٓئِكَ يَرۡجُونَ رَحۡمَتَ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berjihad di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang".

(QS. Al Baqarah ; 218)

إِنَّهُۥ كَانَ فَرِيقٞ مِّنۡ عِبَادِي يَقُولُونَ رَبَّنَآ ءَامَنَّا فَٱغۡفِرۡ لَنَا وَٱرۡحَمۡنَا وَأَنتَ خَيۡرُ ٱلرَّٰحِمِينَ

"Sesungguhnya, ada segolongan dari hamba-hamba-Ku berdo'a (di dunia), 

'ROBBANAA AMANNAA FAGHFIRLANAA WARHAMNAA WA ANTA KHOIRUR ROHIMINN

"Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik".

(QS.Al Mu'minun ; 109)

عَنْ سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ قَالَ

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ لِلَّهِ مِائَةَ رَحْمَةٍ فَمِنْهَا رَحْمَةٌ بِهَا يَتَرَاحَمُ الْخَلْقُ بَيْنَهُمْ وَتِسْعَةٌ وَتِسْعُونَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ

Dari Salman Al Farisi dia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda, 

"Allah memiliki seratus rahmat. Satu rahmat di antaranya untuk seluruh makhluk agar berkasih kasihan sesama mereka (di dunia), sedang yang sembilan puluh sembilan dipersiapkan untuk har kiamat kelak."

(HR. Shahih Muslim no. 4945 Kitab : At Taubah)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Solusi Dari Kesusahan dan Kesedihan

Solusi Dari Kesusahan dan Kesedihan
Bismillah...

Jika seseorang mengalami kesulitan, kesusahan, penderitaan dan kesedihan hendaklah perbanyak mengucapkan, "Ya Hayyu Ya Qoyyum Birahmatika Astaghiitsu" atau membaca, "Laa Ilaaha Illa Anta Subhaanaka Inni Kuntu Minadzdzoolimiin."

Berkata Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, “Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam jika disusahkan dalam sebuah perkara, beliau membaca:

" يَا حَيُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ

Wahai yang Maha hidup, Maha berdiri sendiri, dengan rahmat-Mu aku meminta pertolongan.” (HR. Tirmidzi).

Berkata Sa'ad radhiyallahu anhu, Kami pernah duduk-duduk bersama Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Maukah aku beritahukan kepada kalian sesuatu, jika salah satu dari kalian di datangi KESUSAHAN, MUSIBAH dari MUSIBAH dunia, ia berdoa dengannya, niscaya akan di lepaskan darinya?, lalu beliau dijawab: “Tentu mau”, beliau bersabda: “Doanya Seorang yang masuk ke perut ikan (doa Nabi Yunus ‘alaihissalam).

لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِينَ

Tidak ada sembahan yang berhak diibadahi selain Engkau, Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang zhalim.” (HR. Al Hakim).

Selamat mencoba dan mengamalkan, niscaya Allah Ta'ala akan mengangkat kesulitan, kesusahan, penderitaan atau kesedihan dari seorang hamba. 


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=525932622991317&substory_index=525932622991317&id=100009878282155


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Faidah Seputar Bulan Sya'ban (1/10)

Faidah Seputar Bulan Sya'ban (1/10)
Bismillah...

KATA PEMBUKA

﷽ 

الحمد للّه، والصلاة والسلام على رسول اللّه. 

Segala puji hanyalah milik Allah Subhanahu wa Ta'ala. Shalawat dan salam semoga senantiasa   terlimpahkan kepada Rasulullah ﷺ.

Berikut ini adalah kumpulan ringkasan yang berisi faidah-faidah seputar Bulan Sya’ban. 

Kami memohon kepada Allah agar menjadikan risalah ini bermanfaat  dan semoga Allah membalas dengan kebaikan setiap orang yang turut andil di dalam membantu penyusunan dan penyebaran risalah ini. 

Bulan Sya’ban adalah bulan kedelapan dari kalender Hijriah, yang berada di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Disebut Sya’ban, karena orang-orang Arab terdahulu yatasya’abuna (berpencar dan berpisah) di bulan ini dalam rangka mencari air. 

Ada juga yang berpendapat, di bulan ini sejumlah kabilah/suku berkelompok-kelompok (Tasya’ubil Qobail) ke dalam pasukan-pasukan penyerangan. 

Sebagian lagi berpendapat, dikatakan Sya’ban dikarenakan sya’aba yaitu yang muncul di antara bulan Rajab dan Ramadhan. 

Bentuk pluralnya adalah: Sya’abina  atau Sya’banat. [Tafsir Ibnu Katsir IV/147 dan Lisanul ‘rab I/502] 

Bulan Sya’ban adalah bulan penuh berkah, yang banyak dilalaikan orang di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Padahal dianjurkan untuk memperbanyak puasa di bulan Sya’ban ini. 

Dari Usamah bin Zayd radhiallahu‘anhu, beliau berkata: 

« يَا رَسُولَ اللَّه، لَمْ أَرَكَ تَصُومُ شَهْرًا مِنَ الشُّهُورِ مَاتـَصُومُ مِنْ شَعْبَانَ؟ قَالَ ﷺ : ( ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيْهِ الْأَعْمَالُ إِلـى رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، فَأًحِبُّ أَنْ يُرْفـعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ ) »

Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat Anda berpuasa di bulan-bulan lainnya seperti anda berpuasa di bulan Sya’ban ini?”, Rasulullah ﷺ menjawab: “Karena ini bulan yang banyak dilalaikan manusia di antara Rajab dan Ramadhan. Padahal di bulan ini amalan terangkat sampai ke Rabb semesta alam, dan aku senang apabila saat amalku terangkat sedangkan aku berpuasa."

(HR. an-Nasai No: 2375 dan dihasankan Syaikh al-Albani di dalam ash-Shahihah No: 1898) 


- Bersambung ke Bag. 2/10


Sumber : 32 Fa'dah fii Syahri Sya'ban Karya Syaikh Shalih al-Munajjid, penerbit: Majmu'ah Zad di bawah lisensi Syaikh Shalih al-Munajjid

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Thursday, February 23, 2023

Kisah wafatnya Sahabat Ibnu Umar radhiallahu 'anhu

Kisah wafatnya Sahabat Ibnu Umar radhiallahu 'anhu
Bismillah...

Beliau seorang sahabat yang lantang dan tegas, dengan penuh keberanian dan kepayaan kepada Allah, beliau menyuarakan kebenaran di hadapan Al Hajjaj bin Yusuf (40-95H), gubernur kota Makkah yang dikenal sangat kejam.

Suatu hari di musim Haji, Hajjaj bin Yusuf berkhutbah dan menyatakan bahwa Abdullah bin Az Zubair radhiallahu 'anhu telah merubah rubah Al Qur'an. 

Sepontan Ibnu Umar radhiallahu 'anhu meluruskan tuduhan keji Al Hajjaj kepada Abdullah bin Az Zubair radhiallahu 'anhu tersebut dengan berkata: 

كذبت كذبت، ما يسطيع ذلك ولا أنت معه.

"Engkau telah berdusta, engkau telah berdusta, Ibnu Az Zubair tidak akan bisa merubah Al Qur'an demikian pula dengan engkau juga tidak akan bisa melakukannya".

Mendapat bantahan keras seperti ini, Al Hajjaj bin Yusuf menjawab:

اسكت، فقد خرفت، وذهب عقلك، يوشك شيخ أن يضرب عنقه، فيخر قد انتفخت خصيتاه، يطوف به صبيان البقيع

"Diamlah engkau, engkau telah pikun, kehilangan akal sehatmu, tidak lama lagi akan ada seorang kakek kakek yang dipenggal lehernya, lalu ia tersungkur ke tanah, kemudian buah kemaluannya membengkak dijadikan mainan oleh anak anak di pekuburan Baqi'". (Siyar a'alam An Nubala' 3/230)

Al Hafiz Ibnu Hajar dalam Fathul Bari menukilkan riwayat bahwa, Abdul Malik bin Marwan (47-106H) menegur Al Hajjaj agar tidak terlibat lagi dalam perseteruan dengan sahabat Abdullah bin Umar.

Teguran ini menjadikan Al Hajjaj merasa tertekan, sehingga ia menyusun skenario dengan memerintahkan seseorang dari pasukannya untuk membawa tombak yang telah dibubuhi racun. Kemudian ia diperintahkan untuk menyusup ke majlis atau kerumunan yang mengerumuni sahabat Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma.

Benar, ketika banyak jamaah Haji yang datang dari berbagai negri mengerumuni sahabat Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma untuk bertanya kepadanya, maka lelaki suruhan Al Hajjaj itu segera menyelinap, dan menggoreskan ujung tombak beracun itu ke kaki sahabat Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma. 

Akibat luka tersebut sahabat Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma menderita sakit beberapa hari sebelum akhirnya meninggal dunia pada 73H.

Tatkala mendengar bahwa sahabat Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma sakit, Al Hajjaj datang menjenguknya, dan sahabat Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma enggan menyambut kedatangan Al Hajjaj, belliau memilih untuk memejamkan matanya tidak ingin melihat wajah Al Hajjaj.

Tatkala Al Hajjaj berkata: "Andai aku mengetahui siapa orang yang telah melukaimu, niscaya akan aku penggal lehernya".

Sahabat Ibnu Umar radhiallahu 'anhuma menjawab: "Engkaulah yang melukaiku". 

Al Hajjaj menjawab: "Bagaimana bisa demikian?".

Jawab Ibnu Umar:

حملت السلاح في يوم لم يكن يحمل فيه وأدخلت السلاح الحرم ولم يكن السلاح يدخل الحرم 

"Engkau memerintahkan pasukanmu membawa senjata di hari yang tidak sepatutnya seseorang membawa senjata padanya. Dan engkau memerintahkan pasukanmu membawa senjata masuk ke Tanah Al Haram, padahal sebelumnya tidak seorangpun masuk ke tanah Al Haram dengan membawa senjata". (Global kisah di atas juga diriwayatkan oleh Al Bukhari)

Kawan! Yuk belajar agama lebih mendalam, dan membaca sejarah lebih banyak agar kita lebih bisa bijak dalam memahami, menilai dan menyikapi berbagai dinamika kehidupan kita.


