Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Thursday, August 31, 2023

Perbanyak Shalawat Di Malam dan Hari Jum'at

Perbanyak Shalawat Di Malam dan Hari Jum'at
Bismillah...

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً

Perbanyaklah shalawat kepadaku pada setiap Jum’at. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti.” (HR. Baihaqi dalam Sunan Al Kubro)

أَكْثِرُوا الصَّلاَةَ عَلَيَّ يَوْمَ الْجُمُعَةِ وَلَيْلَةَ الْجُمُعَةِ فَمَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً صلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْراً

Perbanyaklah oleh kalian shalawat kepadaku pada hari Jum’at dan malam Jum’at karena barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali.” [HR. Al-Baihaqi III/249 dari Anas Radhiyallahu anhu, sanadnya hasan. Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah no. 1407]

Dari sahabat Aus bin Aus radhiallallahu ‘anhu bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إن من أفضل أيامكم يوم الجمعة فأكثروا علي من الصلاة فيه فإن صلاتكم معروضة علي

Sesungguhnya hari yang paling utama adalah hari Jumat, karena itu perbanyaklah membaca shalawat untukku. Sesungguhnya shalawat kalian ditampakkan kepadaku.”

Sahabat bertanya,

يا رسول الله وكيف تعرض صلاتنا عليك وقد أرمت

Bagaimana shalawat kami bisa ditampakkan kepada Anda, sementara Anda sudah menjadi tanah (di kubur)?

Beliau menjawab,

إن الله تبارك وتعالى حرم على الأرض أَنْ تَأْكُلَ أجساد الأنبياء صلى الله عليهم

Sesungguhnya Allah Ta’ala mengharamkan bumi untuk memakan jasad para nabi shallallahu ‘alaihim wa sallam.” (HR. Abu Dawud no. 1047, An-Nasa’i no. 1374, Ibnu Majah no. 1636, Shahih Al-Jami, 2212)

Cara Shalawat dan Salam Untuk Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam

Dari Abi Muhammad bin ‘Ajrah -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar kepada kami, lalu saya berkata: “Wahai Rasulullah! Kami telah mengetahui bagaimana kami memberi salam kepadamu, maka bagaimana kami bershalawat untukmu?” Maka beliau bersabda: “Katakanlah:

((اللَّهُمَّ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إبْرَاهِيمَ إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ))

Ya Allah! Berkatilah Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana Engkau telah memberkati keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkaulah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” [Muttafqun ‘Alaihi]

Dan dari Abi Hamid As-Sa’id -Radhiyallahu ‘Anhu- berkata: “Mereka bertanya: “Ya Rasulullah bagaimana kami bershalawat untukmu? Beliau menjawab: “Katakanlah:

((اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى أزْوَاجِهِ وَذُرِّيَّتِهِ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إبْرَاهِيمَ ، إنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ))

Ya Allah! Berilah shalawat untuk Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberi shalawat untuk Ibrahim. Berkatilah Muhammad, istri-istri dan keturunannya, sebagaimana Engkau memberkati Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.” [Muttafaqun ‘Alaihi]

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Tiga Unsur Dakwah Rasul

Tiga Unsur Dakwah Rasul
Bismillah...

Dakwah Rasul mencakup tiga unsur, sebagaimana dijelaskan dalam ayat. 

Firman Allah :

كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولًا مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آَيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ

Sebagaimana (Kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang MEMBACAKAN ayat-ayat Kami kepada kamu dan MENSUCIKAN kamu dan MENGAJARKAN kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta MENGAJARKAN kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”. (QS : Al Baqoroh [2] :151).

Demikian juga firmanNya,

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus diantara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang MEMBACAKAN kepada mereka ayat-ayat Allah, MEMBERSIHKAN (jiwa) mereka, dan MENGAJARKAN kepada mereka Al Kitab dan Al Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (QS : Ali ‘Imron [3] :164).

Demikian juga firmanNya,

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي الْأُمِّيِّينَ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلَالٍ مُبِينٍ

Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang MEMBACAKAN ayat-ayat-Nya kepada mereka, MENSUCIKAN jiwa mereka dan MENGAJARKAN mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata”. (QS : Al Jumu’ah [62] :2).

Demikian juga firmanNya,

وَإِذْ يَرْفَعُ إِبْرَاهِيمُ الْقَوَاعِدَ مِنَ الْبَيْتِ وَإِسْمَاعِيلُ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ . رَبَّنَا وَاجْعَلْنَا مُسْلِمَيْنِ لَكَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِنَا أُمَّةً مُسْلِمَةً لَكَ وَأَرِنَا مَنَاسِكَنَا وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ . رَبَّنَا وَابْعَثْ فِيهِمْ رَسُولًا مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِكَ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُزَكِّيهِمْ إِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): “Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. “Ya Tuhan kami, jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada Engkau dan (jadikanlah) diantara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada Engkau dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadat haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. “Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka sesorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan MEMBACAKAN kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan MENGAJARKAN kepada mereka Al Kitab (Al Quran) dan Al-Hikmah (As Sunnah) serta MENSUCIKAN hati mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.”.(QS : Al Baqoroh [2] :127-129).

Ketiga unsur itu adalah : 

● TABLIGH (MENYAMPAIKAN) 

● TAZKIYAH (MEMBERSIHKAN, MENSUCIKAN) 

● TA’LIM (MENGAJARKAN) 

TAZKIYAH adalah pendidikan jiwa untuk menerapkan Islam mentaati perintah-perintahnya menjauhi larangan-larangannya dan berpegang teguh kepada akhlak mulia serta budi pekerti luhur. Rasulullah telah berhasil melaksanakan peran TARBIYAH dan TAZKIYAH terhadap sahabatnya dan mananamkan adab Islam dalam diri mereka. Sehingga mereka yang sebelumnya bersikap kasar dan keras menjadi bersahabat, berlapang-dada, dan lemah-lembut. Mereka berperangai akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang mana akhlak beliau adalah Al Qur’an. Tidak henti-hentinya para sahabat juga memainkan peran besar dalam penyebaran Islam. Mereka dengan penuh ambisi MENGAJARKAN adab sebelum ilmu kepada para anak didik mereka dari kalangan para tabi’in. 

Mereka juga mengarahkan anak didik itu untuk komitmen kepada akhlak dan adab (tatakrama) terhadap diri sendiri, terhadap keluarganya, terhadap para gurunya, terhadap saudara-saudaranya, dan terhadap semua orang di sekitarnya. Demikianlah dahulu keadaannya dari generasi ke generasi, mereka belajar adab sebagaimana mereka belajar ilmu. 

Al-Khathib al-Baghdadi rahimahullah meriwayatkan dari Imam Malik bin Anas, ia berkata bahwa Ibnu Sirin mengatakan,

«كَانُوا يَتَعَلَّمُونَ الْهَدْيَ كَمَا يَتَعَلَّمُونَ الْعِلْمَ» 

Mereka belajar meraih hidayah (adab) sebagaimana mereka belajar meraih ilmu” (Al Jaami’ Li Akhlaqir Raawi Wa Adabis Saami’, Al Khatib Al Baghdadi : 1/79)

Dan juga dari Imam Malik dari Ibnu Syihab, ia berkata :

«إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ أَدَبُ اللهِ الَّذِيْ أَدَّبَ بِهِ نَبِيَّهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَدَّبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُمَّتَهُ أَمَانَةُ اللهِ إِلَى رَسُوْلِهِ لِيُؤَدِّيْهِ عَلَى مَا أُدِّيَ إِلَيْهِ فَمَنْ سَمِعَ عِلْمًا فَلْيَجْعَلْهُ أَمَامَهُ حُجَّةً فِيْمَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ» 

Ilmu syari’at ini adalah adab milik Allah yang diajarkan kepada Nabi-Nya kemudian Nabi ajarkan kepada para ummatnya, sebagai amanat Allah kepada Rasul-Nya, agar disampaikan sebagaimana amanah itu disampaikun kepadanya. Maka barangsiapa mendengar suatu ilmu, hendaklah ia jadikan ilmu itu di depannya sebagai hujjah dalam perhitungan nanti antara dia dengan Allah ‘azza wa jalla. 

Dari Ibrahim bin Habib berkata, ayahku berkata,

«يَا بُنَيَّ، إِيتِ الْفُقَهَاءَ وَالْعُلَمَاءَ، وَتَعَلَّمْ مِنْهُمْ، وَخُذْ مِنْ أَدَبِهِمْ وَأَخْلَاقِهِمْ وَهَدْيِهِمْ، فَإِنَّ ذَاكَ أَحَبُّ إِلَيَّ لَكَ مِنْ كَثِيرٍ مِنَ الْحَدِيثِ» 

Hai anakku, datangilah para fuqaha dan para ulama, timbalah ilmu dari mereka. Ambillah adab, akhlak dan petunjuk mereka, Hal itu lebih aku sukai daripada mencari banyak hadits”.  (Al Jaami’ Li Akhlaqir Raawi Wa Adabis Saami’, Al Khatib Al Baghdadi : 1/79) 

Dari Abdullah bin Al Mubarak berkata, Makhlad bin Husain berkata,

«نَحْنُ إِلَى كَثِيرٍ مِنَ الْأَدَبِ أَحْوَجُ مِنَّا إِلَى كَثِيرٍ مِنَ الْحَدِيثِ» 

Kita lebih membutuhkan adab yang banyak daripada hadits yang banyak.“ (Al Jaami’ Li Akhlaqir Raawi Wa Adabis Saami’, Al Khatib Al Baghdadi : 1/80) 

Dari Zakariyya Al-Anbari, ia berkata,

عِلْمٌ بِلَا أَدَبٍ كَنَارٍ بِلَا حَطَبٍ وَأَدَبٌ بِلَا عِلْمٍ كَرُوْحٍ بِلَا جِسْمٍ 

Ilmu tanpa adab bagaikan api tanpa bahan bakar, sedangkan adab tanpa ilmu bagaikar ruh tanpa badan.” (Al Jaami’ Li Akhlaqir Raawi Wa Adabis Saami’, Al Khatib Al Baghdadi : 1/80) 

Imam Malik rahimahullahu Ta’ala berkata bahwa ibunya pernah mengatakan kepadanya :

إِذْهَبْ إِلَى رَبِيْعَةَ فَتَعَلَّمْ مِنْ أَدَبِهِ قَبْلَ عِلْمِهِ 

Pergilah kamu ke (majelis) Robi’ah pelajarilah adabnya sebelum kamu mempelajari ilmunya” (Tanwirul Hawalik syarah Muwatha’ : 164)


https://abughozie.com/?p=1354


August 29, 2023

Oleh : Ustadz Abu Ghozie As Sundawie 

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Begini Cara Menyingkap Kewalian Seseorang, Apakah Dia Wali Allah ataukah Wali Setan

Cara Menyingkap Kewalian Seseorang, Apakah Dia Wali Allah ataukah Wali Setan
Bismillah...

✨ Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah rahimahullah menjelaskan,

"Apabila tersamar olehmu tentang keadaan seseorang apakah dia wali Allah atau bukan, maka singkaplah dirinya dalam tiga keadaan,

 1). Shalatnya (apakah mengikuti petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam ataukah menyelisihi sunnah)

 2). Kecintaannya kepada sunnah dan orang-orang yang berpegang teguh dengannya ataukah memusuhi mereka.

 3). Dakwahnya mengajak kepada Allah dan petunjuk Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam, menjernihkan tauhid, mengikuti sunnah dan menjadikan sunnah itu sebagai pemutus perkara.

📍 Timbanglah dengan ketiga perkara tersebut di atas dan janganlah engkau timbang dengan keadaan yang lain, jangan pula dengan KASYAF atau HAL-HAL YANG ANEH semisal mengaku mendapat wahyu (berdialog dengan Allah dan Rasul dalam mimpi) meski dia sanggup berjalan di atas air dan terbang di udara.” 

📚 Ar-Ruh hlm. 265

📎 Dengan demikian wali Allah hanyalah orang yang beriman dengan keimanan yang benar seperti yang diajarkan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para shahabat beliau.

👤 Orang yang bertakwa dengan ilmunya, menyeru kepada tauhid, bukan kepada pengultusan individu, tidak pula meninggalkan syariat dengan dalih sudah mencapai level makrefat atau hakekat.

📈 Semakin tinggi keimanan dan ketakwaan seorang hamba maka semakin tinggi pula derajat kewaliannya di sisi Allah.

☝🏻 Namun kebanyakan orang menilai hanya mengandalkan mata kepala atau berdasar katanya sehingga mudah tertipu dan terpedaya, bukan menilai dengan mata hatinya yaitu ilmu dan lurusnya pemahaman.


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02JnGFX64S6hFqpWFbUvocuuw22nZR3dkYixxFW4c9Jc5WKvy1QNcv2y5Z7fA497KAl&id=100001764454087


Share Yuk! | 

Join Telegram | https://t.me/manhajulhaq

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Keutamaan Sahabat Thalhah dan Zubair رضي الله عنهما (Bag. 2)

Keutamaan Sahabat Thalhah dan Zubair رضي الله عنهما (Bag. 2)
Bismillah...

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ قَالَ

كُنْتُ أَنَا وَعُمَرُ بْنُ أَبِي سَلَمَةَ يَوْمَ الْخَنْدَقِ مَعَ النِّسْوَةِ فِي أُطُمِ حَسَّانَ فَكَانَ يُطَأْطِئُ لِي مَرَّةً فَأَنْظُرُ وَأُطَأْطِئُ لَهُ مَرَّةً فَيَنْظُرُ فَكُنْتُ أَعْرِفُ أَبِي إِذَا مَرَّ عَلَى فَرَسِهِ فِي السِّلَاحِ إِلَى بَنِي قُرَيْظَةَ قَالَ وَأَخْبَرَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُرْوَةَ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الزُّبَيْرِ قَالَ فَذَكَرْتُ ذَلِكَ لِأَبِي فَقَالَ وَرَأَيْتَنِي يَا بُنَيَّ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ أَمَا وَاللَّهِ لَقَدْ جَمَعَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَئِذٍ أَبَوَيْهِ فَقَالَ فَدَاكَ أَبِي وَأُمِّي

Dari 'Abdullah bin Az Zubair dia berkata, "Pada saat terjadi perang Khandak, aku dan Umar bin Abu Salamah berada di benteng Hassan bersama kaum wanita. Suatu ketika ia merundukkan kepalanya kepadaku dan aku memperhatikannya. Lalu aku pun merundukkan kepalaku kepadanya dan ia pun memperhatikannya..

Aku mengenali ayahku dengan baik ketika ia lewat dengan mengendarai kuda sambil menyandang senjata menuju Bani Quraizhah". 

Perawi hadits berkata, "Aku diberitahu oleh Abdullah bin Urwah dari Abdullah bin Zubair dia berkata, 'Lalu aku tuturkan hal itu kepada ayahku', dan ia pun berkata, 'Apakah kamu melihatku hai anakku?'.

Aku menjawab, "Ya, hai ayah!" 

Ayahku berkata, "Demi Allah, pada hari itu Rasulullah ﷺ mengumpulkan kedua orangtuanya untukku seraya berkata, 'Tebusanmu adalah bapak dan ibuku!'."

(HR. Imam Muslim no. 2416 Kitab Keutamaan Sahabat, Bab Keutamaan Thalhah dan Zubair radhiyallahu 'anhuma, Syarh Shahih Muslim)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Ilmu dan Pembagiannya

Bismillah...

Ilmu yang kita diperintah untuk mempelajari dan mengejarnya, serta di puji orang yang memilikinya adalah ilmu Syari’at

Sebagaimana riwayat dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ 

Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap Muslim” [HR Thabrani, Al Kabir dan As Shaghir, Shahihul Jaami’ no 3913] 

Didalam menetapkan ilmu, Manusia berbeda pandangan, para Fuqaha mengatakan bahwa ilmu yang dimaksud adalah Ilmu Fiqih, karena dengannya yang halal dan haram diketahui. 

Para ahli Tafsir dan ahli Hadits berkata, ia adalah ilmu al Quran dan As Sunnah karena keduanya adalah kunci semua ilmu. Orang-orang Sufi berkata, ia adalah ilmu ikhlas dan penyakit penyakit hati, orang orang Filsafat (ahlul Kalam) mengatakan, ia adalah ilmu Kalam, dan masih banyak lagi pendapat pendapat yang tidak satupun darinya bisa diterima. 

Yang benar bahwa ilmu yang di maksud adalah ilmu muamalah (interaksi) hamba kepada Rabb-nya. Inilah ilmu yang menjadi kewajiban bagi setiap pribadi. [Mukhtashar Minhajul Qashidin, hal. 15] 

Al Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah beliau mengatakan :

وَالْمُرَادُ بِالْعِلْمِ الْعِلْمُ الشَّرْعِيُّ الَّذِي يُفِيدُ مَعْرِفَةَ مَا يَجِبُ عَلَى الْمُكَلَّفِ مِنْ أَمْرِ دينه فِي عِبَادَاتِهِ وَمُعَامَلَاتِهِ وَالْعِلْمُ بِاللَّهِ وَصِفَاتِهِ وَمَا يَجِبُ لَهُ مِنَ الْقِيَامِ بِأَمْرِهِ وَتَنْزِيهِهِ عَنِ النَّقَائِصِ وَمَدَارُ ذَلِكَ عَلَى التَّفْسِيرِ وَالْحَدِيثِ وَالْفِقْهِ 

Yang dimaksud dengan ilmu adalah ilmu syar’i yang berfaedah dengannya pengenalan terhadap apa yang wajib bagi seorang hamba dari urusan agamanya, baik dalam ibadahnya ataupun muamalahnya. Dan juga ilmu tentang Allah dan sifat-sifat Nya serta apa yang wajib dalam menunaikan haknya, mensucikannya dari sifat kekurangan, dan ruang lingkup yang demikian atas ilmu tafsir, hadits, dan fiqih” [Fathul Bari, Ibnu Hajar 1/141]

Imam Al Auza’i rahimahullah berkata :

«الْعِلْمُ مَا جَاءَ عَنْ أَصْحَابِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَمَا لَمْ يَجِئْ عَنْ وَاحِدٍ مِنْهُمْ فَلَيْسَ بِعِلْمٍ» 

Ilmu itu apa yang datang dari para sahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, maka apa saja yang datang bukan dari salah seorang dari mereka bukanlah ilmu” [Jaami’u Bayanil ‘Ilmi, Ibnu Abdil barr 1/769 no. 1421] 

Imam Syafi’i rahimahullah berkata dalam sya’irnya :

كُلُّ الْعُلُومِ سِوَى الْقُرْآنِ مَشْغَلَةٌ 

Setiap ilmu selain Al Quran hanyalah menyibukkan

إِلَّا الْحَدِيثَ وَإِلَّا الْفِقْهَ فِي الدِّينِ 

Kecuali ilmu hadits dan fiqih (pemahaman) dalam agama

الْعِلْمُ مَا كَانَ فِيهِ قَالَ حَدَّثَنَا 

Ilmu itu yang ada padanya perkataan Hadatsana (telah mengatakan kepada kami)

وَمَا سِوَى ذَاكَ وَسْوَاسُ الشَّيَاطِينِ 

Adapun selain itu hanyalah was was syaithan” [Diwan Syafi’I hal. 388, no. 206] 

Imam Ibnu Qudamah rahimahullah berkata, ‘Adapun ilmu syari’at maka semuanya terpuji dan ia terbagi menjadi Ushul (dasar), Furu’ (cabang) Muqaddimat (pengantar), Mutamimmat (penyempurna). 

Ushul adalah kitabullah, sunnah Rasulullah, ijma umat dan atsar para sahabat. 

Furu’ adalah apa yang dipahami dari ushul diatas dalam bentuk makna oleh akal fikiran, dimana pemahaman ini bisa diambil dari teks atau konteks kalimat, sebagaimana dipahami dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam :

لَا يَقْضِي الْقَاضِي وَهُوَ غَضْبَانُ 

Seorang Hakim tidak boleh memutuskan hukum (vonis) dalam keadaan marah” [HR Bukhari : 7158, Muslim : 1717 dari Abu Bakrah radhyallahu anhu], bahwa Hakim juga tidak boleh memutuskan hukum dalam keadaan lapar. 

Ilmu Muqaddimat (pengantar) adalah bagian yang merupakan sarana, seperti ilmu Nahwu sharaf dan bahasa, keduanya adalah ilmu alat bagi Kitabullah dan sunnah Rasulullah. 

Sedangkan ilmu-ilmu Mutamimat (penyempurna) adalah seperti ilmu qira’at, makhorijul Huruf, seperti juga ilmu tentang biografi rawi-rawi hadits, tentang kelurusan pribadi mereka atau keadaan mereka (rawi). Semua itu termasuk ilmu syari’at yang semuanya terpuji. [Mukhtashar Minhajul Qashidin, hal. 16] 

Ditinjau dari kewajibannya menuntut ilmu terbagi kepada dua bagian,  ada yang fardu ‘Ain dan ada yang fardu kifayah. 

Majlis Fatwa Lajnah Ad Daaimah Saudi Arabia pernah ditanya apakah mempelajari ilmu syar’i itu wajib ? Kemudian mereka memberikan jawaban :

الْعِلْمُ الشَّرْعِيُّ عَلَى قِسْمَيْنِ : مِنْهُ مَا هُوَ فَرْضٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ وَمُسْلِمَةٍ، وَهُوَ مَعْرِفَةُ مَا يُصَحِّحُ بِهِ الْإِنْسَانُ عَقِيْدَتَهُ وَعِبَادَتَهُ، وَمَا لَا يَسُعه جَهْلُهُ، كَمَعْرِفَةِ التَّوْحِيْدِ وَضِدِّهِ الشِّرْكِ، وَمَعْرِفَةِ أُصُوْلِ الْإِيْمَانِ وَأَرْكَانِ الْإِسْلاَمِ، وَمَعْرِفَةِ أَحْكَامِ الصَّلاَةِ وَكَيْفِيَّةِ الْوُضُوْءِ وَالطَّهَارَةِ مِنَ الْجَنَابَةِ وَنَحْوِ ذَلِكَ، 

Ilmu syar’i terbagi menjadi dua, di antaranya adalah ilmu yang wajib diketahui oleh setiap muslim dan muslimah, yaitu ilmu yang menyebabkan sahnya aqidah dan ibadah seseorang dan tidak boleh seseorang tidak tahu tentang ilmu tersebut

Contohnya adalah mengetahui tauhid dan lawannya, yaitu syirik, pokok-pokok keimanan (rukun iman) dan rukun Islam, hukum-hukum shalat, tata cara wudhu`, bersuci dari junub, dan yang semisalnya.

وَعَلَى هَذَا الْمَعْنَى فُسِّرَ الْحَدِيْثُ الْمَشْهُوْرُ ((طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ)) وَالْقِسْمُ الْآخَرُ: فَرْضُ كِفَايَةٍ، وَهُوَ مَعْرِفَةُ سَائِرِ أَبْوَابِ الْعِلْمِ وَالدِّيْنِ، وَتَفْصِيْلاَتِ الْمَسَائِلِ وَأَدِلَّتِهَا، فَإِذَا قَامَ بِهِ الْبَعْضُ سَقَطَ الْإِثْمُ عَنْ بَاقِي الْأُمَّةِ. 

Oleh karena itu, hadits yang terkenal ini (menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim) ditafsirkan dengannya (ilmu fardhu ‘ain), dan pembagian yang kedua fardu kifayah yaitu mengetahui seluruh bab ilmu dan agama, serta rincian masalah masalah dan dalil dalilnya, maka apabila sebagian orang sudah ada yang menunaikannya, gugurlah dosa atas umat lainnya” [Fatwa Lajnah Ad Daaimah 12/90-91]


https://abughozie.com/?p=1351


August 28, 2023

Oleh : Abu Ghozie As Sundawie 

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Wednesday, August 30, 2023

Masih Mampu Melompat Tinggi

Bismillah...

Ada seseorang, usianya baru mendekati setengah abad atau lebih sedikit, tetapi fisiknya sangat rapuh, loyo, sakit-sakitan, mata kabur, pendengaran berkurang dan mulai banyak lupa (pikun). Kenapa bisa terjadi demikian ? Diantara sebabnya adalah karena banyak maksiat ketika mudanya. 

Namun ada seseorang atau ulama, usianya sudah sangat tua, namun fisiknya masih kuat dan sehat, meloncat tinggi pun masih mampu. Pandangan dan pendengarannya masih normal. Demikian pula ingatan dan akalnya. Salah satu sebabnya adalah karena waktu mudanya sangat menjauhi berbuat maksiat. Dan menjalankan ketaatan-ketaatan. 

Berkata Imam Ibnu Rajab rahimahullah :

مَنْ حَفِظَهُ اللَّهُ فِي صِبَاهُ وَقُوَّتِهِ، حَفِظَهُ اللَّهُ فِي حَالِ كِبَرِهِ وَضَعْفِ قُوَّتِهِ، وَمَتَّعَهُ بِسَمْعِهِ وَبَصَرِهِ وَحَوْلِهِ وَقُوَّتِهِ وَعَقْلِهِ

Siapa saja yang Allah menjaganya pada masa muda dan kekuatannya (dalam melaksanakan ketaatan), Allah menjaganya di saat tua dan lemah kekuatannya. Dia (Allah) memberikan kenikmatan dengan pendengaran, penglihatan, kemampuan, kekuatan dan akalnya. (Jami’ul Ulum Wal Hikam).

Dan berkata Imam Ibnu Rajab rahimahullah :

كان بعض العلماء قد جاوز المائة سنة وهو ممتع بقوته وعقله، فوثب يومًا وثبة شديدة، فعوتب في ذلك فقال: هذه جوارح حفظناها عن المعاصي في الصغر فحفظها الله علينا في الكبر

Ada salah seorang ulama umurnya mencapai 100 tahun namun masih tetap sehat, baik fisik maupun akalnya. Pada suatu hari ia melompat dengan satu lompatan yang tinggi, sehingga ada yang mencelanya. Kemudian dia berkata : “Anggota tubuhku ini telah kujaga dari perbuatan maksiat ketika masih muda, maka sekarang anggota tubuhku ini menjagaku ketika aku sudah tua.” (Jami’ul Ulum Wal Hikam).


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02sXs4b4HCKYWLskQLh1zaZfEjkBU6RqaXDLHELbZozvYstaxuFAuxmFPfvVEzMzail&id=100063495759389


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Seandainya Allah Tidak Menutupi Aib Seseorang

Seandainya Allah Tidak Menutupi Aib Seseorang
Bismillah...

Seandainya Allah Ta'ala ungkap aib seseorang ke publik, niscaya dia tidak akan mampu menanggung malu. Apalagi tatkala dia lagi dalam kesendirian, dia bermaksiat dan berbuat dosa, malu rasanya dirinya. Syukurlah Allah tutup aib-aibnya.

Berkata Abdullah Bin Muhammad Al Andalusia rahimahullah dalam qashidahnya :

والله لو علِمـوا قبيـح سريرتـي

لأبى السـلامَ علـيّ مـن يلقانـي

ولأعرضوا عني و ملّوا صُحبتي

ولبـؤتُ بعـدَ كرامـةٍ بـهـوانِ

لكنْ ستـرتَ معايبـي و مثالبـي

و حَلمتَ عن سقطي و عن طغياني

فلـك المحامـدُ و المدائـحُ كلهـا

بخواطري و جوارحـي و لسانـي

Demi Allah, seandainya mereka tahu akan buruknya yang tersembunyi dariku,

Sungguh enggan salam kepadaku, setiap orang yang menjumpaiku.

Dan sungguh mereka berpaling dariku dan bosan menemaniku, dan sungguh kudapati kehinaan setelah kemuliaan.

Akan tetapi Engkau telah menutupi aib-aibku dan kekurangan-kekuranganku,

Engkau tetap penyantun dan meski diriku terjatuh dan melampaui batas

"Maka bagiMu puji-pujian dan puja-puja semuanya, kami puji dengan segenap jiwa, badan dan lisan"

Sumber : http://www.almeshkat.net/vb/archive/index.php/t-52255.html 

Seorang ulama salaf, yang sangat dimuliakan oleh masyarakat dan murid-muridnya, ketika beliau ke pasar dan memikul sendiri barangnya, orang-orang pun datang menawarkan diri untuk membantunya, namun beliau menolaknya. Dan seakan-akan beliau mengatakan, seandainya mereka tahu tentang aibku, tidak akan berbuat seperti itu kepadaku.

Para hafidz berkata:

ﺭﺃﻳﻨﺎ ﺍﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ ﻧﺰﻝ ﺇﻟﻰ ﺳﻮﻕ ﺑﻐﺪﺍﺩ، ﻓﺎﺷﺘﺮﻯ ﺣﺰﻣﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﺤﻄﺐ، ﻭﺟﻌﻠﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﻛﺘﻔﻪ ، ﻓﻠﻤﺎ ﻋﺮﻓﻪ ﺍﻟﻨﺎﺱ ، ﺗﺮﻙ ﺃﻫﻞ ﺍﻟﻤﺘﺎﺟﺮ ﻣﺘﺎﺟﺮﻫﻢ ، ﻭﺃﻫﻞ ﺍﻟﺪﻛﺎﻛﻴﻦ ﺩﻛﺎﻛﻴﻨﻬﻢ ، ﻭﺗﻮﻗﻒ ﺍﻟﻤﺎﺭﺓ ﻓﻲ ﻃﺮﻗﻬﻢ ، ﻳﺴﻠﻤﻮﻥ ﻋﻠﻴﻪ ، ﻭﻳﻘﻮﻟﻮﻥ : ﻧﺤﻤﻞ ﻋﻨﻚ ﺍﻟﺤﻄﺐ ، ﻓﻬﺯ ﻳﺪﻩ ،ﻭﺍﺣﻤﺮ ﻭﺟﻬﻪ ،ﻭﺩﻣﻌﺖ ﻋﻴﻨﺎﻩ ﻭﻗﺎﻝ : نحن ﻗﻮﻡ ﻣﺴﺎﻛﻴﻦ ، ﻟﻮﻻ ﺳﺘﺮ ﺍﻟﻠﻪ ﻻﻓﺘﻀﺤﻨﺎ

Kami pernah melihat Imam Ahmad pergi ke sebuah pasar di kota Baghdad. Disana beliau membeli seikat kayu bakar, kemudian memikulnya diatas bahu beliau. Tatkala orang-orang mengetahui beliau, para pedagang pun meninggalkan barang dagangan mereka, para pemilik warung meninggalkan warung-warung mereka dan orang-orang lewat turut berhenti di jalan-jalan mereka. Mereka pun mengucapkan salam kepada beliau dan berkata: “Kami akan membawakan kayu bakar ini untukmu.”

Beliau pun menolak dengan lambaian tangan, wajahnya memerah dan matanya tiba-tiba berlinang air mata. Beliau pun berkata:

“Kami adalah kaum faqir. Andai saja Allah tidak menutupi, niscaya Allah akan menyingkap (aib) kami.”

Suatu ketika seorang laki-laki datang untuk memuji Imam Ahmad. Lantas beliau rahimahullah berkata kepadanya:

ﺃﺷﻬﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺇﻧﻲ ﺃﻣﻘﺘﻚ ﻓﻲ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻜﻼﻡ ،ﻭﺍﻟﻠﻪ ، ﻟﻮ ﻋﻠﻤﺖ ﻣﺎ ﻋﻨﺪﻱ ﻣﻦ ﺍﻟﺬﻧﻮﺏ ﻭﺍﻟﺨﻄﺎﻳﺎ ﻟﺤﺜﻮﺕ ﻋﻠﻰ ﺭﺃﺳﻲ ﺑﺎﻟﺘﺮﺍﺏ .

ﻭﻛﺎﻥ ﻳﻘﻮﻝ : ﻳﺎ ﻟﻴﺘﻨﻲ ﻣﺎ ﻋﺮﻓﺖ ﺍﻟﺸﻬﺮﺓ، ﻳﺎ ﻟﻴﺘﻨﻲ ﻓﻲ ﺷﻌﺐ ﻣﻦ ﺷﻌﺎﺏ ﻣﻜﺔ ﻣﺎ ﻋﺮﻓﻨﻲ ﺍﻟﻨﺎﺱ

Aku persaksikan kepada Allah. Sungguh aku murka atas ucapanmu ini. Demi Allah, andai engkau tahu dosa dan kesalahan yang ada pada diriku, pastilah engkau akan menaburi kepalaku dengan pasir.”

Beliau rahimahullah juga berkata:

Andai saja aku tidak terkenal seperti ini. Andai aku berada di satu lembah di lembah-lembah kota Mekkah, tak ada seorangpun mengenaliku.” (Al Hilyah Li Abi Nu’aim, 9:181).

Untuk itu, sibukkanlah dengan aib-aib diri sendiri. Perbaiki diri dan banyak bertaubat kepada Allah, daripada sibuk mengurus dan membicarakan aibnya orang lain, pastilah akan menjadi manusia yang beruntung.

Berkata Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah :

طوبى لمن شغله عَيبه عن عُيوب الناس، وويل لمن نسي عَيبه وتفرغ لعُيوب الناس، فالأول: علامة السعادة، والثاني: علامة الشقاوة.

"Beruntunglah bagi orang yang menyibukkan diri dengan aibnya daripada (menyibukkan dirinya) dengan aib-aibnya orang lain. Dan celakalah orang yang melupakan aib dirinya namun justru meluangkan waktu untuk mengurusi aib-aibnya orang lain. 

Yang pertama merupakan tanda kebahagiaan, sedangkan yang kedua merupakan tanda kesengsaraan." (Thariqul Hijratain, I/172).

Dan berkata Al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah rahimahullah :

من علامة الشقاوة نسيان عيوب النفس والتفرغ لعيوب ‎الناس.

"Termasuk tanda kesengsaraan adalah melupakan aib-aib diri sendiri dan justru menyibukkan diri untuk mengurusi aib-aib orang lain." Miftah Daris Sa'adah, I/297

Doa yang senantiasa harus dipanjatkan oleh seseorang :

اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِيْ 

Ya Allah, tutupilah aib-aibku.

Rasulullah mengajarkan doa dalam dzikir pagi dan petang:

اللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَاتِى وَآمِنْ رَوْعَاتِى.

Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan tentramkan-lah aku dari rasa takut.

[HR. Al-Bukhari dalam al-Adabul Mufrad no. 1200, Abu Dawud no. 5074, An-Nasa-i VIII / 282, Ibnu Majah no. 3871, al-Hakim 1/517-518, dari Ibnu Umar, Shahiih al-Adabul Mufrad no. 912]


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0YF7hAv2yhNrUrSKcE6npTLTtc9NK5QWVQUbE8RFeVpJ4Zsba1zaofia8suNY6Xral&id=100009878282155


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Mutiara Salaf : Menghilangkan Kegundahan dan Kesedihan

Mutiara Salaf : Menghilangkan Kegundahan dan Kesedihan
Bismillah...

🌴🌴🌴

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rohimahullah menjelaskan,

Salah satu sebab untuk menepis rasa gundah dan sedih adalah fokus pada amalan hari ini, tidak terlalu khawatir dengan apa yang akan datang, dan tidak sedih berlebih dengan masa lalu.

🌴🌴🌴

Karena itu, Nabi sholallahu ‘alaihi wasallam berlindung kepada Allah Ta’ala dari hamm dan hazn.

▶️ HAZN adalah penyesalan berlebihan terhadap masa lalu yang tidak mungkin kembali dan diperbaiki.

▶️ HAMM adalah kekhawatiran terhadap masa depan.

Seorang hamba hendaknya fokus pada hari ini. Hendaknya ia kerahkan kemampuan dan usahanya untuk memperbagus amalan hari ini dan waktu yang dihadapi. Ketika seseorang konsentrasi untuk itu, ia akan terlupakan dari khawatir dan sedihnya..”

(Al-Wasailul Mufidah li Nailil Hayatis Sa’idah, hlm. 16)

🌴🌴🌴

jangan lupa salah satu adab berdo’a adalah memulainya dengan:

● memuji Allah dengan nama-nama-Nya yang Agung (contoh): yaa Hayyu yaa Qoyyuum

● lalu membaca sholawat (contoh): Allaahumma sholli wa sallim ‘alaa Rosuuli-Ka Muhammad

● lalu mulailah berdo’a..

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- إِذَا كَرَبَهُ أَمْرٌ قَالَ « يَا حَىُّ يَا قَيُّومُ بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيثُ »

Dari Anas bin Malik, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika dapat masalah, beliau membaca: Yaa Hayyu Yaa Qayyum, bi rahmatika as-taghiits [artinya: Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri tidak butuh segala sesuatu, dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan].” (HR. Tirmidzi no. 3524]

Dari Fudholah bin ‘Ubaid, ia berkata,

سَمِعَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- رَجُلاً يَدْعُو فِى صَلاَتِهِ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- « عَجِلَ هَذَا ». ثُمَّ دَعَاهُ فَقَالَ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ « إِذَا صَلَّى أَحَدُكُمْ فَلْيَبْدَأْ بِتَحْمِيدِ اللَّهِ وَالثَّنَاءِ عَلَيْهِ ثُمَّ لِيُصَلِّ عَلَى النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ لِيَدْعُ بَعْدُ بِمَا شَاءَ ».

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendengar seseorang memanjatkan doa dalam shalatnya, lalu ia tidak memanjatkan shalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau pun berkata, “Orang ini terlalu tergesa-gesa dalam doanya.” Kemudian beliau memanggilnya lalu menegurnya atau mengatakan pada lainnya, “Jika salah seorang di antara kalian berdoa, maka mulailah dengan memuji Allah, menyanjung-Nya, lalu bershalawat pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu mintalah doa yang diinginkan.” (HR. Tirmidzi no. 3477 dan Abu Daud no. 1481]

#doa

=====🌴🌴🌴🌴🌴=====

🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/64103

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Ketakwaan Itu Tumbuh Dari Amalan, Bukan Berdasarkan Silsilah Garis Keturunan

Ketakwaan Itu Tumbuh Dari Amalan, Bukan Berdasarkan Silsilah Garis Keturunan
Bismillah...

👉🏻 Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,

فَإِذَا نُفِخَ فِي الصُّورِ فَلَا أَنْسَابَ بَيْنَهُمْ يَوْمَئِذٍ وَلَا يَتَسَاءَلُونَ

"Apabila sangkakala telah ditiup maka tidak ada lagi KEBANGGAAN HUBUNGAN NASAB di antara mereka ketika itu dan tidak pula mereka saling bertanya.” 

(QS. Al-Mu’minun: 101)

🌹 Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

ومن بطأ به عمله لم يسرع به نسبه

"Barangsiapa yang lamban amalnya maka kemuliaan nasabnya tidak dapat mengejarnya."

📚 HR. Muslim 2669

✨ Al-Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan

"Siapa yang amalnya kurang maka ia tidak bisa mencapai kedudukan orang-orang yang serius beramal hanya karena punya kemuliaan nasab. Maka tidak semestinya seseorang itu bersandar pada kemuliaan nasab dan kemuliaan nenek moyang sehingga dengan alasan itu dirinya lamban dalam beramal ketaatan."

📚 Syarh Shahih Muslim 17/21

💧 Allah telah menciptakan laki-laki dan wanita, menjadikan mereka bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar saling mengenal dan menyadari kekuasaan Allah yang Maha Sempurna. 

📍 Bukan untuk saling berbangga meninggikan sukunya dan bangsanya satu dengan yang lain karena yang paling mulia di sisi Allah hanyalah yang paling bertakwa.

🎖 Dan yang namanya ketakwaan tidak mungkin dicapai kecuali dengan ilmu dan pemahaman yang benar.

✨ Al-Imam Adz-Dzahabi rahimahullah menjelaskan,

"Ketakwaan tidak akan diraih kecuali dengan amal dan amal tidak akan tegak kecuali di atas ilmu dan ittiba' (mengikuti petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wasallam), dan ilmu dan ittiba' tidak akan bermanfaat kecuali dengan keikhlasan." 

📚 Siyar A'lamin Nubala' 4/601


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid08GmAgkWCcyimJmhHjwV9mQMvYmGu4eZrSKywtiWGrswZYAzCZTTSfjJSTaHhTgoSl&id=100001764454087

.................

©️ Share Yuk!

Join Telegram Channel

https://t.me/manhajulhaq

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Setiap Kenikmatan Mesti Ada Yang Hasad

Setiap Kenikmatan Mesti Ada Yang Hasad
Bismillah...

Ketika seseorang diberikan kenikmatan, mungkin berupa keluarga yang harmonis, isteri yang cantik, anak-anak yang sukses, jabatan yang tinggi, penghasilan yang besar, rumah yang indah, mobil yang mewah dan kenikmatan lainnya, pasti tidak semua manusia senang melihatnya, senantiasa ada saja orang yang hasad atau dengki padanya. 

Orang yang membawa dan menyampaikan kebenaran mesti ada yang menentang, mengingkari atau memusuhinya. Itu sudah sunnatullah. Kalau menyampaikan kebenaran tidak ada yang menentang, mengingkari atau memusuhinya, jangan-jangan bukan kebenaran yang dibawa dan disampaikan, tetapi pembenaran. 

Berkata Ibnul Qayyim rahimahullah, 

لا بد لكلِّ نعمة مِن حاسد، ولكلِّ حقٍّ مِن جاحدٍ ومعاند

Setiap kenikmatan mesti ada orang yang hasad dan setiap kebenaran mesti ada yang mengingkari dan menentang. (Miftah Daaris Sa’adah, jilid 1 hlm. 216). 

Oleh karena itu, orang yang diberi kenikmatan dan orang yang menyampaikan kebenaran, hendaklah senantiasa berdoa meminta perlindungan kepada Allah Ta'ala dari kejahatan-kejahatan makhlukNya. 

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 

أَعُوذُ بِكَلِمَاتِ اللَّهِ التَّامَّاتِ مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan apa-apa yang Dia ciptakan. (HR. Muslim) 


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1882226292116629&substory_index=671569344575648&id=100009878282155


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Tuesday, August 29, 2023

Belajar Rendah Hati

Belajar Rendah Hati
Bismillah...

Belajarlah rendah hati, dan hindarkan diri dari merasa hebat dan lebih baik dari lainnya..

Dari sahabat ‘Iyadh bin Himar رضي الله عنه, beliau berkata,

قَامَ فِينَا رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ خَطِيبًا، فَقَالَ: إِنَّ اللهَ أَمَرَنِي، إِنَّ اللهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ، وَلَا يَبْغِي أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ

Suatu hari Rasulullah ﷺ berdiri berkhutbah di tengah-tengah kami, lalu beliau ﷺ bersabda,

'Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian tawadhu’ (saling merendah hati), agar tidak seorang pun yang berbangga diri pada yang lain, dan agar tidak seorang pun berlaku zalim pada yang lainnya'.” 

```(HR. Muslim, no. 2865)```

Hadits ini sangat gamblang menjelaskan bahwa diantara tawadhu’nya seseorang adalah dia tidak merasa besar atau hebat dihadapan orang lain, melainkan dia senantiasa menghormati dan menghargai orang lain..

______

bimbinganislam.com

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Keutamaan Sahabat Thalhah dan Zubair رضي الله عنهما (Bag. 1)

Keutamaan Sahabat Thalhah dan Zubair رضي الله عنهما (Bag. 1)
Bismillah...

حَدَّثَنَا الْمُعْتَمِرُ وَهُوَ ابْنُ سُلَيْمَانَ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي عَنْ أَبِي عُثْمَانَ قَالَ

لَمْ يَبْقَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي بَعْضِ تِلْكَ الْأَيَّامِ الَّتِي قَاتَلَ فِيهِنَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَيْرُ طَلْحَةَ وَسَعْدٍ عَنْ حَدِيثِهِمَا

Telah menceritakan kepada kami Al Mu'tamir yaitu Ibnu Sulaiman dia berkata, "Aku mendengar Bapakku dari Abu Utsman dia berkata, 'Pada sebagian peperangan yang diikuti Rasulullah ﷺ, tidak tersisa orang yang menemani beliau selain daripada Thalhah dan Sa'ad'."

(HR. Imam Muslim no. 2414 Kitab Keutamaan Sahabat, Bab Keutamaan Thalhah dan Zubair radhiyallahu 'anhuma, Syarh Shahih Muslim)

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَمِعْتُهُ يَقُولُ

نَدَبَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ النَّاسَ يَوْمَ الْخَنْدَقِ فَانْتَدَبَ الزُّبَيْرُ ثُمَّ نَدَبَهُمْ فَانْتَدَبَ الزُّبَيْرُ ثُمَّ نَدَبَهُمْ فَانْتَدَبَ الزُّبَيْرُ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ 

لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوَارِيٌّ وَحَوَارِيَّ الزُّبَيْرُ

Dari Jabir bin 'Abdullah dia berkata, saya pernah mendengar dia berkata, "Ketika terjadi perang Khandak, Rasulullah ﷺ berseru kepada kaum muslimin untuk mendekat kepada beliau, maka Zubair pun mendekati beliau. Lalu Rasulullah ﷺ berseru kepada kaum muslimin untuk mendekat, maka Zubair mendekati beliau ﷺ. Kemudian Rasulullah ﷺ berseru kepada kaum muslimin untuk mendekat maka Zubair pun segera mendekati lagi kepada beliau ﷺ.. 

Akhirnya Rasulullah ﷺ bersabda, 

"Ketahuilah bahwasanya setiap Nabi itu mempunyai pembela (penolong) dan pembelaku adalah Zubair".

(HR. Imam Muslim no. 2415 Kitab Keutamaan Sahabat, Bab Keutamaan Thalhah dan Zubair radhiyallahu 'anhuma, Syarh Shahih Muslim)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Mutiara Salaf : Ketertipuan Terbesar

Bismillah...

🌴🌴🌴

Yahya bin Mu’adz rohimahullah berkata,

Menurutku, ketertipuan yang terbesar adalah,

▶️ terus-menerus berbuat dosa diiringi rasa harap mendapat ampunan Allah tanpa penyesalan,

▶️ mengharapkan untuk bisa dekat dengan Allah tanpa diiringi ketaatan,

▶️ menanti panen surga dengan benih neraka,

▶️ ingin tinggal bersama orang-orang yang taat tapi dengan cara berbuat maksiat,

▶️ menunggu-nunggu pahala tanpa berbuat amal, dan

▶️ mengharapkan keridhoan Allah tapi pada saat yang sama melalaikan-Nya..”

[ Mau’izhat Al-Mu’minin: 114 ]


======🌴🌴🌴🌴🌴======

🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/57254

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Monday, August 28, 2023

Setoran Sedekah Untuk Imam?

Bismillah...

Suatu ketika, seorang pembesar pergerakan islam, murobbi nomor wahid di jamaah tersebut, mendoktrin jamaahnya agar berinfak atau berSEDEKAH dulu sebelum berbicara dengan pimpinan (imam). Beliau pun mengutip sebuah ayat dalam alquran. 

Allah Ta'ala berfirman, 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نَٰجَيْتُمُ ٱلرَّسُولَ فَقَدِّمُوا۟ بَيْنَ يَدَىْ نَجْوَىٰكُمْ صَدَقَةً ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَأَطْهَرُ ۚ فَإِن لَّمْ تَجِدُوا۟ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Hai orang-orang beriman, apabila kamu mengadakan pembicaraan khusus dengan Rasul hendaklah kamu mengeluarkan SEDEKAH sebelum pembicaraan itu. Yang demikian itu lebih baik bagimu dan lebih bersih; jika kamu tidak memperoleh (yang akan diSEDEKAHkan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Surah Al-Mujadalah ayat 12).

Saya katakan, tidak benar penafsirannya seperti itu, makna yang benar sebagaimana para ulama salaf pahami, bahwa itu berkenaan dengan para sahabat yang mau bicara khusus dengan Nabi shallallahu alaihi wa sallam hendaklah berSEDEKAH terlebih dahulu kepada orang miskin. Bukan SEDEKAH kepada Nabi, karena Nabi dan keluarganya TIDAK menerima SEDEKAH

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah tentang ayat diatas, 

يقول تعالى آمرا عباده المؤمنين إذا أراد أحدهم أن يناجي رسول الله - صلى الله عليه وسلم - أي : يساره فيما بينه وبينه ، أن يقدم بين يدي ذلك صدقة تطهره وتزكيه وتؤهله لأن يصلح لهذا المقام 

Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman, bahwa apabila seseorang dari mereka hendak melakukan pembicaraan khusus dengan Rasulullah Shalallahu'alaihi Wasallam, hendaklah ia terlebih dahulu mengeluarkan SEDEKAH sebelumnya untuk membersihkan dan menyucikan dirinya serta mempersiapkan diri agar menjadi orang yang layak untuk mendapat perhatian khusus. (Tafsir Ibnu Katsir). 

Disebutkan dalam Tafsir Al Muyassar, 

يا أيها الذين صدَّقوا الله ورسوله وعملوا بشرعه، إذا أردتم أن تُكلِّموا رسول الله صلى الله عليه وسلم سرًّا بينكم وبينه، فقدِّموا قبل ذلك صدقة لأهل الحاجة، ذلك خير لكم لما فيه من الثواب، وأزكى لقلوبكم من المآثم، فإن لم تجدوا ما تتصدقون به فلا حرج عليكم؛ فإن الله غفور لعباده المؤمنين، رحيم بهم. 

Wahai orang-orang yang membenarkan Allah dan RasulNya serta melaksanakan syariatNya, bila kalian hendak berbicara kepada Rasulullah secara rahasia empat mata, maka sebelum itu berikanlah SEDEKAH kepada orang-orang yang membutuhkan. Ini lebih baik bagi kalian, karena ini mengandung pahala dan lebih bersih bagi hati kalian dari dosa. Namun bila kalian tidak memiliki sesuatu untuk diSEDEKAHkan, maka tidak mengapa, karena sesungguhnya Allah Maha Pengampun bagi hamba-hambaNya yang beriman lagi Maha Penyayang kepada mereka. (Tafsir Al Muyassar). 

Dalil berkenaan dengan Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak menerima SEDEKAH begitu banyaknya, diantaranya :

Berkata Abu Hurairah radhiallahu’anhu, 

كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا أتي بطعام سأل عنه : أهدية أم صدقة ؟ فإن قيل صدقة قال لأصحابه : (كلوا ) ولم يأكل وإن قيل : هدية ضرب بيده صلى الله عليه وسلم فأكل معهم

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam jika didatangkan makanan kepada beliau, beliau akan bertanya: ini HADIAH ataukah SEDEKAH? Jika dijawab SEDEKAH, beliau bersabda kepada para sahabatnya: makanlah makanan ini! Dan beliau sendiri TIDAK MEMAKANNYA. Namun jika dijawab HADIAH, beliau menepukkan tangannya pada makanan tersebut dan memakannya bersama dengan para sahabatnya.” (HR. Bukhari Muslim).

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إنَّ هذه الصَّدَقةَ، إنَّما هي أوساخُ النَّاسِ، وإنَّها لا تَحِلُّ لمُحمَّدٍ ولا لآلِ مُحمَّدٍ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم. 

Sesungguhnya SEDEKAH ini adalah kotoran manusia, tidak halal bagi Muhammad dan keluarga Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan keluarganya". (HR. Muslim). 

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّا آلُ مُحَمَّدٍ لَا تَحِلُّ لَنَا الصَّدَقَةُ وَمَوْلَى الْقَوْمِ مِنْهُمْ 

"Sesungguhnya Kami Keluarga Muhammad tidak halal bagi Kami menerima SEDEKAH, demikian juga para budak-budak yang dimerdekakan dari mereka (keluarga Muhammad) ”. (HR. Ahmad). 

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

أَمَا عَلِمْتَ أَنَّا لاَ نَأْكُلُ الصَّدَقَةَ؟

"Tidakkah engkau mengetahui bahwa kita tidak boleh memakan harta SEDEKAH?” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ آلَ مُحَمَّدٍ لاَ يَأْكُلُونَ الصَّدَقَةَ؟

Tidakkah engkau mengetahui bahwa sesungguhnya Muhammad dan keluarganya tidak boleh memakan harta SEDEKAH?” (HR. Bukhari). 

Ketika Salman Al Farisi radhiyallahu anhu, mau mengetes apakah Muhammad itu Rasulullah atau bukan, beliau pun membawa kurma sebagai SEDEKAH, apakah dia menerima atau tidak. Jika menerima, berarti dia bukan Nabi, jika menolak, berarti itu benar Nabi shallallahu alaihi wa sallam. 

Berkata Salman Al Farisi radhiyallahu anhu, 

إِنَّهُ قَدْ بَلَغَنِي أَنَّكَ رَجُلٌ صَالِحٌ وَمَعَكَ أَصْحَابٌ لَكَ غُرَبَاءُ ذَوُو حَاجَةٍ ، وَهَذَا شَيْءٌ كَانَ عِنْدِي لِلصَّدَقَةِ ، فَرَأَيْتُكُمْ أَحَقَّ بِهِ مِنْ غَيْرِكُمْ ، قَالَ فَقَرَّبْتُهُ إِلَيْهِ ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّه صلى الله عليه وسلم لِأَصْحَابِهِ : كُلُوا . وَأَمْسَكَ يَدَهُ فَلَمْ يَأْكُلْ ، قَالَ فَقُلْتُ فِي نَفْسِي هَذِهِ وَاحِدَةٌ ، ثُمَّ انْصَرَفْتُ عَنْهُ فَجَمَعْتُ شَيْئًا ، وَتَحَوَّلَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِلَى الْمَدِينَةِ ، ثُمَّ جِئْتُ بِهِ ، فَقُلْتُ إِنِّي رَأَيْتُكَ لا تَأْكُلُ الصَّدَقَةَ وَهَذِهِ هَدِيَّةٌ أَكْرَمْتُكَ بِهَا ، قَالَ فَأَكَلَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم مِنْهَا ، وَأَمَرَ أَصْحَابَهُ فَأَكَلُوا مَعَهُ ، قَالَ فَقُلْتُ فِي نَفْسِي هَاتَانِ اثْنَتَانِ 

"Sesungguhnya telah sampai kepadaku kabar bahwasanya engkau adalah seorang yang saleh, engkau memiliki beberapa orang sahabat yang dianggap asing dan miskin. Aku membawa sedikit SEDEKAH, dan menurutku kalian lebih berhak menerima SEDEKAHku ini daripada orang lain.’ 

Aku pun menyerahkan SEDEKAH tersebut kepada beliau, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada para sahabat, ‘Silakan kalian makan, sementara beliau TIDAK MENYENTUH SEDEKAH itu dan tidak memakannya. Aku berkata, ‘Ini satu tanda kenabiannya.’

Aku pulang meninggalkan beliau untuk mengumpulkan sesuatu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun berpindah ke Madinah. Kemudian pada suatu hari, aku mendatangi beliau sambil berkata, ‘Aku memperhatikanmu tidak memakan pemberian berupa SEDEKAH, sedangkan ini merupakan HADIAH sebagai penghormatanku kepada engkau.’

Kemudian Rasulullah makan sebagian dari HADIAH pemberianku dan memerintahkan para sahabat untuk memakannya, mereka pun makan HADIAHku itu. Aku berkata dalam hati, ‘Inilah tanda kenabian yang kedua.’ (HR. Ahmad). 

Inilah perlunya memahami dalil dengan pemahaman yang benar, tidak sebagaimana pemahaman sang tokoh murobbi di atas, yang memahami dalil dengan akal dan perasaannya sendiri. 


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0hM9SALu6ggtTqairNRWehGPo6qGRxWy6TVQBA9MzckbkdGbZFEc4vvrSURQqJN4cl&id=100009878282155


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Kesetiaan Ummu Darda', Lambang Cinta Sejati

Kesetiaan Ummu Darda', Lambang Cinta Sejati
Bismillah...

Hari itu, Ummu Darda' bergumam dalam do'anya,

اللَّهُمَّ إِنَّ أَبَا الدَّرْدَاءِ خَطَبَنِي فَتَزَوَّجَنِي فِي الدُّنْيَا، اللَّهُمَّ فَأَنَا أَخْطُبُهُ إِلَيْك،َ وَأَسْأَلُكَ أَنْ تُزَوِّجَنِيهِ فِي الْجَنَّةِ

Yaa Allah.. Sesungguhnya Abu Darda' telah resmi melamarku, dan mengikat daku dalam mahligai pernikahan di dunia ini..

Oleh karena itu Yaa Allah, kini Aku meminangnya, dan  memintanya kepadamu, agar nanti engkau nikahkan daku dan dia di Jannah-Mu kelak

Mendengar hal itu, Abu Darda' lantas membalasnya dengan mengatakan,

فَإِنْ أَرَدْتِ ذَلِكَ فَكُنْتُ أَنَا الأَوَّلَ فَلا تَتَزَوَّجِي بَعْدِي

Jika engkau memang menginginkan hal itu, maka aku adalah cintamu yang pertama. Dan, janganlah engkau menikah lagi dengan pria lain sepeninggalku nanti

Berlalu masa, akhirnya Abu Darda' lebih dahulu wafat meninggalkan dunia ini. Kala itu, Ummu Darda' dikenal seorang wanita yang berparas cantik dan begitu gemulai..

Berselang waktu, sahabat Muawiyah datang untuk meminang Ummu Darda. Namun Ummu Darda' menolak niat baik tersebut dengan mengatakan,

لا وَاللَّهِ لا أَتَزَوَّجُ زَوْجًا فِي الدُّنْيَا حَتَّى أَتَزَوَّجَ أَبَا الدَّرْدَاءِ إِنْ شَاءَ اللَّهُ فِي الْجَنَّةِ

Tidak, demi Allah.. Sungguh aku tak akan menikah lagi di dunia ini, sehingga nanti dengan izin-Nya, Allah nikahkan kembali aku dan Abu Darda' di Jannah-Nya kelak

```(Hilyatul Auliya, 1/224)``` 

Ummu Darda' memohon dalam do'anya seperti itu, karena di Jannah kelak, seorang wanita akan disandingkan kembali dengan suaminya yang terakhir ia nikahkan saat di dunia. Sebagaimana disebutkan dalam hadits,

أَيُّمَا امْرَأَةٍ تُوُفِّيَ عَنْهَا زَوْجُهَا فَتَزَوَّجَتْ بَعْدَهُ فَهِيَ لِآخِرِ أَزْوَاجِهَا

Wanita manapun yang ditinggal mati suaminya, kemudian si wanita menikah lagi, maka dia menjadi istri bagi suaminya yang terakhir

```(HR. Ath-Thabarani dalam Al-Mu'jam Al-Washith dari Abu Darda'. Dishahihan oleh Al-Imam Al-Albani dalam Ash-Shahihah 3/275)```

Dengan cara itu, Ummu Darda' berharap Allah satukan kembali dirinya dengan Abu Darda di Jannah-Nya kelak.. 

Diriwayatkan, 

قالت أم الدرداء كان أبو الدرداء يغتسل ثم يجيئ وله قرقفة يستدفئ بي

Ummu Darda' berkata, 

Abu Darda' jika telah mandi beliau menghampiriku dalam keadaan beliau menggigil kedinginan beliau hangatkan tubuhnya padaku

```(Mushannaf Ibn Abi Syaibah :  1/76)```

قال ابن عباس ذاك عيش قريش في الشتاء

Ibnu Abbas berkata, 

Demikianlah kehidupan Quraisy di musim dingin

Dan suatu hari Abu Darda' radhiyallahu 'anhu Berwasiat kepada isterinya Ummu Darda' radhiyallahu 'anha, 

إِذَا غَضِبْتُ فرضّيني ، وإذا غضبتِ رضّيتكِ ، فإذا لم نكن هكذا ، ما أَسْرَعَ مَا نَفتَرِقُ 

Jika aku marah maka buatlah aku ridha, dan jika engkau marah maka aku akan membuatmu ridha, jika kita tidak demikian, alangkah cepatnya kita berpisah

```(Raudhah Al-'Uqala : 72)```

🤲🏼 DO'A SUAMI UNTUK ISTRI TERCINTA 🌷

” اَللَّهُمَّ اجْعَلْ زَوْجَتِيْ زَوْجَةً صَالِحَةً تُعِيْنُنِيْ فِيْ دُنْيَايَ وَ آخِرَتِيْ وَاجْعَلْنَا مِنَ الْمُتَمَسِّكِيْنَ بِسُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ ﷺ “

Yaa Allah.. Jadikanlah istriku termasuk istri yang shalihah, yang senantiasa menolongku pada urusan duniaku dan akhiratku, serta jadikanlah kami orang-orang yang berpegang teguh dengan sunnah Nabi-Mu Muhammad ﷺ ..

” اَللَّهُمَّ اجْعَلْهَا لِيْ خَيْرَ الزَّوْجَاتِ، وَ اجْعَلْنِيْ لَهَا خَيْرَ الْأَزْوَاجِ وَ أَسْعِدْهَا مَعِيْ وَأَسْعِدْنِيْ مَعَهَا “

Yaa Allah.. Jadikanlah ia sebaik-baik istri bagiku, dan juga jadikanlah aku sebaik-baik suami baginya dan bahagiakanlah ia hidup bersamaku dan bahagiakanlah aku hidup bersamanya

آمين ...


Shafar, 1445H

#copas fb

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Keutamaan Sahabat Sa'ad bin Abu Waqqash رضي الله عنه (Bag. 4)

Keutamaan Sahabat Sa'ad bin Abu Waqqash رضي الله عنه (Bag. 4)
Bismillah...

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ الْأَسَدِيُّ عَنْ إِسْرَائِيلَ عَنْ الْمِقْدَامِ بْنِ شُرَيْحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ سَعْدٍ قَالَ

كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سِتَّةَ نَفَرٍ فَقَالَ الْمُشْرِكُونَ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ اطْرُدْ هَؤُلَاءِ لَا يَجْتَرِئُونَ عَلَيْنَا قَالَ وَكُنْتُ أَنَا وَابْنُ مَسْعُودٍ وَرَجُلٌ مِنْ هُذَيْلٍ وَبِلَالٌ وَرَجُلَانِ لَسْتُ أُسَمِّيهِمَا فَوَقَعَ فِي نَفْسِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَقَعَ فَحَدَّثَ نَفْسَهُ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ

{ وَلَا تَطْرُدْ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ }

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Abdullah Al Asadi dari Israil dari Al Miqdam bin Syuraih dari Bapaknya dari Sa'ad, dia berkata, "Pada suatu hari, kami berenam menyertai Rasulullah ﷺ.. 

Kemudian orang-orang musyrik berkata kepada Rasulullah, 'Usirlah orang-orang yang tidak akan berani melawan kami!'

Orang-orang tersebut adalah aku (Sa'ad), lbnu Mas'ud, seorang laki-laki dari Hudzail, Bilal, dan dua orang laki-laki yang tidak aku kenal namanya..

Tak lama kemudian terlintas sesuatu dalam benak Rasulullah ﷺ dan mengatakannya dalam hati. Maka Allah pun menurunkan firman-Nya, 

"Janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedangkan mereka sangatlah mengharapkan keridhaan-Nya".

(HR. Imam Muslim no. 2413 Kitab Keutamaan Sahabat, Bab Keutamaan Sa'ad bin Abu Waqqash radhiyallahu 'anhu, Syarh Shahih Muslim)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

(Mengaku) Melihat Nabi Dalam Keadaan Sadar

(Mengaku) Melihat Nabi Dalam Keadaan Sadar
Bismillah...

Kalau orang shufi mengatakan ketemu Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam mimpi itu perkara yang sudah biasa bagi mereka. Dan level shufi yang lebih parah lagi adalah bertemu, melihat atau merasakan kehadiran Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam keadaan sadar. 

Berkata Ibnu Hajar rahimahullah :

أن ابن أبى جمرة نقل عن جماعة من المتصوفة أنهم رأوا النبي في المنام ثم رأوه بعد ذلك في اليقظة

Bahwasannya Ibnu Abi Jamroh pernah menukilkan dari beberapa orang sufi bahwa mereka melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam mimpi, kemudian setelah itu mereka melihat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam kondisi sadar (di luar mimpi). (Fathul Baari). Sumber : http://www.saaid.net/feraq/sufyah/30.htm 

Kalau bertemu Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam mimpi, banyak dalil tentang hal ini, bahwa itu benar Nabi shallallahu alaihi wasallam yang datang. 

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

وَمَنْ رَآنِي فِي الْمَنَامِ فَقَدْ رَآنِي حَقًّا فَإِنَّ الشَّيْطَانَ لَا يَتَمَثَّلُ فِي صُورَتِي 

Dan barangsiapa melihatku dalam mimpi, maka sungguh dia telah melihatku secara benar. Sesungguhnya setan tidak bisa menyerupai bentukku. (HR. Bukhâri). 

Sekali pun demikian, seseorang yang berjumpa Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam mimpi, bisa ditanyakan kepadanya, bagaimana ciri-cirinya? Jika tidak bisa menyebutkan, maka dia berdusta. Atau dia menyebutkan ciri-cirinya yang tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam hadist-hadits shahih, maka dia telah tertipu setan. Atau betul dia menyebutkan ciri-cirinya (mungkin saja dia berdusta dan dia menyebutkan ciri-ciri Nabi yang pernah dipelajarinya), tinggal di cek, ajaran atau nasehat Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam mimpinya, kalau mengajarkan ajaran baru, contoh mengajarkan, kalau sudah ingat Allah tidak usah shalat, atau mengajarkan shalawat versi baru, maka bisa dipastikan dia telah berdusta, karena Islam telah sempurna. 

Berkata Ayyub as-Sikhtiyani rahimahullah :

كان محمد -يعني ابن سيرين – إذا قص عليه رجل أنه رأى النبي صلى الله عليه وسلم قال: صف لي الذي رأيته ، فإن وصفه له صفة لا يعرفها ، قال لم تره

Apabila ada orang yang mengaku mimpi bertemu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Muhammad bin Sirin, maka beliau meminta, “Ceritakan kepadaku, bagaimana ciri-ciri orang yang kamu lihat.” Jika orang ini menyebutkan ciri-ciri yang tidak beliau kenal, maka Ibnu Sirin akan mengatakan, “Kamu tidak bertemu nabi.” (Fathul Bari). 

Sumber : https://islamqa.info/ar/answers/23367/ 

https://islamqa.info/en/answers/23367/seeing-prophet-muhammad-in-a-dream


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0fmC3qhQrzqQJEE4qZUY7ywUeVyYhsziDNJJQkgaSuEae7GhD4gbxP3bjxRUHU1v3l&id=100063495759389


AFM

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Sunday, August 27, 2023

Di Posisi Angka Berapa Umur Kita Saat Ini?

Di Posisi Angka Berapa Umur Kita Saat Ini?
Bismillah...

Sungguh begitu cepat dan singkatnya kita hidup di dunia. Baru saja awal bulan, sekarang akhir bulan sudah menjelang. Seolah baru saja kemaren pergantian tahun, kini tahun baru sudah hampir di penghujung pergantian..

Seolah baru saja pagi, namun tiba-tiba siang menjelang. Anak-anak kita yang kemaren terlihat masih kecil, kini tiba-tiba telah remaja..

Usia kita yang kemaren terlihat muda, kini tiba-tiba sudah menua. Bahkan sebagian dari orang-orang yang kita kenal kemaren kini mereka telah tiada..

Sungguh begitu cepatnya waktu berlalu dan berganti, tanpa terasa tiba-tiba kita telah menua.*Begitulah dunia, sejatinya kita di dunia tak ubahnya hanya bagaikan seorang musafir yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi melanjutkan perjalanan yang panjang..

Karena itu wahai diri, jangan lalai dan sia-siakan kesempatan ini untuk meraih bekal amal. Dan jangan pernah terlena dengan badan sehat dan usia muda, karena syarat untuk mati tak harus sakit dan tak harus tua..

Semoga Allah memberi kita taufiq dan keistiqomahan diatas ketaqwaan, dan semoga Allah menutup usia kita dengan husnul khatimah..


✍🏼 Habibie Quotes

Ig - www.instagram.com/habibiequotes_

Tg - https://t.me/habibiequotes

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Keutamaan Sahabat Sa'ad bin Abu Waqqash رضي الله عنه (Bag. 3)

Keutamaan Sahabat Sa'ad bin Abu Waqqash رضي الله عنه (Bag. 3)
Bismillah...

حَدَّثَنِي مُصْعَبُ بْنُ سَعْدٍ عَنْ أَبِيهِ

أَنَّهُ نَزَلَتْ فِيهِ آيَاتٌ مِنْ الْقُرْآنِ قَالَ حَلَفَتْ أُمُّ سَعْدٍ أَنْ لَا تُكَلِّمَهُ أَبَدًا حَتَّى يَكْفُرَ بِدِينِهِ وَلَا تَأْكُلَ وَلَا تَشْرَبَ قَالَتْ زَعَمْتَ أَنَّ اللَّهَ وَصَّاكَ بِوَالِدَيْكَ وَأَنَا أُمُّكَ وَأَنَا آمُرُكَ بِهَذَا قَالَ مَكَثَتْ ثَلَاثًا حَتَّى غُشِيَ عَلَيْهَا مِنْ الْجَهْدِ فَقَامَ ابْنٌ لَهَا يُقَالُ لَهُ عُمَارَةُ فَسَقَاهَا فَجَعَلَتْ تَدْعُو عَلَى سَعْدٍ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِي الْقُرْآنِ هَذِهِ الْآيَةَ

{ وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا }

{ وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي }

وَفِيهَا

{ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا }

قَالَ وَأَصَابَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ غَنِيمَةً عَظِيمَةً فَإِذَا فِيهَا سَيْفٌ فَأَخَذْتُهُ فَأَتَيْتُ بِهِ الرَّسُولَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ نَفِّلْنِي هَذَا السَّيْفَ فَأَنَا مَنْ قَدْ عَلِمْتَ حَالَهُ فَقَالَ رُدُّهُ مِنْ حَيْثُ أَخَذْتَهُ فَانْطَلَقْتُ حَتَّى إِذَا أَرَدْتُ أَنْ أُلْقِيَهُ فِي الْقَبَضِ لَامَتْنِي نَفْسِي فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقُلْتُ أَعْطِنِيهِ قَالَ فَشَدَّ لِي صَوْتَهُ رُدُّهُ مِنْ حَيْثُ أَخَذْتَهُ قَالَ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ

{ يَسْأَلُونَكَ عَنْ الْأَنْفَالِ }

قَالَ وَمَرِضْتُ فَأَرْسَلْتُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَتَانِي فَقُلْتُ دَعْنِي أَقْسِمْ مَالِي حَيْثُ شِئْتُ قَالَ فَأَبَى قُلْتُ فَالنِّصْفَ قَالَ فَأَبَى قُلْتُ فَالثُّلُثَ قَالَ فَسَكَتَ فَكَانَ بَعْدُ الثُّلُثُ جَائِزًا قَالَ وَأَتَيْتُ عَلَى نَفَرٍ مِنْ الْأَنْصَارِ وَالْمُهَاجِرِينَ فَقَالُوا تَعَالَ نُطْعِمْكَ وَنَسْقِكَ خَمْرًا وَذَلِكَ قَبْلَ أَنْ تُحَرَّمَ الْخَمْرُ قَالَ فَأَتَيْتُهُمْ فِي حَشٍّ وَالْحَشُّ الْبُسْتَانُ فَإِذَا رَأْسُ جَزُورٍ مَشْوِيٌّ عِنْدَهُمْ وَزِقٌّ مِنْ خَمْرٍ قَالَ فَأَكَلْتُ وَشَرِبْتُ مَعَهُمْ قَالَ فَذَكَرْتُ الْأَنْصَارَ وَالْمُهَاجِرِينَ عِنْدَهُمْ فَقُلْتُ الْمُهَاجِرُونَ خَيْرٌ مِنْ الْأَنْصَارِ قَالَ فَأَخَذَ رَجُلٌ أَحَدَ لَحْيَيْ الرَّأْسِ فَضَرَبَنِي بِهِ فَجَرَحَ بِأَنْفِي فَأَتَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرْتُهُ فَأَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ فِيَّ يَعْنِي نَفْسَهُ شَأْنَ الْخَمْرِ

{ إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ }

Telah menceritakan kepadaku Mush'ab bin Sa'ad dari Bapaknya bahwa ada beberapa ayat Al-Qur'an yang turun berkenaan dengan Sa'ad. 

Mush'ab berkata, ,"Ibu Sa'ad bersumpah tidak akan mau berbicara dengan Sa'ad selama-lamanya hingga ia (Sa'ad) meninggalkan ajaran Islam. Selain itu, ibunya juga tidak mau makan dan minum".

Ibu Sa'ad berkata kepada Sa'ad, "Hai Sa'ad, kamu pernah mengatakan bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memerintahkanmu agar kamu selalu berbuat baik kepada kedua orang tuamu? Sekarang aku adalah ibumu, maka aku perintahkan kepadamu agar meninggalkan Islam".

Mush'ab berkata, "Ibu Sa'ad bertahan untuk tidak makan dan minum selama tiga hari tiga malam hingga jatuh pingsan karena lemah. Kemudian Umarah, anak laki-Iakinya, memberinya minum. Lalu ibunya itu selalu memanggil Sa'ad. 

Kemudian turunlah firman Allah yang berbunyi,

"Kami wasiatkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orangtuanya". 

(QS. Al-Ankabuut (29): 8). 

Sedangkan ayat yang lain berbunyi, 

"Jika kedua orang tuamu memaksamu untuk menyekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mematuhi keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik".

(QS. Luqmaan (31): 15)

Sa'ad berkata, "Rasulullah ﷺ pernah memperoleh rampasan perang yang sangat banyak dan ternyata didalamnya ada sebilah pedang..

Lalu aku ambil pedang itu dan membawanya kepada Rasulullah ﷺ seraya berkata, "Ya Rasulullah, berikanlah pedang tersebut kepadaku, karena aku adalah orang yang telah engkau kenal perangainya". 

Tetapi Rasulullah ﷺ malah berkata, 

"Hai Sa'ad, kembalikanlah pedang itu ke tempat semula, ditempat kamu mengambilnya".

Lalu aku pergi, hingga ketika aku ingin mengambilnya kembali, maka akupun mencela diriku sendiri..

Setelah itu aku menghampiri Rasulullah ﷺ sambil berkata, "Ya Rasulullah, berikanlah pedang itu kepadaku!"

Namun Rasulullah tetap pada pendiriannya semula dan menjawabnya dengan suara yang keras, 

"Hai Sa'ad, sudah kukatakan kepadamu kembalikan pedang itu ke tempat di mana kamu mengambilnya!".

Setelah itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan firmannya berbunyi, 

"Mereka bertanya kepadamu tentang harta rampasan perang".

(QS. Al-Anfal(8): 1). 

Sa'ad berkata, "Ketika aku jatuh sakit, aku mengutus seseorang untuk menemui Rasulullah. Setelah itu, beliau pun mendatangi aku.." 

Lalu aku berkata kepada beliau ﷺ, "Ya Rasulullah, izinkahlah aku membagikan harta sebagai wasiat sesuka hati". 

Tetapi, rupanya Rasulullah melarangnya. Aku katakan lagi, "Bagaimana kalau separuhnya?"

Beliau ﷺ tetap melarangnya. Kemudian aku berkata lagi, "Bagaimana kalau sepertiganya?. BeIiau ﷺ terdiam sesaat dan setelah itu memperbolehkan wasiat sepertiga harta".

Saad berkata,  "Aku pernah mendatangi beberapa orang Anshar dan Muhajirin. Kemudian mereka berkata, 'Kemarilah hai Sa'ad, kami akan memberimu makanan dan minuman keras (khamar)'." (Saat itu khamar memang belum diharamkan). 

Lalu aku mendatangi untuk bergabung dengan mereka di suatu kebun. Ternyata di sana ada kepala unta yang telah dipanggang dan satu wadah minuman keras. Kemudian aku makan dan minum dengan sepuasnya bersama mereka. Kebetulan pada saat itu sedang didiskusikan dan dibicarakan antara mereka tentang keutamaan kaum Anshar dan kaum Muhajirin.. 

Maka akupun menyatakan bahwa kaum Muhajirin Iebih baik dan utama daripada kaum Anshar. Tentu saja pernyataan aku itu sangat kontroversial dan menyinggung banyak orang yang hadir pada saat itu. Hingga ada salah seorang dari mereka mengambil salah satu dagu dan kepala unta lalu memukulkannya kepadaku hingga mencederai hidungku.. 

Lalu aku datang menemui Rasulullah ﷺ dan menceritakan apa yang telah terjadi pada diriku. Akhirnya turunlah firman Allah yang berbunyi, 

"Sesungguhnya minuman Khamr, berjudi, berkorban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan panah adalah perbuatan keji yang termasuk perbuatan setan". (Al-Ma`idah: 90)

[HR. Imam Muslim no. 1748 Kitab Keutamaan Sahabat, Bab Keutamaan Sa'ad bin Abu Waqqash radhiyallahu 'anhu, Syarh Shahih Muslim]

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Semua Ada Konsekuensinya

silahkan kamu hidup sesukamu, sesungguhnya kamu pasti akan meninggal
Bismillah...

🌴🌴🌴

Silahkan kamu berbuat semaumu..

Silahkan kamu hidup sesukamu..

Silahkan kamu cintai siapa yang kamu suka..

Namun semua itu ada konsekuensinya..

🌴🌴🌴

Malaikat Jibril berkata kepada Rosulullah shollallaahu ‘alaihi wasallam,

يا محمد، عش ما شئت فإنك ميت، وأحبب من شئت فإنك مفارقه، واعمل ما شئت فإنك مجزي به، واعلم أن شرف المؤمن قيامه بالليل، وعزه استغناؤه عن الناس

Wahai Muhammad,

▶️ silahkan kamu hidup sesukamu, sesungguhnya kamu pasti akan meninggal

▶️ silahkan cintai orang yang kamu suka, sesungguhnya kamu pasti akan berpisah dengannya

▶️ silakan kamu berbuat semaumu, namun kamu pasti akan diberi balasannya.

Ketahuilah.. sesungguhnya kemuliaan mukmin itu ada pada sholat malam, dan keperkasaannya adalah saat ia tidak membutuhkan bantuan manusia..

(HR. ath-Thabarani dalam al-Mu’jam al-Ausath no 4278, Abu Nu’aim dalam Hilyatul Auliyaa, al-Hakim dalam al-Mustadrak 7921, Silsilah Ahadits Shahihah, no. 831, 2/483, dari Sahl bin Sa’d radhiallahu anhu)


Ditulis oleh, Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

======🌴🌴🌴🌴🌴======

🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/64076

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Saturday, August 26, 2023

Keutamaan Sahabat Sa'ad bin Abu Waqqash رضي الله عنه (Bag. 2)

Keutamaan Sahabat Sa'ad bin Abu Waqqash رضي الله عنه (Bag. 2)
Bismillah...

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَدَّادٍ قَالَ سَمِعْتُ عَلِيًّا يَقُولُا

مَا جَمَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبَوَيْهِ لِأَحَدٍ غَيْرِ سَعْدِ بْنِ مَالِكٍ فَإِنَّهُ جَعَلَ يَقُولُ لَهُ يَوْمَ أُحُدٍ ارْمِ فِدَاكَ أَبِي وَأُمِّي

Dari Abdillah bin Syaddad dia berkata, aku mendengar Ali berkata, "Rasulullah ﷺ tidak menggabungkan kedua orangtuanya sebagai tebusan, kecuali untuk Sa'ad bin Malik, dia menjadikan keduanya bagi Sa'ad pada hari perang Uhud, dengan sabdanya, 'Lemparkan panahmu wahai Sa'ad, sungguh bapak dan ibuku sebagai tebusan bagimu'."

(HR. Imam Muslim no. 2411 Kitab Keutamaan Sahabat, Bab Keutamaan Sa'ad bin Abu Waqqash radhiyallahu 'anhu, Syarh Shahih Muslim)

عَنْ سَعْدِ بْنِ أَبِي وَقَّاصٍ قَالَ

لَقَدْ جَمَعَ لِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبَوَيْهِ يَوْمَ أُحُدٍ

Dari Sa'ad bin Abu Waqqash dia berkata, "Rasulullah ﷺ menggabungkan kedua orangtuanya sebagai tebusan bagiku pada perang Uhud".

(HR. Imam Muslim no. 2412 Kitab Keutamaan Sahabat, Bab Keutamaan Sa'ad bin Abu Waqqash radhiyallahu 'anhu, Syarh Shahih Muslim)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Ilmu Bagaikan Neraca

Ya Allah, aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, serta amal yang saleh.” Dalam versi lain, “…amal yang diterima
Bismillah...

Ilmu bagaikan neraca. Dengannya ditimbang segala perkara. Dengannya diketahui mana yang halal dan mana yang haram. Dengannya pula dibedakan berbagai hukum, diketahui kebenaran dari kebatilan dan petunjuk dari kesesatan.

Oleh sebab itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa setiap hari seusai salat Subuh,

«اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَرِزْقًا طَيِّبًا، وَعَمَلًا صَالِحًا» ، وفي رواية: «مُتَقَبَّلًا» رواه أحمد وغيره

Ya Allah, aku meminta kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang baik, serta amal yang saleh.” Dalam versi lain, “…amal yang diterima.” (HR. Ibnu Majah, no. 925 dan Ahmad 6: 305, 322)

Beliau memulai dengan ilmu yang bermanfaat disebabkan dengan ilmulah seorang insan dapat membedakan antara rezeki yang baik dan yang buruk, antara amal yang saleh dan yang jelek. 

Apabila seseorang insan tidak memiliki ilmu, bagaimana ia mampu membedakan antara yang halal dan yang haram, baik dan buruk, saleh dan jelek?


*) Diterjemahkan secara bebas dari tulisan Syekh Abdurrazzaq al-Badr –hafizhahullah– yang berjudul العلم ميزان dalam website resminya, al-badr.net.


11 Jumadilakhir 1435 H / 11 April 2014 M

Hari ke-2 visitasi asesor BAN-PT

Tibalah saatnya bagi prodi Ahwal Syakhsiyah untuk beraksi, oke sip


✒ Diterjemahkan oleh, Ustadz. Roni Nuryusmansyah al-Falimbany.

​✿🫘❁࿐❁✿​🫘✿❁࿐❁🫘✿​

🌐 https://kristalilmu.com/ilmu-bagaikan-neraca/

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive