Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Sunday, April 30, 2023

Bulan Syawwal Musim Nikah dan Disunnahkan

Bulan Syawwal Musim Nikah dan Disunnahkan. Jangan Undang Orang Kaya Saja Ya...
Bismillah...

Walimah Nikah Hanya Mengundang Orang Kaya saja?

Sebagian orang mungkin hanya mengundang orang kaya saja ketika acara walimah nikah. 

Lebih parahnya lagi jika niatnya mengundang orang-orang kaya dan pejabat saja agar amplop yang dimasukkan bernilai tinggi, sedangkan orang miskin tidak diundang sama sekali. 

Inilah sejelek-jelek makanan walimah

Seburuk-buruk makanan adalah makanan walimah, hanya orang-orang kaya yang diundang kepadanya, sedangkan kaum fakir dibiarkan (tidak diundang)" [1]

Yang dimaksud walimah dalam hadits ini adalah walimah pernikahan. 

Ash-Shan’aniy menjelaskan,

Yang dimaksud hadits ini adalah khusus untuk walimatul ‘ursy (walimah nikah), bukan semua acara walimah yang manusia diundang untuk makan (misalnya acara walimah khitan, ini walimah selain walimah nikah, pent).” [2]

Padahal orang kaya ketika diundang bisa jadi tidak datang karena mereka tidak terlalu butuh makan enak ketika acara walimah. 

Sebagaimana penjelasn syaikh Al-‘Utsaimin, ” [3]

Orang miskin umumnya lebih bertakwa dan lebih ikhlas berdoa. Mereka lebih rendah hati di hadapan Allah dan di hadapan manusia, jauh dari kesombongan yang membinasakan.

Bisa jadi doa orang miskin yang diundang ke acara walimah lebih ikhlas dan lebih mustajab ketika mendoakan kita. 

Ini sebagaimana hadits “kita akan ditolong dan diberi rezeki disebabkan orang-orang lemah/miskin di sekitar kita”


Sumber: https://muslimafiyah.com/walimah-nikah-hanya-menundang-orang-kaya-saja.html


Penyusun: Ustadz Raehanul Bahraen

------------------------------

> Follow Instagram https://instagram.com/kajianislamadina?utm_medium=copy_link

> Gabung dalam WAGroup Kajian ISLAMADINA >>> Click  https://chat.whatsapp.com/HdziGSljjeu7mXYdPxEDu8

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

10 Kaidah Memahami Bid'ah

10 Kaidah Memahami Bid'ah
Bismillah...

(١)-كُلُّ عِبَادَةٍ تُسْتَنَدُ إِلَى حَدِيْثٍ مَكْذُوْبٍ عَلَى رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَهِيَ بِدْعَةٌ .

[1] Setiap ibadah yang disandarkan kepada hadits palsu atas nama Rasulullah ﷺ adalah bid’ah.

(٢)-كُلُّ عِبَادَةٍ تُسْتَنَدُ إِلَى الرَّأْيِ الْمُجَرَّدِ وَالْهَوَى فَهِيَ بِدْعَةٌ كَقَوْلِ بَعْضِ الْعُلَمَاءِ أَوِ الْعُبَّادِ أَوْ عَادَاتِ بَعْضِ الْبِلَادِ أَوْ بَعْضِ الْحِكَايَاتِ وَالْمَنَامَاتِ .

[2] Setiap ibadah yang disandarkan kepada pendapat semata dan hawa nafsu maka itu adalah bid’ah. Seperti pendapat sebagian ulama atau ahli ibadah atau kebiasaan sebagian daerah atau sebagian cerita cerita dan mimpi mimpi

(٣)-إِذَا تَرَكَ الرَّسُوْلُ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِعْلَ عِبَادَةٍ مِنَ الْعِبَادَاتِ مَعَ كَوْنِ مُوْجِبِهَا وَسَبَبِهَا الْمُقْتَضِيْ لَهَا قَائِمًا ثَابِتًا ، وَالْمَانِعِ مِنْهَا مُنْتَفِيًا فَإِنَّ فِعْلَهَا بِدْعَةٌ .

[3] Jika Rasulullah ﷺ meninggalkan suatu ibadah yang ada padahal faktor dan sebab yang menuntut adanya pelaksanaan itu ada, dan faktor penghalangnya tidak ada maka melaksanakan ibadah tersebut adalah bid’ah.

(٤)-كُلُّ عِبَادَةٍ مِنَ الْعِبَادَاتِ تَرَكَ فِعْلَهَا السَّلَفُ الصَّالِحُ مِنَ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْهِمْ أَوْ نَقَلَهَا أَوْ تَدْوِيْنَهَا فِيْ كُتُبِهِمْ أَوِ التَّعَرُضَ لَهَا فِيْ مَجَالِسِهِمْ فَإِنَّهَا تَكُوْنُ بِدْعَةً بِشَرْطِ أَنْ يَكُوْنَ الْمُقْتَضِي لِفِعْلِ هَذِهِ الْعِبَادَةِ قَائِمًا وَالْمَانِعِ مِنْهُ مُنْتَفِيًا

[4] Setiap ibadah yang tidak dilakukan oleh Salafus Shalih dari kalangan para Sahabat, Tabi’in dan Taabi’ut Tabi’in atau mereka tidak menukilnya dalam kitab kitab mereka atau tidak pernah menyinggung masalah tersebut dalam majelis majelis mereka maka jenis ibadah tersebut adalah bid’ah dengan syarat faktor tuntutan untuk melakukan itu ada dan faktor penghalangnya tidak ada

(٥)-كُلُّ عِبَادَةٍ مُخَالِفَة لِقَوَاعِدِ هَذِهِ الشَّرِيْعَةِ وَمَقَاصِدِهَا فَهِيَ بِدْعَةٌ.

[5] Setiap ibadah yang menyelisihi kaedah kaedah Syari'at dan tujuan tujuannya maka dia adalah bid’ah.

(٦)-كُلُّ تَقَرُّبٍ إِلَى اللَّهِ بِفِعْلِ شَيْءٍ مِنَ الْعَادَاتِ أَوِ الْمُعَامَلاَتِ مِنْ وَجْهٍ لَمْ يَعْتَبِرْهُ الشَّارِعُ فَهُوَ بِدْعَةٌ .

[6] Semua taqorrub kepada Allah dengan adat kebiasaan atau mu’amalah dari sisi yang tidak dianggap (diakaui) oleh Syari’at maka itu adalah bid’ah.

(٧)-كُلُّ تَقَرُّبٍ إِلَى اللَّهِ بِفِعْلِ مَا نَهَى عَنْهُ سُبْحَانَهُ فَهُوَ بِدْعَةٌ .

[7] Semua taqorrub kepada Allah dengan cara melakukan sesuatu yang dilarang oleh Allah Ta’ala adalah bid’ah.

(٨)-كُلُّ عِبَادَةٍ وَرَدَتْ فِيْ الشَّرْعِ عَلَى صِفَةٍ مُقَيَّدَةٍ ، فَتَغْيِيْرُ هَذِهِ الصِّفَةِ بِدْعَةٌ .

[8] Setiap ibadah yang dibatasi dengan tatacara tertentu dalam syari’at maka merubah tatacara ini adalah bid’ah.

(٩)-كُلُّ عِبَادَةٍ مُطْلَقَةٍ ثَبَتَتْ فِيْ الشَّرْعِ بِدَلِيْلٍ عَامٍ فَإِنَّ تَقْيِيْدَ إِطْلاَقِ هَذِهِ الْعِبَادَةِ بِزَمَانٍ أَوْ مَكَانٍ مُعَيَّنٍ أَوْ نَحْوِهِمَا بِحَيْثُ يُوْهِمُ هَذَا التَّقْيِيْدَ أَنَّهُ مَقْصُوْدٌ شَرْعًا مِنْ غَيْرِ أَنْ يَدُلَّ الدَّلِيْلُ الْعَامُ عَلَى هَذَا التَّقْيِيْدِ فَهُوَ بِدْعَةٌ.

[9] Setiap ibadah yang mutlaq yang telah tetap dalam Syari’at dengan dalil umum, maka membatasi ibadah ini dengan waktu atau tempat tertentu atau yang semisalnya, sehingga menimbulkan anggapan bahwa pembatasan ini adalah yang dimaksudkan secara Syari’at tanpa ada dalil umum yang menunjukan terhadap pembatasan ini, maka dia adalah bid’ah.

(١٠)-الْغُلُوُّ فِيْ الْعِبَادَةِ بِالزِّيَادَةِ فِيْهَا عَلَى الْقَدْرِ الْمَشْرُوْعِ وَالتَّشَدُّدِ وَالتَّنَطُّعِ فِيْ الْإِتْيَانِ بِهَا بِدْعَةٌ .

[10] Bersikap ghuluw (berlebihan) dalam beribadah dengan menambah diatas batasan yang telah ditentukan oleh syari’at dan bersikap Tasyaddud (mempersulit diri) serta bersikap Tanaththu’ (memberatkan diri) dalam melaksanakannya maka itu adalah bid’ah

(Qawa'id ma'rifatil bida', Syaikh Muhammad bin Husain Al Jaizani, hal. 68-122)


https://www.facebook.com/100010496524332/posts/pfbid0g5ucwQAC2Ti6sgTXELdUem3p5YekSLGeWzYWhiatFAgX4zEvj3wZ1qUGrwKsyeTYl/

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Mau Rumah Di Surga? Jauhi Debat Kusir, Walaupun Anda Dalam Kebenaran

Mau Rumah Di Surga? Jauhi Debat Kusir, Walaupun Anda Dalam Kebenaran
Bismillah...

Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wasallam– bersabda 

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِى رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًّا وَبِبَيْتٍ فِى وَسَطِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْكَذِبَ وَإِنْ كَانَ مَازِحًا وَبِبَيْتٍ فِى أَعْلَى الْجَنَّةِ لِمَنْ حَسَّنَ خُلُقَهُ

Aku menjamin sebuah rumah di pinggir jannah (surga) bagi siapa saja yang meninggalkan perdebatan berkepanjangan meskipun ia dalam kebenaran (al haq), juga sebuah rumah di tengah jannah bagi siapa  saja yang meninggalkan berbohong walaupun ia sedang bercanda, serta sebuah rumah di puncak jannah bagi siapa  saja yang berakhlak mulia.” (HR. Abu Dawud, Dinyatakan Hasan shahih oleh Syaikh Al Albani)

Umar Bin Khattab berkata :

لا يجد عبد حقيقة الإيمان حتى يدع المراء وهو محق ويدع الكذب في المزاح وهو يرى أنه لو شاء لغلب

Seseorang tidak akan merasakan hakikat iman sampai ia mampu meninggalkan perdebatan yang berkepanjangan meskipun ia dalam kebenaran, dan meninggalkan berbohong meskipun hanya bercanda padahal ia tahu seandainya ia mau ia pasti menang dalam percebatan itu”. (Kanzul Ummal juz 3 hal 1165)

Imam Ishaq bin Isa berkata :

المِراء والجِدال في العلم يَذهبُ بنور العلم من قلب الرجل

Imam Malik bin Anas mengatakan : 'Debat kusir dan pertengkaran dalam masalah ilmu akan menghapuskan cahaya ilmu  dari hati seseorang'.

Imam Ibnu Wahab berkata : “Aku mendengar Imam Malik bin Anas mengatakan :

المراء في العلم يُقسِّي القلوب ، ويورِّث الضغن

'Perdebatan dalam ilmu akan mengeraskan hati dan menyebabkan kedengkian'”. (Jaami’ al Uluum wak Hikam 11/16)  

Diantara tanda sebuah diskusi telah berubah menjadi debat kusir:

Nada suara mulai meninggi. Tulisan mulai menggunakan istilah yang emosional. Mulai muncul kata-kata ejekan atau sebutan yang merendahkan. 

Mengulang-ulang argumentasi. Mengingkari aksioma. Menolak logika. Mulai melibatkan perasaan dan emosi yang berlebihan

*) aksioma = pernyataan yang dapat diterima sebagai kebenaran tanpa harus melalui pembuktian  

Jika sudah seperti ini, sebaiknya segera tinggalkan saja karena bukan manfaat yang akan kita dapat, melainkan justru madhorot. 

Bukan ukhuwwah yang kita raih, melainkan kebencian dan kedengkian yang kita peroleh.

لاَ تَعَلَّمُوا الْعِلْمَ لِتُبَاهُوا بِهِ الْعُلَمَاءَ وَلاَ لِتُمَارُوا بِهِ السُّفَهَاءَ وَلاَ تَخَيَّرُوا بِهِ الْمَجَالِسَ فَمَنْ فَعَلَ ذَلِكَ فَالنَّارُ النَّارُ

Janganlah kalian mencari ilmu untuk menandingi para ulama atau untuk mendebat orang-orang bodoh atau agar bisa menguasai pertemuan dan majlis-majlis.  Barangsiapa yang berbuat seperti itu, maka neraka baginya, neraka baginya.”  

(Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Ibnu Majah dan Al Hakim, beliau menyatakan bahwa hadits ini Shahih dengan para periwayat yang terpercaya sesuai dengan syarat-syarat Imam Muslim)

Berbantah-bantahan, sebab kekalahan perjuangan dan jihad

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), Maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung. Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, DAN JANGANLAH KAMU BERBANTAH-BANTAHAN, YANG MENYEBABKAN KAMU MENJADI GENTAR DAN HILANG KEKUATANMU dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al Anfal 45 – 46)

⬛️ Kunci-kunci kemenangan dalam jihad

Imam Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah menjelaskan ayat 45 – 46 surah Al Anfal dengan penjelasan berikut :

“Disini, Alloh memerintahkan lima hal kepada para mujahidin. Tidaklah kelima hal ini terkumpul dalam tubuh sebuah kelompok melainkan kelompok itu pasti menang, walau pun jumlahnya sedikit dan jumlah musuhnya banyak :

▶️ 1. Pertama: Istiqomah dan tsabat

▶️ 2. Kedua: Banyak berdzikir (mengingat) menyebut nama Alloh Subhaanahu Wa Ta’ala

▶️ 3. Ketiga: Mentaati Alloh dan mentaati Rosul-Nya

▶️ 4. Keempat: Persatuan kalimat dan tidak saling berbantah bantahan, karena itu akan menghantarkan kepada kegentaran dan kelemahan. 

Berbantah-bantahan ini adalah tentara yang bisa menguatkan musuh dari orang yang saling berbantah-bantahan untuk mengalahkan mereka. 

Karena dengan bersatu, suatu pasukan seperti seikat anak panah yang tidak seorang pun mampu mematahkannya. Jika anak panah itu dipisah-pisah, musuh akan bisa mematahkannya.

▶️ 5. Kelima: Yang merupakan kunci, pilar dan penopang keempat hal di atas, yaitu : Sabar.

Inilah lima hal yang menjadi dasar terbangunnya kemenangan. Ketika kelima hal ini –atau sebagiannya— hilang, kemenangan pun akan hilang sebanding dengan berkurangnya sebagian darinya.

Jika semuanya terkumpul, satu sama lain akan saling menguatkan, sehingga pasukan tersebut akan melahirkan pengaruh yang besar dalam meraih kemenangan. 

Ketika kelima hal ini terkumpul dalam diri para shahabat, tidak ada satu pun bangsa di dunia yang mampu menandingi mereka.

Mereka taklukkan dunia dan seluruh rakyat serta negeri tunduk kepada mereka. Tatkala generasi sepeninggal mereka berpecah belah dan melemah, terjadilah apa yang terjadi, la haula wa la quwwata illa billaahil ‘Aliyyi ‘l ‘Adzim; tiada daya dan kekuatan melainkan (dengan) pertolongan Alloh yang Mahatinggi lagi Maha Agung. (Al Furusiyyah : Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah hal 506)

Dzikir, batu bata untuk membangun rumah di jannah  

أن بيوت الجنة تبنى بالذكر فإذا أمسك الذاكر عن الذكر أمسكت الملائكة عن البناء

Sesungguhnya rumah-rumah kita di jannah dibangun dengan dzikir, maka ketika seseorang berhenti berdzikir, malaikat pun berhenti membangun rumah itu.” (Al Wabil Ash Shoib – Ibnul Qoyyim Al Jauziyyah 1/109)

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ

Ya Allah aku berlindung  kepada-Mu dari lemahnya hati dan kemalasan, sifat pengecut, kikir, kepikunan dan dari azab kubur.

اللَّهُمَّ آتِ نَفْسِى تَقْوَاهَا وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا

Ya Allah limpahkan pada hatiku ketaqwaan kepada-Mu dan sucikanlah ia sesungguhnya Engkau lah sebaik-baik Yang Mensucikan hati. Engkau lah pelindung hatiku dan Yang Paling dicintainya.

اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا

Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari Ilmu yang tidak bermanfaat,  hati yang tidak pernah tenang, nafsu yang tidak pernah merasa puas dan dari do’a yang tidak pernah dikabulkan.

(HR Bukhari & Muslim)  


(samirmusa/arrahmah.com)

------------------------------

> Follow Instagram https://instagram.com/kajianislamadina?utm_medium=copy_link

> Gabung dalam WAGroup Kajian ISLAMADINA >>> Click  https://chat.whatsapp.com/HdziGSljjeu7mXYdPxEDu8

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Hati Yang Bening

Bismillah...

Suatu ibadah yang sangat bernilai di sisi Allah, tapi sedikit wujudnya di tengah-tengah manusia… Dialah “HATI YANG BENING..”

Sebagian dari mereka ada yang mengatakan, “Setiap kali aku melewati rumah seorang muslim yang megah, aku mendo’akannya agar diberkahi..

Sebagian lagi berkata, “Setiapkali kulihat kenikmatan pada seorang Muslim (mobil, proyek, pabrik, istri sholihah, keturunan yang baik), aku mendo'akan, ‘Ya Allah, jadikanlah kenikmatan itu penolong baginya untuk taat kepada-Mu dan berikanlah keberkahan kepadanya.."

Ada juga dari mereka yang mengatakan, “Setiapkali kulihat seorang Muslim berjalan bersama istrinya, aku berdo’a kepada Allah, semoga Dia menyatukan hati keduanya di atas ketaatan kepada Allah..

Ada lagi yang mengatakan, “Setiapkali aku berpapasan dengan pelaku maksiat, kudo'akan dia agar mendapat hidayah..

Yang lain lagi mengatakan, “Aku selalu berdo’a semoga Allah memberikan hidayah kepada hati manusia seluruhnya, sehingga leher mereka terbebas (dari neraka), begitu pula wajah mereka diharamkan dari api neraka..

Yang lainnya lagi mengatakan, “Setiapkali hendak tidur, aku berdo'a, ‘Ya Robb-ku, siapapun dari kaum Muslimin yang berbuat zholim kepadaku, sungguh aku telah memaafkannya, oleh karena itu, maafkanlah dia, karena diriku terlalu hina untuk menjadi sebab disiksanya seorang muslim di neraka.."

Itulah hati-hati yang bening. Alangkah perlunya kita kepada hati-hati yang seperti itu..

"Ya Allah, jangan halangi kami untuk memiliki hati seperti ini, karena hati yang jernih adalah penyebab kami masuk surga.."

Suatu malam, Hasan Bashri رحمه الله تعالى berdo’a, “Ya Allah, maafkanlah siapa saja yang menzholimiku.” Dan ia terus memperbanyak do'a itu..!

Maka ada seseorang yang bertanya kepadanya, “Wahai Abu Sai’d, sungguh malam ini aku mendengar engkau berdo'a untuk kebaikan orang yang men-zholimimu, sehingga aku berangan-angan, andai saja aku termasuk orang yang men-zholimimu, maka apakah yang membuatmu melakukannya?"

Beliau menjawab, “Firman Allah (yang artinya) :

Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik, maka pahalanya kembali kepada Allah..” (Q.S. Asy-Syuuro: 40)

[Kitab Syarah Shohih Bukhori, karya Ibnu Baththol, 6/575-576]

Sungguh, itulah hati yang dijadikan sholih dan dibina oleh para pendidik dan para guru dengan berlandaskan Al-Qur’an dan as-Sunnah. Maka, selamat atas surga yang didapatkan oleh mereka..

Janganlah engkau bersedih meratapi kebaikanmu. Sebab jika di dunia ini tidak ada yang menghargainya, yakinlah bahwa di langit ada yang memberkahinya..

Hidup kita ini bagai bunga mawar. Padanya terdapat keindahan yang membuat kita bahagia, namun padanya juga terdapat duri yang menyakiti kita..

Apapun yang ditakdirkan menjadi milikmu akan mendatangimu walaupun engkau lemah..!

Sebaliknya apapun yang tidak ditakdirkan menjadi milikmu, engkau tidak akan dapat meraihnya, bagaimanapun kekuatanmu..!

Segala puji bagi Allah atas segala nikmat, karunia, dan kebaikan-Nya. Semoga Allah menjadikan hari-harimu bahagia dengan segala kebaikan dan keberkahan..


(Terjemahan dari status berbahasa arab)


✒️Ustadz Dr. Musyaffa' Ad Dariny, MA حفظه الله تعالى


🌐 https://t.me/joinchat/RgB48I76X-_s1peo

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Laki-laki Itu Sholat 5 Waktunya Di Masjid

Laki-laki Itu Sholat 5 Waktunya Di Masjid
Bismillah...

🌴🌴🌴

SAHABAT YANG BUTA TIDAK DIIZINKAN SHOLAT DI RUMAH.. BAGAIMANA KITA..???

Dari Abu Hurairah rodhiyallahu ’anhu,

أن رجلاً أعمى قال يا رسول الله: ليس لي قائد يقودني إلى المسجد، فهل لي من رخصة أن أصلي في بيتي، فقال له صلى الله عليه وسلم: هل تسمع النداء بالصلاة؟ قال: نعم، قال: فأجب

Ada seorang buta menemui Nabi shollallahu ‘alaihi wasallam lalu berkata, 'Wahai Rosulullah, aku tidak memiliki seseorang yang akan menuntunku ke masjid. Apakah ada keringanan bagiku untuk sholat di rumah..?'

Maka Rosulullah pun bertanya kepadanya, 'Apakah engkau mendengar panggilan sholat (adzan)..?' Laki-laki itu menjawab, 'Ya..' Beliau bersabda, ''Kalau begitu penuhilah panggilan tersebut (hadiri sholat berjama’ah)..'"

(HR. Muslim no. 653)

🌴🌴🌴

KEKASIH KITA PUN MARAH

Dari Abu Hurairah rodhiyallahu ’anhu, Nabi shollallahu ’alaihi wasallam bersabda,

لقد هممت أن آمر بالصلاة فتقام ثم آمر رجلا فيصلي بالناس ثم أنطلق معي برجال معهم حزم من حطب إلى قوم لا يشهدون الصلاة فأحرق عليهم بيوتهم بالنار

Sungguh aku benar-benar berniat untuk memerintahkan orang-orang sholat di masjid, kemudian memerintahkan seseorang untuk menjadi imam, lalu aku bersama beberapa orang pergi membawa kayu bakar menuju rumah-rumah orang yang tidak menghadiri sholat jama’ah lalu aku bakar rumahnya..

(HR. Bukhari no. 7224, Muslim no. 651).

🌴🌴🌴

PARA SAHABATPUN IKUT MENGINGATKAN

Dari Abdullah bin Mas’ud rodhiyallahu ’anhu, ia berkata,

من سره أن يلقى الله غداً مسلماً فليحافظ على هؤلاء الصلوات حيث ينادى بهن، فإن الله شرع لنبيكم سنن الهدى وإنهن من سنن الهدى، ولو أنكم صليتم في بيوتكم كما يصلي هذا المتخلف في بيته لتركتم سنة نبيكم، ولو تركتم سنة نبيكم لضللتم ولقد رأيتنا وما يتخلف عنها إلا منافق معلوم النفاق أو مريض، ولقد كان الرجل يؤتى به يهادى بين الرجلين حتى يقام في الصف

Barangsiapa yang ingin ketika berjumpa dengan Allah esok dalam keadaan sebagai seorang Muslim, maka hendaknya dia menjaga sholat 5 waktu di tempat dikumandangkan adzan (yaitu di masjid)..

Karena Allah telah mensyariatkan kepada Nabi kalian jalan-jalan petunjuk. Dan sholat 5 waktu di masjid adalah salah satu diantara jalan-jalan petunjuk..

Seandainya kalian sholat di rumah-rumah kalian sebagaimana orang yang tidak ikut sholat berjama’ah ini, ia sholat di rumahnya, maka sungguh kalian telah meninggalkan sunnah Nabi kalian, dan jika kalian meninggalkan sunnah Nabi kalian, maka sungguh kalian akan tersesat..

Dan sungguh aku melihat dahulu kami para sahabat, tidak ada yang meninggalkan sholat berjama’ah di masjid kecuali orang munafik yang jelas kemunafikannya, dan sungguh dahulu ada sahabat yang dibopong ke masjid dan ditopang diantara dua lelaki agar bisa berdiri untuk sholat di shof..

(HR. Muslim no.654).

Cukuplah bagi kita nasihat-nasihat Mulia ini untuk kita katakan SAMI’NAA WA ATHO’NAA.. dan jangan kita lalaikan.. karena yang untung dan rugi adalah kita-kita juga..


Baarokallahu fiikum...


Ditulis oleh, Ustadz Abu Ismail Fachruddin Nu’man MA, حفظه الله تعالى


Pondok Pesantren Riyadhusshalihiin Pendeglang


🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/62741

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Saturday, April 29, 2023

Merenungi Sisa-sisa Umur Kita

Merenungi Sisa-sisa Umur Kita
Bismillah...

Dia yang di masa muda berbadan tegap, akhirnya akan mengeriput kulitnya. Dia yang di masa dewasa memiliki kekayaan ratusan trilliun rupiah, akhirnya akan beruban. Dia yang di masa puncak pernah duduk di kursi terpandang pun, akhirnya akan berkurang penglihatan dan pendengarannya. Dia yang Allah Ta’ala berikan umur panjang, akhirnya akan menua, sehebat apapun masa mudanya.

Sudah berapa tahun kita hidup?

Cobalah sejenak merenungi pertanyaan ini. Sudah berapa tahun kita hidup? Jika ternyata usia sudah 60 tahun lebih, maka berarti kita termasuk ke dalam orang-orang yang disabdakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,

 أعمارُ أمَّتي ما بينَ الستينَ إلى السبعينَ وأقلُّهم مَنْ يجوزُ ذلِكَ

Umur umatku itu antara 60 sampai 70 tahun, dan sedikit orang yang melewati umur tersebut.” (HR. At-Tirmidzi no. 3550, Ibnu Majah no. 4236,  dihasankan oleh Syekh Albani)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan bahwa umur kita sebagai umatnya adalah antara 60 sampai 70 tahun hijriyah. Sehingga apabila kita sudah berumur 60 tahun atau lebih, maka sudah seharusnya diri semakin banyak mengingat kematian yang akan datang tanpa diundang.

Sudah berapa tahun kita hidup?

Jika ternyata usia sudah 40 tahun, berarti kita termasuk ke dalam orang-orang yang disebutkan dalam Al-Quran,

وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ اِحْسَانًا ۗحَمَلَتْهُ اُمُّهٗ كُرْهًا وَّوَضَعَتْهُ كُرْهًا ۗوَحَمْلُهٗ وَفِصٰلُهٗ ثَلٰثُوْنَ شَهْرًا ۗحَتّٰىٓ اِذَا بَلَغَ اَشُدَّهٗ وَبَلَغَ اَرْبَعِيْنَ سَنَةًۙ قَالَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْٓ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْٓ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَالِدَيَّ وَاَنْ اَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضٰىهُ وَاَصْلِحْ لِيْ فِيْ ذُرِّيَّتِيْۗ اِنِّيْ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاِنِّيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ

Dan Kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orang tuanya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Masa mengandung sampai menyapihnya selama tiga puluh bulan, sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya mencapai empat puluh tahun dia berdoa, ‘Ya Tuhanku, berilah aku petunjuk agar aku dapat mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau limpahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku dapat berbuat kebajikan yang Engkau ridai, dan berilah aku kebaikan yang akan mengalir sampai kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sungguh, aku termasuk orang muslim.’” (QS. Al-Ahqaf: 15)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa seseorang ketika sudah mencapai 40 tahun, maka akal dan pemahamannya telah sempurna. Kebanyakan orang yang sudah berusia 40 tahun tidak akan berubah lagi kebiasaan dalam menjalani kesehariannya. Seseorang yang telah mencapai usia 40 tahun harus memperbarui tobat dan bertekad tidak mengulangi lagi kesalahan yang pernah diperbuatnya. (Tafsir Ibnu Katsir, 7: 258-259)

Sudah berapa tahun kita hidup?

Jika ternyata sudah mulai muncul uban di kepala, berarti kita termasuk ke dalam ayat Al-Quran,

اَللّٰهُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ مِّنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْۢ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَّشَيْبَةً ۗيَخْلُقُ مَا يَشَاۤءُۚ وَهُوَ الْعَلِيْمُ الْقَدِيْرُ

Allahlah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) setelah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki. Dan Dia Maha Mengetahui, Mahakuasa.” (QS. Ar-Rum: 54)

Allah Ta’ala berfirman,

اَوَلَمْ نُعَمِّرْكُمْ مَّا يَتَذَكَّرُ فِيْهِ مَنْ تَذَكَّرَ وَجَاۤءَكُمُ النَّذِيْرُۗ فَذُوْقُوْا فَمَا لِلظّٰلِمِيْنَ مِنْ نَّصِيْرٍ

Bukankah Kami telah memanjangkan umurmu untuk dapat berpikir bagi orang yang mau berpikir, padahal telah datang kepadamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami), dan bagi orang-orang zalim tidak ada seorang penolong pun.“ (QS. Fathir: 37)

Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan bahwa para ulama tafsir seperti Ibnu Abbas, Ikrimah, Qatadah, Sufyan bin ‘Uyainah, dan yang lainnya, menjelaskan bahwa maksud pemberi peringatan dalam ayat di atas adalah uban. (Tafsir Ibnu Katsir, 6: 493)

Aku masih muda…

Kita masih merasa muda? Usia kita belum 60 tahun, belum muncul uban sedikit pun, belum 40 tahun, bukan berarti waktu kita masih panjang. Masalah sisa umur yang tersisa tidak ada orang yang mengetahui, kapan dan di mana jatah hidup di dunia habis.

وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ

Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan dikerjakannya besok. Dan tidak ada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Maha Mengenal.” (QS. Lukman: 34)

Masih muda bukanlah jaminan. Betapa banyak yang meninggal di masa mudanya. Data jaringan kolaborasi beban penyakit dunia menyebutkan kematian penduduk Indonesia pada tahun 2019 sebesar 18.370 orang berumur 5-14 tahun, 264.550 orang berumur 15-49 tahun, 612.889 berumur 50-69 tahun, sisanya berumur kurang dari 5 tahun dan lebih dari 69 tahun. Ini menunjukkan bahwa kematian di usia muda sangat banyak. Jadi, bukan berarti kita masih bisa bersantai ria karena merasa masih muda dan kematian masih lama.

Kebiasaan di sisa waktu...

Kalau kita mau jujur, nasihat untuk beramal kebaikan yang datang kepada kita sudah banyak. Peringatan akan kematian seringkali terdengar. Imbauan dan ajakan untuk memanfaatkan sisa umur sudah sangat sering didapatkan. Jadi, kita bisa memilih, mau memilih mengisi sisa umur dengan kebiasaan yang baik ataukah menghabiskannya dengan kesenangan dunia dan kepuasan nafsu dalam hidup ini. Yang perlu diingat, seseorang itu akan meninggal dalam keadaan kebiasaan hidupnya. Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan saat menafsirkan surah Ali-Imran ayat 102, maksud dari firman Allah Ta’ala,

وَلا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

adalah supaya kita memelihara Islam saat keadaan sehat, agar kita mati di atas Islam. Sesungguhnya Allah Ta’ala akan memberlakukan seseorang sesuai dengan kebiasaannya. Orang yang memiliki kebiasaan tertentu dalam hidup, dia akan mati sesuai kebiasaannya tersebut. Dan siapa yang mati dalam kondisi tertentu, dia akan dibangkitkan sesuai kondisi matinya. (Tafsir Ibnu Katsir, 2: 75)

Sebelum kita menyesali masa lalu...

Sebagaimana seseorang belajar di sekolah atau di kampus, ataupun bekerja menjadi karyawan, seseorang yang hidup di dunia akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Anak sekolah akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dia kerjakan dan pelajari selama sekolah lewat ujian sekolah atau ujian kampus. Orang yang bekerja sebagai karyawan akan dimintai pertanggungjawaban atas pekerjaannya lewat laporan rutin. Para pejabat juga dimintai pertanggungjawaban selama ia menjabat. Itu dalam masalah dunia yang sifatnya sementara. Bagaimana dengan masalah akhirat yang merupakan kehidupan abadi? Tentu pertanggungjawabannya semakin besar dan teliti.

Diantara pertanggungjawaban tahap awal dalam kehidupan akhirat yang akan dilalui manusia adalah apa yang telah diceritakan oleh Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam,

لا تزولُ قدَما عبدٍ يومَ القيامةِ حتَّى يسألَ عن عمرِهِ فيما أفناهُ ، وعن عِلمِهِ فيمَ فعلَ ، وعن مالِهِ من أينَ اكتسبَهُ وفيمَ أنفقَهُ ، وعن جسمِهِ فيمَ أبلاهُ

Tidaklah kedua kaki seorang hamba beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: untuk apa umurnya ia habiskan, apakah ilmunya ia amalkan, dari mana hartanya ia peroleh dan di mana ia belanjakan, serta untuk apa tubuhnya ia usangkan.” (HR. Tirmidzi no. 2417, Syekh Al-Albani mengatakan bahwa hadis ini sahih)

Sungguh kelak setiap orang akan mempertanggungjawabkan umur yang telah Allah Ta’ala berikan. Manusia akan menyesali keadaannya selama di dunia.

كَلَّآ اِذَا دُكَّتِ الْاَرْضُ دَكًّا دَكًّاۙ   وَّجَآءَ رَبُّكَ وَالْمَلَكُ صَفًّا صَفًّاۚ وَجِايْۤءَ يَوْمَىِٕذٍۢ بِجَهَنَّمَۙ يَوْمَىِٕذٍ يَّتَذَكَّرُ الْاِنْسَانُ وَاَنّٰى لَهُ الذِّكْرٰىۗ يَقُوْلُ يٰلَيْتَنِيْ قَدَّمْتُ لِحَيَاتِيْۚ

Sekali-kali tidak! Apabila bumi diguncangkan berturut-turut (berbenturan), dan datanglah Tuhanmu; dan malaikat berbaris-baris, dan pada hari itu diperlihatkan neraka Jahanam; pada hari itu sadarlah manusia, tetapi tidak berguna lagi baginya kesadaran itu. Dia berkata, ‘Alangkah baiknya sekiranya dahulu aku mengerjakan (kebajikan) untuk hidupku ini.’” (QS. Al-Fajr: 21-24)

Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan bahwa yang menyesal kelak di hari kiamat bukan hanya orang-orang kafir saja, melainkan juga kaum muslimin yang melakukan perbuatan dosa atas maksiat yang dilakukannya. Selain itu, kaum mukminin juga menyesal karena kurangnya ketaatan yang dilakukannya selama di dunia. (Tafsir Ibnu Katsir, 8: 389)

Saat ini, sebelum penyesalan itu datang, sebelum hari ini menjadi masa lalu yang akan disesali, marilah kita berusaha sekuat tenaga meningkatkan keimanan kita, terus berdoa kepada Allah Ta’ala, agar Allah Ta’ala senantiasa memberikan petunjuk, menjaga dan memberikan keistiqomahan kepada kita semua. Aamiin


Penulis: Apt. Pridiyanto

Sumber: https://muslim.or.id/75909-merenungi-sisa-sisa-umur-kita.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Puasa Syawal Digabung Dengan Puasa Ayyamul Bidh

Bismillah...

Apa hukum menggabungkan puasa Syawal dan puasa ayyamul bidh (13, 14, 15 Syawal atau setiap bulan Hijriyah)?

Keutamaan puasa Syawal disebutkan dalam hadits Abu Ayyub Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.” (HR. Muslim, no. 1164)

Tentang keutamaan puasa ayyamul bidh disebutkan dalam hadits berikut.

Dari Ibnu Milhan Al-Qoisiy, dari ayahnya, ia berkata,

كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَأْمُرُنَا أَنْ نَصُومَ الْبِيضَ ثَلاَثَ عَشْرَةَ وَأَرْبَعَ عَشْرَةَ وَخَمْسَ عَشْرَةَ . وَقَالَ « هُنَّ كَهَيْئَةِ الدَّهْرِ »

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa memerintahkan pada kami untuk berpuasa pada ayyamul bidh yaitu 13, 14 dan 15 (dari bulan Hijriyah).” Dan beliau bersabda, “Puasa ayyamul bidh itu seperti puasa setahun.” (HR. Abu Daud, no. 2449; An-Nasa’i, no. 2434. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Kalau seseorang lakukan puasa Syawal yang tiga harinya satu niat dengan puasa ayyamul bidh, masih dibolehkan dan diharapkan ia bisa mendapatkan pahala puasa syawal dan puasa ayyamul bidh sekaligus. 

Demikian jawaban dari Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Baz rahimahullah ketika ditanya oleh Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid hafizhahullah.

Sedangkan Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah menyebutkan bahwa jika seseorang sudah melakukan puasa Syawal, maka puasa ayyamul bidh-nya menjadi gugur, baik ia melakukan puasa Syawal tadi bertepatan dengan ayyamul bidh (13, 14, 15 Syawal) atau ia melakukan sebelum atau sesudah ayyamul bidh. 

Karena kalau sudah melakukan puasa Syawal sebanyak enam hari berarti sudah memenuhi anjuran puasa tiga hari setiap bulannya, bahkan sudah lebih dari tiga hari yang diperintahkan. 

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin menganggap itu sama seperti orang yang melakukan tahiyatul masjid di mana shalat tersebut bisa gugur dengan melakukan shalat sunnah rawatib.

Atau maksud Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah, shalat tahiyatul masjid sudah masuk dalam shalat sunnah rawatib. 

Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abu Qatadah bin Rib’iy Al-Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا دَخَلَ أَحَدُكُمُ الْمَسْجِدَ فَلاَ يَجْلِسْ حَتَّى يُصَلِّىَ رَكْعَتَيْنِ

Jika salah seorang di antara kalian masuk masjid, maka janganlah duduk sampai ia melaksanakan shalat dua raka’at.” (HR. Bukhari, no. 1163; Muslim, no. 714). Shalat tahiyatul masjid ini bisa dipenuhi dengan dua raka’at shalat sunnah rawatib. Demikian maksud Syaikh Muhammad Al-‘Utsaimin rahimahullah.

Kesimpulannya, 

Boleh saja menggabungkan puasa Syawal dengan puasa ayyamul bidh.

Lihat bahasan Syaikh Muhammad Shalih Al-Munajjid dalam Fatwa Al-Islam Sual wa Jawab, no. 4015.


Semoga manfaat. Wallahu waliyyut taufiq.

Disusun @ Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 12 Syawal 1437 H


Ditulis oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc حفظه الله تعالى  

------------------------------

> Follow Instagram https://instagram.com/kajianislamadina?utm_medium=copy_link

> Gabung dalam WAGroup Kajian ISLAMADINA >>> Click  https://chat.whatsapp.com/LbbpmCmupLTBzKFHG2jkW4

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Kenikmatan Selamanya

Bismillah...

Ia yang saat ini sehat, bisa jadi berselang hari jatuh sakit. Mereka yang terkubur di bawah tanah, adalah orang yang sama pernah berjalan di atasnya.

Yang tua pernah merasakan muda. Meski tidak sebaliknya. Yang senang pasti mencicipi sedih juga.

Itulah dunia. Berbeda dengan kehidupan seseorang di surga.

Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

Kelak akan ada seruan dari penyeru kepada penghuni surga:

إِنَّ لَكُمْ أَنْتَصِحُّوا فَلاَ تَسْقَمُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْتَحْيَوْا فَلاَ تَمُوتُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْتَشِبُّوا فَلاَ تَهْرَمُوا أَبَدًا وَإِنَّ لَكُمْ أَنْتَنْعَمُوا فَلاَ تَبْتَئِسُوا أَبَدًا

"Sesungguhnya kalian akan terus sehat tanpa lagi sakit selama-lamanya.

Dan sungguh kalian akan tetap hidup dan tidak mati selamanya.

Dan kalian akan senantiasa muda tiada pernah menjadi tua selamanya.

Dan sungguh kalian akan selalu senang bahagia tidak akan sengsara selama-lamanya".

Itulah firman Allah ta’ala:

وَنُودُوا أَنْ تِلْكُمُ الْجَنَّةُأُورِثْتُمُوهَا بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

Dan diserukan kepada mereka: ltulah surga yang diwariskan kepadamu, disebabkan apa yang dahulu kamu kerjakan" (QS al-A’raaf: 43) [HR Muslim: 7336, 2873]

Sebab kesabaran dan apa yang dikerjakan semasa hidup di dunia.

Allah ﷻ berfirman,

وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا خَالِدُونَ

Dan bagi mereka istri-istri yang disucikan serta mereka kekal di dalam surga” (QS Al-Baqoroh : 25)

الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلَا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ

Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu”.” (QS. Fatir: 35)

لَا يَمَسُّهُمْ فِيهَا نَصَبٌ وَمَا هُمْ مِنْهَا بِمُخْرَجِينَ

"Mereka tidak merasa lelah di dalamnya dan mereka sekali-kali tidak akan dikeluarkan daripadanya" (QS Al-Hijr : 48)

Ketika Nabi ﷺ ditanya,

يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَيَنَامُ أَهْلُ الْجَنَّةِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «النَّوْمُ أَخُو الْمَوْتِ، وَأَهْلُ الْجَنَّةِ لَا يَنَامُونَ»

Wahai Rasulullah, apakah penduduk surga itu tidur?, maka Rasulullah ﷺ menjawab : “tidur itu saudaranya kematian, sedangkan penduduk surga tidak akan mati”. [HR. Thabrani No. 919]

Al-Hasan berkata :

أَتَتْ عَجُوزٌ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم َ فَقَالَتْ: يَا رَسُولَ اللَّهِ ادْعُ اللَّهَ أَنْ يُدْخِلَنِي الْجَنَّةَ. فَقَالَ: يَا أُمَّ فُلَانٍ إِنَّ الْجَنَّةَ لَا تَدْخُلُهَا عَجُوزٌ، قَالَ: فَوَلَّتْ تَبْكِي. فَقَالَ: أَخْبِرُوهَا أَنَّهَا لَا تَدْخُلُهَا وَهِيَ عَجُوزٌ إِنَّ اللَّهَ تَعَالَى يَقُولُ: إِنَّا أَنْشَأْنَاهُنَّ إِنْشَاءً، فَجَعَلْنَاهُنَّ أَبْكَارًا، عُرُبًا أَتْرَابًا

Ada seorang nenek datang kepada Nabi lalu berkata, “Wahai Rasulullah berdoalah kepada Allah agar memasukkan aku ke surga !”. Maka Nabi berkata, “Wahai Umu Fulan, sesungguhnya surga tidak dimasuki oleh nenek-nenek”. Maka wanita tersebut pergi dan menangis. Maka Nabi berkata, “Kabarkanlah kepadanya bahwa ia tidak akan masuk surga dalam kondisi tua, sesungguhnya Allah berfirman : “Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung, dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta lagi sebaya umurnya” (QS Al-Waqiáh : 35-37)

[HR. At-Tirmidzi 2/39 di Syamaíl dan al-Baihaqi di Syuábul Iman, As-Shahihah no 2987]


https://t.me/sahabat_ilmu

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Kaidah Yang Ke 53

Bismillah...

👉🏼  Setiap yang telah diketahui ada atau tidak adanya, maka pada asalnya ditetapkan sesuai yang telah diketahui tersebut.

●  Bila yakin adanya wudlu namun ragu apakah berhadats setelahnya atau tidak, maka tidak perlu berwudlu kembali karena telah diketahui adanya wudlu.

●  Ketika sahur, kita ragu apakah sudah masuk waktu shubuh atau belum, maka boleh terus bersahur karena pada asalnya malam masih ada sampai yakin bahwa waktu shubuh telah benar benar masuk.

Ibnu Abbas rodhiyallahu ‘anhumaa berkata, “Makan sahurlah selama kamu ragu sampai tidak ragu.

●  Bila merasa ragu apakah sudah mengqodlo sholat apa belum, maka wajib ia mengqodlo karena pada asalnya ia belum melakukan.

●  Bila ragu apakah telah jatuh talaq apa belum, maka pada asalnya pernikahan itu ada dan talaq tidak ada.

Dan contoh-contoh lainnya.


Wallahu a’lam 🌴


Ditulis oleh: Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى


Dari kitab “Syarah Mandzumah Ushul Fiqih“, yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Shalih Al ’Utsaimin, رحمه الله تعالى

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Keutamaan Sholat Shubuh

Keutamaan Sholat Shubuh
Bismillah...

1️⃣ SALAH SATU PENYEBAB MASUK SURGA.

Rasulullah ﷺ bersabda (yang artinya), 

Barangsiapa yang mengerjakan shalat bardain (yaitu shalat shubuh dan ashar) maka dia akan masuk surga". 

(HR. Bukhari no. 574 dan Muslim no. 635) 

2️⃣ SALAH SATU PENGHALANG MASUK NERAKA.

Rasulullah ﷺ bersabda (yang artinya), 

Tidaklah akan masuk neraka orang yang melaksanakan shalat sebelum terbitnya matahari (yaitu shalat shubuh) dan shalat sebelum tenggelamnya matahari (yaitu shalat ashar)".

(HR. Muslim no. 634) 

3️⃣ BERADA DI DALAM JAMINAN ALLAH.

Rasulullah ﷺ bersabda (yang artinya), 

Barangsiapa yang shalat subuh maka dia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu jangan sampai Allah menuntut sesuatu kepada kalian dari jaminan-Nya. Karena siapa yang Allah menuntutnya dengan sesuatu dari jaminan-Nya, maka Allah pasti akan menemukannya, dan akan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka jahannam”.

(HR. Muslim no. 163) 

4️⃣ DIHITUNG SEPERTI SHALAT SEMALAM PENUH.

Rasulullah ﷺ bersabda (yang artinya), 

Barangsiapa yang shalat isya` berjama’ah maka seolah-olah dia telah shalat malam selama separuh malam. Dan barangsiapa yang shalat shubuh berjamaah maka seolah-olah dia telah shalat seluruh malamnya". 

(HR. Muslim no. 656) 

5️⃣ DISAKSIKAN PARA MALAIKAT.

Rasulullah ﷺ bersabda (yang artinya), 

Dan para malaikat malam dan malaikat siang berkumpul pada shalat fajar (subuh)".

(HR. Bukhari no. 137 dan Muslim no.632)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Tetap Shalih Setelah Ramadhan

Tetap Shalih Setelah Ramadhan
Bismillah...

Berakhirnya bulan Ramadhan tidak berarti berakhir pula ketaatan dan kebaikan yang kita kerjakan. 

Para ulama mengingatkan,

كن عبدا ربانيا ولا تكن عبدا رمضانيا 

"Jadilah engkau hamba yang senantiasa istiqamah beribadah kepada Allah dan janganlah engkau menjadi hamba yang beribadah hanya musiman pada bulan Ramadhan."

Sesungguhnya yang dituju dari amalan ketaatan selama Ramadhan itu adalah takwa "la'allakum tattaquun" yaitu agar kalian menjadi hamba Allah yang bertakwa pada setiap kesempatan; baik dalam keadaan sendirian maupun di tengah keramaian.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, 

اتق الله حيثما كنت وأتبع السيئة الحسنة تمحها وخالق الناس بخلق حسن

"Bertakwalah kepada Allah dimanapun engkau berada dan iringilah kejelekan dengan kebaikan karena kebaikan itu dapat menghapusnya dan berinteraksilah dengan manusia diatas akhlak yang mulia."

(HR. Ahmad 21354, At-Tirmidzi 1987 hadits hasan shahih)

Diantara makna takwa itu kata Ibnu Mas'ud radhiyallahu 'anhu,

أن يطاع فلا يعصى ويشكر فلا يكفر ويذكر فلا ينسى

"Allah itu ditaati dan tidak didurhakai, disyukuri nikmat-Nya dan tidak dikufuri, diingat dan tidak dilupakan."

Siapa yang mengerjakan ketaataan dan kebaikan selama bulan Ramadhan tetapi tidak mengantarkan dirinya menjadi hamba yang bertakwa setelahnya maka itu pertanda bahwa amalan yang dia kerjakan selama bulan Ramadhan itu tidak Allah terima.

Adapun orang-orang yang tetap menjaga kesalehannya setelah Ramadhan dengan bertakwa dimanapun dirinya berada, mengiringi kejelekan dengan kebaikan, dan berinteraksi yang baik dengan manusia, maka itu pertanda diterima amalannya ketaatannya selama bulan Ramadhan.

Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta'ala apabila menerima amalan saleh seorang hamba maka akan memberi tawfiq kepadanya untuk beramal saleh setelahnya. 

Para ulama berkata,

ثواب الحسنة الحسنة بعدها

"Balasan dari suatu kebaikan adalah mengerjakan kebaikan setelahnya."

Ibnu Rajab menjelaskan hal di atas dengan perkataan salaf lainnya, ”Balasan dari amalan kebaikan adalah amalan kebaikan selanjutnya. Barangsiapa melaksanakan kebaikan lalu dia melanjutkan dengan kebaikan lainnya, maka itu adalah tanda diterimanya amalan yang pertama. Begitu pula barangsiapa yang melaksanakan kebaikan lalu malah dilanjutkan dengan amalan kejelekan, maka ini adalah tanda tertolaknya atau tidak diterimanya amalan kebaikan yang telah dilakukan.” (Latho-if Al Ma’arif)

Semoga Allah menerima amalan kita, mengampuni dosa-dosa kita, dan mempertemukan kita dengan bulan Ramadhan berikutnya dalam keadaan sehat dan afiyah, aamiin.


https://t.me/manhajulhaq

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Friday, April 28, 2023

Semangat Meraih Ilmu

Semangat Meraih Ilmu
Bismillah...

Seseorang tidak dilahirkan dalam berilmu (agama), karena sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar..!

Bekal untuk hidup yang sesungguhnya di akhirat tidak dapat dipelajari serta dicari di akhirat, namun dia harus dipelajari dan dipersiapkan di dalam kehidupan dunia..!

Rasulullah صلى الله عليه و سلم bersabda,

يَا أَيُّهَا النَّاس تَعَلَّمُوا ، إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ

"Wahai sekalian manusia, belajar kalian !! Sesungguhnya ilmu "didapatkan" dengan (cara) belajar".

(HR. Ibnu Abi 'Aashim, dan ath-Thabrani di dalam al-Mu'jamul Kabiir, hadits dari Mu'awiyah, Shahiihut Targhiib wat Tarhiib no. 67)

Yahya bin Abi Katsir رحمه الله berkata, "Ilmu tidak akan diraih dengan bersantai-santai".

(Al-Muzhir fii 'Uluumil Lughoh II/303 oleh Imam as-Suyuthi)

Saudaraku, sudahkah kita bersemangat dan bersungguh-sungguh untuk meraih ilmu agama !!! Dan seberapa banyakkah ilmu yang telah kita pahami dengan baik !!!

Imam Ibnul Jauzi رحمه الله berkata, "Barangsiapa ingin mengetahui sebesar apakah perhatian Allah untuk dirinya, maka lihatlah sebesar apakah ilmu agama yang telah dia dapatkan".

(At-Tadzkirah hal 55)


✒️Ustadz Najmi Umar Bakkar حفظه الله تعالى


Muslimah MSR Official : https://www.youtube.com/channel/UCef6dOdzLRA_y7TShQCYXaQ

Pinterest  : https://pin.it/6QNgofI

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Jika Anak Tidak Mau Shalat

Jika Anak Tidak Mau Shalat
Bismillah...

Soal:

Apa kewajiban orang tua terhadap anak yang meninggalkan shalat?

Jawab:

Jika mereka memiliki anak yang tidak mau shalat, maka kewajiban mereka adalah memaksa anak tersebut untuk shalat, baik dengan ucapan, perintah, maupun pukulan (yang tidak menyakitkan). Sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

(وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا لِعَشْرٍ)

Pukullah mereka jika mereka meninggalkan shalat ketika berumur sepuluh tahun” (HR. Ahmad 2/187 dan Abu Dawud no. 495 dan 496 dan terdapat dalam kitab Shahih Al-Jami’ no. 5868)

Apabila tidak berhasil dengan pukulan, maka anak tersebut dilaporkan kepada pihak yang berwenang di negaranya supaya memaksa anak tersebut untuk melaksanakan shalat.

Intinya, anak tersebut tidak boleh didiamkan begitu saja. Karena itu termasuk bentuk menerima kemungkaran. Padahal meninggalkan shalat adalah kekufuran yang dapat mengeluarkan seseorang dari agama Islam. [1]

Orang yang meninggalkan shalat itu kafir dan kekal di neraka. Apabila ia mati di atas kekufuran, maka tidak boleh dimandikan, tidak boleh dishalatkan, maupun dikuburkan di pemakaman kaum muslimin. Nas-alullahas salamah (kita memohon keselamatan kepada Allah).

***

Diterjemahkan dari Fatawa Arkanil Islam karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin, penerbit Muassasah Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin Al-Khairiyah, cetakan ketiga, tahun 1437 H, hal. 340-341.

[1] Diantara dalilnya adalah hadits dari Abdullah bin Buraidah radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:

إنَّ العَهدَ الذي بيننا وبينهم الصَّلاةُ، فمَن تَرَكها فقدْ كَفَرَ

Sesungguhnya perjanjian antara kita dan mereka (kaum musyrikin) adalah shalat. Barangsiapa yang meninggalkannya maka ia telah kafir” (HR. At Tirmidzi no. 2621, dishahihkan Al Albani dalam Shahih At Tirmidzi).


Penerjemah: Ummu Fathimah

Sumber: https://muslimah.or.id/13712-jika-anak-tidak-mau-shalat.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Bagaikan Lebah

Bagaikan Lebah
Bismillah...

👤 Dari Abdullah bin Amru rodhiyallahu 'anhu, ia berkata, 

💫 Rosulullah shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

وَالَّذِي نَفْسُ ‏ ‏مُحَمَّدٍ ‏ ‏بِيَدِهِ إِنَّ مَثَلَ الْمُؤْمِنِ ‏ ‏لَكَمَثَلِ النَّحْلَةِ أَكَلَتْ طَيِّبًا وَوَضَعَتْ طَيِّبًا وَوَقَعَتْ فَلَمْ تَكْسِر ولم تُفْسِد

Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tanganNya, sesungguhnya perumpamaan mukmin itu bagaikan lebah yang selalu memakan yang baik dan mengeluarkan yang baik. Ia hinggap (di ranting) namun tidak membuatnya patah dan rusak..

📚(HR Ahmad dan dishohihkan oleh Ahmad Syakir)

🐝 Itulah mukmin bagaikan lebah, ia hanya memakan yang halal dan menjauhi makanan yang haram.

🐝 ia selalu mengeluarkan ucapan dan perbuatan yang baik dan bermanfaat sebagaimana lebah yang mengeluarkan madu yang bermanfaat untuk manusia.

🐝 Dimanapun ia berada, tak pernah berbuat kerusakan. Bahkan ia menjadi pintu pintu pembuka kebaikan untuk manusia.

🐝 Ia selalu rajin berusaha dan tak pernah malas.  Ulet dan tak pernah menyerah. Bahkan ia tak mau makan dari hasil kerja keras orang lain.

👤 Al Munawi rohimahullah berkata:

: “ووجه الشبه: حذق النحل، وفِطنته، وقلة أذاه، وحقارته، ومنفعته، وقنوعه، وسعيه في النهار، وتنزُّهه عن الأقذار، وطيب أكله، وأنه لا يأكل مِن كسب غيره، وطاعته لأميره، وأن للنحل آفاتٍ تقطعه عن عمله، منها: الظلمة، والغَيْم، والريح، والدخَان، والماء، والنار، وكذلك المؤمن له آفات تُفقِره عن عمله؛ ظلمة الغفلة، وغَيْم الشك، وريح الفتنة، ودخَان الحرام، ونار الهوى

📍 “Sisi kesamaannya adalah bahwa lebah itu :

- cerdas,

- ia jarang menyakiti,

- rendah (tawadhu),

- bermanfaat,

- selalu merasa cukup (qona’ah),

- bekerja di waktu siang,

- menjauhi kotoran,

- makanannya halal nan baik,

- ia tak mau makan dari hasil kerja keras orang lain,

- amat taat kepada pemimpinnya, dan

- lebah itu berhenti bekerja bila ada gelap, mendung, angin, asap, air dan api..

🐝 Demikian pula mukmin..

amalnya terkena penyakit bila terkena gelapnya kelalaian, mendungnya keraguan, angin fitnah, asap haram, dan api hawa nafsu..

(Faidhul Qodiir 5/115)


✍️Ditulis oleh, Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى


💠 ref : https://bbg-alilmu.com/archives/25907

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Jadilah Pedagang Yang Jujur Apa Adanya

Jadilah Pedagang Yang Jujur Apa Adanya
Bismillah...

Jadilah pedagang yang jujur apa adanya terhadap produk yang dijual atau jasa yang ditawarkan, karena kebanyakan pedagang itu orang yang bermaksiat, karena mereka sering menyelipkan kedustaan meski kecil dalam berdagang agar barang dagangannya cepat laku atau agar jasanya cepat digunakan juga sering bersumpah palsu bahwa produk yang dimilikinya itu bagus, APALAGI sampai SEWA JASA REVIEW PRODUK untuk memberikan nilai tinggi agar cepat laku barang dagangannya padahal pada kenyataannya sangat jauh dari ekspektasi.

Telah menceritakan kepada kami Abdurrazzaq berkata : telah mengabarkan kepada kami Ma'mar, dari Yahya bin Abu Katsir, dari Zaid bin Sallam, dari kakeknya berkata, Mu'awiyah menulis kepada Abdurrahman bin Syibl radhiyallahu 'anhu : Rasulullah ﷺ) bersabda,

ثُمَّ قَالَ إِنَّ التُّجَّارَ هُمْ الْفُجَّارُ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَيْسَ قَدْ أَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا قَالَ بَلَى وَلَكِنَّهُمْ يَحْلِفُونَ وَيَأْثَمُونَ

"Para pedagang itu orang-orang yang bermaksiat (berbuat dosa)."

Mereka berkata : "Wahai Rasulullah, bukankah Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba? 

Beliau bersabda,

"Ya, tapi mereka mempunyai kebiasaan bersumpah dan berbuat dosa. (Dalam riwayat lain : Ya, namun mereka sering berdusta dalam berkata, juga sering bersumpah namun sumpahnya palsu)"

- HR. Ahmad no. 15111, Ath Thabari dalam Tahdzibul Atsar 1/43, 99, 100, At Thahawi dalam Musykilul Atsar 3/12, Al Hakim 2/6-7. Shahih. Lafazh dan sanad di atas milik Ahmad

Jujurlah dalam mempromosikan barang dagangan atau jasa yang ditawarkan karena kedustaan itu membawa kepada kemaksiatan, Dan kemaksiatan membawa kepada Neraka, Dan dicatat sebagai pendusta dibuku catatan Amal.

Telah menceritakan kepada kami Utsman bin Abu Syaibah : telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Manshur dari Abu Wa`il dari Abdullah radhiallahu'anhu, dari Nabi ﷺ beliau bersabda,

فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

"Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa berlaku jujur hingga ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka. Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta sehingga akan dicatat baginya sebagai seorang pendusta."

- HR. Bukhari no. 5629 | Muslim no 2607 | Fathul Bari no. 6094


Atha bin Yussuf


https://t.me/AthaBinYussuf

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Silaturahmi Sejati Itu Menyambung Yang Telah Putus

Silaturahmi Sejati Itu Menyambung Yang Telah Putus
Bismillah...

Nabi ﷺ pernah bersabda (yang artinya), 

Barangsiapa yang ingin dilapangkan pintu rezeki untuknya dan dipanjangkan umurnya hendaknya ia menyambung tali silaturrahmi".

```(HR. Bukhari no. 5986)```

Terkadang seseorang mendapati seorang kerabat yang tidak menghargai pemberiannya, suka mengganggu dan menghinanya. Akan tetapi janganlah hal itu mengalanginya untuk menyambung silaturahmi..

Sesungguhnya silaturahmi yang sejati adalah sebagaimana sabda Nabi ﷺ (yang artinya),

Orang yang menyambung silaturrahmi bukanlah orang yang memenuhi (kebutuhan kerabatnya), akan tetapi orang yang menyambung silaturrahmi adalah orang yang menyambungnya kembali ketika tali silaturrahmi itu sempat terputus”. 

```(HR. Bukhari no. 5991)```

Dalam Shahih Muslim juga disebutkan bahwa ada seseorang yang datang kepada Rasulullah ﷺ mengadukan kerabatnya. Dia mengatakan, “Ya Rasulullah, saya mempunyai kerabat. Saya selalu berupaya untuk menyambung silaturahim kepada mereka, tetapi mereka memutuskannya. Saya selalu berupaya untuk berbuat baik kepada mereka, tetapi mereka menyakiti saya. Saya selalu berupaya untuk lemah lembut terhadap mereka, tetapi mereka tak sabar kepada saya".

Lalu Rasulullah ﷺ bersabda (yang artinya),

"Jika benar seperti apa yang kamu katakan, maka kamu seperti memberi makan mereka debu yang panas, dan selama kamu berbuat demikian maka pertolongan Allah akan selalu bersamamu". 

```(HR. Muslim 4/1982 no. 2558)```


📚 Sumber : firanda.com/2779-khutbah-idul-fitri-menyambung-tali-silaturrahmi-ustadz-dr-firanda-andirja-ma.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Hukum Beli Paket Voucher (gratis ongkir, diskon, cashback) di Marketplace

Hukum Beli Paket Voucher (gratis ongkir, diskon, cashback) di Marketplace
Bismillah...

Membeli paket voucher gratis ongkir, voucher diskon, dan voucher cashback di marketplace berpotensi jatuh ke dalam riba dan/atau gharar.

Mengapa berpotensi riba? Karena diskon dan cashback tidaklah memiliki underlying berupa barang/jasa. Sehingga ketika diperjualbelikan sama saja kita membeli uang. Dan pertukaran uang sejenis berlebih adalah riba fadhl.

Mengapa berpotensi gharar? Karena jarak lokasi berbeda beda. Ada yang ongkirnya hanya 5rb ada yang ongkirnya sampai 40rb. Perbedaan ini menjadikan ketidakjelasan. Merugikan sebagian pihak.

Adapun pembelian voucher potongan ongkir bernominal, maka bukanlah gharar dan riba. Sebab ada underlying berupa jasa dan ada nominal yang jelas tertera.


Penulis : Abdurrahman Zahier


https://www.instagram.com/p/CriccVVPoSd/?igshid=YmMyMTA2M2Y=

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Menjual Voucher Belanja, Ribakah?

Menjual Voucher Belanja, Ribakah?
Bismillah...

Voucher belanja yang diterbitkan oleh supermarket biasanya diberikan karena kita membeli produk dengan batas minimal tertentu. Bisa juga karena dapat dari perusahaan di tempat kita bekerja.

Bagaimana hukum menjualnya kepada orang lain dengan harga lebih murah bahkan lebih mahal daripada nominalnya, termasuk ke dalam riba-kah? Misal Anda punya voucher belanja senilai 100rb, karena tidak Anda pakai Anda ingin menjualnya kepada teman Anda senilai 90rb.

Apabila voucer belanja tersebut tidak bisa ditukar kembali dengan uang kepada penerbit, maka pada hakikatnya voucer tersebut tidak dihukumi sebagai uang. Tetapi dihukumi sebagai komoditas.

Sehingga hukum menjualnya kepada pihak lain dengan harga lebih murah atau lebih mahal tidaklah masalah. Dan ini bukan termasuk ke dalam riba.

Namun apabila voucher tersebut dapat ditukar dengan uang kembali sesuai dengan nominalnya kepada penerbit, maka ketika kita menjualnya kepada oranglain haruslah senilai dengan nominalnya, sebab voucer ini dihukumi sebagai uang. Dan pertukaran uang sejenis haruslah sama nilainya, dan tunai penyerahannya.

Voucer belanja ini takyif fiqh-nya sama seperti pulsa telepon. Dimana tidak semua toko dapat menerima pulsa/voucer belanja tersebut kecuali di toko tertentu dan untuk pembelian komoditas tertentu saja. Hukumnya berbeda dengan E-Money/E-Wallet yang dihukumi sebagai uang.


Penulis : Abdurrahman Zahier


https://www.instagram.com/p/CrdDFghvhhh/?igshid=YmMyMTA2M2Y=

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Mengerjakan Puasa 6 Hari Di Bulan Syawal Secara Tidak Berurutan

Mengerjakan Puasa 6 Hari Di Bulan Syawal Secara Tidak Berurutan
Bismillah...

Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin رحمه الله تعالى berkata,

الأفضل صيام ستة أيام من شوال أن تكون متتابعة، وأن تكون بعد يوم الفطر مباشرة؛ بما في ذلك من المسارعة إلى الخير، ولا بأس أن يؤخر ابتداء صومها عن اليوم الثاني من شوال، ولا بأس أن يصومها الإنسان متفرقة إلى آخر الشهر؛ لعموم قوله صلى الله عليه وسلم: من صام رمضان ثم أتبعه بست من شوال فكأنما صام الدهر كله. ولم يشترط النبي صلى الله عليه وسلم أن تكون متتابعة، ولا أن تكون بعد رمضان مباشرة.

"Yang lebih utama dalam mengerjakan puasa 6 hari di bulan Syawwal hendaknya secara berurutan, dan dikerjakan langsung esoknya setelah hari raya Idul fithri; karena hal itu menunjukkan bersegera dalam kebaikan..

Akan tetapi tidak mengapa dia tunda memulai puasanya dari hari kedua Syawwal, dan tidak mengapa juga dia kerjakan secara tidak berurutan sampai akhir bulan, berdasarkan keumuman sabda Rasulullah ﷺ 

" مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ "

"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian dia mengikutkannya dengan puasa enam hari di bulan Syawwal, maka (dia akan mendapatkan pahala) seperti puasa setahun penuh."

(HR. Muslim no: 1164 dari Sahabat Abu Ayyub Al Anshari radhiyallahu 'anhu)

Dan Rasulullah ﷺ tidak memberikan syarat -dalam mengerjakan puasa Syawwal- harus berurutan, dan tidak pula harus dikerjakan langsung setelah bulan Ramadhan".

(Silsilah Audio fatawa nurun 'alad darb, Vol. 239)

أَكْثِرُوا عَلَىَّ مِنَ الصَّلاَةِ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ فَإِنَّ صَلاَةَ أُمَّتِى تُعْرَضُ عَلَىَّ فِى كُلِّ يَوْمِ جُمُعَةٍ ، فَمَنْ كَانَ أَكْثَرَهُمْ عَلَىَّ صَلاَةً كَانَ أَقْرَبَهُمْ مِنِّى مَنْزِلَةً

Perbanyaklah shalawat kepadaku  pada setiap Jum’at. Karena shalawat umatku akan diperlihatkan padaku pada setiap Jum’at. Barangsiapa yang banyak bershalawat kepadaku, dialah yang paling dekat denganku pada hari kiamat nanti.” 

(HR. Baihaqi,Hadits Hasan lighoirihi dalam Sunan Al Kubro)

إن من قرأ سورة الكهف يوم الجمعة أضاء له من النور ما بين الجمعتين

Barangsiapa membaca surat Al Kahfi pada hari Jum’at, maka ia akan disinari oleh cahaya di antara dua Jum’at

(HR. An Nasa’i dan Baihaqi hadits Shahih / Shohihul Jami' no 6470)

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Adab Menjenguk Orang Sakit

Adab Menjenguk Orang Sakit
Bismillah...

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menjenguk orang yang sedang sakit, dia senantiasa berada pada khurfah (kebun) di surga, hingga dia kembali ke rumahnya.” (Diriwayatkan Muslim, Ahmad, dan At-Tirmidzi).

Hal yang perlu diperhatikan dalam menjenguk orang sakit adalah memberikan kesenangan di hati orang yang sedang sakit, menyuguhkan apa yang dia perlukan, dan menasehati tentang derita yang ia alami.

Anak kecil bila sakit juga harus dijenguk sebagaimana orang dewasa. Karena alasan mengapa menjenguk orang dewasa yang sakit juga ada pada anak kecil, seperti mendoakannya, meringankan penyakitnya dan merukyahnya dengan rukyah syar’iyyah.

Wanita dibolehkan menjenguk laki-laki yang sedang sakit meskipun mereka bukan mahramnya. Akan tetapi, dengan beberapa syarat seperti aman dari fitnah, menutup aurat, dan tidak bercampur-baur antara laki-laki dan perempuan.

Jika syarat ini terpenuhi, maka seorang wanita dibolehkan menjenguk laki-laki yang bukan mahramnya atau sebaliknya, laki-laki menjenguk wanita.

Banyak yang merasa enggan menjenguk orang sakit yang tidak sadarkan diri, seperti pingsan berulang kali atau mereka yang sedang koma.

Dengan beranggapan bahwa mereka tidak tahu keberadaan orang yang menjenguk dan tidak merasakannya. Ibnu Hajar berkata, “Hanya sebatas mengetahui antara orang yang sakit terhadap orang-orang yang menjenguknya bukan berarti syariat menjenguk itu tidak usah dilaksanakan".

Karena di balik itu keluarganya akan mengetahuinya. Dan diharapkan keberkahan doa orang yang menjenguknya, dia memegang orang yang sakit, mengusap tubuhnya, dan meniupnya dengan dibacakan Al-Mu’awwidzat, dan lain-lain.”

Bagaimana dengan menjenguk orang kafir?

Sebagian ulama memakruhkan menjenguk orang kafir, karena menjenguk orang yang sakit adalah memuliakannya.

Dan sebagian ulama membolehkannya apabila dengan bersikap seperti itu dia akan masuk Islam.

Berkaitan dengan waktu menjenguk orang sakit, kapan saja dibolehkan baik siang atau malam selama tidak mengganggu orang yang sedang sakit.

Karena diantara tujuan menjenguk adalah meringankan beban orang yang sedang sakit dan menenangkan hatinya, bukan malah memberatkannya.

Maka waktu harus dilihat sesuai dengan kebiasaan penduduk sekitar dan kapan saja mereka memilih waktu yang tepat untuk menjenguk dan berkunjung.

Sebaiknya orang yang menjenguk jangan terlalu lama diam di sisi orang yang sedang sakit. Karena dia sedang sibuk dengan penyakitnya.

Akan tetapi, perlu diketahui pula bahwasanya orang yang sedang sakit jika menyukai ditemani oleh orang yang menjenguknya dan suka ditengok berulang kali, maka sebaiknya orang yang menjenguk memenuhi keinginannya karena hal itu membuat hatinya senang.

Orang yang menjenguk dianjurkan duduk di dekat kepala orang yang sedang sakit. Ini adalah sunnah yang dilaksanakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan orang-orang yang shalih setelah beliau.

Karena duduknya orang yang menjenguk di dekat kepala orang yang sedang sakit memiliki beberapa faedah.

Diantaranya: untuk mengakrabkan orang yang sedang sakit, memudahkan orang yang menjenguk untuk meletakkan tangannya pada orang yang sedang sakit, dan mendoakannya serta merukyahnya.

Diantara adab yang baik ketika menjenguk orang sakit adalah menanyakan keadaannya. Selain itu juga menyemangatinya seperti berkata, “Tidak apa-apa, kamu akan sembuh Insya Allah.”.

Sebaiknya orang yang menjenguk orang yang sedang sakit tidak mengucapkan apa pun kecuali kata-kata yang baik, karena para malaikat mengamini ucapannya.

Dianjurkan bagi orang yang menjenguk untuk mendoakan orang yang sedang sakit agar diberikan rahmat dan ampunan, pembersihan dari dosa dan keselamatan serta kesehatan. Doa yang diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diantaranya yaitu,

لا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّه

Tidak mengapa, semoga sakitmu menghapuskan dosa-dosamu insya Allah”. Dan lain-lain.

Orang yang menjenguk orang yang sakit dianjurkan meletakkan tangannya pada tubuh orang yang sedang sakit, seperti tangan atau kening.

Karena dengan demikian berpengaruh pada meringankan bebannya atau kemungkinan dapat menghilangkan penyakit secara total. Akan tetapi, tidak mungkin memastikan hal itu, karena tidak ada nash yang secara khusus menyatakannya.

Orang yang menjenguk orang sakit disunnahkan merukyah orang yang sakit, sebagaimana yang dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Terlebih lagi jika yang menjenguk itu orang yang bertakwa dan orang yang shalih, karena rukyah mereka sangat bermanfaat disebabkan keshalihan dan ketakwaan mereka.

Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bila ada anggota keluarganya yang menderita sakit beliau meniupnya (merukyahnya) dengan membaca Al Mu’awwidzat.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Malik). Al Hafiz Ibnu Hajar berkata, “Yang dimaksud dengan Al Mu’awwidzat adalah dua surat (Al Falaq dan An Nas) serta Al Ikhlas”.

Ketika ajal orang yang sakit itu sudah dekat dan tampak tanda-tanda kematian, maka yang menjenguknya dianjurkan mengingatkan kepada orang yang sakit itu betapa luasnya rahmat Allah Ta’ala, dan jangan pernah merasa berputus asa.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Talqinkanlah orang yang akan mati dengan kalimat laa ilaaha illallaah (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah).” (Diriwayatkan Muslim, Ahmad, At Tirmidzi, An Nasa’i, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

Imam An Nawawi berkata, “Perintah talqin ini adalah perintah sunnah, para ulama bersepakat atas talqin ini. Mereka memakruhkan bila terlalu banyak menalqin dan berturut-turut agar dia tidak merasa bosan dan keadaannya menjadi sempit serta menambah gundah, hingga membuat hatinya tidak suka, dan mengucapkan kata-kata yang tidak pantas,”

Jika wafat, bagi yang hadir dianjurkan memejamkan matanya dan mendoakannya.


Referensi : Ringkasan Kitab Adab, Fuad bin Abdul ‘Aziz Asy-Syalhub

***

Penyusun: Zulfa Sinta Filavati

Pemuraja’ah: Ustadz Raehanul Bahraen

------------------------------

> Follow Instagram https://instagram.com/kajianislamadina?utm_medium=copy_link

> Gabung dalam WAGroup Kajian ISLAMADINA >>> Click  https://chat.whatsapp.com/LbbpmCmupLTBzKFHG2jkW4

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Apakah Melemah Dalam Beribadah Selepas Ramadhan Tanda Amalan Tertolak?

Apakah Melemah Dalam Beribadah Selepas Ramadhan Tanda Amalan Tertolak?
Bismillah...

هل الفتور في عَمَلِ الصالحات بَعدَ رمضانَ دَليلٌ عَلَى عَدم الْقَبُولِ، فأنا أحس بفتور وأخشى ألا يَكُونَ اللَّهُ قَدْ تَقَبّلَ مِنّي؟

"Apakah semangat beramal kebaikan yang melemah setelah (berlalunya) Ramadhan merupakan pertanda tertolaknya sebuah amalan?

Karena saya merasakan lemah semangat dan khawatir jikalau Allah tidak menerima ibadah saya.."

🎙️Syaikh Muhammad bin Shalih Al-'Utsaimin رحمه الله تعالى menasehati,

لا، ليس دليلا على أنّ الله لم يقبل مِنك، لكنه دليل على ضعف الهمّة وعدم الرغبة، ولذلك ينبغي للإنسان أنْ يُصَبِّرَ نَفْسَهُ، وَأَنْ يَحمِلَها عَلَى الْعَمَلِ الصالح؛ لأن رمضانَ مدرسة في الواقع، ثلاثونَ يَوْمًا أَوْ تِسْعَة وَعِشرُونَ يَوْمَا تمضي وأنتَ متلبس بالعبادات المتنوعة، فَلا بُدّ أن يُؤَثِّرَ على قلبك وعلى مَسِيرك، فاغتَنِم هذه الفرصة أمّا أنْ نقول: إنّ مَنْ عَادَ إلَى الْمعَاصِي بَعَد رمضان؛ فإنه علامة على عَدم القبول. فلا نستطيع أنْ نَقُولَ هكذا.

Tidaklah seperti itu, hal itu bukanlah sebagai tanda bahwa Allah tidak menerima amalanmu. Namun itu menunjukkan akan lemahnya semangat dan sifat malas yang ada pada dirimu..

Oleh sebab itu, hendaknya seseorang itu melatih dirinya untuk terus bersabar dan membawanya untuk terus melakukan amal shalih, _dikarenakan bulan Ramadhan itu layaknya madrasah dalam kehidupan nyata..

Tiga puluh atau dua puluh sembilan hari telah kamu lewati dengan beragam macam bentuk ibadah. Maka semestinya hal tersebut memberikan pengaruh baik di dalam hati dan dalam kehidupanmu. Maka manfaatkanlah kesempatan tersebut..

Adapun untuk kita katakan bahwa, orang yang kembali bermaksiat setelah Ramadhan itu pertanda ibadahnya tidak diterima, maka kita tidak berani untuk mengatakan demikian".

```📚 (Sumber: al-Liqaatus Syahriyah, Jilid: 3/hal. 93)```


🌐 https://t.me/alilmoe

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Thursday, April 27, 2023

Daulah Utsmaniyah Bukan Khilafah Islamiyah

Daulah Utsmaniyah Bukan Khilafah Islamiyah
Bismillah...

Ada kekeliruan sebagian kaum muslimin yang menganggap bahwa khilafah islamiyah runtuh sejak 97 tahun silam atau 100 tahun lalu berdasarkan hitungan Tahun Hijrah.

Pendapat ini, menganggap bahwa khilafah islamiyah secara resmi dihapuskan pada 3 Maret 1924 M, merujuk kepada bubarnya Daulah Utsmaniyah.

Klaim ini berdasarkan pembagian khilafah dalam empat masa; Khulafaur Rasyidin (632-661 M), Khilafah Bani Umayah (661-750 M), Khilafah Bani Abbasiyah (750-1517 M) dan Khilafah Utsmaniyah (1517-1924 M).

Apakah benar Daulah Utsmaniyah layak menyandang gelar khilafah islamiyah?

Sejarah mencatat, bahwa sejak cikal bakal Daulah Utsmaniyah muncul di tahun 618 H, yang menguasai daerah yang cukup luas di wilayah Turki, Ertugrul tidak sama sekali mendeklarasikan sebagai “Khilafah Islamiyah.”

Utsman, pencetus pertama Daulah Utsmaniyyah, yang mulai memperluas kekuasaannya, hingga pada tahun 688 H, cukup bergelar “Badisyah Ali Utsman,” tidak juga mengaku sebagai “Khilafah Islamiyah.

Salim Awwal (918 – 926 H) yang berupaya untuk menyatukan seluruh negeri Islam, yang belum berada dalam kekuasaannya, tidak juga mendeklarasikan khilafah.

Tetapi setelah berhasil menguasai Hijaz, Sultan Salim Awwal, menisbatkan dirinya sebagai khalifah kaum muslimin.

Daulah Ustmaniyah kemudian berubah status khilafah. Ini terjadi di tahun 926 H, setelah lebih dari 300 tahun dimulainya kepemimpinan keluarga Utsman.

Padahal, khilafah islamiyah merupakan kaidah syar’i yang jelas, merupakan kewajiban umat Islam secara keseluruhan, berdasarkan ijmak ulama. Khilafah yang syar’i mengharuskan adanya kesepakatan dari seluruh kaum muslimin. Bukan hanya kelompok tertentu yang menjajah kawasan tertentu di muka bumi ini.

Proklamasi khilafah tanpa adanya kesepakatan bersama itu adalah fitnah. Karena, dengan tidak adanya kesepakatan bersama, otomatis menempatkan kaum muslimin yang tidak mengakui khilafah ini berada di luar hukum khilafah ini.

Dari sinilah jelas kaidahnya bahwa khilafah tidak diperolah dari peperangan dan pembunuhan, tetapi syura di antara kaum muslimin.

Secara ringkas, al-Mawardi mensyaratkan khilafah harus memenuhi 8 kriteria:

1. Adil

2. Berilmu yang mampu untuk berijtihad dalam perkara nawazil dan ahkam.

3. Selamat panca indera dari pendengaran, penglihatan dan lisan.

4. Selamat anggota badan dari kekurangan yang menghalanginya untuk melakukan gerakan dan sikap tanggap.

5. Memiliki sifat kepemimpinan dalam politik yang menjaga dan mengatur mashalat umum.

6. Berani dan mampu menjaga kedaulatan dan jihad melawan musuh.

7. Nasab, yaitu harus dari Quraisy.

Persyaratan di atas merupakan yang banyak disepakati oleh para mujtahid dari ahli ilmu, selain Islam, baligh, berakal, merdeka, laki-laki dan musyawarah dan kekuasaan.

Oleh karenanya, jangan sampai makna khilafah direduksi menjadi hanya pemimpin golongan tertentu yang amat terbatas jumlahnya.

Karena pemimpin kelompok seperti Taliban, Boko Haram, ISIS, dan kelompok yang lainnya pun telah banyak mengaku sebagai khalifah.

Sementara Kerajaan Arab Saudi, yang sejak abad 17, telah mendirikan kerajaan pertamanya, tidak pernah mengklaim sebagai khilafah, meski hasil kolaborasi umara dan ulama.

Setelah runtuh dan berdiri kembali sebanyak 3 kali, hingga hari ini, Kerajaan Arab Saud pun tidak pongah menyatakan sebagai khilafah islamiyah, sebagaimana sebagian kelompok atau daulah.

Kerajaan Arab Saudi telah menempuh perjalanan panjang dengan beberapa kali jatuh-bangun sehingga berdiri hingga sekarang.

1. Arab Saudi pertama jatuh pada 1233 H / 1818 M.

2. Arab Saudi kedua jatuh pada tahun 1309 H / 1891 M.

3. Arab Saudi ketiga didirikan pada 1319 H / 1902 M.

Sejak berdiri Kerajaan Arab Saudi modern, telah mengalami pergantian raja sebanyak 7 kali, yaitu:

1. Raja Abdulaziz, berkuasa selama 54 tahun.

2. Raja Saud, selama 11 tahun.

3. Raja Faisal memerintah selama 11 tahun.

4. Raja Khalid menjadi raja selama 7 tahun.

5. Raja Fahd memerintah 23 tahun.

6. Raja Abdullah selama 10 tahun.

7. Dan kini Raja Salman hafizahullahu, memegang tampuk kekuasaan sejak 1436 H / 2015 M sampai sekarang.


*) Sumber:

– Al-Utsmaniyun, al-Tarikh al-Mamnu’, Prof. Dr. Thalal Al-Thuraifiy, Dar Itilaf lil-Nasyr, Riyadh, cet. 2

https://twitter.com/Alsaud_History

– Deklarasi Khilafah Islamiyyah Antara Perspektif Syariat dan Realita

https://muslim.or.id/22428-deklarasi-khilafah-islamiyyah-antara-perspektif-syariat-dan-realita.html

– Hukum Syar’i Terkait Khilafah Dan Bagaimana Khilafah Diwujudkan

https://almanhaj.or.id/7070-hukum-syari-terkait-khilafah-dan-bagaimana-khilafah-diwujudkan.html

– Al-Utsmaniyun Maa Kaana Haditsan Yuftaraa, Prof. Dr. Thalal Al-Thuraifiy,Dar Itilaf lil-Nasyr, Riyadh, cet. 2


5 Maret 2021


https://saudinesia.id/review/daulah-utsmaniyah-bukan-khilafah-islamiyah/

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive