Media pembelajaran seputar sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam

La Ilaha Illallah Muhammad Rasulullah

Friday, September 30, 2022

Bolehkah Mencela Mayat

Bolehkah Mencela Mayat
Bismillah...

Ketika ahlul bid'ah meninggal dunia, banyak dai ahlussunnah yang mengungkap penyimpangan-penyimpangannya si ahlul bid'ah tersebut. Lantas muncullah kaum sok bijak mengatakan, "Jangan mencela orang yang telah meninggal dunia," kemudian mereka mengutip hadits di bawah ini. 

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

لا تسبوا الأموات، فإنهم قد أفضوا إلى ما قدموا

Janganlah kalian mencela mayat karena sesungguhnya mereka telah menjumpai apa yang telah mereka kerjakan.” (HR. Bukhari). 

Dan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, 

لا تَسُبُّوا الأَمْوَاتَ فَتُؤْذُوا الأَحْيَاءَ

Janganlah kalian mencela mereka yang sudah mati, sehingga kalian menyakiti mereka yang masih hidup.” (HR. Tirmidzi). 

Lantas bagaimana penjelasan ulama tentang hadits ini, jangan sampai setiap orang memahami hadits dengan pemahamannya sendiri tanpa bimbingan ulama, sehingga menjadi alasan untuk tidak membicarakan setiap orang yang mati secara umum atau secara mutlak, tidak dirinci terlebih dahulu. Mana yang boleh dibicarakan atau dicela dan mana yang tidak boleh.

Berkata Imam an-Nawawi rahimahullah,

"النهي عن سب الأموات هو في غير المنافق وسائر الكفار وفي غير المتظاهر بفسق أو بدعة فأما هؤلاء فلا يحرم ذكرهم بِشَرّ؛ للتحذير من طريقتهم ومن الاقتداء بآثارهم."

"Larangan untuk mencela mayit adalah berlaku pada selain orang munafik, kafir dan orang yang terang-terangan melakukan kefasikan atau bid'ah.

Adapun mereka (yang disebutkan diatas), maka tidaklah haram menyebutkan keburukan mereka. Untuk memperingatkan umat dari jalannya mereka dan agar tidak mengikuti jejak mereka". (Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim 7/20). 

Berkata Syekh Utsaimin rahimahullah tentang penjelasan hadits di atas :

قال المؤلف رحمه الله في كتاب (رياض الصالحين): باب تحريم سب الأموات بغير حق أو مصلحة شرعية 

"Berkata Al Mualif (penulis) rahimahullah didalam kitab (Riyadhush Shalihin) : Bab haram mencela orang-orang yang sudah mati dengan tanpa hak atau tanpa adanya maslahat yang syar'iyyah".

الأموات يعني الأموات من المسلمين، أما الكافر فلا حرمة له إلا إذا كان في سبه إيذاء للأحياء من أقاربه فلا يسب

"Al Amwaat : Yakni orang-orang yang mati dari kaum muslimin. Adapun orang kafir (yang telah mati) maka tidak haram (mencela)nya, kecuali apabila dengan mencelanya akan menyakiti orang yang hidup dari kerabat-kerabatnya, maka mencelanya tidak boleh".

وأما إذا لم يكن هناك ضرر فإنه لا حرمة له وهذا هو معنى قول المؤلف رحمه الله: بغير حق لأننا لنا الحق أن نسب الأموات الكافرين الذين آذوا المسلمين وقاتلوهم ويحاولون أن يفسدوا عليهم دينهم .

"Dan adapun apabila tidak ada darurat disana, maka bahwasanya itu tidak haram baginya. Ini makna dari perkataan penulis rahimahullah : mencela tanpa hak. Karena sesungguhnya kita, hak bagi kita untuk mencela orang-orang kafir yang sudah meninggal, yaitu orang-orang yang menyakiti kaum muslimin, memeranginya dan berusaha untuk merusak agamanya (kaum muslimin)".

أو مصلحة شرعية مثل أن يكون هذا الميت صاحب بدعة ينشرها بين الناس فهنا من المصلحة أن نسبه ونحذر منه ومن طريقته لئلا يغتر الناس به .

"Atau maslahat yang syar'iyyah, contohnya si mayat ini adalah ahlul bid'ah yang menyebarkan kebid'ahannya ditengah-tengah masyarakat, maka disini ada maslahat untuk mencelanya dan mentahdzir darinya. Dan ini diantara metode (cara) agar manusia tidak terperdaya dengannya".

ثم استدل على ذلك بحديث عائشة رضي الله عنها أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: لا تسبوا الأموات والأصل في النهي التحريم فلا نسب الأموات، ثم علل وقال: فإنهم أفضوا إلى ما قدموا .

"Kemudian kesimpulan atas itu, dengan hadits Aisyah radhiyallahu anha bahwasanya Nabi shalallahu alaihi wasallam bersabda : Janganlah kalian mencela mayat, dan asal dari larangan ini haram, maka tidak boleh mencela mayat, kemudian Beliau menyatakan : Karena sesungguhnya mereka telah menjumpai apa yang telah mereka kerjakan".

وسبكم إياهم لا يغني شيئاً لأنهم أفضوا إلى ما قدموا حين انتقلوا إلى دار الجزاء من دار العمل فكل من مات فإنه أفضى إلى ما قدم ....

"Dan celaan kalian kepada mereka tiada guna sedikitpun karena sesungguhnya mereka telah menjumpai apa yang telah mereka kerjakan. Ketika mereka berpindah ke kampung pembalasan (akhirat) dari kampung amal (dunia), maka setiap orang yang mati, sesungguhnya dia telah menjumpai apa yang telah mereka kerjakan..." Syarah Riyadhush Shalihin. Sumber : http://islamport.com/w/srh/Web/2365/1820.htm

Kesimpulannya, Ahlul bid'ah yang menyebarkan kebid'ahannya ditengah-tengah masyarakat, baik lewat ceramah, tulisannya, kitab-kitabnya atau fatwa-fatwanya, maka disini ada maslahat untuk mencelanya dan mentahdzir darinya. Dan ini diantara metode (cara) agar manusia tidak terperdaya dengannya


AFM

https://www.facebook.com/903924823277358/posts/pfbid0kQKLhPCLGLhyTAL7cEmVJZHbVqFd6t7YEXkoyR7xnxJntrbxaZXkofu4eG5bpwxSl/

https://abufadhelmajalengka.blogspot.com/2021/02/bolehkah-mencela-mayat.html

https://www.facebook.com/100009878282155/posts/1373794486293148/

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Khutbah Jum'at Panjang Lebar

Khutbah Jum'at Tidak Perlu Panjang Lebar
Bismillah...

Ada orang tua santri, baru pulang dari umrah, dia bercerita bahwa khutbah jum'at di Masjidil Haram sangat singkat dan padat, tidak lebih dari 10 menit. 

Memang begitulah sunnahnya khutbah jum'at, tidak berlama-lama dan tidak memperbanyak kalam yang panjang lebar. Dan khotib yang seperti itu menunjukkan luasnya pemahamannya. 

Berkata Abu Wa'il rahimahullah, 

خَطَبَنَا عَمَّارٌ فَأَوْجَزَ وَأَبْلَغَ فَلَمَّا نَزَلَ قُلْنَا يَا أَبَا الْيَقْظَانِ لَقَدْ أَبْلَغْتَ وَأَوْجَزْتَ فَلَوْ كُنْتَ تَنَفَّسْتَ فَقَالَ إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ طُولَ صَلَاةِ الرَّجُلِ وَقِصَرَ خُطْبَتِهِ مَئِنَّةٌ مِنْ فِقْهِهِ فَأَطِيلُوا الصَّلَاةَ وَاقْصُرُوا الْخُطْبَةَ وَإِنَّ مِنَ الْبَيَانِ سِحْرًا

'Ammar berkhutbah kepada kami dengan ringkas dan jelas. Ketika dia turun, kami berkata, ”Hai, Abul Yaqzhan (panggilan Ammar). Engkau telah berkhutbah dengan ringkas dan jelas, seandainya engkau panjangkan sedikit!” Dia menjawab, ”Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya panjang shalat seseorang, dan pendek khutbahnya merupakan tanda kefahamannya. Maka panjangkanlah shalat dan pendekanlah khutbah! Dan sesungguhnya diantaranya penjelasan merupakan sihir’.” (HR Muslim). 

Dan berkata Abu Wa'il rahimahullah, 

خَطَبَنَا عَمَّارُ بْنِ يَاسِرٍ فَتَجَوَّزَ فِي خُطْبَتِهِ فَقَالَ لَهُ رَجُلٌ مِنْ قُرَيْشٍ: لَقَدْ قُلْتَ قَوْلاً شِفَاءً فَلَوْ أَنَّكَ أَطَلْتَ فَقَالَ: إِنَّ رَسُولَ اللهِ نَهَى أَنْ نُطِيلَ الْخُطْبَةَ

Ammar bin Yasir pernah memberi khutbah kepada kami, lalu dia menyampaikannya secara singkat, maka ada seseorang dari kaum Quraisy yang berkata kepadanya, ‘Sesungguhnya Engkau telah menyampaikan ungkapan yang singkat lagi padat, kalau saja Engkau memanjangkannya.’ Lalu dia berkata, ‘Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah melarang kami untuk memanjangkan khutbah.” (HR. Ahmad). 

Berkata Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu,

كُنْتُ أُصَلِّي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَانَتْ صَلَاتُهُ قَصْدًا وَخُطْبَتُهُ قَصْدًا

Aku biasa shalat bersama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka shalat Beliau sedang, dan khutbah Beliau sedang“. (HR Muslim).

Dan Berkata Jabir bin Samurah radhiyallahu anhu, 

 كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يُطِيلُ الْمَوْعِظَةَ يَوْمَ الْجُمُعَةِ إِنَّمَا هُنَّ كَلِمَاتٌ يَسِيرَاتٌ

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak pernah berpanjang lebar dalam menyampaikan nasehat pada hari Jum'at, hanyasanya ia merupakan beberapa patah kata yang singkat." (Riwayat Abu Daud). 

Untuk itu, para khatib yang masih memperbanyak kalam, yang membuat para jamaah gelisah (apatah lagi jamaah yang ada kebutuhannya yang mendesak), hendaklah ikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dengan khutbah yang singkat dan padat. 


AFM 

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0Qt8oj6Dg1wEgEuuLddSR4hCwfVnfhDo1RwZgzSZbaM1GwFH7SwX6TsBBzKSw7jQJl&id=100009878282155

https://abufadhelmajalengka.blogspot.com/2022/09/khutbah-jum'at-panjang-lebar.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Terhalang dari Hidayah Tawfiq

Terhalang dari Hidayah Tawfiq
Bismillah...

Diantara gembong musyrikin Quroisy ada yang menanyakan pendapat Abu Jahl perihal Nabi Muhammad ﷺ, 

"Bagaimana menurutmu tentang apa yang engkau dengar dari Muhammad?"

Abu Jahl berkata, "Apa yang telah aku dengar?!! Kami memang bersaing status sosial dengan Bani Abdi Manaf; jika mereka makan maka kami makan, jika mereka menanggung sesuatu maka kami ikut menanggungnya, jika mereka memberi maka kami ikut memberi hingga akhirnya kami pun selevel dengan mereka.

Keadaan kami dan mereka ibarat dua orang yang saling bertarung secara imbang, namun tiba-tiba mereka berkata, "Kami memiliki Nabi yang membawa wahyu dari langit!" Kapan kami mengetahui hal itu! Demi Allah! Kami tidak akan beriman kepadanya dan sama sekali tidak akan membenarkannya!"

(Siroh Ibnu Hisyam hlm. 316)

Gengsi dan kesombongan salah satu sebab utama terhalangnya seseorang dari mendapatkan hidayah tawfiq menerima kebenaran.


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02uCsaQQ3T81TGjNrtidAypvSj9yeh1n4tyfss8sFYkRQwVKsS6bUDXHUpuYNefwGfl&id=100001764454087

https://t.me/manhajulhaq

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Tidak Sholat Bukanlah Muslim

Tidak Sholat Bukanlah Muslim
Bismillah...

Coba perhatikan hadits berikut yang menunjukkan bahayanya meninggalkan sholat.

Dari Mihjan, ia berkata,

أَنَّهُ كَانَ فِى مَجْلِسٍ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَأَذَّنَ بِالصَّلاَةِ – فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- ثُمَّ رَجَعَ وَمِحْجَنٌ فِى مَجْلِسِهِ – فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا مَنَعَكَ أَنْ تُصَلِّىَ أَلَسْتَ بِرَجُلٍ مُسْلِمٍ ». قَالَ بَلَى وَلَكِنِّى كُنْتُ قَدْ صَلَّيْتُ فِى أَهْلِى فَقَالَ لَهُ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « إِذَا جِئْتَ فَصَلِّ مَعَ النَّاسِ وَإِنْ كُنْتَ قَدْ صَلَّيْتَ

Beliau pernah berada di majelis bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu dikumandangkan azan untuk sholat. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri, lalu mengerjakan sholat, sedangkan Mihjan masih dudk di tempat semula. 

Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Apa yang menghalangimu sholat, bukankah engkau adalah seorang muslim?” 

Lalu Mihjan mengatakan, “Betul. Akan tetapi saya sudah melaksanakan sholat bersama keluargaku.” 

Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan padanya, “Apabila engkau datang, sholatlah bersama orang-orang, walaupun engkau sudah sholat.” (HR. An-Nasa’i no. 858 dan Ahmad 4: 34. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

Dalam hadits ini, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjadikan pembeda antara muslim dan kafir dengan sholat. 

Maksud Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan pada Mihjan, seandainya ia muslim, maka pasti akan sholat. 

Hal ini sama saja jika dikatakan, “Kenapa engkau tidak berbicara, bukankah engkau adalah orang yang mampu berbicara?” atau “Kenapa engkau tidak bergerak, bukankah engkau orang yang hidup?”

Seandainya seseorang disebut muslim tanpa mengerjakan sholat, maka tentu tidak perlu dikatakan pada orang yang tidak sholat, “Bukankah kamu adalah seorang muslim?”. (Ash-Shalah, hlm. 41)

Saat-saat ‘Umar bin Al-Khattab menjelang sakratul maut setelah ditusuk, ia berkata,

لاَ إِسْلاَمَ لِمَنْ تَرَكَ الصَّلاَةَ

Orang yang meninggalkan sholat bukanlah muslim.” (Riwayat ini disebutkan oleh Ibnul Qayyim dalam Ash Shalah, hlm. 41-42)

Mayoritas sahabat Nabi menganggap bahwa orang yang meninggalkan sholat dengan sengaja adalah kafir sebagaimana dikatakan oleh seorang tabi’in, Abdullah bin Syaqiq,

كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم- لاَ يَرَوْنَ شَيْئًا مِنَ الأَعْمَالِ تَرْكُهُ كُفْرٌ غَيْرَ الصَّلاَةِ

Dulu para shahabat Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah menganggap suatu amal yang apabila ditinggalkan menyebabkan seorang kafir kecuali sholat.” (HR. Tirmidzi no. 2622 dan Hakim 1: 7). 

Perkataan ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Abdullah bin Syaqiq Al ‘Aqliy seorang tabi’in dan Hakim mengatakan bahwa hadits ini bersambung dengan menyebut Abu Hurairah didalamnya. Dan sanad [periwayat] hadits ini adalah shahih. Lihat Ats-Tsamar Al-Mustathob fi Fiqh As-Sunnah wa Al-Kitab, hal. 52).


Sumber: https://rumaysho.com/11216-puasa-tetapi-tidak-sholat-puasa-tidak-sah.html

------------------------------

🟩 Follow Instagram https://instagram.com/kajianislamadina?utm_medium=copy_link

🟩 Gabung dalam WAGroup Kajian ISLAMADINA ▶️ Click  https://chat.whatsapp.com/FMoCjNYpVRnEl81yyKtjMl

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Thursday, September 29, 2022

Menegakkan Acara Maulid?

Menegakkan Acara Maulid?
Bismillah...

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menyeru dan mengajak manusia untuk menolong menegakkan AGAMA ALLAH, bukan menyeru dan mengajak untuk menegakkan MERAYAKAN  MAULID.

Berkata Al-Imam Al-Basyir al-Ibrahimy rahimahullah :

إن محمدا صلى الله عليه وسلم يطالبكم بإقامة الدين لا بإقامة المولد

"Sesungguhnya Muhammad shallallahu alaihi wa sallam menuntut kalian untuk menegakkan agama, bukan untuk menegakkan (mengadakan perayaan) maulid."  (Atsar 4/144).

Perkataan beliau sesuai dengan firman Allah Ta'ala :

مَنْ أَنْصَارِي إِلَى اللَّهِ

"Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk (menegakkan agama) Allah?" (Ali Imran: 52).

Dalam tafsir Ibnu Katsir disebutkan :

Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam dalam musim-musim haji sebelum hijrah, Beliau bersabda :

"مَنْ رَجُل يُؤْوِيني عَلى [أَنْ] أُبَلِّغَ كلامَ رَبِّي، فإنَّ قُرَيْشًا قَدْ مَنَعُونِي أنْ أُبَلِّغَ كَلامَ  رَبِّي"

"Siapakah orangnya yang mau membantuku hingga aku dapat menyampaikan kalam Tuhanku, karena sesungguhnya orang-orang Quraisy telah melarangku untuk menyampaikan kalam Tuhanku!" (Tafsir Ibnu Katsir).


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1791424037863522&substory_index=0&id=100009878282155

AFM

https://abufadhelmajalengka.blogspot.com/2020/10/menegakkan-acara-maulid_20.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Salah Satu Kewajiban Suami Kepada Istri

Nafkah, Salah Satu Kewajiban Suami Kepada Istri
Bismillah...

Salah Satu Kewajiban Suami Kepada Istri: Memberi nafkah, pakaian dan tempat tinggal dengan baik. Yang dimaksud nafkah adalah harta yang dikeluarkan oleh suami untuk istri dan anak-anaknya berupa makanana, pakaian, tempat tinggal dan hal lainnya.

Nafkah seperti ini adalah kewajiban suami berdasarkan dalil Al Qur’an, hadits, ijma’ dan logika.

Dalil Al Qur’an, Allah Ta’ala berfirman,

لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آَتَاهُ اللَّهُ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آَتَاهَا

Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekedar apa yang Allah berikan kepadanya” (QS. Ath Tholaq: 7).

وَعَلَى الْمَوْلُودِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada istrinya dengan cara ma’ruf” (QS. Al Baqarah: 233).

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Bapak dari si anak punya kewajiban dengan cara yang ma’ruf (baik) memberi nafkah pada ibu si anak, termasuk pula dalam hal pakaian. Yang dimaksud dengan cara yang ma’ruf adalah dengan memperhatikan kebiasaan masyarakatnya tanpa bersikap berlebih-lebihan dan tidak pula pelit. Hendaklah ia memberi nafkah sesuai kemampuannya dan yang mudah untuknya, serta bersikap pertengahan dan hemat” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 2: 375).

Dari Jabir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika haji wada’,

فَاتَّقُوا اللَّهَ فِى النِّسَاءِ فَإِنَّكُمْ أَخَذْتُمُوهُنَّ بِأَمَانِ اللَّهِ وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوجَهُنَّ بِكَلِمَةِ اللَّهِ وَلَكُمْ عَلَيْهِنَّ أَنْ لاَ يُوطِئْنَ فُرُشَكُمْ أَحَدًا تَكْرَهُونَهُ. فَإِنْ فَعَلْنَ ذَلِكَ فَاضْرِبُوهُنَّ ضَرْبًا غَيْرَ مُبَرِّحٍ وَلَهُنَّ عَلَيْكُمْ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوفِ

Bertakwalah kepada Allah pada (penunaian hak-hak) para wanita, karena kalian sesungguhnya telah mengambil mereka dengan amanah Allah dan kalian menghalalkan kemaluan mereka dengan kalimat Allah. 

Kewajiban istri bagi kalian adalah tidak boleh permadani kalian ditempati oleh seorang pun yang kalian tidak sukai. Jika mereka melakukan demikian, pukullah mereka dengan pukulan yang tidak menyakiti. 

Kewajiban kalian bagi istri kalian adalah memberi mereka nafkah dan pakaian dengan cara yang ma’ruf” (HR. Muslim no. 1218).

Dari Mu’awiyah Al Qusyairi radhiyallahu ‘anhu, ia bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai kewajiban suami pada istri, lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَنْ تُطْعِمَهَا إِذَا طَعِمْتَ وَتَكْسُوَهَا إِذَا اكْتَسَيْتَ – أَوِ اكْتَسَبْتَ – وَلاَ تَضْرِبِ الْوَجْهَ وَلاَ تُقَبِّحْ وَلاَ تَهْجُرْ إِلاَّ فِى الْبَيْتِ

Engkau memberinya makan sebagaimana engkau makan. Engkau memberinya pakaian sebagaimana engkau berpakaian -atau engkau usahakan-, dan engkau tidak memukul istrimu di wajahnya, dan engkau tidak menjelek-jelekkannya serta tidak memboikotnya (dalam rangka nasehat) selain di rumah” (HR. Abu Daud no. 2142. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih).

Dari Aisyah, sesungguhnya Hindun binti ‘Utbah berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan adalah seorang suami yang pelit. 

Dia tidak memberi untukku dan anak-anakku nafkah yang mencukupi kecuali jika aku mengambil uangnya tanpa sepengetahuannya”. 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

خُذِى مَا يَكْفِيكِ وَوَلَدَكِ بِالْمَعْرُوفِ

Ambillah dari hartanya yang bisa mencukupi kebutuhanmu dan anak-anakmu dengan kadar sepatutnya” (HR. Bukhari no. 5364).

🟦 Lalu berapa besar nafkah yang menjadi kewajiban suami?

Disebutkan dalam ayat,

لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آَتَاهُ اللَّهُ

Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.” (QS. Ath Tholaq: 7).

عَلَى الْمُوسِعِ قَدَرُهُ وَعَلَى الْمُقْتِرِ قَدَرُهُ

Orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut kemampuannya (pula)” (QS. Al Baqarah: 236).

Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Hindun,

خُذِى مَا يَكْفِيكِ وَوَلَدَكِ بِالْمَعْرُوفِ

Ambillah dari hartanya yang bisa mencukupi kebutuhanmu dan anak-anakmu dengan kadar sepatutnya” (HR. Bukhari no. 5364).

Dalil-dalil diatas menunjukkan bahwa yang jadi patokan dalam hal nafkah:

  • Mencukupi istri dan anak dengan baik, ini berbeda tergantung keadaan, tempat dan zaman.
  • Dilihat dari kemampuan suami, apakah ia termasuk orang yang dilapangkan dalam rizki ataukah tidak.
  • Termasuk dalam hal nafkah adalah untuk urusan pakaian dan tempat tinggal bagi istri. 

Patokannya adalah dua hal yang disebutkan diatas.

Mencari nafkah bagi suami adalah suatu kewajiban dan jalan meraih pahala. Oleh karena itu, bersungguh-sungguhlah menunaikan tugas yang mulia ini.

Masih ada beberapa hal terkait kewajiban suami yang belum dibahas. Insya Allah akan berlanjut pada tulisan berikutnya.

Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.


Oleh Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal MSc


✅ Referensi: Shahih Fiqh Sunnah, Abu Malik, 3: 197-204

@ Ummul Hamam, Riyadh, KSA, 23 Rabi’ul Awwal 1433 H

------------------------------

🟩 Follow Instagram https://instagram.com/kajianislamadina?utm_medium=copy_link

🟩 Gabung dalam WAGroup Kajian ISLAMADINA ▶️ Click  https://chat.whatsapp.com/FMoCjNYpVRnEl81yyKtjMl

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Sunnatullah, Ahlul Bid'ah Akan Mengikuti Jejak Orang Kafir

Sunnatullah, Ahlul Bid'ah Akan Mengikuti Jejak Orang Kafir
Bismillah...

🌴🌴🌴

Nasharo merayakan kenaikan isa almasih

Ahlul bid'ah merayakan kenaikan rosululloh (isra' mi'raj)

🌴🌴🌴

Nasharo merayakan tahun baru masehi

Ahlul bid'ah ikut2an merayakannya tahun baru hijriyah keliling kampung

🌴🌴🌴

Nasaro merayakan kelahiran Isa Almasih (Natal)

Ahlul bid'ah merayakan kelahiran nabi Muhammad (Maulid)

🌴🌴🌴

Yang merayakan kenaikan Isa, Isra' Mi'raj, tahun baru Masehi & Hijriyah, Natal dan Maulid beralasan cinta Nabi namun ibadah ritualnya tak pernah diajarkan Nabi Isa & hawariyyin maupun Nabi Muhammad & para sahabatnya.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى تَأْخُذَ أُمَّتِى بِأَخْذِ الْقُرُونِ قَبْلَهَا ، شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ  . فَقِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ كَفَارِسَ وَالرُّومِ . فَقَالَ  وَمَنِ النَّاسُ إِلاَّ أُولَئِكَ

Kiamat tidak akan terjadi hingga umatku mengikuti jalan generasi sebelumnya sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta.” 

Lalu ada yang menanyakan pada Rasulullah -shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Apakah mereka itu mengikuti seperti Persia dan Romawi?” 

Beliau menjawab, “Selain mereka, lantas siapa lagi?“ (HR. Bukhari no. 7319)

Dari Abu Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِى جُحْرِ ضَبٍّ لاَتَّبَعْتُمُوهُمْ , قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ : فَمَنْ

Sungguh kalian akan mengikuti jalan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta sampai jika orang-orang yang kalian ikuti itu masuk ke lubang dhob (yang sempit sekalipun), pasti kalian pun akan mengikutinya.” 

Kami (para sahabat) berkata, “Wahai Rasulullah, apakah yang diikuti itu adalah Yahudi dan Nashrani?” 

Beliau menjawab, “Lantas siapa lagi?” (HR. Muslim no. 2669)


https://www.facebook.com/100077090290340/posts/pfbid0JBTPTKqaGidtSqwTFzLKCCWPE8fcbBZLhzAUBxwSntjbpBorZKYsi4Z5UDkgzfsql/

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Wednesday, September 28, 2022

Seuntai Nasehat

Bismillah...

🌴🌴🌴

Ibnul Jauzi rohimahullah berkata,

‎تدبير الحق عز وجل لك خير من تدبيرك ، وقد يمنعك ما تهوىٰ ابتلاء ، ليبلو صبرك ، فأره الصبر الجميل ، تر عن قرب ما يسر

Rencana Allah padamu lebih baik dari rencanamu.. terkadang Allah menghalangi rencanamu untuk menguji kesabaranmu..

maka perlihatkanlah kepada-Nya kesabaran yang indah. Tak lama kamu akan melihat sesuatu yang menggembirakanmu..”

(Shaidul Khathir 1/205)

🌴🌴🌴

Kita hanya bisa berencana..

Tapi Allah lah yang menentukan..

Maka janganlah terlalu berharap kepada rencana kita..

Tapi berharaplah yang terbaik di sisi-Nya..


🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/59137


Ditulis oleh,

Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

=====🌴🌴🌴🌴🌴=====

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Tidak Shalat Selama Bertahun-tahun, Apakah Harus Mengganti?

Tidak Shalat Selama Bertahun-tahun, Apakah Harus Mengganti?
Bismillah...

Fatwa Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullahu Ta’ala

✅ Pertanyaan:

Aku pernah tidak shalat sama sekali selama tiga tahun, karena aku berada dalam kondisi akhlak yang paling bejat ketika itu. Belum lama ini, Allah Ta’ala memberikan karunia-Nya kepadaku untuk bertaubat, dan aku berharap ini adalah taubat nasuha. Aku mulai shalat berjamaah di masjid, dan aku tinggalkan semua hal yang bisa merusak agamaku, serta semua hal yang bisa merusak akhlak dan perilakuku.

Untuk shalat yang tidak aku kerjakan selama tiga tahun tersebut, apakah aku harus menggantinya (qadha’)? Lalu, bagaimanakah (qadha’-nya)?

🟩✅ Jawaban:

Tidak ada kewajiban qadha’ untukmu dengan dua alasan:

▶️1️⃣ Pertama: Meninggalkan shalat adalah perbuatan yang mengeluarkan seseorang dari agama Islam, sehingga status orang tersebut adalah kafir, menurut pendapat yang lebih kuat dalam masalah ini. Pendapat ini didukung oleh dalil-dalil tegas dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Berdasarkan hal ini, kembalinya dirimu ke dalam Islam (dengan melaksanakan shalat, pen.), telah menghapus (dosa) yang telah lalu, sesuai dengan firman Allah Ta’ala,

قُلْ لِلَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ يَنْتَهُوا يُغْفَرْ لَهُمْ مَا قَدْ سَلَفَ

Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu, “Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu” (QS. Al-Anfal [8]: 38).

▶️2️⃣ Kedua: Barangsiapa yang meninggalkan satu jenis ibadah yang sudah ditentukan waktunya, sampai keluar dari waktu yang sudah ditentukan tersebut (sampai batas waktunya berahir, pen.), tanpa ada alasan yang bisa dibenarkan oleh syariat (tanpa udzur syar’i), kemudian dia bertaubat, maka dia tidak perlu meng-qadha’ ibadah yang telah dia tinggalkan tersebut.

Hal ini karena ibadah yang ditentukan waktunya tersebut, sudah dibatasi waktu awal dan waktu akhir untuk melaksanakannya. 

Telah valid dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda,

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

Barangsiapa yang mengerjakan suatu amal yang tidak ada dasarnya dari kami, maka amal tersebut tertolak” (HR. Muslim no. 1718).

Hal ini juga tidak bisa disanggah dengan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

مَنْ نَسِيَ صَلاَةً فَلْيُصَلِّ إِذَا ذَكَرَهَا

Barangsiapa yang lupa (tidak) mengerjakan shalat (sampai waktunya habis, pen.), maka shalatlah ketika sudah ingat” (HR. Bukhari no. 597).

(Tidak pula bisa disanggah) dengan firman Allah Ta’ala,

وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ

Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu” (QS. Al-Baqarah [2]: 185).

Karena penundaan (qadha’) pelaksanaan ibadah-ibadah tersebut (sehingga dilaksanakan diluar waktu yang sudah ditentukan, pen.) adalah karena udzur syar’i. 

Mengganti (qadha’) ibadah diluar waktunya karena ada udzur syar’i itu dinilai sama dengan melaksanakan ibadah tersebut pada waktunya dalam hal ganjaran dan pahala.

Berdasarkan penjelasan ini, Engkau tidak perlu mengganti shalat yang telah ditinggalkan selama tiga tahun tersebut, sebagaimana yang telah Engkau sebutkan.


Ustadz dr. M Saifudin Hakim, M.Sc., Ph.D.

***************

Diselesaikan di sore hari ba’da ashar, Rotterdam NL, 14 Sya’ban 1439/ 1 Mei 2018

Penerjemah: M. Saifudin Hakim

------------------------------

🟩 Follow Instagram https://instagram.com/kajianislamadina?utm_medium=copy_link

🟩 Gabung dalam WAGroup Kajian ISLAMADINA ▶️ Click  https://chat.whatsapp.com/FMoCjNYpVRnEl81yyKtjMl

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Tuesday, September 27, 2022

Perkataan Orang "Gue Yang Buat Dosa, Kenapa Elo Yang Ribet"?

Bismillah...

Seseorang berkata : "Gue yang buat dosa, kenapa elo yang ribet ngelarang gue. Urusan dosa gue, urusan gue sama Allah, bukan urusan elo."

Iya benar ! Urusan dosa elo adalah urusan elo sama Allah Azza Wa Jalla, tapi efek dari perbuatan dosa yang elo perbuat menimpa orang sekitar elo secara merata. Makanya sebelum itu terjadi, gue melarang elo. Katanya sih cinta orang sekitar, cinta sesama muslim, tapi justru malah memberikan adzab kepada mereka. Kadang-kadang ente ....

Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah : telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Numair dan Abu Usamah dari Isma'il bin Abu Khalid dari Qais bin Abu Hazim, ia berkata :  Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu berdiri sambil bersyukur kepada Allah dan memuji-Nya, kemudian dia berkata, "Wahai sekalian manusia, kalian membaca ayat ini “(Wahai orang-orang yang beriman ! Jagalah dirimu (karena) orang yang sesat itu tidak akan membahayakanmu apabila kamu telah mendapat petunjuk -Qs. Al Maidah [5] : 105)”, dan sesungguhnya kami mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

"SESUNGGUHNYA MANUSIA APABILA MELIHAT KEZALIMAN (KEMUNGKARAN), KEMUDIAN MEREKA TIDAK MENGHENTIKAN (MERUBAH) NYA, DIKHAWATIRKAN ALLAH AKAN MERATAKAN ADZAB-NYA KEPADA MEREKA."

- HR. Ibnu Majah no. 3995 | no. 4005, Abu Dawud no. 3775 | no. 4338, Tirmidzi no. 2094, 2983 | no. 2168, 3057 dan Ahmad no. 1, 16, 29, 30, 50. Lafazh dan sanad di atas milik Ibnu Majah

Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun : telah mengabarkan kepada kami Syarik bin Abdullah dari Abi Ishaq daru Al Mundzir bin Jarir dari Jarir bin Abdullah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

"TIDAKLAH SUATU KAUM YANG HIDUP DITENGAH-TENGAH MASYARAKAT YANG BERBUAT MAKSIAT, SEDANGKAN IA LEBIH MULIA DAN LEBIH KUAT DARIPADA MASYARAKATNYA, NAMUN KAUM TERSEBUT TIDAK BERUSAHA MERUBAH PERILAKUNYA, KECUALI ALLAH AKAN MERATAKAN SIKSA-NYA KEPADA MEREKA."

- HR. Ahmad no. 18419, 18433 dan 18456. Lafazh dan sanad di atas milik Ahmad no. 18419. Shahih. Isnadnya Jayyid

Telah menceritakan kepada kami Husain dia berkata : telah menceritakan kepada kami Khalaf, yaitu ibnu Khalifah dari Laits dari Al Qomah bin Martad dari Al Ma'rur bin Suwaid dari Ummu Salamah radhiyallahu 'anha, isteri Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam, berkata : saya telah mendengar Rasulullah shalallahu'alahi wa salam bersabda

"APABILA KEMAKSIATAN (KEJAHATAN/KEBURUKAN) TELAH TAMPAK MERAJALELA PADA UMATKU, MAKA ALLAH AKAN MENGIRIM ADZAB DARI SISI-NYA SECARA UMUM (MERATA)."

Saya bertanya : "WAHAI RASULULLAH ! BAGAIMANA BILA PADA HARI ITU TERDAPAT ORANG-ORANG SHALIH ?"

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab : "Benar." Ia berkata, : "Apa yang diperbuat oleh mereka." Beliau bersabda,

"MEREKA AKAN IKUT TERTIMPA SEBAGAIMANA ORANG LAINNYA TERTIMPA. Kemudian mereka akan kembali kepada ampunan dan keridhaan dari Allah."

- HR. Ahmad no. 25382. Ash-Shahihah no. 1372 dan no. 3156 dari jalur Aisyah radhiyallahu 'anha

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Utsman : telah mengabarkan kepada kami Abdullah : telah mengabarkan kepada kami Yunus dari Az Zuhri : telah mengabarkan kepada kami Hamzah bin Abdullah bin Umar, ia mendengar Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu mengatakan, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

"JIKA ALLAH MENURUNKAN ADZAB, MAKA ADZAB ITU AKAN MENGENAI SIAPA SAJA YANG BERADA DITENGAH-TENGAH MEREKA, LANTAS MEREKA DIHISAB SESUAI AMALAN MEREKA."

- HR. Bukhari no. 6575 | Fathul Bari no. 7108 dan Ahmad no. 4743, 5624, 5930


Atha bin Yussuf

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02FcP92E5wmngDbV58JScWkoCKYrAkrdQoYbDGAYiUBEGNZ7PXfQdqMJKNVDXjU8Ayl&id=100081182600047

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Kumaafkan, Tapi Tetap Kuingat

Kumaafkan, Tapi Tetap Kuingat
Bismillah...

Sekeras apa pun usahamu untuk menyatukan gelas yang sudah pecah, tak akan mampu membuatnya kembali utuh. Karena sesuatu yang sudah retak, patah dan hancur mustahil untuk mengembalikannya seperti sedia kala..

Sekalipun engkau mencoba untuk merekatkannya sedemikan rupa tetap saja, bekasnya akan terlihat jelas. Begitu pula dengan perlakuan seseorang. Sebagian sikap yang menyakitkan itu tidak bisa dilupakan meskipun engkau sudah memaafkan..

Memaafkan itu memang mudah, semudah bagi mereka yang meminta maaf. Melupakan perlakuan seseorang itu bukan perkara mudah. Butuh waktu dan hati yang begitu luas untuk bisa menormalkannya kembali..

Jika setiap kesalahan hanya ditebus dengan kata maaf, mungkin didunia ini tidak perlu ada hati yang dijaga. Segalanya akan terasa berbeda bukan? Dia bukan lagi orang yang sama dalam pandanganmu..

Karena memaafkan adalah perkara mengikhlaskan, menerima dengan tulus hati. Tetapi melupakan ada di pikiran, memori tidak bisa menghapus begitu saja apa-apa yang pernah terjadi. Terus menyimpannya kuat-kuat dalam kepala. Sehingga kapan pun ingatan itu akan muncul meski  engkau ingin sekali membuangnya..

Maka dari itu belajarlah untuk menahan diri, agar tak mudah berucap dan melakukan hal-hal yang menyebabkan orang lain tersakiti dan terluka karena perbuatan kita..

Barakallahu fiikum...


📝Arachis Verania Ve

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

 

Share:

Berbuat Syirik Dengan Anjingnya

Berbuat Syirik Dengan Anjingnya
Bismillah...

Diantara salah satu perbuatan syirik dalam perkataan adalah ketika seseorang mengatakan, "Seandainya bukan karena anjing ini, niscaya kita kecurian tadi malam."

Allah Ta'ala berfirman :

وَمَا يُؤْمِنُ أَكْثَرُهُم بِاللَّهِ إِلَّا وَهُم مُّشْرِكُونَ

"Dan kebanyakan mereka tidak beriman kepada Allah, bahkan mereka dalam keadaan berbuat syirik." (Surah Yusuf 106).

Berkata Ibnu Abbas radhiyallahu anhu : 

إن أحدهم يُشرك حتى يُشرك بكلبه: فيقول لولا الكلب لسُرقنا الليلة. فتح الباري لابن رجب (١٤٧/١).

Sesungguhnya salah seorang dari mereka, ada yang berbuat syirik, sampai ia berbuat syirik dengan anjingnya. Lalu Ia berkata : "Kalau bukan karena anjing ini, niscaya kita kecurian tadi malam." (Fath Al-Baari karya Ibnu Rajab : (1/147)).


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid0mjxphJcb8sesSRiWFCC3YDY5sKkahv4JJMhZjer5sU56rzvbZAYuynWm1issTwosl&id=100009878282155

AFM

https://abufadhelmajalengka.blogspot.com/2019/12/berbuat-syirik-dengan-anjingnya.html

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Hadiah Kesabaran Sang Istri

Hadiah Kesabaran Sang Istri Sholehah
Bismillah...

Seorang wanita Aljazair menghubungi salah satu stasiun TV mohon fatwa kepada Syaikh Abdullah bin Bayyah yang berusia 85 tahun.

:" Ya syaikh saya wanita Jazairiyah muslimah dan mu'minah dan patuh kepada Allah. Tetapi suami saya suka minum khamer dan selalu pulang kerumah tengah malam. Dan pada suatu malam ia pulang dalam keadaan mabok, saya sedang membaca Al Qur'an. Kitab itu direnggut dari tangan saya, disobek-sobek dan dibuang kekamar mandi. Apa solusinya menurutmu ya Syaikh ?. Apakah pantas saya hidup bersamanya atau saya minta cerai saja ?".

:" Apakah kamu mempunyai anak darinya ?".

:" Na'am, punya anak lima ".

:" Apakah kamu mempunyai keluarga ?".

:" Ya tetapi jauh sekali didesa, sedangkan saya diibukota".

:" Adakah yang menghidupimu sekarang ?".

:" Tidak ada, anak-anakku masih kecil-kecil ".

:" Maka kuatkan dirimu, jangan minta cerai, bersabarlah terhadapnya, jangan masuk keurusan dengannya yang bisa menimbulkan masalah ".

:" Tetapi ya syaikh bagaimana saya bisa bersabar, bagaimana kamu berfatwa tentang ini ?".

:" Tidakkah engkau melihat wahai putriku jika engkau pergi dan meninggalkan anak-anakmu dengan pemabok yang menyobek Al Qur'an, dia akan mendidik dan menggiring anak-anakmu seperti sifat dan kebiasaannya, akan meminum khamer dan menyobek Al Qur'an. Jadi lari dan meninggalkan rumah bukanlah solusi, bersabarlah dan ingatlah bahwa peranmu adalah jembatan bagi anak-anakmu. Saya menginginkan kamu bertahajjud dan memohon dari Allah agar ia diberi hidayah.

:" In sya' Allah ".

Lewat hari-hari, bulan- bulan dan setahun.

Muncul Syaikh tersebut disalah satu stasiun TV dan wanita ini menghubunginya :

:"Assalamualaikum ya Syaikh ".

:" Wa alaikumussalam wa marhaban....silahkan ".

:" Tidak mengenal saya ya Syaikh ?".

:" La wallah...kenalkan dirimu ".

:" Saya adalah wanita Aljazairiyyah yang menghubungimu 1 tahun yang lalu tentang suami yang peminum khamr ?!".

:" Ya saya ingat kepadamu, kamu membuatku senang, bagaimana keadaanmu wahai putriku ?".

:" Demi Allah Ya Syaikh suamiku sekarang dialah yang membuka pintu masjid setiap subuh dan mengumandangkan adzan, melaksanakan qiyamul-lail dan membaca Al Qur'an, solat fardu dan nawafil semuanya. Allah telah memberinya hidayah yang sebenar-benarnya....Ya Syaikh barakallah fik.....".

Semua ini disampaikan dalam keadaan menangis...tangis bahagia, karena dia seorang wanita mu'minah dan Allah Maha Tahu kebersihan, kesucian dan kejujuran hatinya dan bersabar, maka Allah kabulkan doanya.


https://www.facebook.com/100053687744419/posts/pfbid02KNoVCKv6g3XGuC5Caf8TLHHvGK5LeV1WomgtZuvP4ycJhaUKgsJ61rriPjdYhmuml/


Prof. Syaikh Abdullah bin Bayyah, kelahiran Mauritania.

Mengajar di Universitas King Abdul Aziz di Jiddah.

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.

 

Share:

Anjuran Shalat Taubat

Anjuran Shalat Taubat
Bismillah...

Bismillahirrahmanirrahim. 

Sudah sepantasnya bagi seorang muslim untuk bersemangat melakukan ketaatan kepada Allah Ta’ala, mendekatkan diri pada-Nya, dan tidak terjerumus dalam kubangan maksiat. 

Namun bagaimana jika seseorang terlanjur terjerumus dalam dosa?

Jawabnya, ia punya kewajiban untuk bersegera bertaubat dan kembali pada Allah. 

Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri menyunnahkan shalat taubat ketika seseorang benar-benar ingin bertaubat.[1] 

Berikut tuntunannya. 

Shalat taubat adalah shalat yang disunnahkan berdasarkan kesepakatan empat madzhab[2]. 

Hal ini  berdasarkan hadits Abu Bakr Ash Shiddiq, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

« مَا مِنْ عَبْدٍ يُذْنِبُ ذَنْبًا فَيُحْسِنُ الطُّهُورَ ثُمَّ يَقُومُ فَيُصَلِّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَسْتَغْفِرُ اللَّهَ إِلاَّ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ ». ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ (وَالَّذِينَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللَّهَ) إِلَى آخِرِ الآيَةِ

Tidaklah seorang hamba melakukan dosa kemudian ia bersuci dengan baik, kemudian berdiri untuk melakukan shalat dua raka’at kemudian meminta ampun kepada Allah, kecuali Allah akan mengampuninya.” Kemudian beliau membaca ayat ini: “Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui.[3]” (HR. Tirmidzi no. 406, Abu Daud no. 1521, Ibnu Majah no. 1395. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)[4]. 

Meskipun sebagian ulama mendhoifkan hadits ini, namun kandungan ayat (Ali Imron ayat 135) sudah mendukung disyariatkannya shalat taubat.[5]

Shalat taubat ini bisa cukup dengan dua raka’at dan cukup niat dalam hati, tanpa perlu melafazhkan niat tertentu.

Kapan waktu pelaksanaan? Tidak ada keterangan waktu pelaksanaannya, boleh dilakukan siang atau malam hari. 

Bahkan di waktu terlarang untuk shalat sekalipun, seseorang boleh melakukannya. 

Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata,

وَكَذَلِكَ صَلَاةُ التَّوْبَةِ فَإِذَا أَذْنَبَ فَالتَّوْبَةُ وَاجِبَةٌ عَلَى الْفَوْرِ وَهُوَ مَنْدُوبٌ إلَى أَنْ يُصَلِّيَ رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَتُوبَ كَمَا فِي حَدِيثِ أَبِي بَكْرٍ الصِّدِّيقِ

Demikian pula shalat taubat (termasuk shalat yang memiliki sebab dan harus segera dilakukan, sehingga boleh dilakukan meskipun waktu terlarang untuk shalat [6]). Jika seseorang berbuat dosa, maka taubatnya itu wajib, yaitu wajib segera dilakukan. Dan disunnahkan baginya untuk melaksanakan shalat taubat sebanyak dua raka’at. Lalu ia bertaubat sebagaimana keterangan dalam hadits Abu Bakr Ash Shiddiq.”[7]

Setelah seseorang mengetahui shalat taubat, ia pun harus memenuhi syarat-syarat taubat. 

Apa saja syarat-syaratnya? 

Secara ringkas dikatakan oleh para ulama sebagaimana disampaikan Ibnu Katsir,

Menghindari dosa untuk saat ini. Menyesali dosa yang telah lalu. Bertekad tidak melakukannya lagi di masa akan datang. Lalu jika dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ia harus menyelesaikannya/ mengembalikannya.”[8]

Secara lebih rinci, syarat-syarat taubat adalah:

🔻1.  Taubat dilakukan dengan ikhlas, bukan karena makhluk atau untuk tujuan duniawi.

🔻2. Menyesali dosa yang telah dilakukan dahulu sehingga ia pun tidak ingin mengulanginya kembali. Sebagaimana dikatakan oleh Malik bin Dinar, “Menangisi dosa-dosa itu akan menghapuskan dosa-dosa sebagaimana angin mengeringkan daun yang basah.”[9] ‘Umar, ‘Ali dan Ibnu Mas’ud mengatakan bahwa taubat adalah dengan menyesal.[10]

🔻3. Tidak terus menerus dalam berbuat dosa saat ini. Maksudnya, apabila ia melakukan keharaman, maka ia segera tinggalkan dan apabila ia meninggalkan suatu yang wajib, maka ia kembali menunaikannya. Dan jika berkaitan dengan hak manusia, maka ia segera menunaikannya atau meminta maaf.

🔻4.  Bertekad untuk tidak mengulangi dosa tersebut di masa akan datang karena jika seseorang masih bertekad untuk mengulanginya maka itu pertanda bahwa ia tidak benci pada maksiat. Hal ini sebagaimana tafsiran sebagian ulama yang menafsirkan taubat adalah bertekad untuk tidak mengulanginya lagi.[11]

🔻5. Taubat dilakukan pada waktu diterimanya taubat yaitu sebelum datang ajal atau sebelum matahari terbit dari arah barat. Jika dilakukan setelah itu, maka taubat tersebut tidak lagi diterima.[12]

Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya).” (QS. At Tahrim: 8)

Semoga Allah mudahkan kita untuk selalu taat kepada-Nya dan menjauhi setiap dosa serta menjadikan kita hamba-hamba yang gemar bertaubat atas dosa yang tidak bosan-bosannya dilakukan. Amiin Yaa Mujibas Saailin.


My lovely wife request, finished in Riyadh-KSA, on 26 Rabi’uts Tsani 1432 H (31/03/2011)


Oleh : Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal MSc


Footnote:

[1] Lihat Bughyatul Mutathowwi’, Syaikh Muhammad bin ‘Umar bin Salim Bazmoul, 96, Dar Al Hijrah

[2] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, Syaikh Abu Malik, 1/ 431, Al Maktabah At Taufiqiyah; Al Mawsu’ah Al Fiqhiyah Al Kuwaitiyah, 27/164, terbitan Kementrian Agama Kuwait.

[3] QS. Ali Imron: 135.

[4] Hadits ini didho’ifkan oleh sebagian ulama. Namun sebagian ulama menshahihkannya.

[5] Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 1/ 431.

[6] Ini maksud perkataan Ibnu Taimiyah dalam penjelasan sebelumnya.

[7] Majmu’ Al Fatawa, Ibnu Taimiyah, 23/215, Darul Wafa’

[8] Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 14/61, Muassasah Qurthubah.

[9] Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, Ibnu Rajab Al Hambali, hal. 203, Darul Muayyid, cetakan pertama, 1424 H.

[10] Lihat Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, hal. 206.

[11] Idem.

[12] Kami sarikan syarat taubat ini dari penjelasan Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin dalam Syarh Riyadhus Sholihin.

------------------------------

🟩 Follow Instagram https://instagram.com/kajianislamadina?utm_medium=copy_link

🟩 Gabung dalam WAGroup Kajian ISLAMADINA ▶️ Click  https://chat.whatsapp.com/FMoCjNYpVRnEl81yyKtjMl

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Memulai 'WA' Baca Tasmiyah atau Bagaimana?

Memulai 'WA' Baca Tasmiyah atau Bagaimana?
Bismillah...

Sebagian ikhwah kalau 'WA' hanya ucapkan Bismillah atau Tasmiyah saja, mungkin mereka menganggap 'WA' sama dengan surat menyurat..

Mungkin mereka ingin mengikuti Nabi ﷺ dalam surat menyurat. Namun coba kita lihat teks haditsnya yang ada dalam shahih Bukhari ya..

بسم الله الرحمن الرحيم، من محمد رسول الله إلى هرقل عظيم الروم، سلام على من اتبع الهدى، أما بعد، فإني أدعوك بدعاية الإسلام أسلم تسلم، وأسلم يؤتك الله أجرك مرتين، وإن توليت فإن عليك إثم الأريسيين

"Bismillahirrahmanirrahim. Dari Muhammad Rasulillah kepada Heraklius penguasa Romawi. Salam (keselamatan) atas orang yang mengikuti petunjuk. Amma ba’du: sesungguhnya aku menyerumu dengan seruan islam. Masuk islamlah niscaya kamu selamat. Masuk islamlah, maka Allah memberimu dua kali lipat pahala. Jika kamu berpaling maka kamu akan menanggung dosa rakyatmu”.

☝🏼PERHATIKAN :

Pertama beliau ﷺ membaca Basmalah bukan Tasmiyah. Lalu membaca Salam. Maka jika kita menganggap 'WA' sebagai surat dan ingin mengikut Nabi ﷺ maka baca Basmalah dulu bukan Tasmiyah. Lalu ucapkan Salam..

Namun ana berpendapat bahwa 'WA' itu masuk obrolan bukan surat menyurat. Jadi cukup salam saja. Wallahu a’lam..

Tasmiyah adalah bacaan 'Bismillah'

Basmalah adalah bacaan 'Bismillahirrahmanirrahim'


✒️Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc حفظه الله تعالى

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Mendulang Sebelas Faedah dari Tukang Sapu

Bismillah...

Dari Abu Huroiroh rodhiyallahu 'anhu, ia berkata,

"Rosulullah ﷺ merasa kehilangan seorang wanita berkulit hitam yang biasa membersihkan masjid, maka beliau menanyakannya kepada para shohabat, lantas para shohabat berkata, "Ia telah meninggal dunia."

Rosulullah ﷺ berkata, "Mengapa kalian tidak memberitahukannya kepadaku?"

Abu Huroiroh berkata, "Seakan mereka anggap remeh urusannya."

Rosulullah ﷺ berkata, "Tunjukkanlah kepadaku kuburannya." 

Setelah ditunjukkan maka beliau ﷺ pun mensholatkannya (sholat jenazah) lalu beliau bersabda,

إن هذه القبور مملوءة ظلمة على أهلها وإن الله ينورها لهم بصلاتي عليهم

"Sesungguhnya kuburan ini diliputi kegelapan bagi penghuninya dan sungguh Allah terangi kubur mereka berkat doaku atas mereka." (HR. Al-Bukhori 460 dan Muslim 956)

Faedah Hadits:

1). Perhatian Rosulullah ﷺ dengan keadaan umatnya terutama orang-orang yang lemah dari kalangan fakir miskin yang menunjukkan luhurnya akhlak beliau.

2). Tawadhu'-nya (rendah hati) Rosulullah ﷺ meski beliau sebagai seorang pemimpin.

3). Wanita berkulit hitam itu akrab dikenal dengan Ummu Mahjan rodhiyallahu 'anha, beliau termasuk penduduk Madinah sebagaimana yang dinyatakan oleh para ulama ahli sejarah.

4). Al-Imam Al-Bukhori meletakkan hadits ini dalam bab "Menyapu Masjid dan Membersihkan Kotorannya..." Para ulama mengatakan hal itu menunjukkan merawat masjid dan menjaga kebersihannya termasuk amalan yang agung dan banyak para ulama besar yang antusias membersihkan masjid.

5). Masing-masing kita harus punya kontribusi dan memiliki peranan untuk membangun masyarakat Islami. Termasuk juga para wanita turut serta berperan selama mengindahkan rambu-rambu syariat.

6). Ada amalan-amalan yang dianggap remeh oleh sebagian manusia namun di sisi Allah memiliki keutamaan yang besar dan di sini ada peringatan jangan sekali-kali meremehkan kebaikan sekecil apapun.

7). Masjid sebagai sentral peradaban, musyawarah, ibadah kaum muslimin, pusat pendidikan yang mencetak para ulama dan mujahidin, sebab itu tempat yang paling Allah cintai adalah masjid.

8). Menghalangi pembangunan masjid tanpa alasan yang dibenarkan syariat atau menghalangi orang untuk tholabul ilmi di dalamnya, mengingat Allah, serta memakmurkannya, termasuk kejahatan terbesar terhadap Islam dan kaum muslimin.

9). Ucapan Rosulullah ﷺ, "Tunjukkanlah kuburannya kepadaku", ini dalil yang menunjukkan Rosulullah ﷺ tidak mengetahui perkara ghoib selain yang Allah beritakan, bahkan tidak mengetahui peristiwa kasat mata yang berlangsung di sekitar beliau. Ucapan beliau ﷺ juga menunjukkan kuburan para shohabat -yang mereka orang-orang saleh- tidaklah dikubur dengan berlebih-lebihan dan diistimewakan seperti kuburan di zaman sekarang.

10). Para ulama khilaf mengenai sholat jenazah di kuburan antara yang melarang dan membolehkan, dan pendapat yang lebih rojih disyariatkannya hal tersebut bagi siapa yang belum mensholatkan jenazah yang wafat di sekitarnya sebagaimana praktek Nabi ﷺ dan para shohabat sepeninggal beliau. Selain itu dalam pelaksanaan sholat jenazah tidak ada ruku' dan sujud.

11). Gelapnya alam kubur, betapapun megahnya tenda, kelambu serta lampu yang dipasang, semua itu tidak akan berguna dan tidak akan menjadi penerang bagi penghuninya selain amalan salehnya seperti sholatnya yang dia jaga dengan baik dan kaum muslimin yang tulus mendoakan.


https://www.facebook.com/100001764454087/posts/pfbid0N2a4DfqqQp9yw9T9XiuVYNcuvW7rQjKTgX7L2Ma5irX47m6y1373eiHBV4rRr8sWl/

https://t.me/manhajulhaq

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Monday, September 26, 2022

Tuhan Yang Banyak dan Bermacam-macam

Bismillah...

Melihat dokumentasinya foto Abu Jondoow ditempat-tempat ibadah agama-agama, seakan-akan dia mau menggambarkan, bahwa tuhan yang disembah itu banyak dan bermacam-macam.

Kalau ada yang mendakwahkan kalimat laa ilaaha illallohu (tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Allah), maka dia akan heran dan akan nyinyir.

Ternyata pendahulu pemikiran Abu Jondoow ini, adalah orang-orang musyrik terdahulu, yang merasa heran ada yang mendakwahkan bahwa Tuhan itu hanya satu.

Allah Ta'ala berfirman,

أَجَعَلَ ٱلْءَالِهَةَ إِلَٰهًا وَٰحِدًا ۖ إِنَّ هَٰذَا لَشَىْءٌ عُجَابٌ

"Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan". (Surat Shad Ayat 5).

Disebutkan dalam tafsir mukhtashar tentang ayat ini,

أجعل هذا الرجل الآلهة المتعددة إلهًا واحدًا لا إله غيره؟! إن صنيعه هذا لغاية فى العجب.

"Apakah laki-laki ini menjadikan tuhan-tuhan yang banyak hanya menjadi satu Tuhan saja yang tidak ada tuhan selain-Nya? Perbuatannya itu sungguh mengherankan". (Tafsir Mukhtashar).

Berkata Ibnu Jarir rahimahullah,

عجب المشركون أن دُعوا إلى الله وحده، وقالوا: يسمع لحاجاتنا جميعا إله واحد! ما سمعنا بهذا في الملة الآخرة.

وكان سبب قيل هؤلاء المشركين ما أخبر الله عنهم أنهم قالوه،

"Orang-orang musyrik merasa heran bahwa mereka diseru kepada Tuhan yang satu. Dan mereka mengatakan, Ilah yang satu mendengar kepada kebutuhan-kebutuhan kami seluruhnya! Belum pernah kami mendengar (seruan seperti) ini di agama yang terakhir ini (mengesakan Allah)". (Tafsir Thabari).

Tuhan-tuhan yang mereka sembah selain Allah, merupakan buatan mereka sendiri, lalu mereka memberinya nama-nama oleh mereka sendiri.

Allah Ta’ala berfirman,

أَأَرْبَابٌ مُتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ (39) مَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا

"Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?” Kamu tidak menyembah yang selain Allah kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu membuat-buatnya”. (QS. Yusuf [12] : 39-40).

Berkata Ibnu Katsir rahimahullah,

Yakni Tuhan yang segala sesuatu tampak hina bila dibandingkan dengan keagungan, kebesaran, dan kekuasaan-Nya. Kemudian Yusuf menjelaskan bahwa berhala-berhala yang disembah oleh mereka yang mereka namakan sebagai tuhan-tuhan mereka, hal itu tiada lain merupakan buatan mereka sendiri, lalu mereka memberinya nama-nama oleh mereka sendiri. Selanjutnya generasi baru mereka menerima ajaran itu dari para pendahulunya tanpa ada sandaran dari sisi Allah sama sekali. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:

Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu. (Yusuf: 40)

Maksudnya, tiada suatu hujah atau keterangan pun dari Allah yang memperkuatnya. Selanjutnya Yusuf memberitahukan kepada mereka bahwa keputusan dan pengaturan serta kehendak dan kerajaan hanyalah milik Allah semuanya. Dia pun telah memerintahkan kepada semua hamba-Nya, janganlah menyembah kecuali hanya kepada Dia. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

Itulah agama yang lurus. (Yusuf: 40)

Yakni apa yang aku serukan kepada kalian —yaitu mengesakan Allah dan mengikhlaskan diri kepada-Nya dalam beramal— adalah agama yang lurus yang diperintahkan oleh Allah untuk dijalankan, dan Allah menurun­kan hujah serta bukti yang disukai dan diridai-Nya tentang agama ini.

Tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Yusuf: 40)

Karena itulah kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang musyrik. (Tafsir Ibnu Katsir).

Dengan ini, pemahaman dan pemikiran Abu Jondoo adalah pemahaman dan pemikiran orang-orang musyrik terdahulu, pemahaman dan pemikiran kuno, yang sudah dibantah oleh para Nabi dan Rasul terdahulu.


🌐 https://www.facebook.com/100009878282155/posts/pfbid02HN4DYSTvQfmPBxBWE1LZDFTS3qrofn4rMaVQrXL6p8sri2qpfe5CXuTi1VN3BF3ml/

https://abufadhelmajalengka.blogspot.com/2022/09/tuhan-yang-banyak-dan-bermacam-macam.html

Ditulis oleh Ustadz. Abu Fadhel Majalengka, حفظه الله تعالى.

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Dua Macam Ilmu

Bismillah...

🌴🌴🌴

Al Hasan Al Bashri rohimahullah berkata,

العلم علمان:

‏علم في القلب، وعلم على اللسان

‏فعلم القلب هو العلم النافع

‏وعلم اللسان حجة الله على عباده

Ilmu itu ada dua macam:

▶️ ilmu yang masuk ke hati, dan

▶️ ilmu yang sebatas di lisan..

Adapun ilmu yang masuk ke hati adalah ilmu yang bermanfaat, dan adapun ilmu yang sebatas di lisan maka itu adalah hujjah Allah atas hamba-hambaNya..

(Mushonnaf Ibnu Abi Syaibah 13/235)

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَإِذَا مَا أُنزِلَتْ سُورَةٌ فَمِنْهُم مَّن يَقُولُ أَيُّكُمْ زَادَتْهُ هَـٰذِهِ إِيمَانًا ۚ فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَزَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَهُمْ يَسْتَبْشِرُونَ ﴿١٢٤﴾ وَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٌ فَزَادَتْهُمْ رِجْسًا إِلَىٰ رِجْسِهِمْ وَمَاتُوا وَهُمْ كَافِرُونَ ﴿١٢٥﴾

Dan apabila diturunkan kepada engkau sebuah surat dari surat-surat Al-Qur’an, maka diantara manusia ada yang mengatakan, ‘Siapa diantara kalian yang bertambah imannya dengan turunnya surat tersebut?’ Maka Allah mengatakan, ‘Adapun orang-orang yang beriman maka mereka akan bertambah keimanan mereka dengan turunnya surat tersebut dan mereka akan bergembira dengan karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala. Adapun orang yang di dalam hati mereka terdapat penyakit, maka Allah akan menambahkan baginya kekufuran diatas kekufuran sehingga mereka akan meninggal dalam kondisi kufur kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.’” (QS. At-Taubah[9]: 124)

🌴🌴🌴

Ilmu yang masuk ke hati dan menimbulkan rasa takut kepada Allah..

Lalu menimbulkan amal sholih dan ketakwaan..

Itulah ilmu yang bermanfaat..

🌴🌴🌴

Adapun ilmu yang sebatas di lisan..

Hanya pandai menyampaikan dan membawakan banyak riwayat..

Namun tidak menimbulkan rasa takut kepada Allah..

Tidak pula menimbulkan amal sholih..

Adalah ilmu yang tidak bermanfaat dan menjadi kebinasaan untuknya kelak..


🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/59117 


Ditulis oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam Lc, حفظه الله تعالى

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Suami Malas Kerja

Untuk Suami Malas Kerja
Bismillah...

Ada suami yang terlihat malas kerja, namun malah istri yang rajin kerja di pasar. Suami tidak memberi nafkah sama sekali pada keluarganya, padahal ia mampu untuk bekerja.

▶️ Suami Wajib Mencari Nafkah

Perlu diketahui bahwa suami memberikan nafkah untuk istri dan anak. Nafkah pada istri ini wajib didahulukan dari nafkah pada kerabat lainnya. Nafkah pada orang tua dan kerabat barulah diwajibkan ketika mereka miskin dan tidak punya harta.

Adapun urutan mendahulukan nafkah pada istri daripada kerabat lainnya tidak disebutkan dalam Al-Qur’an. Hal ini disebutkan dalam hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

ففي صحيح مسلم (997) عَنْ جَابِرٍ أن رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : ابْدَأْ بِنَفْسِكَ فَتَصَدَّقْ عَلَيْهَا ، فَإِنْ فَضَلَ شَيْءٌ فَلِأَهْلِكَ ، فَإِنْ فَضَلَ عَنْ أَهْلِكَ شَيْءٌ فَلِذِي قَرَابَتِكَ ، فَإِنْ فَضَلَ عَنْ ذِي قَرَابَتِكَ شَيْءٌ فَهَكَذَا وَهَكَذَا ، بَيْنَ يَدَيْكَ ، وَعَنْ يَمِينِكَ ، وَعَنْ شِمَالِكَ

Dalam Shahih Muslim (997), dari Jabir, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Mulailah dari dirimu sendiri. Sedekahkanlah untuk dirimu. Selebihnya dari itu untuk keluargamu (anak dan istrimu). Selebihnya lagi dari itu untuk kerabat dekatmu. Selebihnya lagi dari itu untuk tujuan ini dan itu yang ada di hadapanmu, yang ada di kanan dan kirimu.”

Imam Nawawi menerangkan bahwa ada beberapa faedah dari hadits ini:

  1. Hendaklah memulai memberi nafkah dari urutan yang disebutkan di atas.
  2. Jika kebutuhan dan keperluan saling bertabrakan, maka dahulukan mana yang lebih penting dari yang lainnya.
  3. Yang afdhal untuk sedekah sunnah adalah disalurkan untuk jalan kebaikan dilihat dari maslahat. 

(Syarh Shahih Muslim, 7: 83)

▶️ Berdosa Jika Suami Enggan Mencari Nafkah

Iya, jelas berdosa.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُضَيِّعَ مَنْ يَقُوتُ ».

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Seseorang cukup dikatakn berdosa jika ia melalaikan orang yang ia wajib beri nafkah.” 

(HR. Abu Daud no. 1692. Syaikh Al-Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

▶️ Keliru Jika Suami Malas Kerja dan Cuma Pasrah (Tawakkal)

Allah memang yang memberi rizki sebagaimana firman-Nya,

وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya.”(QS. Hud: 6). Ibnu Hajar Al ‘Asqalani mengatakan, “Namun hal ini bukan berarti seseorang boleh meninggalkan usaha dan bersandar pada apa yang diperoleh makhluk lainnya. Meninggalkan usaha sangat bertentangan dengan tawakkal itu sendiri.” 

(Fath Al-Bari, 11: 305)

Imam Ahmad pernah ditanyakan mengenai seorang yang kerjaannya hanya duduk di rumah atau di masjid. Orang yang duduk-duduk tersebut pernah berkata, ”Aku tidak mengerjakan apa-apa. Rizkiku pasti akan datang sendiri.” Imam Ahmad lantas mengatakan, ”Orang ini sungguh bodoh.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri telah bersabda,

إِنَّ اللَّه جَعَلَ رِزْقِي تَحْت ظِلّ رُمْحِي

Allah menjadikan rizkiku dibawah bayangan tombakku.” 

(HR. Ahmad, dari Ibnu ‘Umar. Sanad hadits ini shahih sebagaimana disebutkan Al ‘Iroqi dalam Takhrij Ahaditsil Ihya’, no. 1581. Dalam Shahih Al Jaami’ no. 2831, Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Dan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallamjuga bersabda, “Seandainya kalian betul-betul bertawakkal pada Allah, sungguh Allah akan memberikan kalian rizki sebagaimana burung mendapatkan rizki. Burung tersebut pergi pada pagi hari dalam keadaan lapar dan kembali sore harinya dalam keadaan kenyang”. 

Disebutkan dalam hadits ini bahwa burung tersebut pergi pada waktu pagi dan kembali pada waktu sore dalam rangka mencari rizki. Para sahabat pun berdagang. Mereka pun mengolah kurma. Yang patut dijadikan qudwah (teladan) adalah mereka (yaitu para sahabat).” 

(Fath Al-Bari, 11: 305)

▶️ Ingat, Mencari Nafkah itu Berpahala

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,

دِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ فِى رَقَبَةٍ وَدِينَارٌ تَصَدَّقْتَ بِهِ عَلَى مِسْكِينٍ وَدِينَارٌ أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ أَعْظَمُهَا أَجْرًا الَّذِى أَنْفَقْتَهُ عَلَى أَهْلِكَ“

"Satu dinar yang engkau keluarkan di jalan Allah, lalu satu dinar yang engkau keluarkan untuk memerdekakan seorang budak, lalu satu dinar yang engkau yang engkau keluarkan untuk satu orang miskin, dibandingkan dengan satu dinar yang engkau nafkahkan untuk keluargamu maka pahalanya lebih besar (dari amalan kebaikan yang disebutkan tadi, pen.)” 

(HR. Muslim no. 995).

Imam Nawawi membuat judul untuk hadits ini, “Keutamaan nafkah bagi keluarga dan hamba sahaya, serta dosa bagi orang yang melalaikan dan menahan nafkahnya untuk mereka”. 

Dalam Syarh Muslim (7: 82), Imam Nawawi mengatakan, “Nafkah kepada keluarga itu lebih afdhol dari sedekah yang hukumnya sunnah”.

Semoga para suami semakin semangat mencari nafkah untuk keluarganya. 

------------------------------

🟩 Follow Instagram https://instagram.com/kajianislamadina?utm_medium=copy_link

🟩 Gabung dalam WAGroup Kajian ISLAMADINA ▶️ Click  https://chat.whatsapp.com/FMoCjNYpVRnEl81yyKtjMl

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Dosa Rahasia

Dosa Rahasia Yang Telah Ditutupi Oleh Allah
Bismillah...

Jangan pernah menceritakan dosa yang telah Allah tutupi..

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

كُلُّ أُمَّتِي مُعَافًى إِلَّا الْمُجَاهِرِينَ

"Seluruh umatku dimaafkan dosanya..

Kecuali orang yang berbuat dosa secara terang-terangan..

وَإِنَّ مِنْ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ فَيَقُولَ يَا فُلَانُ عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا

Termasuk perbuatan dosa secara terang-terangan yaitu:

Seseorang melakukan (maksiat) di waktu malam, padahal Allah telah menutupinya..

Lalu saat pagi hari ia berkata,

“Wahai fulan.. tadi malam aku telah melakukan (perbuatan dosa) demikian dan demikian..""

[HR al-Bukhari: 6069, Muslim: 2990]

Perbuatan tersebut bukti kebodohan dan pengingkaran atas nikmat Allah kepadanya..

Dan bisa jadi "menginspirasi" yang mendengarkan tuk melakukan hal serupa..

(Lagi-lagi) jadilah sebagai dosa jariyah..

Yang akan terus mengalir hingga pun kala ia telah terkubur di pemakaman..

Ssssstttt.. Jadikan saja sebagai dosa rahasia yang Allah tutupi aibnya...


Dari Telegram Sahabat Ilmu

------------------------------

🟩 Follow Instagram https://instagram.com/kajianislamadina?utm_medium=copy_link

🟩 Gabung dalam WAGroup Kajian ISLAMADINA ▶️ Click  https://chat.whatsapp.com/FMoCjNYpVRnEl81yyKtjMl

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Yang Tak Pernah Meninggalkanmu

Yang Tak Pernah Meninggalkanmu
Bismillah...

Semua yang kau cintai kan pergi meninggalkanmu atau berpisah denganmu. Sang kekasih bernama manusia takkan rela memadu kasih lagi denganmu manakala kau telah terbujur kaku, mengeras dan tak bernyawa. 

Dengan berat hati ia akan menjauhkanmu dari Rumah kediamanmu, untuk dibenamkan dalam perut bumi yang gelap lagi maha sempit.

Kasihan dirimu ketika tak lagi nama dan gelarmu disebut-sebut manusia. Kau akan dipanggil dengan gelar baru” jenazah”. Orang kan berkata tanpa ragu dan bimbang :” bawa jenazahnya kemari, letakkan jenazahnya di sini, angkat jenazahnya ke mari”.

Mana gelar kehormatanmu? Mana lagi jabatan yang yang sandang? Mana anak dan istrimu, kerabat dan handai tolanmu? Mereka telah kembali dalam dunia mereka, adapun dirimu kan segera dilupakan seiring dengan berjalannya gugusan hari, bulan dan tahun.

Ada Zat Yang Maha Baik yang kan terus setia membersamaimu dengan kasih sayangnya, rahmat dan taufikNya, sejak kau masih dalam alam janin, kemudian keluar dari rahim dalam dekapan sang bunda, yang tidak pernah membiarkanmu dan meninggalkmu walau sesaat, yang kasih sayangnya tanpa pamrih dan tendensi, walaupun dikau selalu lupakan Dia dan lalai mengingatNya. 

Dialah yang menjagamu dalam gelapnya alam rahim sang ibu, menyiapkan untukmu hangatnya susu dan kasih sayang ibu, meliputimu dengan limpahan nikmatnya hingga kau besar, berkedudukan, berpangkat dan berharta.

Setia menemanimu manakala semua makhluk menjauh dari liang kuburmu,hingga datangnya hari pembalasan, hari berbangkit, hari manakala dikau berdiri di hadapannya dan manakala melintas jembatan shirath, hingga memudahkan bagimu jalan ke surga. Dialah Allah Rabbul Alamin, yang Rahman lagi Rahim, Al barrur Rahim.

Tidakkah dirimu mau mengenalnya, mengetahui nama dan sifat-sifatnya, bersujud di hadapan keagungannya, menangis memohon ampunan di haribaaan kasih- sayangnya?.

Dialah ZAT YANG LAYAK DICINTA dari segala sudut dan sisi, yang selalu mengabulkan doa-doamu, melindungimu dari mara bahaya, mengijabah harap dan asamu. 

  • Dialah ALLAH Rabbi wa Rabbakum. 
  • Kembalilah padaNya dan berlarilah menujuNya.
  • Merintihlah agar tak diharamkan menatap wajahNya, bertemu denganNya, berdialoq langsung tampa perantara. 

Rinduilah Dia, cintailah Dia, Sembahlah Dia, bertawakkallah semata padaNya, Bergantunglah hanya padaNya.


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=pfbid02kEhhVgQJFyZdWTZYfB5T3Qo5UJ1p47qhozhoB5dhEP2fx8WptGE5rC1Q4fCHM4G4l&id=100001105385773


Kuala Namo, Medan 28 Safar 1444/25 Sept 2022

Abinya Zubair

✒ Ditulis oleh Al-Ustâdz Abu Fairuz Ahmad Ridwan bin Muhammad Yunus, MA حفظه الله تعالى

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Anak Berbakti

Bismillah...

Ibnu Aun رحمه الله تعالى bercerita,

⁣⁣كَانَ مُحَمَّدُ بْنُ سِيْرِيْن إِذَا كَانَ عِنْدَ أُمِّهِ خَفِضَ مِنْ صَوْتِهِ وَتَكَلَّمَ رُوَيْدًا⁣⁣

"Muhammad bin Sirin itu, jika bersama ibunya bersuara lirih dan berbicara pelan-pelan.." (Makarim al-Akhlaq karya Ibnu Abid Dunya dalam Min Akhbar as-Salaf as-Shalih hlm 399⁣⁣)

Cara berbakti kepada orangtua itu dengan berbuat baik kepada orangtua dengan perkataan, perbuatan, harta dll⁣⁣..

⁣⁣Diantara contoh berbuat baik dengan perkataan adalah asyik ngobrol dengan orangtua.⁣⁣.

Diantara bentuk kurang berbakti kepada orangtua adalah tidak bisa ngobrol panjang, ngobrol asyik dengan orangtua padahal bisa ngobrol demikian asyik dan panjang dengan isteri atau temannya⁣⁣..

Diantara bentuk bakti kepada orangtua dengan perkataan adalah bersuara lirih, tidak berteriak dan meninggikan suara ketika berbicara dengan orangtua. Demikian pula berbicara pelan-pelan, tidak ngebut ketika ngobrol dengan orangtua..

Muhammad bin Sirin رحمه الله تعالى adalah salah satu ulama besar di masa Tabiin...

Anak yang berpotensi besar tulus berbakti adalah anak yang kenal ilmu agama. Dengan ilmu agama anak akan menyadari dengan baik kewajiban berbakti dengan orangtua dan bentuk-bentuknya⁣⁣..

⁣⁣

✒️Ustadz Dr.  Aris Munandar, SS, MPI⁣⁣

(Pondok Pesantren Hamalatul Qur'an Tamantirto Kasihan Bantul Yogyakarta⁣⁣)


🌐 https://berbagi.link/indonesiabertauhid⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣⁣

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Sunday, September 25, 2022

Mutiara Salaf : Meratapi Dunia

Untuk Apa Meratapi Dunia?
Bismillah...

🌴🌴🌴

Berkata Ibnu Muflih Al-Hambali (707-763H) -semoga Allah merahmatinya-dalam kitabnya al-Aadab As-Syariyyah :

من عجيب

ما رأيت ونقدت من أحوال النَّاس : كثرة ما ناحوا على خراب الدِّيار ، وموت الأقارب والأسلاف ، والتَّحسُّر على قلة الأرزاق ، وذمِّ الزَّمان وأهله ، وذكر نكد العيش فيه ، والحديث عن غلاء اﻷسعار ، وجور الحكام ، وقد رأوا من انهدام الإسلام ، والبعد عن المساجد ، وموت السُّنن ، وتفشي البدع ، وارتكاب المعاصي، فلا أجد منهم من ناح على دينه ، ولا بكى على تقصيره ، ولا آسى على فائت دهره ، وما أرى لذلك سببا إلاَّ قلَّة مبالاتهم بدين اﻹسلام ، وعظم الدُّنيا في عيونهم».

باالله_عليكم_أليس_هذا_

حال_أهل_زماننا.

• المصدر: [الآداب الشَّرعية) (240/3)

🌴🌴🌴

Hal aneh yang kulihat dan ku kritisi dari kondisi manusia sekarang, yaitu banyaknya orang-orang yang meratapi petaka yang menghancurkan negeri-negeri..

Kematian yang melanda kaum kerabat dan nenek moyang..

Keluhan rezeki yang merosot..

Menghujat zaman dan orang-orang yang hidup padanya..

Kegalauan karena susahnya penghidupan..

Perbincangan seputar naiknya harga barang kebutuhan..

Umpatan atas kezaliman penguasa..

🌴🌴🌴

Tapi tak kulihat adanya orang yang meratap atas runtuhnya Islam..

Jauhnya manusia dari masjid-masjid..

Matinya sunnah-sunnah Nabi..

Tersebarnya berbagai bid’ah..

Merajalelanya kemaksiatan..

🌴🌴🌴

Tak kutemukan orang yang meratapi perkara agamanya yang hilang..

Menangisi diri atas kemalasannya beramal..

Merasa menyesal atas amalan-amalan yang terluput..

Habis digilas roda zaman..

🌴🌴🌴

Kusimpulkan bahwa itu terjadi karena tidak perdulinya mereka terhadap Islam..

Dan karena besarnya dunia di mata mereka..


🌐 https://bbg-alilmu.com/archives/59098


Diterjemahkan oleh Ustadz Abu Fairuz Ahmad Ridwan MA, حفظه الله تعالى

===============================

Wallahu a'lam bishawab.

Silakan disebarluaskan tanpa mengubah isinya dan dengan tetap menyertakan sumber, semoga menjadi ladang amal kebaikan untuk kita. “Barangsiapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia (orang yang menunjukkannya) akan mendapat pahala seperti orang yang melakukannya“. [HR Muslim, 3509].

Jazaakumullahu khairan.


Share:

Popular Posts

Blog Archive