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02zfSj1BAMDN7WAKrkTNUNSDKLTMcTzFHi5Q4QfH1oLFCKCTXyGNGjgdfbWgVgtvsol&id=100044302190144

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

4 Kunci Sukses Thalabul Ilmi

4 Kunci Sukses Thalabul Ilmi
Bismillah...

Ditanyakan kepada Amir bin Syarahil Asy-Sya'bi (103 H) rahimahullah,

من أين لك هذا العلم كله ؟ قال : بنفي الاعتماد والسير في البلاد وصبر كصبر الحمار وبكور كبكور الغراب

"Dari manakah engkau mendapatkan semua ilmu ini?” Beliau menjawab, “Dengan tidak bergantung kepada seorangpun, mengelilingi negeri, bersabar seperti sabarnya keledai, dan bersegera seperti bersegeranya burung gagak.” 

(Siyar A'lamin Nubala' 4/300)

Ada empat adab atau etika utama yang disebutkan oleh Asy-Sya'bi sebagai kunci sukses thalabul ilmi,

1. Tidak bergantung kepada seorangpun karena ilmu ini hakikatnya karunia dari Allah maka berdoalah kepada-Nya agar dianugerahi ilmu yang bermanfaat.

2. Mengelilingi negeri dengan menyambangi majelisnya para ulama karena ilmu itu pada asalnya didatangi bukan ilmu yang mendatangi. 

3. Bersabar ibarat keledai yang siap menanggung beban dan perlakuan tidak nyaman dari tuannya. Kata Asy-Syafii, "Bersabarlah atas pahitnya perangai sang guru karena kegagalan menuntut ilmu disebabkan lari berpaling darinya."

4. Berpagi-pagi mendatangi majelis ilmu, sudi menanti guru sebagai bentuk penghargaan terhadap ilmu, duduk dengan tenang, diam, menyimak, mencatat serta tidak menimpalinya dengan omongan dengan itu ia akan meraih banyak faedah.

Semoga Allah merahmati Asy-Sya'bi, imam kalangan tabiin, gunung keilmuan, besar kesabaran, teladan kejujuran hingga Muhammad bin Sirin mengatakan,

"Perbanyaklah mempelajari hadits dari Asy-Sya'bi karena dia benar-benar dimintai fatwanya sementara para shahabat Nabi masih ada."


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0hWsT1eFPLp3cQHFAYWbt4e3utQvuE4oTFLmqQGPvWbofyV3BZgy7QQktoBtgShXzl&id=100001764454087


https://t.me/manhajulhaq

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Wednesday, February 22, 2023

Mutiara Salaf : Bersemangat Ketika Hendak Sholat

Bersemangat Ketika Hendak Sholat
Bismillah...

🌴🌴🌴

‘Abdullah bin ‘Abbas rodhiyallahu ‘anhumaa berkata,

يُكْرَه أن يقومَ الرَّجُل إلى الصَّلاة وهُو كسلان، ولكن يقُوم إليها طلقَ الوجه، عظيمَ الرَّغبة، شديدَ الفَرح، فإنَّه يناجي اللهَ عز وجل ، وإنَّ اللهَ عز وجل أمامَه يغفرُ له ويجيبُه إذا دعاهُ، ويتلو هذه الآية: {وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى} [سورة النساء : 142]».

Tidak disukai seseorang bangkit menuju sholat dengan malas..

Tapi hendaklah ia :

– bangkit dengan wajah berseri,

– semangat yang kuat, dan

– hati yang gembira.

Karena ia hendak bermunajat dengan Allah ‘Azza wajalla. Dan Allah berada di hadapannya mengampuni dosanya dan mengijabah do’anya..

Lalu beliau membaca ayat tentang sifat kaum munafik : 

إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ يُخَٰدِعُونَ ٱللَّهَ وَهُوَ خَٰدِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوٓا۟ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ قَامُوا۟ كُسَالَىٰ يُرَآءُونَ ٱلنَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ ٱللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا

"Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali" (Annisa: 142)

[ At Targhiib Wat Tarhiib – Qowamus Sunnah – 1904 ]


Diterjemahkan oleh, Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

=====🌴🌴🌴🌴🌴=====

🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/61611

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Banyak Puasa Sunnah Di Bulan Sya'ban

Banyak Puasa Sunnah Di Bulan Sya'ban
Bismillah...

 عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ

لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي الشَّهْرِ مِنْ السَّنَةِ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ وَكَانَ يَقُولُ خُذُوا مِنْ الْأَعْمَالِ مَا تُطِيقُونَ فَإِنَّ اللَّهَ لَنْ يَمَلَّ حَتَّى تَمَلُّوا وَكَانَ يَقُولُ أَحَبُّ الْعَمَلِ إِلَى اللَّهِ مَا دَاوَمَ عَلَيْهِ صَاحِبُهُ وَإِنْ قَلَّ

Dari Aisyah رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا, ia berkata, "Rasulullah ﷺ tidak pernah banyak berpuasa (sunnah) di bulan tertentu dalam satu tahun, melebihi puasa beliau ketika pada bulan Sya'ban".

Dan beliau ﷺ bersabda, 

"Lakukanlah amalan yang mampu kalian lakukan, karena Allah tidak akan bosan hingga kalian sendirilah yang bosan. Dan Amalan yang paling disukai Allah adalah amalan yang terus-menerus dilakukan meskipun sedikit".

(HR. Shahih Muslim no.1958 Kitab Ash shiyam)

 عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ لَا يُفْطِرُ وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ لَا يَصُومُ فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

Dari 'Aisyah رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا berkata, "Rasulullah ﷺ sedemikian sering melaksanakan shaum hingga kami mengatakan seolah-olah beliau tidak pernah berbuka (tidak shaum), namun beliau juga sering tidak shaum sehingga kami mengatakan seolah-olah Beliau tidak pernah shaum..

Dan aku tidak pernah melihat Rasulullah ﷺ menyempurnakan puasa selama sebulan penuh kecuali puasa Ramadhan dan aku tidak pernah melihat Beliau ﷺ paling banyak melaksanakan puasa (sunnah) kecuali di bulan Sya'ban".

(HR. Shahih Bukhari no. 1833 Kitab Ash shaum)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Keistimewaan Bulan Sya'ban Berikut Amalan Sunnah Didalamnya

Keistimewaan Bulan Sya'ban Berikut Amalan Sunnah Didalamnya
Bismillah...

Ada beberapa hadits shahih yang menunjukkan keistimewaan di bulan Sya’ban, di antara amalan tersebut adalah memperbanyak puasa sunnah selama bulan Sya’ban..

Dari 'Aisyah radhiallahu ‘anha, beliau mengatakan,

يَصُومُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ حَتَّى نَقُولَ: لاَ يَصُومُ، فَمَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍ إِلَّا رَمَضَانَ، وَمَا رَأَيْتُهُ أَكْثَرَ صِيَامًا مِنْهُ فِي شَعْبَانَ

"Terkadang Nabi ﷺ puasa beberapa hari sampai kami katakan, ‘Beliau tidak pernah tidak puasa', dan terkadang beliau tidak puasa terus, hingga kami katakan, 'Beliau tidak melakukan puasa'..

Dan saya tidak pernah melihat Nabi ﷺ berpuasa sebulan penuh kecuali di bulan Ramadhan, saya juga tidak melihat beliau berpuasa yang lebih sering ketika di bulan Sya’ban".

(HR. Al Bukhari dan Muslim)

Aisyah mengatakan,

لَمْ يَكُنِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُومُ شَهْرًا أَكْثَرَ مِنْ شَعْبَانَ، فَإِنَّهُ كَانَ يَصُومُ شَعْبَانَ كُلَّهُ

"Belum pernah Nabi ﷺ berpuasa satu bulan yang lebih banyak dari pada puasa bulan Sya’ban. Terkadang hampir beliau berpuasa Sya’ban sebulan penuh".

(HR. Al Bukhari dan Muslim)

Aisyah mengatakan,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَفَّظُ مِنْ هِلَالِ شَعْبَانَ مَا لَا يَتَحَفَّظُ مِنْ غَيْرِهِ، ثُمَّ يَصُومُ لِرُؤْيَةِ رَمَضَانَ، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْهِ، عَدَّ ثَلَاثِينَ يَوْمًا، ثُمَّ صَامَ

"Nabi ﷺ memberikan perhatian terhadap hilal bulan Sya’ban, tidak sebagaimana perhatian beliau terhadap bulan-bulan yang lain. Kemudian beliau berpuasa ketika melihat hilal Ramadhan. Jika hilal tidak kelihatan, beliau genapkan Sya’ban sampai 30 hari".

(HR. Ahmad, Abu Daud, An Nasa’i dan sanad-nya disahihkan Syaikh Syu’aib Al Arnauth)

Ummu Salamah radhiallahu ‘anha mengatakan,

عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَنَّهُ لَمْ يَكُنْ يَصُومُ مِنَ السَّنَةِ شَهْرًا تَامًّا إِلَّا شَعْبَانَ، وَيَصِلُ بِهِ رَمَضَانَ

"Bahwa Nabi ﷺ belum pernah puasa satu bulan penuh selain Sya’ban, kemudian beliau sambung dengan Ramadhan".

(HR. An Nasa’i dan disahihkan Al Albani).

Hadits-hadits di atas merupakan dalil keutamaan memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, melebihi puasa di bulan lainnya..

☑️ APA HIKMAHNYA ?

Ulama berselisih pendapat tentang hikmah dianjurkannya memperbanyak puasa di bulan Sya’ban, mengingat adanya banyak riwayat tentang puasa ini.

Pendapat yang paling kuat adalah keterangan yang sesuai dengan hadits dari Usamah bin Zaid, beliau bertanya, 

"Wahai Rasulullah, saya belum pernah melihat anda berpuasa dalam satu bulan sebagaimana anda berpuasa di bulan Sya’ban". 

Nabi ﷺ bersabda,

ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ، وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ، فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ

"Ini adalah bulan yang sering dilalaikan banyak orang, bulan antara Rajab dan Ramadhan. Ini adalah bulan dimana amal-amal diangkat menuju Rabb semesta alam. Dan saya ingin ketika amal saya diangkat, saya dalam kondisi berpuasa".

(HR. An Nasa’i, Ahmad, dan sanadnya dihasankan Syaikh Al Albani)

☑️ MEMPERBANYAK IBADAH DI MALAM NISHFU SYA’BAN

Ulama berselisih pendapat tentang status keutamaan malam nishfu Sya’ban. Setidaknya ada dua pendapat yang saling bertolak belakang dalam masalah ini. Berikut keterangannya :

◼️PENDAPAT PERTAMA :

Tidak ada keutamaan khusus untuk malam nishfu Sya’ban. Statusnya sama dengan malam-malam biasa lainnya. Mereka menyatakan bahwa semua dalil yang menyebutkan keutamaan malam nishfu Sya’ban adalah hadits lemah. 

Al Hafidz Abu Syamah mengatakan, "Al Hafidz Abul Khithab bin Dihyah dalam kitabnya tentang bulan Sya’ban mengatakan bahwa para ulama ahli hadits dan kritik perawi mengatakan, ‘Tidak terdapat satupun hadits shahih yang menyebutkan keutamaan malam nishfu Sya’ban’.” 

(Al Ba’its ‘ala Inkaril Bida’, Hal. 33).

Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah juga mengingkari adanya keutamaan bulan Sya’ban dan nishfu Sya’ban. Beliau mengatakan, "Terdapat beberapa hadits dhaif tentang keutamaan malam nishfu Sya’ban, yang tidak boleh dijadikan landasan. Adapun hadits yang menyebutkan keutamaan shalat di malam nishfu Sya’ban, semuanya statusnya palsu, sebagaimana keterangan para ulama (pakar hadits)".

(At Tahdzir min Al Bida’, Hal. 11).

Sementara riwayat yang menganjurkan ibadah khusus pada hari tertentu di bulan Sya’ban untuk berpuasa atau qiyamul lail, seperti pada malam Nisfu Sya’ban, haditsnya lemah bahkan palsu. Di antaranya adalah hadits yang menyatakan,

إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ مِنْ شَعْبَانَ فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا وَصُوْمُوْا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللهَ يَنْزِلُ فِيْهَا لِغُرُوْبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُوْلُ أَلاَ مِنْ مُسْتَغْفِرٍ لِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ أَلاَ مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلاَ مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلاَ كَذَا أَلاَ كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ

"Jika datang malam pertengahan bulan Sya’ban, maka lakukanlah qiyamul lail, dan berpuasalah di siang harinya, karena Allah turun ke langit dunia saat itu pada waktu matahari tenggelam, lalu Allah berkata, ‘Adakah orang yang minta ampun kepada-Ku, maka Aku akan ampuni dia. Adakah orang yang meminta rezeki kepada-Ku, maka Aku akan memberi rezeki kepadanya. Adakah orang yang diuji, maka Aku akan selamatkan dia. Adakah demikian dan demikian?’ (Allah mengatakan hal ini) sampai terbit fajar".

(HR. Ibnu Majah: 1/421; HR. al-Baihaqi dalam Su’abul Iman: 3/378)

☑️ KETERANGAN :

Hadits ini dari jalan Ibnu Abi Sabrah, dari Ibrahim bin Muhammad, dari Mu’awiyah bin Abdillah bin Ja’far, dari ayahnya, dari Ali bin Abi Thalib, dari Rasulullah ﷺ.

Hadits ini statusnya hadits maudhu’/palsu, karena dalam sanadnya ada perawi bernama Ibnu Abi Sabrah yang tertuduh berdusta, sebagaimana keterangan al-Hafidz Ibnu Hajar dalam at-Taqrib. Imam Ahmad dan gurunya (Ibnu Ma’in) berkomentar tentangnya, "Dia adalah perawi yang memalsukan hadits".

[Silsilah Dha’ifah, no. 2132]

"Mengingat hadits tentang keutamaan menghidupkan malam Nisfu Sya’ban dan berpuasa di siang harinya tidak sah dan tidak bisa dijadikan dalil, maka para ulama menyatakan hal itu sebagai amalan bid’ah dalam agama".

[Fatawa Lajnah Da’imah: 4/277, fatwa no. 884.]

◼️PENDAPAT KEDUA :

Terdapat keutamaan khusus untuk malam nishfu Sya’ban. Pendapat ini berdasarkan hadits shahih dari Abu Musa Al Asy’ari radhiallahu ‘anhu, dimana Nabi ﷺ bersabda (yang artinya), 

"Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan".

(HR. Ibn Majah, At Thabrani, dan dishahihkan Al Albani).

Setelah menyebutkan beberapa waktu yang utama, Syaikhul Islam mengatakan, "Pendapat yang dipegangi mayoritas ulama dan kebanyakan ulama dalam Madzhab Hambali adalah meyakini adanya keutamaan malam nishfu Sya’ban. Ini juga sesuai keterangan Imam Ahmad. Mengingat adanya banyak hadits yang terkait masalah ini, serta dibenarkan oleh berbagai riwayat dari para sahabat dan tabi’in”.

(Majmu’ Fatawa, 23:123)

Ibn Rajab mengatakan, "Terkait malam Nishfu Sya’ban, dulu para tabi’in penduduk Syam, seperti Khalid bin Ma’dan, Mak-hul, Luqman bin Amir, dan beberapa tabi’in lainnya, mereka memuliakannya dan bersungguh-sungguh dalam beribadah di malam itu”.

(Lathaiful Ma’arif, Hal. 247).


Allahu a’lam..


✒️Ustadz Ammi Nur Baits حفظه الله تعالى 

(Dewan Pembina KonsultasiSyariah.com)


🌐 https://konsultasisyariah.com

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Marhaban Ya Sya'ban

Marhaban Ya Sya'ban
Bismillah...

مَضـى رَجَبٌ ومَا أَحْسـنْتَ فيهِ

         وهذا شَهْرُ شَعْبَانَ المُباَرَكْ

فيَا مَن ضَيَّعَ الأوقاتَ جهلًا

         بِحُرْمَتِها أَفِقْ واحْذَر بَوارَكْ

فسوفَ تُفارِقُ اللَّذاتِ قَسْرًا

         ويُخلِي الموتُ كَرهًا مِنك دَارَكْ

تَدارَكْ مَا استطعتَ مِنَ الَخطايا

         بتوبَةِ مُخْلِصٍ واجْعَل مَدارَكْ

علَى طَلَبِ السَّلامَةِ مِن جَحِيمٍ

         فخير ُذَوِي الجَرَائِم مَن تَدَارَكْ

Rajab telah berlalu dan alangkah baiknya kau di dalamnya. Dan tibalah bulan Sya’ban yang penuh berkah ini..

Wahai orang-orang yang   menyia-nyiakan waktu karena kejahilan atas kehormatannya, berhati-hati dan waspadalah dari kebinasaan..

Karena kelak kau kan berpisah dengan kenikmatan secara terpaksa. Dan kematian kan melepaskan kebencian darimu..

Kau perbaiki semampumu dosa-dosamu. Dengan taubat yang tulus, dan kau jadikan poros dirimu. Untuk mencari keselamatan dari neraka jahim..

Karena sebaik-baik pelaku keburukan adalah mereka yang berusaha memperbaikinya..

نسأل اللَّه تعالى أن يُوَفَّقنا لما يحبُّه ويرضاه وأن يبلِّغنَا رمضان في صِحَّةٍ وعافيةٍ وإيمانٍ

والحمد للَّه ربِّ العالمين

"Kita memohon kepada Allah agar memberikan kita taufiq kepada segala hal yang Dia cintai dan ridhai, dan menghantarkan kita ke bulan Ramadhan dalam keadaan sehat wal'afiyat lagi penuh keimanan.."

Segala puji hanyalah milik Allah Rabb semesta  alam..

```📚(Sumber : 32 Fa'dah fii Syahri Sya'ban Karya Syaikh Shalih al-Munajjid, penerbit: Majmu'ah Zad di bawah lisensi Syaikh Shalih al-Munajjid)```


Dialih bahasakan oleh : ✒️@Abinyasalma  حفظه الله تعالى


🌐 https://bit.ly/alwasathiyah

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Tuesday, February 21, 2023

Bila Esok Istrimu Sudah Tiada

Bila Esok Istrimu Sudah Tiada
Bismillah...

Engkau tak akan lagi mendengar kata-katanya yang mungkin menurutmu cerewet, saat ia mengingatkanmu tentang kebaikan agar engkau tak terjerumus dalam api neraka..

Engkau tak akan lagi mendengar rayuan dan manjanya agar engkau tertarik dan lengket padanya serta membuatmu bahagia.. 

Engkau tak akan lagi melihat senyum dan keceriaannya yang selalu menggodamu disaat, engkau bermuka muram..

Engkau tak akan lagi merasakan perhatiannya saat engkau jauh darinya dengan selalu mengucapkan *"I Love You.. I Miss You Sayangku Suamiku tercinta".* 

Engkau tak akan lagi merasakan perhatiannya saat engkau sedang sakit ia menjadi dokter pribadimu sehingga ia tak nyenyak untuk tidur meskipun ia sedang sakit tapi istrimu akan nampak kuat merawatmu sehingga engkau sehat kembali..

Engkau tak akan lagi bisa merasakan masakannya, karena ia istrimu selalu senang apabila engkau meminta dimasakkan makanan kesukaanmu walaupun letih la akan tersenyum.. 

Engkau tak akan lagi merasakan pelayanannya memotong kukumu, mengorek kupingmu memperhatikan aroma tubuhmu untuk memakai minyak wangi, untuk selalu bersih merawat diri dsb.. 

Engkau tak akan lagi mendengar kata-katanya untuk mengingatkanmu agar selalu bersabar menjaga amarahmu, disaat emosimu tidak terkontrol.. 

Engkau tak akan lagi merasakan betapa nurutnya istrimu, sabar serta hemat namun engkau selalu bilang, *"Tidak nurut, boros dan banyak menuntut".*

BiLa esok istrimu telah tiada baru engkau akan merasakan betapa engkau mencintainya, karena hanya ia yang mampu bersabar dan bertahan hidup bersama denganmu menerima segala kekurangan dan kelebihanmu.. 

Mencintai adalah memberikan yang terbaik untuk orang yang kita cintai, meskipun penuh dengan perjuangan. Namun pengorbanan seorang istri tidak akan pernah sia-sia disisi-Nya..

Teruslah berbuat yang terbaik untuk istrimu sampai akhir menutup mata dan perjumpaan yang indah bertemu dengan Rabb-mu..

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Lebih Dekat Dengan Urat Leher

Allah Lebih Dekat Dengan Urat Leher
Bismillah...

Ketika disampaikan bahwasanya Allah Ta'ala di atas langit sebagaimana disebutkan dalam dalil-dalil yang banyak dan seabrek fatwa ulama, orang-orang yang memiliki pemahaman yang menyimpang mengatakan, "Allah itu lebih dekat dari pada urat leher."

Kenapa mereka menyimpang? Karena mereka memahami ayat dengan pemahaman hawa nafsunya, bukan pemahaman bagaimana para salaf memahami. 

Allah Ta'ala berfirman, 

وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ وَنَعْلَمُ مَا تُوَسْوِسُ بِهِ نَفْسُهُ ۖ وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ مَّا يَلْفِظُ مِن قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ

Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih DEKAT kepadanya dari pada URAT LEHERNYA, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” (QS. Qaaf: 16-18).

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah, 

وقوله : ( ونحن أقرب إليه من حبل الوريد ) يعني : ملائكته تعالى أقرب إلى الإنسان من حبل وريده إليه

"Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya". (Qaf: 16)

Yakni MALAIKAT-MALAIKAT Allah Subhanahu wa Ta'ala lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya. (Tafsir Ibnu Katsir). 

Dan berkata Ibnu Katsir rahimahullah, 

 فإنه لم يقل : وأنا أقرب إليه من حبل الوريد ، وإنما قال : ( ونحن أقرب إليه من حبل الوريد ) كما قال في المحتضر : ( ونحن أقرب إليه منكم ولكن لا تبصرون ) [ الواقعة : 85 ] ، يعني ملائكته . وكما قال [ تعالى ] : ( إنا نحن نزلنا الذكر وإنا له لحافظون ) [ الحجر : 9 ] ، فالملائكة نزلت بالذكر - وهو القرآن - بإذن الله عز وجل . وكذلك الملائكة أقرب إلى الإنسان من حبل وريده إليه بإقدار الله لهم على ذلك ، فللملك لمة في الإنسان كما أن للشيطان لمة وكذلك : " الشيطان يجري من ابن آدم مجرى الدم " ، كما أخبر بذلك الصادق المصدوق ; ولهذا قال هاهنا : 

"Maka sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta'ala tidak mengatakan, "AKU lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." Dan yang Dia katakan hanyalah: KAMI lebih dekat kepadanya daripada urat lehernya." (Qaf: 16)

Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam ayat lain sehubungan dengan orang yang sedang meregang nyawanya:

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنكُمْ وَلَٰكِن لَّا تُبْصِرُونَ

"Dan Kami lebih dekat kepadanya daripada kamu. Tetapi kamu tidak melihat". (Al-Waqi'ah: 85)

Yaitu MALAIKAT-MALAIKAT-Nya. 

Dan sebagaimana pengertian yang terdapat di dalam firman-Nya:

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا ٱلذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُۥ لَحَٰفِظُونَ

"Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur'an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya". (Al-Hijr: 9)

Para MALAIKATLAH yang turun membawa wahyu Al-Qur'an dengan seizin Allah Subhanahu wa Ta'ala. Demikian pula para MALAIKATLAH yang lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya berkat kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta'ala yang diberikan kepada mereka untuk hal tersebut. Maka malaikat itu mempunyai jalan masuk ke dalam manusia sebagaimana setan pun mempunyai jalan masuk ke dalam manusia melalui aliran darahnya, seperti yang telah diberitakan oleh Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya:

إِذْ يَتَلَقَّى ٱلْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ ٱلْيَمِينِ وَعَنِ ٱلشِّمَالِ قَعِيدٌ

"(yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk di sebelah kanan dan yang lain duduk di sebelah kiri" (Qaf: 17)

Yakni dua MALAIKAT yang ditugaskan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk mencatat amal perbuatan manusia. (Tafsir Ibnu Katsir). 

Inilah yang membedakan antara orang yang berpegang teguh dengan manhaj salaf dengan kelompok-kelompok menyimpang. Seorang salafi, selalu kembali kepada dalil dengan pemahaman yang benar, pemahaman para salaf. Kalau mereka, sesat karena tidak kembali kepada dalil, atau berdalil, tetapi bukan dengan pemahaman yang benar, pemahaman para salaf, namun pemahaman hawa nafsu dirinya atau hawa nafsu guru-gurunya. 


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0V4E4gtFNoS2fqZeqVknnkQMtorBxaE6ujwZ5b42gEkoyaur1qFphbcC99bBHEjb4l&id=903924823277358


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Syafaat Orang-orang Mukmin

Syafaat Orang-orang Mukmin
Bismillah...

Rasulullah ﷺ bersabda,

حتى إذا خلص المؤمنون من النار، فوالذي نفسي بيده، ما منكم من أحد بأشد مناشدة لله في استقصاء الحق من المؤمنين لله يوم القيامة لإخوانهم الذين في النار، يقولون: ربنا كانوا يصومون معنا ويصلون ويحجون، فيقال لهم: أخرجوا من عرفتم، فتحرم صورهم على النار، فيخرجون خلقا كثيرا قد أخذت النار إلى نصف ساقيه، وإلى ركبتيه، ثم يقولون: ربنا ما بقي فيها أحد ممن أمرتنا به، فيقول: ارجعوا فمن وجدتم في قلبه مثقال دينار من خير فأخرجوه، فيخرجون خلقا كثيرا، ثم يقولون: ربنا لم نذر فيها أحدا ممن أمرتنا…

"Setelah orang-orang mu'min itu dibebaskan dari neraka, demi Allah, Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, sungguh kalian begitu gigih dalam memohon kepada Allah untuk memperjuangkan hak untuk saudara-saudaranya yang berada di dalam neraka pada hari kiamat..

Mereka memohon, 'Wahai Tuhan kami, mereka itu (yang tinggal di neraka) pernah berpuasa bersama kami, shalat, dan juga haji.'

Dijawab, 'Keluarkan (dari neraka) orang-orang yang kalian kenal..'

Hingga wajah mereka diharamkan untuk dibakar oleh api neraka..

Para mu'minin inipun mengeluarkan banyak saudaranya yang telah dibakar di neraka, ada yang dibakar sampai betisnya dan ada yang sampai lututnya..

Kemudian orang mu'min itu lapor kepada Allah, 'Ya Tuhan kami, orang yang Engkau perintahkan untuk dientaskan dari neraka, sudah tidak tersisa.'

Allah berfirman, 'Kembali lagi, keluarkanlah yang masih memiliki iman seberat dinar.'

Maka dikeluarkanlah orang mukmin banyak sekali yang disiksa di neraka. Kemudian mereka melapor, 'Wahai Tuhan kami, kami tidak meninggalkan seorangpun orang yang Engkau perintahkan untuk dientas/dikeluarkan."

(HR. Shahih Muslim no. 183).

Memahami hadits ini, Imam Hasan al-Bashri rahimahullah menasehatkan,

استكثروا من الأصدقاء المؤمنين فإن لهم شفاعة يوم القيامة

Perbanyaklah berteman dengan orang-orang yang beriman. Karena mereka memiliki syafaat pada hari kiamat..”

Imam Ibnul Jauzi rahimahullah menasehatkan kepada teman-temannya,

إن لم تجدوني في الجنة بينكم فاسألوا عني وقولوا : يا ربنا عبدك فلان كان يذكرنا بك

"Jika kalian tidak menemukan aku di surga, maka tanyakanlah tentang aku kepada Allah. Ucapkan: ’Wahai Tuhan kami, hamba-Mu fulan, dulu dia pernah mengingatkan kami untuk mengingat Engkau.

Kemudian beliau menangis.

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Akibat Terbiasa Lambat Dari Ibadah

Akibat Terbiasa Lambat Dari Ibadah
Bismillah...

🌴🌴🌴

Rosulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam pernah melihat para shahabat lambat dari shof yang pertama. Maka beliau bersabda,

تَقَدَّمُوا فَأْتَمُّوا بِي وَلْيَأْتَمَّ بِكُمْ مَنْ بَعْدَكُمْ ، لا يَزَالُ قَوْمٌ يَتَأَخَّرُونَ حَتَّى يُؤَخِّرَهُمْ اللَّهُ

Majulah dan ikutilah aku, dan hendaklah shoff di belakang mengikuti shoff di depannya. Suatu kaum yang selalu lambat, maka Allah akan lambatkan..” (HR Muslim no 438)

Maksudnya Allah akhirkan mereka dari rahmat dan surga-Nya serta karunia-Nya yang agung.

Nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam bersabda,

ﻟَﻮْ ﻳَﻌْﻠَﻢُ ﺍﻟﻨَّﺎﺱُ ﻣَﺎ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨِّﺪَﺍﺀِ ﻭَﺍﻟﺼَّﻒِّ ﺍﻷَﻭَّﻝِ ﺛُﻢَّ ﻟَﻢْ ﻳَﺠِﺪُﻭﺍ ﺇِﻻ ﺃَﻥْ ﻳَﺴْﺘَﻬِﻤُﻮﺍ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻻﺳْﺘَﻬَﻤُﻮﺍ

Seandainya manusia mengetahui keutamaan yang ada pada adzan dan shaf pertama, lalu mereka tidak akan mendapatkannya kecuali dengan mengundi, pastilah mereka akan mengundinya ” (HR. Bukhari  Muslim)

🌴🌴🌴

Syaikh Utsaimin rohimahullah berkata,

وعلى هذا ؛ ​فيخشى على الإنسان إذا عوَّد نفسه التأخر في العبادة أن يبتلى بأن يؤخره الله عز وجل في جميع مواطن الخير​.

Oleh karena itu, dikhawatirkan bila seorang insan terbiasa lambat dari ibadah, Allah jadikan ia lambat dalam setiap kebaikan..” (Majmu fatawa 13/54)

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan,

إن الإنسان كلما تأخر عن الصف الأول والثاني أو الثالث (أي في الصلاة)

ألقى الله في قلبه محبة التأخر في كل عمل صالح والعياذ بالله.

Tatkala manusia terlambat mendatangi shalat dari menempati shaf pertama, kemudian (shalat berikutnya) terlambat lagi shaf kedua, kemudian shaf ketiga (apalagi sengaja terlambat/ketinggalan shalat berjamaah), maka Allah buat hatinya suka mengakhirkan semua amal shalih.” (Syarah Riyadhus Shalihin 5/111)


Ditulis oleh, Ustadz Abu Yahya Badru Salam حفظه الله تعالى

======🌴🌴🌴🌴🌴======

🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/61645

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive